Ruang Dan Waktu Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Ruang Dan Waktu. Here they are! All 22 of them:

β€œ
Jika Anda benar-benar mencintai seseorang dan ingin membangun hubungan yang sukses dengannya, bersikaplah terbuka satu sama lain, jujurlah satu sama lain, dan berikan banyak ruang, waktu terpisah, dan kebebasan satu sama lain.
”
”
Mouloud Benzadi
β€œ
Gegas dan waktu tak pernah berbagi ruang apalagi berbagi cerita. Maka saling mencarilah mereka, berusaha menanggapi satu sama lain. Hingga satu titik, kala menjadi mula dan kali mengakhiri cerita.
”
”
Valiant Budi & Windy Ariestanty
β€œ
Sembilan itu adalah angka yang baik untuk melambangkan betapa bernilai & berharganya sesuatu yaitu Diri Kita. Angka itu berada di atas rata-rata, tetapi masih menyisahkan ruang untuk terus mendekati Kesempurnaan. Angka 9 masih akan terus mencari perbaikan diri untuk mencapai 10. Itu yang akan membuatnya terus bergerak, melakukan hal yang lebih dari waktu ke waktu… 9 memiliki bagian atas yang yang membentuk lingkaran dan itu adalah ruang pribadi bagi setiap orang. Seperti sebuah tempat untuk menyimpan keyakinan yang tidak akan terganggu. Sementara buntut di bawahnya adalah ruang terbuka, tempat orang bisa terus mengasah dirinya untuk menerima wawasan dan pengetahuan baru, serta akhirnya membuat dirinya terus menerus termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Dan 9 adalah Nilai buat seseorang yang terus membawa impiannya dengan semangat Matahari…
”
”
Adenita (9 Matahari)
β€œ
KHASIDAH KHAFI Sungguh di dalam atmaku yang paling debu, aku tak layak mendamba dirimu sebagai kekasih hatiku. Karena engkau kelopak angsoka tumbuh kejora di mataku, dalam bius pesonamu aku tidur dan terlelap. Sementara debu, tak kutahu dengan apa aku harus nyatakan diriku kepadamu? Dalam balut ungu kelam sayapmu kau sembunyikan rembulan. Adakah kupahami engkau di balik hijau sihir kata-kata? Adakah kutangkap dirimu dalam misteri hitam sebait puisi? Seperti lenitrik sungai Alkausar menjangkau jerau jantungmu. Mengalunkan barzanji jauh ke dalam lubuk hatiku. Sekiranya ia mencipta rimbun semak lantana, perih luka atau sepoi pawana. Aku insaf, aku tak pernah memintamu jadi halimun atau kelam bayang-bayang. Ia yang dengan sengaja menyamarkan dirimu dari cerlang bintang atau benderang wajah mentari. Betapa cinta di ujung lidahku luluh untuk apa yang mungkin tak terucap. Biarlah engkau tetap menjadi apa yang tak mungkin aku mengerti. Yang tak terganti oleh rangkaian kata atau untaian sajak. Saat hasrat hati menembus nisbi ruang dan waktu. Merengkuh, mencekau sunyi, mengemas rindu atau redam masa lalu. Menjadi mekar mawar ahmar atau jingga semburat fajar.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Tidak ada awal dan akhir. Tidak ada sebab dan akibat. Tidak ada ruang dan waktu. Yang ada hanyalah Ada. Terus bergerak, berekspansi, berevolusi. Sia-sialah orang yang berusaha menjadi batu di arus ini, yang menginginkan kepastian ataupun ramalan masa depan karena sesungguhnya justru dalam ketidakpastian manusia dapat berjaya, menggunakan potensinya untuk berkreasi.
”
”
Dee Lestari (Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh)
β€œ
Sesungguhnya, kita telah lama jadi penghuni "waktu", sementara rumah telah menjelma menjadi sekadar "ruang transit". Rumah kehilangan batas definitifnya dan menjadi sangat elastis. Kita punya ruang duduk di kafe-kafe berinternet, tidur di jalan-jalan dalam perjalanan pulang dan pergi ke kantor, menerima tamu di lobi-lobi hotel berbintang, makan malam di restoran-restoran yang berganti setiap kali.
