“
The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting
”
”
Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting)
“
Kita yang menjalani hidup dengan mengalir
Seperti air
Mungkin lupa bahwa air hanya mengalir
Ke tempat yang lebih rendah
”
”
Salim Akhukum Fillah
“
YANG FANA ADALAH WAKTU
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu.
Kita abadi.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982
”
”
Sapardi Djoko Damono (Perahu Kertas)
“
Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi .
”
”
Soe Hok Gie (Catatan Seorang Demonstran)
“
Dalam dekapan ukhuwah, kelembutan nurani menuntun kita untuk menjadi anak Adam sejati; memiliki kesalahan, mengakuinya, memperbaikinya, dan memaafkan sesama yang juga tak luput dari khilaf dan lupa...
”
”
Salim Akhukum Fillah (Dalam Dekapan Ukhuwah)
“
Tapi kalo aku ngelupain kamu, aku lupa caranya bahagia.
”
”
Christian Simamora (Pillow Talk)
“
Jangan kau ajari cara melupakanmu. Aku lebih tahu itu. Hari-hariku lebih fasih mengeja rasa itu..
”
”
Tasaro G.K.
“
Kami memang orang miskin. Di mata orang kota kemiskinan itu kesalahan. Lupa mereka lauk yg dimakannya itu kerja kami.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (House of Glass (Buru Quartet, #4))
“
Intinya, bagimana sembahyang itu bisa mendorong seluruh hatimu untuk menolong orang lain. Itulah inti pergi ke masjid, gereja, wihara, kuil, dan sebagainya.
”
”
Sujiwo Tejo (Lupa Endonesa)
“
Kau harus tahu lupa adalah lahan subur kenangan-kenangan. Biarkan ia mengalir seumpama sungai. Saatnya akan tiba, kau akan betul-betul lupa.
”
”
M. Aan Mansyur (Kukila)
“
Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, boi. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati, boi.
”
”
Andrea Hirata (Ayah)
“
Banyak hal dengan mudah terlupakan, seperti kita sama sekali lupa kenapa kita tidak bisa mengingatnya lagi. Sesuatu bisa begitu saja hilang dari ingatan, seperti arwah, seperti mimpi. Kita cuma bisa merasakan jejaknya pada diri kita tanpa bisa mengenalinya lagi. Kita tinggal benci, kita tinggal marah, tinggal takut, tinggal cinta. Kita tak tahu kenapa.
”
”
Ayu Utami (Saman)
“
Saya mimpi tentang sebuah dunia dimana ulama, buruh, dan pemuda bangkit dan berkata, “stop semua kemunafikan ! Stop semua pembunuhan atas nama apapun.. dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkatan gandum, susu, dan beras buat anak-anak yang lapar di 3 benua, dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapapun, agama apapun, ras apapun, dan bangsa apapun..dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
”
”
Soe Hok Gie
“
Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.
”
”
Tere Liye (Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah)
“
Kau menatap dokter itu dengan tatapan bodoh dan terpesona seperti perawan yang melihat lelaki pertamanya... Oh maaf," senyum Mikail benar-benar mengejek, "Aku lupa kalau kau sudah tidak perawan dan akulah lelaki pertamamu.
”
”
Santhy Agatha (Sleep with the Devil)
“
Simon looked at Jordan who was looking at Maia again. She had her back to them and was talking to Luke and Jocelyn, laughing, flinging her curly hair back. "Don't even think about it," Simon said, and got up. He pointed at Jordan. "You stay here."
"And do what?"
"Whatever Praetor Lupas do in this situation. Meditate. Contemplate your Jedi powers. Whatever.
”
”
Cassandra Clare
“
Kamu pelajarilah dunia dengan segala kandungannya melalui buku-bukumu, tapi jangan lupa belajar daripada hati nurani manusia. Ingat tu? Hati nurani manusia! Apa pun bangsa dan agamanya.
”
”
Arena Wati (Warna Sukma Usia Muda)
“
Dalam banyak situasi, menunggu adalah kebijaksanaan tiada tara.
Dalam banyak kondisi, menunggu adalah solusi terbaik tanpa tanding.
Saya tidak bergurau. Meski diluar sana banyak sekali orang yang justeru menyuruh bergegas, siapa cepat dia dapat. Dalam banyak keadaan, justeru menunggu adalah yang terbaik.
Jangan lupa, lengkapi menunggu tersebut dengan dua syarat pentingnya: bersabar dan berdoa. Maka kita tidak akan pernah merugi atas setiap urusan.
”
”
Tere Liye
“
Anak-anak muda jaman sekarang itu lucu dan agak susah dimengerti. Mereka cukup bersemangat membuat berbagai macam proposal untuk kegiatan organisasi yang mereka ikuti. Tapi proposal hidup yang berisi visi dan strateginya meraih mimpi, justru lupa mereka buat sendiri.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
“
It struck me just how young he was—no more than seventeen. Older than my mortal form, yes, but not by much. This young man had lost his mother. He had survived the harsh training of Lupa the wolf goddess. He’d grown up with the discipline of the Twelfth Legion at Camp Jupiter. He’d fought Titans and giants. He’d helped save the world at least twice. But by mortal standards, he was barely an adult. He wasn’t old enough to vote or drink.
”
”
Rick Riordan (The Burning Maze (The Trials of Apollo, #3))
“
Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Bersemi satu langsung kau injak? Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun? Kau tak pernah memberi kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuinya walau sedang sendiri..Kau lupa, aku tumbuh menjadi dewasa seperti yang kau harapkan. Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kau tikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daun barunya semakin banyak.
”
”
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
“
Bangsa Indonesia bangsa yang cepat nda ingat, walau Abraham Lincoln dan Bung Karno sudah mewanti-wanti jangan gampang lupa sejarah.
”
”
Sujiwo Tejo (Ngawur Karena Benar)
“
Anda boleh menulis puisi
untuk atau kepada siapa saja
asal jangan sampai lupa
menulis untuk atau kepada saya.
Siapakan saya? Saya adalah Kata.
”
”
Joko Pinurbo (Kepada Cium)
“
Kehidupan menjadi sangat sulit dan rumit kalau kita membiarkan diri kita berlari terus ke tempat tujuan. Lupa bahwa hari ini, di tempat ini, dengan badan yang ini, plus jumlah rejeki hari ini, juga menghadirkan 'tujuan-tujuan' besar yang tidak kalah menariknya.
Jika kita menghabiskan semua waktu untuk berlari, tidak hanya lelah dan capek hasilnya, tetapi juga kehilangan sense of direction. Inilah akar dari kehidupan banyak orang yang tandus dan kering.
”
”
Gede Prama
“
The wolf Lupa had told him that mortal minds could believe just about anything—except the truth.