”
”
Avianti Armand (Arsitektur Yang Lain: Sebuah Kritik Arsitektur)
β€œ
Namun teori relativitas memaksa kita mengubah secara mendasar gagasan kita mengenai ruang dan waktu. Kita harus menerima bahwa waktu tidak sepenuhnya terpisah dari ruang, tapi malah berpadu dengan ruang untuk membentuk objek bernama ruang-waktu (space-time).
”
”
Stephen Hawking (A Brief History of Time)
β€œ
Terkadang semua terasa terputar kembali. Kita seperti pernah berada di ruang sama, dengan kejadian dan situasi yang sama, tetapi dalam waktu yang berbeda.
”
”
Agung Rusmana (Malaikat)
β€œ
Seperti dinding kamar yang retak dan mulai berlumut, pagar besi yang merapuh oleh noda karat dan daun daun mangga yang luruh di pekarangan rumah, demikianlah kita membaca kehidupan. Begitu banyak kata yang seringkali susah untuk ditafsir seperti "nasib", "kebahagiaan" dan "kesempurnaan". Entah mengapa, Bunda masih berasa gamang saat berjalan di atas tangga batu yang menuju ke ruang tamu di rumah barumu. Serasa mendengar dering suara alarm yang bergelayut di dalam mimpi. Menyibak kabut dan pagi juga. Bukankah kadang kadang kita merasa larut dalam kesunyian, meski riuh jalan raya bersicepat melawan waktu? Meninggalkan jejak langkah dalam segala ketergesaannya. Memaksa kita memungut semua peristiwa yang berhamburan di atas trotoar. Memaksa semua orang menitikkan air mata. Mengapa dalam momen momen serupa itu, kebersamaan dengan orang yang kita cintai justru berasa semakin berarti? Mengapa justru di tengah keramaian, kita bisa merasa begitu kesepian? Begitulah, jarum jam berputar di sepanjang perjalanan berusaha keras mengabadikan semua peristiwa. Mentautkan satu angle dengan angle yang lain, memotret semua kejadian dari mata seekor jengkerik. Menatap tak berkedip gedung gedung megah yang angkuh berdiri, serupa monster monster yang siap merengkuh apa saja; Lautan manusia berjejal keluar dari bandara, kerumunan lalat di atas tumpukan sampah di pasar, kelejat pikiran yang berlari lari mengejar matahari, kebimbangan yang tergugu di pojok terminal, harapan yang terkantuk kantuk di dalam bus kota dan seringai kerinduan akan masa depan yang belum pernah mereka lihat. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka kejar, Nak? Sementara ada ribuan etalase dan pintu pintu mall yang terbuka dan tertutup setiap kali. Serupa mulut lapar menganga yang rakus mengunyah dan menelan semua kecemasan dan kegalauan yang bersliweran di balik pendar neon papan reklame. Bagaimanakah mereka -orang orang tanpa identitas ini- bisa menafsirkan takdir, relativitas waktu, dan mungkin juga mimpi?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Tak semua kebaikan menunggu kehadiranmu di balik pintu kamar yang terbuka. Semoga saja, ia hadir serupa sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya. Mungkin ia akan mengingatkanmu pada rumah kecil kita. Pada beranda yang penuh dengan tanaman aglaonema, atau ruang tamu yang penuh dengan rak buku yang memuat ribuan cerita dari masa kanak kanakmu. Tapi tak semua akan selalu berjalan seperti itu, Nak. Tak semua cerita dimulai dengan kalimat yang ceria dan lalu berakhir bahagia. Ada kisah kisah murung nan sedih. Ada banyak roman yang bahkan berakhir tragis. Ada yang serupa misteri tak terselami. Seperti kilau mata pisau dan kisah kisah seram lainnya. Ada Bunda baca sebuah kutipan, "Ketika engkau melihat masalah seperti sebatang paku, maka kau akan berpikir seperti palu." Demikian kutipan ituΒ  Bunda baca, namun lupa entah di mana. Sebab engkau tak harus melihat segalanya lewat matamu sendiri, Nak. Engkau boleh melihatnya dari kaca mata orang lain. Percayalah, itulah cara untuk belajar menjadi bijak. Tidak semua orang bisa mengerti kenapa hujan turun di tengah hari. Tak juga orang paham kenapa kemarau bisa datang sepanjang tahun. Jadi berikanlah kebaikan agar engkau beroleh kebaikan. Walau terkadang terasa pahit dan menyakitkan. Tapi jangan pula simpan sakitmu sebagai duri. Bebaskan dirimu dari prasangka supaya orang juga berbaik sangka pada dirimu. Bila sebuah senyum yang kauberi kembali kepadamu sebagai tawa, maka engkau akan menghargai apa artinya pertemanan. Apapun kesulitanmu, jadikanlah waktu sebagai sahabatmu. Sebab ia akan mengajarimu arti kata bersabar. Ia akan memberi tahumu bagaimana caranya menjadi pemenang. Sebab ia teladan bagi ketekunan dan kegigihan. Sebab ia tidak mengenal kata menyerah. Dalam situasi apapun ia senantiasa fokus mengejar apa yang ia tuju. Ia guru yang keras dan penuh disiplin. Tapi ia juga teman yang baik dan penuh perhatian. Selama kamu mau belajar, ia tak akan pernah mengecewakanmu. Ia mungkin akan membiarkanmu terjatuh, tetapi ia tak akan pernah meninggalkanmu. Dan jadilah terberkati seperti tanah yang subur. Di mana engkau menanam benih dan ia tumbuh menjadi sebuah pohon yang rindang. Tempat di mana orang dapat berteduh di tengah panas yang terik.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
PUISI CINTA Apakah ia akan mengingat diriku, atas semua potret yang tak pernah usang yang sengaja ia kumpulkan dalam setiap momen kebersamaan kami? Lebih dari semua angka yang aku sendiri tak mampu menghitungnya. Waktu seperti butiran pasir yang merangkai semua kata kata yang di tuliskannya di dalam sebuah buku diary yang ia simpan sendiri. Waktu berjalan seperti tak pernah mengenal masa lalu. Seperti ikan ikan yang bebas berenang di lautan. Burung burung terbang di langit, dan satwa liar yang mabuk di rimba. Waktu yang terhenti pada satu satunya peristiwa, di mana ia menyatakan segenap rasa cintanya hanya padaku. Kepastian yang menghapus semua kebimbangan musim. Ketidakpedulian sejarah. Semua kata kata yang dikumpulkannya menjadi ungkapan abadi dalam hati yang tak mengenal rasa duka atau luka, amarah dan juga kesedihan. Ia tak pernah menghentikan hasratnya untuk terus mencintaiku. Meskipun malam berganti ganti. Hari berubah. Tanggal, bulan dan tahun berlalu. Dan keriput mulai menghantuiku. Mengelupas kemudaanku. Melemparkan hujatan pada semua peristiwa yang seperti ingin menyakiti perasaannya. Menciderai pikirannya dengan semua kemesuman, kejijikan dan ketidak senonohan yang sengaja aku ciptakan untuk membuatnya pergi. Bayang bayang di mana ruang dan cahaya tak lagi hadir pada dirinya. Cakrawala yang perlahan mulai menua, tapi tetap saja setia menunggu cinta yang ditinggalkannya hanya untuk diriku.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Gagasan bahwa ruang dan waktu bisa membentuk permukaan tertutup tanpa perbatasan juga punya dampak mendalam bagi peran Tuhan dalam urusan alam semesta. Dengan keberhasilan teori-teori sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa, sebaguan besar orang jadi percaya bahwa Tuhan menperkenankan alam semesta berkembang menurut satu set hukum dan tak campur tangan dalam alam semesta dengan melanggar hukum. Namun hukum-hukum itu tak memberitahu kita seperti apa alam semesta ketika bermula–kiranya tetap terserah Tuhan untuk memutar mekanisme dan memilih cara memulainya. Selama alam semesta punya permulaan, kita dapan menganggap alam semesta punya pencipta. Tapi jika alam semesta benar-benar sepenuhnya utuh dalam dirinya sendiri, tanpa perbatasan atau tepi, maka alam semesta tak bakal punya peemulaan atau akhir: alam semesta akan sekedar ada. Lalu adakah tempat bagi pencipta?