”
”
Rick Riordan (The Son of Neptune (The Heroes of Olympus, #2))
“
Bolehkah menyatakan kerinduan? Perasaan kepada seseorang?
Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.
Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik. Semua kehati2an, menghindari hal-hal yang dibenci, akan membawa kita pada kesempatan terbaik. Semoga.
”
”
Tere Liye
“
Dear neptunus, aku mencintainya. di depannya aku menjadi diriku sendiri, seperti airmu yang selalu membawa semua pesanku, diapun begitu. membuatku hanyut oleh sorot matanya, membuatku lupa oleh kesedihan rasanya, sampai aku tak bisa katakan apa-apa padanya. bahkan untuk sekedar bilang rindu atau butuh..banyak yang nggak ngerti lalu terluka dan saling menyalahkan. karena itu aku takut berbicara tentang hati.maka kutuliskan saja, lalu kusimpan dan ku kirimkan ke..entah kemana..
”
”
Dee Lestari
“
Kami berdua suami istri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara, semacam telepati. Tanpa diberi tahu sebelumnya, sering kali karena tidak sempat, kami masing-masing dengan sendirinya melakukan tepat sesuatu yang diinginkan yang lainnya. Saya membuat masakan yang persis suami saya butuhkan tetapi saya lupa untuk menitipkan padanya sewaktu berangkat pagi. Hidup berat, tetapi manis. (Ainun Habibie, Tahun-tahun Pertama)
”
”
A. Makmur Makka, dkk. (Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat)
“
Demi Tuhan, Dyt. Ada teknologi Facebook, Twitter, Foursquare. Gue aja bisa nemuin teman TK gue yang bahkan gue lupa namanya!
”
”
Nina Ardianti (Fly to the Sky)
“
Banyaknya kesibukan seringkali membuat kita lupa bahwa ada banyak hal yang jauh lebih penting dari sekadar kesibukan itu sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
“
Demi tercapainya cita-cita kita, para pemimpin politik tidak boleh lupa bahwa mereka berasal dari rakyat, bukan berada di atas rakyat.
”
”
Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
“
Sepertinya kita memang terlalu sibuk belajar mencintai, sampai lupa bagaimana caranya mengatasi kehilangan"-Bintang Bunting
”
”
Valiant Budi
“
manusia itu lucu, bisa-bisanya menyalahkan kacang karena lupa kulitnya. padahal, jelas-jelas merekalah yang dengan sengaja memisah kacang dari kulitnya.
”
”
nom de plume
“
Jadi izinkan aku mengenalmu, untuk kesekian kalinya. Aku ingin merasakan kembali bagaimana rasanya ketika pertaa kali jatuh cinta kepadamu. Aj\ku ingin mengenang dan mengingat-ingat momen itu, sampai aku lupa bahwa pada kenyataannya, kita tengah menjalani sebuah cerita tentang dua manusia lugu yang saling menunggu.
”
”
Azhar Nurun Ala (Ja(t)uh)
“
Kita ini sangat ingin dibilang orang kota, sampai-sampai kita lupa, kampungan memiliki makna yang romantis. Dan si orang kota ini terus menerus mengeluh soal betapa buruknya tata kota, kemacetan, dan membanding-bandingkan keadaan dulu dengan sekarang. Lalu mereka dengan tak tahu diri memuja-muja harum tanah basah, mencari udara segar ke hutan, memotret langit senja di gunung atau matahari terbenam di laut, tapi nggak ada yang mau hidup di kampung atau merubuhkan kota mereka dan menjadikannya kampung lagi. Mereka takut kehilangan kemapanan yang mereka bangun untuk menunjang hidup enak dan praktis. Yang bisa mereka lakukan hanya mengkhayal tentang kehidupan desa sambil minum kopi.
”
”
Sabda Armandio (Kamu: Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya)
“
Saya masih terlalu muda, masih sangat idealis, polos lebih tepatnya. Namun, dari situ saya petik pelajaran yang sangat berharga yang tidak akan lupa sampai kapan pun. Betapa jahatnya politik. Ini baru tingkat kampus, bagaimana tingkat negara? Bagaimana selanjutnya politik tingkat dunia? Chairul Tanjung (page 29)
”
”
Tjahja Gunawan Diredja (Chairul Tanjung Si Anak Singkong)
“
Betapa kunang-kunang itu memberikan cahaya di tengah kegelapan. Ia menjadi lupa dengan kesia-siaan hidupnya.
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Sepotong Senja untuk Pacarku)
“
Sehingga aku kadang melupakan kebahagiaanku sendiri. Sama seperti berbelas tahun lalu saat aku mengorbankan diriku sendiri demi membuat bapak ibu kandungku senang dan ridlo.
”
”
Dian Nafi (Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku)
“
Hal terbersar yang bisa disyukuri setiap hari adalah mengetahui bahwa Tuhan tidak pernah lupa untuk memperpanjang hidupmu setiap hari.
”
”
Tommy Jonathan Sinaga
“
Teruk diduga atau berhadapan dengan dugaan? Jangan lupa, "Allah hanya memberikan dugaan yang Dia tahu kita mampu pikul." Bersabarlah!
”
”
Fazley Yaakob (Motivasi Santai #Harian)
“
Waktu itu, aku juga merasa sudah sangat mengenalmu. Aku yakin kita pasti sudah bertemu, sangat yakin. Hanya saja aku lupa kapan dan dimana pertemuan itu terjadi. Barangkali di sajak-sajak penyair yang tak pernah selesai, atau di halaman belakang sebuah roman yang berakhir tak bahagia,atau di dalam lirik-lirik lagu yang mendentingkan sunyi di telinga, atau di alun nada musik semesta yang kudengar semasa masih di rahim ibu. Entahlah.
”
”
Khrisna Pabichara (Sepatu Dahlan)
“
Sewaktu tertidur, aku bermimpi bahwa aku tuhan. Lalu aku menjadi lupa, apa aku tuhan yang sedang tertidur dan bermimpi menjadi manusia, atau manusia yang sedang tidur dan bermimpi jadi tuhan.
”
”
Calvin Michel Sidjaja
“
percakapannya pun manis, hanya saja aku tak terlalu suka manis. mereka terlihat terlalu baik, setiap hari mereka tak lupa membersihkan nama baik mereka, mereka tau benar tentang pepatah "jagalah nama baik'mu". hanya saja mereka lupa membersihkan hatinya.
”
”
nom de plume
“
Inilah yang dulu kukatakan, dalam hidup segala hal mestilah dilakukan pada batas kewajaran. Karena keselamatan berada di tengah antara dua hal yang saling berlawanan. Jadi keselamatan adalah jalan tengah, atau kewajaran atau keberimbangan. Yang kita saksikan akhir-akhir ini adalah kehidupan yang serba tidak wajar, melampaui batas. Dan kehidupan takkan kembali berimbang sebelum dia mengalami akibat ketidakwajaran itu. E, anakku, cucuku, kita sendiri telah ikut-ikutan lupa.