”
”
Stephen Hawking (A Brief History of Time)
β€œ
Buku ini (Questioning Everything) hadir sebagai wujud resistensi pribadi kami selaku mahasiswa terhadap sistem perkuliahan. Sebuah sistem di mana para pembelajar seolah diambil paksa ruang kreatifnya dengan tekanan-tekanan yang memuakkan. daya cipta terenggut lantaran tak ad alagi waktu untuk menempa sesuatu yang lebih mengandung arti dan menyenangkan
”
”
Tomi Wibisono (Questioning Everything! kreativitas di dunia yang tidak baik-baik saja)
β€œ
Biarkan aku menjadi lubang di pohon yang menyimpan segala resahmu. Bisikkan rahasiamu di sana lalu tutuplah dengan tanah. Dalam kesunyianku, bisikanku akan menemanimu. Di antara lorong waktu dan ruang, dia menjadi milikmu selamanya.
”
”
Hetih Rusli (Semesta Cerita Kita)
β€œ
Ada radar," jawabnya dengan senyum simpul. Ibu Sati pernah berkata, seorang guru spiritual bagi muridnya adalah bapak-ibu-saudara-sahabat dijadikan satu. Ia yang membangunkan kundalini adalah ia yang menuntun jiwa mencapai brahman, demikian istilahnya. Guru merupakan perwujudan kasih sayang yang mampu menembus dimensi waktu dan ruang. Atau bisa juga dipandang sesederhana berikut: Ibu Sati pulang dari Solo, ingin tahu kabarku lalu meneleponi rumah, tetapi tidak ada yang mengangkat, dan karena kebetulan ia punya janji dekat-dekat sini, Ibu Sati lalu memutuskan mampir ke rumahku, mengetuk-ngetuk pintu, tetapi tidak ada yang membukakan, sampai akhirnya ia coba membuka sendiri dan... ta-da! Manusia Milenium tergeletak di lantai!
”
”
Dee Lestari (Supernova: Petir)
β€œ
Dalam hangat suasana ruang kantor yang Ac sentralnya selalu diset diatas 36 derajat karena ada direksi yang selalu komplain kedinginan, terasa ada sebuah kesunyian yang entah begitu ....... (*tak terucapkan, tidak ketemu padanan katanya). Seperti sebuah keheningan agung, yang kerap hadir dalam ketersituasian landscape perasaan pasca β€˜Orgasme’ dalam sebuah hubungan seksual yang hangat dan tak harus diburu waktu / dilakukan dengan tergesa oleh akibat adanya kegiatan lain yang tengah menunggu. (*backsound : terdengar sayup-sayup, soft - whispery - french accent, Claudine Longet dalam lagu berjudul 'I think it’s going to rain today').
”
”
Ayudhia Virga
β€œ
dia membuat ku mengerti , membuat ku paham dan aku belajar bahwa Cinta suci itu milik orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.Milik mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.Milik mereka yang masih mencintai, walaupun mereka telah disakiti.Dan milik mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan bahwa cinta bukan untuk sementara tetapi untuk selamanya. Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanyalah mencintai pantulan dari diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya. Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh. CINTA sejati adalah saat kau dapat merelakan CINTA itu bahagia, bukan untuk mendapatkannya.Dan satu-satunya cara agar kita memperoleh kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. seperti lirik anya cinta yang bisa, menaklukkan dendam hanya kasih sayang tulus, yang mampu menyentuh hanya cinta yang bisa, mendamaikan benci hanya kasih sayang tulus yang mampu MENEMBUS RUANG dan WAKTU. Trima kasih JessicaGracem. Cinta ku tulus padamu
”
”
Galliano MS None Dale Carneige Titi Dj
β€œ
Lewat membaca dan menulis kita bisa mengabadikan sejarah, menyublimasi pikiran dan perasaan diri agar terawetkan melampaui ruang dan waktu, meninggalkan sejarah dengan sebuah jawaban
”
”
Antoni Ludfi Arifin (Be A Reader: Mendulang Aksara, Meraih Makna)
β€œ
WAKTU ibarat desiran angin, yang terkadang meninobobokan, membuat terkantuk bahkan tertidur lelap. IA ada di setiap penjuru: di sudut-sudut ruang kehidupan. BERGERAK tak disadari dan kadang terlupakan, Padahal IA menemani setiap langkah kita. Itulah sang waktu.
”
”
Antoni Ludfi Arifin (Demi Waktu So Use Your Time Effectively)
β€œ
Pada Sebuah Malam Minggu Engkau seperti sengaja tidak mengikat kaki sang waktu saat aku bertandang ke rumahmu. Dengan santainya ia leluasa mondar-mandir ke mana saja. Berjalan berlenggang dari teras ke ruang tamu. Berjingkat dari dapur ke ruang makan, lalu berbaring seenaknya di tempat tidurmu. Padahal aku tak datang dengan tangan kosong malam itu. Jauh-jauh hari aku sudah mempersiapkan diri. Sengaja kubawa oleh-oleh sebungkus martabak kesukaanmu, serta banyak buku bacaan tentang hujan demi menyenangkan hatimu. Walau sudah beberapa jenak lamanya kita tidak bercakap-cakap sebagai sepasang kekasih yang saling merindukan. Dalam hati aku ingin sekali memelukmu, menghirup wangi rambutmu. Seperti angin memeluk mesra seekor burung prenjak yang bertengger di atas pohon jambu di luar sana. Sayangnya, ada bidak-bidak catur yang membatasi jarak di antara kita. Secangkir kopi dingin di atas meja, dan pemikiran-pemikiran sepi yang teramat sulit dimengerti. Aku berusaha menafsirkan sikap diammu sebagaimana engkau menerjemahkan awan kelabu yang tercipta dari asap rokok yang dihembuskan bapakmu di balik layar televisi. Kita memang tak sedang menciptakan ingatan lewat lagu-lagu Broery Marantika. Juga tidak melalui sisa-sisa puntung yang memenuhi asbak dan percakapan yang sekadar berbasa-basi. Sebab sudah lama sekali aku mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku tak menunggumu semalaman hanya untuk menyambut pelukan atau setidaknya uluran tangan. Aku juga tak mengharap untuk mendapatkan sebuah ciuman. Sudah terlalu lama aku mencurigai kebebalan pikiranku sendiri. Seperti menanti sesuatu yang sesungguhnya aku sendiri tak mampu pahami. Apa yang mungkin ditawarkan langit kosong sepi yang tak mengisyaratkan hujan? Barangkali cuma desah nafas tertahan, atau mimik wajah dan gerak tangan yang memancarkan bosan. Tak kutangkap isyarat rindu dalam matamu. Lalu, mengapa aku mesti sibuk mencarinya pada tumpukan majalah remeh-temeh perintang waktu? Bukankah masih ada sketsa goresan tangan yang sengaja tak engkau tuntaskan di atas meja kaca yang nyata-nyata kesepian? Tatapan mata dingin tanpa ekspresi pada potret keluarga di atas meja credenza dan foto almarhumah ibumu yang terpajang di dinding. Hanya sedikit sisa ampas kopi yang nekat berani menerka-nerka perasaanmu saat itu. Apakah waktu akan terus bersahabat dengan diriku? Apakah waktu, akan mempertemukan hati kita lagi, satu saat nanti?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Manusia bermimpi tidak hanya waktu ia tidur. Menurut saya, mimpi merupakan bentuk lain dari kreativitas. Menjadi kreatif tidak kenal siang atau malam. Ada banyak pekerjaan yang masih punya ruang untuk inspirasi, tapi banyak juga pekerjaan yang menyita segalanya. Pekerjaan tanpa mimpi, atau tanpa waktu untuk bermimpi, adalah pekerjaan robot. Bukan manusia.
”
”
Dee Lestari (Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh)
β€œ
Ingatlah bahwa kenangan, mimpi, dan cita-cita tidak terbatas pada barang, melainkan ada dalam diri kita sendiri. Barang milik kita bukanlah kita. Yang menentukan siapa kita adalah tindakan, pikiran, dan mereka yang kita cintai. Dengan membuang "puing-puing" waktu luang di masa lampau, upaya yang tidak pernah selesai, dan khayalan yang tidak pernah diwujudkan, kita akan mendapatkan ruang untuk kemungkinan-kemungkinan baru (dan nyata).
”
”
Francine Jay (The Joy of Less, A Minimalist Living Guide: How to Declutter, Organize, and Simplify Your Life)