”
”
Ahmad Tohari (Ronggeng Dukuh Paruk)
“
Älä anna epäilyksesi nujertaa sinua. Vasta tosiasioiden edessä sinulla on lupa olla heikko.
- Diur, ukkosmies
”
”
Helena Waris
“
Selama ini, kita selalu berpikir dan
memperjuangkan agar memiliki hidup yang
menenangkan. Sayangnya, kita lupa dan berjuang
agar memiliki mati yang menenangkan.
”
”
Alvi Syahrin (Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa)
“
Kawan-kawan baik di sekolah maupun di bangku kuliah sebaiknya tidak lupa. Bahwa nilai yang tinggi dalam sebuah ujian hanyalah hasil transformasi daya rekam ingatan; bukan nilai dari pertumbuhan pemikiran. Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
“
Ang mga sagot ngayo'y baon-baon mo na sa kung saan ka man papunta. Sa paglisan mo ngayon, hindi ka na talaga babalik. Babalik ka man sa aking isip, nakaapak pa rin ako sa lupa kung saan bawat buhos ng ulan ay magsisimula akong mangarap muli. Ako na lang, mag-isa.
”
”
Don Vittorio C. Villasin
“
let me win, but if i cannot win, let me be a brave at the attempt
”
”
Lupa
“
Kita hidup dalam sangkar yang terbuat dari tuntutan, rutinitas, dan kebiasaan, dan setelah begitu lama hidup dalam batas-batas ini, kita lupa bahwa sesungguhnya terperangkap
”
”
Peter O'Connor (When Tomorrow Comes & Seeking Daylight's End)
“
Putuskan apa yang kau inginkan, dan berusahalah untuk menjadikannya kenyataan. Jangan sampai kau lupa hidup karena terlalu sibuk bermimpi
”
”
Peter O'Connor (When Tomorrow Comes & Seeking Daylight's End)
Rick Riordan (The Blood of Olympus (The Heroes of Olympus, #5))
“
Kadang tanpa sadar kita memperpanjang jarak antara jiwa jiwa, kemudian lupa cara kembali untuk duduk bersama.
”
”
Rohmatikal Maskur
“
Tapi mungkin,manusia terlalu angkuh dan sombong, hingga akhirnya lupa diri dan membuat fakta berjalan dengan distorsi, penuh manipulasi, dan seringkali iri hati.
”
”
Cynthia Febrina (Bumi: Empat Jiwa, Meniti Satu Nadi)
“
Hindi ko alam kung bakit ka namin kailangan? - sa parehong paraan na hindi rin alam ng halaman kung bakit kailangan niya ng lupa.
”
”
Bob Ong (Ang Paboritong Libro ni Hudas)
“
Ada hal-hal yang ingin aku lupakan — saat -saat di mana aku merasa dunia tidak adil dan tak ada seorang pun yang menuntut keadilan untukku.
”
”
Devania Annesya (Februari: Ecstasy)
“
Mendapatkan uang merupakan sarana untuk mencapai tujuan: untuk menyokong rumah tangga dan agar keluarga mereka hidup bahagia. Tapi masyarakat kapitalis menipu dengan membuat kita percaya bahwa upah kita merupakan adalah tujuan itu sendiri, mengubah kita menjadi budak uang. Kita lupa sepenting apa pun uang, ada hal-hal lebih penting yang tak bisa kita lepaskan.
”
”
Chan Ho-Kei (Second Sister)
“
Saya sudah lupa apakah si kartunis bermaksud mengkritik atau memuja peran ganda. Untung menghibur diri, anggap saja dia mau memuja dwi-peran wanita. Belakangan, para feminis menyerang pengagungan superwoman ini karena menjebak wanita dalam idealisasi yang tak mungkin terpenuhi. Padahal, menjadi superman bagi kaum pria amat mudah: tinggal pakai celana dalam merah di luar.
”
”
Ayu Utami (Si Parasit Lajang: Seks, Sketsa, & Cerita)
“
Dunia memang sudah semakin tua. Entah sudah berapa milyar kali dia mengelilingi matahari sampai membuat isinya berbolak-balik tidak karuan. Sampai manusia lupa bahwa apa yang seharusnya dikatakan dan dilakukan malah terlupa untuk dipraktikkan sendiri.
”
”
Ahmad Fuady (Negeri Sukun)
“
Yang amat ajaib ialah peperangan di antara otak dan hati. Beberapa saat dia dapat dilupakan dan hati mengikut dengan patuh apa kehendak otak. Tapi bila kelihatan rumah tangganya, atau kelihatan rupanya sendiri, dan kadang-kadang bila namanya disebut orang, hati lupa akan perintah otak, ia kembali berdebar ia surut kepada kenang-kenangannya yang lama. Ini yang kerap kali mengalahkan anakanda.
”
”
Hamka
“
Bila kita berpisah
ke mana kau aku tak tahu, sahabat
atau turuti kelok-kelok jalan
atau tinggalkan kota penuh merah flamboyan
hanya bila kau lupa
Ingat...
pernah aku dan kau
sama-sama daki gunung-gunung tinggi
hampir kaki kita patah-patah
napas kita putus-putus
tujuan esa, tujuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada...
...Yang Maha Kuasa...
”
”
Idhan Lubis
“
jika kau telah berhasil menggapai mimpimu yg menggantung setinggi bintang di langit, jangan lupa menginjakkan kakimu kembali ke bumi. Biar kukatakan sebuah realita kepadamu, '' jatuhnya orang-orang besar karena kesombongan''. di langit apa yg ada di bumi memang terlihat begitu kecil, namun jauh di bumi kau tak beda jauh hanya tampak kerdil seperti sebutir pasir, bahkan lebih kecil.
”
”
firman nofeki
“
Finn berpikir, sesekali dalam hidup, seharusnya manusia tak usah dinilai lewat angka-angka. Tidak lewat angka-angka persentase di kertas ujian, angka saldo tabungan, angka timbangan berat badan, angka jumlah likes halaman Facebook, angka perolehan suara pemilwa. Ada hal-hal yang tak bisa diangkakan—hal-hal seperti ini.
Manusia tak terbuat dari angka-angka, tetapi kebanyakan mereka lupa. Itu sebabnya hidup kita melelahkan dan kita begitu mudah merasa miskin.
”
”
Morra Quatro (What If)
“
Betapa seringkali orang lebih mudah untuk mengucap kebohongan hanya karena tak ingin dihadapkan pada sebuah situasi yang sulit. Akan tetapi, acap pula ia lupa bahwa kejujuranlah yang justru akan menjauhkannnya dari berbagai kesulitan
”
”
Titon Rahmawan
“
Maafkan kaum saya yang terkadang semena-mena dengan wanita.Kadang kita lupa bahwa kita lahir dari Rahim seorang Hawa.
”
”
Annisa Ninggorkasih (Perempuan Dalam Cerita)
“
Jangan lupa mandi, walau tak semua hal dapat dibersihkan.
”
”
Theoresia Rumthe (Cara-Cara Tidak Kreatif untuk Mencintai)
“
Ketika siap mencintai, jangan lupa untuk
siap melupakan.Karena cinta itu abadi,
tapi hubungan antarmanusia tidak.
”
”
Endik Koeswoyo (Love For Sale)
“
Terkadang satu orang membuatmu lupa seribu orang, seribu orang yang selalu mengingatkanmu tentang seribu orang lainnya.
”
”
nom de plume
“
Dalam keadaan sengsara, jangan lupa mempertahankan kemantapan jiwa.
”
”
Horatius
“
Mereka yang memimpin selalu lupa ketika dipimpin, seperti kupu-kupu dengan kepompong, lupa bahkan pada ulat sebagai asalnya.
”
”
Cok Sawitri (Sutasoma)
“
yang terpenting kadang dianggap sepele,
jangan lupa bersyukur.
hargai selagi ada..
hargai selagi bisa..
-nikmat bernafas-
”
”
Prasetyo Kurniawan
“
Sekian lama,
aku sering lupa pada
jalan yang tidak akan berkelok,
tidak akan bersimpang lagi,
Terus lurus ke kubur,
di sanalah aku akan berhenti.
(Ke Mana Aku Akan Pergi)
”
”
Rosli K. Matari (Matahari Itu Jauh)
“
kita terlalu sibuk mengukur dalamnya laut di hati masing-masing.
saat berenang dalam keasingan arusnya, kita suka lupa sayang
bahwa laut diantara hati kita memiliki gelombang luka yang sulit kita jinakkan, bahkan dengan cinta
laut cukup terlalu asin untuk membuat goresan luka itu makin perih dan menganga bukan?. ini cukup bagi kita untuk berenang lebih kencang mencari tepian
”
”
firman nofeki
“
anjing-anjing buta melolong menangisi
lobang-lobang di tembok. melodi, tak lebih
dari dalih kesunyian dan cinta. erangan yang
memuakkan. percakapan itu terkesan mewah:
penyair yang lupa membawa topinya, dan
lintingan lisong yang tak mungkin mengerti
puisi bila disandingnya bukanlah kopi. oh,
betapa luka 300.213 centi itu melebar makin
timur, menorehkan nganga tempat nanah
menggembung dengan lapisan perih dan bau
amis.
mobil pikap tua, penuh kangkung dan ibu yang
tidur di atasnya, setenang Buddha. jalan terus
ke kiri, menyempil di antara truk-truk besar
yang tak mau kalah, tetap ngotot meski makin
di pojok. masih saja setenang Buddha: tidur
yang penuh rahma
”
”
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
“
Kita sering kali lupa bahwa seseorang terlihat hebat bukan karena ia benar-benar hebat, melainkan karena Allah masih menutupi aib-aibnya. Orang-orang yang memuji kita, membicarakan kebaikan-kebaikan kita, seandainya mereka mengetahui seluruh atau secuil saja aib kita, tentu akan punya pandangan dan penilaian lain.
”
”
Azhar Nurun Ala (Seribu Wajah Ayah)
“
Tar, jangan lupa... usaha yang terbaik selalu ada aja ganjarannya. Gue yakin, akan banyak jalan yang terbuka ketika nanti lo teguh akan niat lo. Jumlah 54 juta adalah besar bagi kita, tapi di mata Dia? Ini masalah sepele, semudah lo membuka dan menutup mata. Jadi jangan lupa, berdoa yang sama kerasnya dengan usaha yang akan lo lakukan....
”
”
Adenita (23 Episentrum)
“
Jika ada yang ingin kuberikan untukmu, itu hanyalah sekotak Crayon. . .
Untuk mewarnai langitmu yang kelabu.
Dipagi hari. . .kamu bisa mewarnainya dengan merah muda yah langit dengan matahari terbit memang indah.
Disiang hari buatlah banyak cahaya matahari dengan kuning keemasan dan campurkan juga biru yang menenangkan.
Namun jika kau ingin cuaca sejuk segar, kau boleh gunakan warna perak dan putih untuk cahaya kilat dan hujan yang lebat.
Ada apa dibalik hujan? kutemukan jawaban. . .mari gunakan semua warna yang kau punya, ciptakan Pelangi. Pita indah warna-warni. Biarkan harimu berseri.
Dan senja datang. . . ayo gunakan sang Jingga yang jelita, ucapkan selamat tinggal pada bola cahaya raksasa.
Hari menggelap?belum! mari kita torehkan Ungu dengan titik-titik cahaya . . .selanjutnya kau boleh menghitamkannya, biarkan gelap menemani mimpimu tapi jangan lupa simpan sebuah bintang díbawah bantal, bersama dengan kotak warnamu . . .
Esok warnai lagi langitmu dengan warna apapun yang kau mau. . .
Berjanjilah jangan biarkan langitmu kelabu!
”
”
Citra Rizcha Maya
“
Bagaimana bisa kau tidak menyukai hujan?
Padahal hujan selalu mendekatkan kita.
Oh, aku lupa.
Kau mungkin tidak menganggapku sepenting itu.
Aku bukan pemeran utama dalam lakon hidupmu.
Aku hanya figuran yang hanya sesekali dibutuhkan.
”
”
Jee (Because It's You)
“
Hidup itu kayak permainan. Kita yang memulai, kita yang memilih, kita yang menjalani, kita yang menentukan apakah di akhir kita bisa kalah atau justru jadi pemenangnya.
Jadi, jangan kalah.
Jangan kalah dalam permainan kalian sendiri. Jangan lupa untuk memeluk erat diri terlebih dulu sebelum memeluk orang lain.
When you're happy with enough,
You will be happier when you are with more.
And you will be fine when you are with less.
Terima kasih hari ini menerima diri sendiri.
”
”
Valerie Patkar (Game Over)
“
We lavish tremendous concern and care on scenery but we ignore the ravaging of environments from which our lives are drawn
”
”
Lupa (Nature Spirituality From the Ground Up: Connect with Totems in Your Ecosystem)
“
Melayu mudah lupa
Melayu mudah lupa
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya dipijak
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya retak
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya teriak
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya haprak
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya kelas dua
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya hina
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya sengketa
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya derita
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya kerdil
Melayu mudah lupa
Dulu bangsanya terpencil
Melayu mudah lupa
Tiada daulat
Tiada maruah
Tiada bebas
Melayu mudah lupa
Melayu mudah lupa
Melayu mudah lupa
Sejarah bangsanya yang lena
Tanah lahirnya yang merekah berdarah
Ingatlah
Ingatlah
Ingatlah
Wahai bangsaku
Jangan mudah lupa lagi
Kerana perjuanganmu belum selesai
”
”
Mahathir Mohamad
“
Jangan bahagia terlalu berlebihan. Takaran yang pas jauh lebih baik,kau tahu? Karena yang terlalu banyak itu bisa membuatmu mabuk dan lupa, sedangkan yang terlalu sedikit membuatmu merasa kurang dan terus teringat, pada apa saja yang belum kau dapatkan.
”
”
Yuli Pritania (CallaSun)
“
Jangan sedih, aku belum lupa cara untuk bahagia, boleh kita beda benua, tapi bukankah kau tetap mukim dalam hatiku? Jika dari sekian banyak orang telah mencintaimu karena paras elokmu, justru itu tak berlaku dalam diriku, bahwa aku mencintaimu sebagai pelaksanaan takdirku. Mungkin itu sebabnya namamu tak akan pernah selesai berdenyut dalam doaku.
”
”
Usman Arrumy
“
Dan di hadapan kekuasaan, hal paling mudah yang mesti dilakukan, adalah merawat baik-baik ingatan.
”
”
Zen RS
“
Alloh never gives unless the Best..
”
”
lupa.. D
“
Tak semua kebaikan menunggu kehadiranmu di balik pintu kamar yang terbuka. Semoga saja, ia hadir serupa sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya. Mungkin ia akan mengingatkanmu pada rumah kecil kita. Pada beranda yang penuh dengan tanaman aglaonema, atau ruang tamu yang penuh dengan rak buku yang memuat ribuan cerita dari masa kanak kanakmu.
Tapi tak semua akan selalu berjalan seperti itu, Nak. Tak semua cerita dimulai dengan kalimat yang ceria dan lalu berakhir bahagia. Ada kisah kisah murung nan sedih. Ada banyak roman yang bahkan berakhir tragis. Ada yang serupa misteri tak terselami. Seperti kilau mata pisau dan kisah kisah seram lainnya.
Ada Bunda baca sebuah kutipan, "Ketika engkau melihat masalah seperti sebatang paku, maka kau akan berpikir seperti palu." Demikian kutipan itu Bunda baca, namun lupa entah di mana.
Sebab engkau tak harus melihat segalanya lewat matamu sendiri, Nak. Engkau boleh melihatnya dari kaca mata orang lain. Percayalah, itulah cara untuk belajar menjadi bijak.
Tidak semua orang bisa mengerti kenapa hujan turun di tengah hari. Tak juga orang paham kenapa kemarau bisa datang sepanjang tahun. Jadi berikanlah kebaikan agar engkau beroleh kebaikan. Walau terkadang terasa pahit dan menyakitkan. Tapi jangan pula simpan sakitmu sebagai duri. Bebaskan dirimu dari prasangka supaya orang juga berbaik sangka pada dirimu.
Bila sebuah senyum yang kauberi kembali kepadamu sebagai tawa, maka engkau akan menghargai apa artinya pertemanan. Apapun kesulitanmu, jadikanlah waktu sebagai sahabatmu. Sebab ia akan mengajarimu arti kata bersabar. Ia akan memberi tahumu bagaimana caranya menjadi pemenang. Sebab ia teladan bagi ketekunan dan kegigihan. Sebab ia tidak mengenal kata menyerah.
Dalam situasi apapun ia senantiasa fokus mengejar apa yang ia tuju. Ia guru yang keras dan penuh disiplin. Tapi ia juga teman yang baik dan penuh perhatian. Selama kamu mau belajar, ia tak akan pernah mengecewakanmu. Ia mungkin akan membiarkanmu terjatuh, tetapi ia tak akan pernah meninggalkanmu. Dan jadilah terberkati seperti tanah yang subur. Di mana engkau menanam benih dan ia tumbuh menjadi sebuah pohon yang rindang. Tempat di mana orang dapat berteduh di tengah panas yang terik.
”
”
Titon Rahmawan
“
Finn berpikir, sesekali dalam hidup, seharusnya manusia tak usah dinilai lewat angka-angka. Tidak lewat angka-angka persentase di kertas ujian, angka saldo tabungan, angka timbangan berat badan, angka jumlah likes halaman Facebook, angka perolehan suara pemilwa. Ada hal-hal yang tak bisa diangkakan—hal-hal seperti ini.
Manusia tak ternyata dari angka-angka, tetapi kebanyakan mereka lupa. Itu sebabnya hidup kita melelahkan dan kita begitu mudah merasa miskin.
”
”
Morra Quatro (What If)
“
Meg slashed through the last of Tarquin’s minions. That was a good thing, I thought distantly. I didn’t want her to die, too. Hazel stabbed Tarquin in the chest. The Roman king fell, howling in pain, ripping the sword hilt from Hazel’s grip. He collapsed against the information desk, clutching the blade with his skeletal hands.
Hazel stepped back, waiting for the zombie king to dissolve. Instead, Tarquin struggled to his feet, purple gas flickering weakly in his eye sockets.
“I have lived for millennia,” he snarled. “You could not kill me with a thousand tons of stone, Hazel Levesque. You will not kill me with a sword.”
I thought Hazel might fly at him and rip his skull off with her bare hands. Her rage was so palpable I could smell it like an approaching storm. Wait…I did smell an approaching storm, along with other forest scents: pine needles, morning dew on wildflowers, the breath of hunting dogs.
A large silver wolf licked my face. Lupa? A hallucination? No…a whole pack of the beasts had trotted into the store and were now sniffing the bookshelves and the piles of zombie dust.
Behind them, in the doorway, stood a girl who looked about twelve, her eyes silver-yellow, her auburn hair pulled back in a ponytail. She was dressed for the hunt in a shimmering gray frock and leggings, a white bow in her hand. Her face was beautiful, serene, and as cold as the winter moon.
She nocked a silver arrow and met Hazel’s eyes, asking permission to finish her kill. Hazel nodded and stepped aside. The young girl aimed at Tarquin.
“Foul undead thing,” she said, her voice hard and bright with power. “When a good woman puts you down, you had best stay down.”
Her arrow lodged in the center of Tarquin’s forehead, splitting his frontal bone. The king stiffened. The tendrils of purple gas sputtered and dissipated. From the arrow’s point of entry, a ripple of fire the color of Christmas tinsel spread across Tarquin’s skull and down his body, disintegrating him utterly. His gold crown, the silver arrow, and Hazel’s sword all dropped to the floor.
I grinned at the newcomer. “Hey, Sis.
”
”
Rick Riordan (The Tyrant’s Tomb (The Trials of Apollo, #4))
“
Seperti kau tahu Nak, langit akan menjatuhkan banyak sekali kejadian dan peristiwa, sebagian untuk diingat dan sebagian lagi untuk dilupakan. Ada yang baik dan ada pula yang tak baik. Ada yang menyenangkan ada pula yang tidak menyenangkan.
Bisa jadi, mereka akan menyapamu dengan tawa dan kegembiraan. Persis seperti setumpukan lego yang engkau mainkan waktu engkau masih kecil dulu. Setiap sentuhanmu akan mengubah potongan kardus dan balok balok kecil itu menjadi istana, menjadi benteng, menjadi menara, menjadi masjid dan juga gereja. Bukankah tidak ada kegembiraan yang melebihi kegembiraan serupa itu, Nak?
Tapi tak setiap sentuhan akan menghasilkan keajaiban keajaiban kecil serupa itu. Ada berapa banyak jejak yang sudah lama kau tinggalkan di halaman rumah? Berbulan bulan Bunda mesti menunggu langkah pertamamu. Ada kecemasan dan kekhawatiran saat mengusap dahimu yang berkeringat. Seperti doa yang belum didengar Tuhan meski Bunda tahu, Ia hanya ingin Bunda belajar bersabar.
Mirip dengan sebuah kisah dari Rusia tentang seorang pria yang terpenjara, seorang penunggang nasib celaka yang menunggu waktu kapan ia hendak dibebaskan. Mungkin kesabaran memang harus diuji dengan cara serupa itu, meski sebenarnya ia tidak bersalah. Keajaiban tidak selalu terjadi dalam waktu satu atau dua hari, tapi mungkin butuh waktu bertahun tahun lamanya. Jadi demikianlah Nak, Ia sungguh Maha Tahu tapi Ia sengaja menunggu waktu yang tepat.
Banyak orang akan berlalu lalang di hadapanmu, membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesibukan. Lupa, bahwa ada yang lebih berharga dari kesibukan itu sendiri. Kamu mungkin akan demikian juga. Bergegas setiap pagi menjemput waktu. Berkeras memaknai kata kerja. Tak punya waktu lagi untuk kesibukan lain seperti mencuci, memasak mie instan atau sekedar minum teh.
Tak terbayangkan betapa sibuknya Tuhan saat ini, Ia mesti melihat, mendengar dan melakukan apa saja. Namun bukankah Ia masih menyempatkan diri untuk mencintai dan melakukan hal hal yang sederhana. Seperti bermain dengan burung burung di taman, atau menemani rumput rumput yang tidur rebahan di pinggir sungai. Ia masih suka mendengar orang menyanyikan lagu pujian di gereja atau menyimak santri santri yang sedang mengaji di musala. Ia tetap membiarkan dirinya sibuk, tapi tak pernah melupakan kegembiraan. Ia selalu menambahkan makna baru pada kata sifat dan juga kata kerja. Rutinitas mungkin hanya sebuah kebiasaan, ia menjebak kita dengan sebuah pola yang sama. Jadilah seperti apa yang engkau mau, tapi jangan pernah lupa untuk membuat dirimu sendiri bahagia.
”
”
Titon Rahmawan
“
Penjual nasi tim sudah mulai membuka pintunya. Dari dalam, keluar buar harum yang sedap. Orang-orang yang pulang dari Missa pertama seringkali singgah ke situ. Mengherankan, tidak ada seorangpun yang teringat untuk berkhotbah terhadap laki-laki setengah tua itu beserta isteri dan anak menantunya. Siapa tahu mereka akan tertarik dan ikut masuk gereja. Namun orang-orang mungkin akan cemas juga: kalau mereka berbondong-bondong menghadiri Missa boleh jadi tidak akan ada nasi tim kalau mereka pulang. Atau: nasi tim itu terlalu enak, membuat orang lupa melakukan sesuatu yang ingin dilakukannya.
Bagaimanapun, itulah mereka. Dari hari ke hari, sejak puluhan tahun, dengan setia membuka satu per satu papan-papan di muka rumah pada jam enam pagi. Sebuah meja dan sebuah tungku dikeluarkan. Di atasnya terdapat sebuah panci kaleng, setinggi setengah meter, tempat memasak nasi tim itu. Kemudian mangkuk-mangkuk dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Menantu perempuan memasang taplak-taplak meja seperti yang telah dilakukan sejak ia menikah. Anak laki-laki memeriksa apakah tungku itu cukup arangnya. Sedangkan laki-laki setengah tua itu mulai memotong-motongayam rebus dibantu isterinya yang turut memeriksa kalau-kalau ada bumbu-bumbu yang kurang.
Setiap pagi, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, itulah kerja mereka. Anak laki-laki setelah tamat sekolah, tidak mempunyai tujuan lain kecuali belajar mewarisi keahlian masak ayahnya untuk kemudian menggantikannya setelah dia mati. Orang-orang yang sederhana, yang tidak perlu jauh-jauh dalam mencari bahagia. Mereka sudah lama menemukannya: dalam hati mereka sendiri.
Monik melirik ke arah warung itu, Dilihatnya laki-laki setengah tua itu. Dilihatnya isterinya. Mereka betul. Mereka tidak perlu ke gereja. Tuhan sudah ada dalam hati mereka.
”
”
Marga T.
“
Apa itu rindu?
Jarak yang membentang tanpa alat komunikasi. Itu artinya susah payah. Aku harus mencari telepon umum yang sulitnya setengah ampun. Telepon umum pertama, kabelnya putus. Telepon umum kedua, gagang teleponnya lengket. Telepon umum ketiga, tombol angkanya soak (angka 5 dan 9-nya bolong). Telepon umum keempat, jaraknya puluhan ribu kilometer barulah bisa digunakan dengan baik. Bisa saja aku menggunakan fasilitas telepon di minimarket di pangkalan bensin, tetapi aku selalu lupa mampir ke sana. Tidak ada yang buka 24 jam dan aku selalu ingat saat telah tengah malam.
Aku jadi berpikir mengenai kemungkinan lain. Aku akan menulis surat panjang. Panjang sekali karena aku akan bercerita mengenai segala hal. Dan, sekali dalam sepekan, atau sekali dalam sebulan, aku akan mendorong masuk surat tebal tersebut ke dalam kotak surat (atau aku akan mengirimkannya langsung melalui kantor pos). Selanjutnya, aku akan mengayuh sepeda, pergi melanjutkan perjalanan tanpa mengharap balasan. Aku sedang tidak memiliki alamat pasti, bukan?
”
”
Desi Puspitasari (On a Journey)
“
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un,
Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta....
Requiescat in pace et in amore,
Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih....
Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi?
Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlalu tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian.
Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup?
Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri.
Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri.
Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
”
”
Titon Rahmawan
“
Descartes begitu mengagungkan rasio, katanya Cogito ergo sum maksudnya "Aku berfikir, jadi aku ada." dengan itu ia bermaksud, bahawa akal budi pemikir (cogitare), adalah sumber, khalik, ukuran serta norma dari segala kebenaran tentang Allah, manusia dan dunia. Ia yakin bahawa rasio manusia itu, apabila mengikuti hukum-hukum logiknya sendiri, sanggup memberi jawapan terhadap pertanyaan sukar tentang Allah, manusia dan dunia. Rasio ditempatkan pada tempat yang tertinggi, dan menjadikannya berdaulat. Ia lupa, bahawa kita seharusnya mengatakan Deus est, ergo sum bererti "Tuhan itu ada, jadi aku ada.
”
”
Endang Saifuddin Anshari (Sains Falsafah dan Agama)
“
Went people die they won't suffer anymore" itu penggalan kalimat yang diucapkan Scott padaku. Entah kapan ia mengucapkan hal itu aku tidak mampu mengingatnya. Aku kira bukan waktunya yang penting, melainkan apa maksud dibalik kalimat yang ia ucapkan. Aku juga lupa, apakah ia mengucapkan kalimat itu dalam diri Jim saat jantungnya terhenti ketika ia tengah berendam di dalam bathtube di apartemennya di Paris? Atau mungkin pula ketika ia masih bercokol dalam tubuh Dwi Retno saat ia mulai mengiris pergelangan tangannya sendiri dengan sebilah silet. Atau barangkali saja, saat ia tengah bergelut dengan sakratul maut dalam tubuh Ruh. Tentang bagaimana aku mengingatnya masih serupa khayalan atau mimpi yang bercampur aduk dengan rupa rupa realitas.
Tapi yang jelas, ada begitu banyak momen di mana aku berasa begitu dekat dengan kematian. Kematian bapak, lalu kematian ibuk dan kemudian kematian Ruh. Kematian itu sendiri mungkin saja telah mengakhiri semua penderitaan mereka di dunia ini, tapi yang jelas bukanlah penderitaanku. Betapa selama ini aku tenggelam dalam sebuah keyakinan, bahwa penderitaan manusia yang terbesar adalah karena kemelekatan mereka pada dunia ini. Dan keberadaan Scott dalam hidupku sungguh sungguh menegaskan segala hal itu. Mulai dari gambaran yang ia lihat dalam momen kematian seorang Indian yang mengalami kecelakaan di sebuah jalan berdebu di gurun Minessota. Lalu bersambung dengan momen saat Dwi Retno mencoba mengakhiri hidupnya sendiri dengan silet dan memuncak dalam detik detik ketika maut menjemput Ruh.
”
”
Titon Rahmawan
“
When we don’t feel connected to a place, it becomes anonymous, and that anonymity is what allows us to be so destructive: we believe we don’t have to care about something we know nothing about. We depersonalize the land and then simply take what we want from it, thinking there won’t be any consequences. But when we do this, we’re actually destroying our own life-support system.
”
”
Lupa (Nature Spirituality From the Ground Up: Connect with Totems in Your Ecosystem)
“
POHON HAYAT
Demikianlah, ia melekapkan bunga pada malainya, putik pada tangkainya, daun pada rantingnya dan buah-buah berwarna kuning cerah pada setiap cabang dari dahan pohon pengetahuan itu. Sebagaimana ia melekatkan putih yang semenjana pada paras wajah perempuan yang ia ciptakan dari tulang rusukku.
Sedemikian rupa, ia pulaskan secebis rona apel merah pada keluk bibirnya untuk menyenangkan hatiku. Lalu ia gabungkan kilau cahaya Sirius, Canopus dan Arcturus pada bening biji matanya agar aku dapat berkaca di kedalamannya yang hijau lumut.
Dan kemudian, dibuatnya sepasang lengkung alis mata dari iring-iringan semut gajah agar menjadi taman tempat aku bermain-main. Sementara pada gerai rambutnya dibalutkannya hitam yang berombak seperti laut yang di dalamnya aku bisa bersembunyi.
Tapi melampaui semua itu, dibuhulnya rimbun semerbak semak lantana tepat pada pangkal pahanya, yang padanya aku akan jatuh berahi. Dan lalu dipahatnyalah sepasang tempurung pembangkit nafsi yang kenyal mengkal, serupa tatahan sempurna ranum buah mangga pada busung dadanya. Tak lupa ditambahkannya puting anggur kirmizi pada puncak susu perempuan itu, agar nanti ia bisa menjelma sempurna menjadi ibu dari anak-anakku.
Namun aku sengaja tak memberinya nama, sampai semua yang lain selesai aku beri sebutan. Pada yang hijau aku beri nama hujan. Pada yang biru aku beri nama langit. Pada yang kelam aku beri nama malam. Pada yang terang aku beri nama siang.
Demikian pun pada mereka yang mengeriap. Pada mereka yang berjalan dengan empat kaki. Pada mereka yang melata dengan perutnya. Pada mereka yang terbang di langit. Pada mereka yang berenang di dalam air serta pada segala yang berkilauan di angkasa raya. Bahkan pada semua jenis kerikil dan batu-batu, aku menyematkan nama mereka satu persatu.
Begitulah, segala sesuatu memperoleh nama dan sebutannya masing-masing. Supaya kepada setiap nama itu aku dapat memanggil dan di dalam nama itu mereka dapat dikenal. Akan tetapi, khusus bagi perempuan itu (sebab ia adalah satu-satunya yang tercipta dari tulang rusukku) maka aku hendak memberinya nama yang teristimewa. Sebuah nama yang paling indah dari semua nama yang telah aku berikan.
Akan tetapi, aku tak kunjung menemukan nama yang sesuai bagi dirinya. Sampai kemudian, tepat di mana bertemu empat buah sungai, kulihat ia sedang memintal air matanya hanya sepuluh langkah dari pohon pengetahuan itu.
Aku mendapati perempuan itu tengah duduk bersimpuh mengaduk-aduk tanah dan membuat adonan lempung dengan air matanya.
"Apa yang sedang engkau perbuat, wahai Perempuan?" Tanyaku pada dirinya.
"Aku sedang membuat ramuan cinta, untuk membuhul ikatan abadi di antara kita berdua..." demikian ia menjawab pertanyaanku.
Dan pada saat itulah aku mendapatkan sebuah nama yang tepat untuk dirinya. Eva, itulah nama yang kemudian aku berikan padanya. Sebab ia adalah ibu dari semua kehendak alam dalam diriku. Aku persembahkan baginya nama yang paling indah, tepat di muara pertemuan empat buah sungai; Gihon, Pison, Eufrat dan Tigris.
Jadilah ia lelai akar untuk menyempurnakan suratan tangan kami. Ia adalah telur kesunyian di mana aku akan menyemai seribu benih. Semenjak pertama kali aku menatap wajahnya saat aku terjaga dari tidur yang panjang dan mendapati dirinya berbaring telanjang di sebelahku. Aku tahu, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pohon kehidupan. Ibu dari semua ibu yang akan melahirkan anak cucu keturunanku.
”
”
Titon Rahmawan
“
Kiša pada danim, zlobno skakuće po ćeramidi starog tekijskog krova, vidik je zamračen, nejasan, po tavanu iznad moje glave
hodaju nevidljive noge, ima jedna greda koja udara u glavu, ima jedan vjetar koji lupa kapkom i jedan miš kojiviri iz ćoška.
Ima jedno djetinjstvo koje tužnim očima gleda iz mraka.
Na trenutak uspijevam da mislim kao taj daleki usamljeni dječak, da osećam i strepim kao on. Sve je ljepa tajna, i sve ima samo budućnost ili
neko bezgranično trajanje, oko svega su jaki odsjaji, duboka radost ili duboka tuga. To nisu događaji, već raspoloženja, ponekad su dolazila sdama, kao blag vjetar,
kao tihi sumrak, kao nejasno svjetlucanje, kao opojnost. Ili su se javljale iskidane slike, lica što u magnovenju planu u tami, nečiji smijeh u sunčano jutro,
odsjev mjesecana tihoj rijeci, čvornovato drvo na okuci, nisam ni slutio da postoje u meni te čestice bivšeg života, niti sam znao zašto su se zadržale toliko vremena.
Je li moguće da su značile mnogo nekad, zato su se i upile u pamćenje, pa se zaturile, kao stare igračke.
Zaboravio sam sebe bivšeg, utopljenog u vrijeme, i sad su isplivali razbijeni ostaci i olupine.
Sve sam to ja, isitnjen, sav od komadića, od odsjaja, probljesaka, sav od slučajnosti, od nerapoznatih razloga, od smisla koji je postojao pa se zaturio, i sada više ne znam što sam u tom kršu.
”
”
Meša Selimović (Death and the Dervish)
“
Amnezije
Potpuni zaborav je stanje sreće, blaženstva koje se trude da stignu sanjari; tabula rasa, utapanje u ništavilu, kupelj ljudskog duha i nerava. Amnezija je poratna bolest, kao i srcobolja, odjek velikih kriza. Nisu sve amnezije jednake, jer nismo svi jednaki mjsečari.
Paramnezija je jedna žena na igalu, u svijetloj haljini, koja nam maše maramom čim je parobrod prestao da zviždi. Naš je pravac: Sretna Ostrva, blagoslovljena Orionom, Andromedom. Putovanje vodi u nepoznati plavet, plavet se raspršava u bjelinu, pjene talasa i prestanak neba. Putujemo, bez sjećanja, bez uspomena, bez pamćenja. Putujemo, bez sebe. U istom ovom prizoru kao da smo već jedanput bili.
No ima raznih zaborava, raznih načina da se gubi veza. Opijum, filmovi. Prošlost postaje sve više mrtva gruda zemlje, okovi; bježimo od prošlosti. Svijet je velik, a ništavilo i praznina još veći. Evazija u smijeru nirvane. Gdje god je hvataljak popustila, zaborav nastaje i širi se. Zaborav hvata sve stvari koje ostaju bez oslona i uporišta. Jer se toliko zaborava širi, raspoznajemo da mnoge stvari nisu čvrste. Ne drže se, ne odolijevaju.
Zaborav... Kliješta popuštaju. Iza zaborava nije mir... Iza zaborava se izvija nemir, kao što biva sa stanarom iza zaključanih vrata koji ne može da izađe. Zaborav je odnio ključe. U sobi osamljenik je nemiran, on se trza, traži izlaz, traži ključeve i u zidove, u vrata lupa, lupa.
Lupaju samotari u izbi zaborava, ali do njih ne dolazi odgovor. Teško je povezati pređu na mjestu gdje se prekinula, a pamet bolesnika nije nit magioničara koja se svejedno nastavlja kao da se nije prekinula.
Novi ljudi... Vidite ih po perivojima. Zaboravljeni, zaboravljeni. Poneki od njih vraća se s izleta, smiješi i čini mu se da je žrtva duge, duge hipnoze.
”
”
Tin Ujević
“
Engkau Tak Pernah Pergi
Suatu hari ia menemukanmu dalam lembar kenangan di dalam saku kemeja yang terlipat rapi di almari.
Semestinya kau tak datang lagi setelah bertahun ingatan berusaha menghilang seperti hantu yang menolak untuk dicintai.
Tapi ternyata engkau tak pernah pergi. Dan setelah itu, ia mendapatimu hadir di mana- mana. Sebagai rasa sakit yang bersikeras ingin membuat perhitungan yang tak kunjung selesai.
Seperti pintu amarah yang digedor orang di malam hari hanya untuk mengambil kembali rahasia-rahasia yang dulu pernah di sembunyikannya.
Mengapa engkau tak mau pergi, sebagai orang yang dicintai laut? Bukankah laut itu pula yang dulu menerima semua keluh-kesahmu tanpa pernah bertanya-tanya?
Bukankah ia pula muara sungai yang sama yang mengantarkan dirimu menerjemahkan arti sebenarnya dari kata kebahagiaan?
Tapi engkau tak mau pergi dalam wangi bunga arum dalu yang ingin di ingatnya selalu setiap jelang sore tiba.
Atau sebagai tetes air hujan yang ingin disimpan dan diabadikannya sebagai kenangan di dalam pikiran yang senantiasa resah.
Bukan pula butiran tasbih yang didaraskannya sebagai doa yang tak henti diucapkannya saat matanya terjaga sementara tubuhnya terbuai di dalam mimpi.
Engkau tak pergi sebagai perempuan yang pernah mengisi hatinya dan selamanya akan terus dicintainya, sekalipun puisi-puisi yang dituliskannya atas namamu tak pernah lagi kaubaca.
Sementara ia seperti sengaja membiarkan kebodohannya sebagai ungkapan perasaan cinta. Perasaan yang ia agungkan sebagai anggur penawar lupa, yang sesekali ia minum sebagai satu-satunya pengobat sepi.
Kau tidak pergi sebagai kerinduan yang menghantui perasaan-perasaan yang tidak mampu ia terjemahkan selain sebagai penderitaannya sendiri.
Dan ia masih menyimpan kesedihanmu, sayu tatap matamu, sikap diammu agar tak pernah terusik waktu. Walau engkau terus saja memberinya luka-luka baru, yang entah mengapa tak pernah dapat ia sembuhkan.
”
”
Titon Rahmawan