Dibuang Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Dibuang. Here they are! All 16 of them:

β€œ
Satu-satunya cara untuk mengetahui asal-usulmu adalah keluar, lalu kembali. Kamu pikir si Adam itu tahu dirinya istimewa kalau tidak dibuang dulu ke bumi?
”
”
Dee Lestari (Supernova: Akar)
β€œ
Kenangan lama memang manis dan nyaman. Dan, kadang-kadang bergelora juga dengan gelombang-gelombang. Tetapi hanya itulah sahaja yang wujud sekarang ini. Sebuah kenangan adalah sebuah rahmat yang sulit dibuang. Ia memberi kesejahteraan di waktu-waktu seperti sekarang.
”
”
Shahnon Ahmad (Tunggul-Tunggul Gerigis)
β€œ
Kita tak akan ditinggalkan Tuhan. Jangan takut sewaktu menjadi orang terbuang. Takutlah pada kita yang membuang waktu. Kita tidak dibuang, kita yang merasa dibuang. Kita tidak ditinggalkan, kita yang merasa ditinggalkan. Ini hanya soal bagaimana kita memberi terjemah pada nasib kita.
”
”
Ahmad Fuadi (Anak Rantau)
β€œ
Dunia normal adalah dunia yang tegas dan diam-diam selalu mengeliminasi objek yang dianggap asing. Mereka yang tak layak akan dibuang.
”
”
Sayaka Murata (Convenience Store Woman)
β€œ
Percayalah kepadaku dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh Luna. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa apapapun yang terjadi seburuk apapun yang dikatakan orang, kau bisa pegang satu hal yang pasti, bahwa aku mencintaimu. Amat sangat mencintaimu..." Rafael menundukkan kepala dan mengecupi jemari Elena, "Rasanya sangat sakit, ketika kau mencintai seseorang, tetapi tidak dipercaya. Rasanya seperti cintamu ini sampah dan dibuang begitu saja." ~Rafael Alexander
”
”
Santhy Agatha (Unforgiven Hero)
β€œ
mereka begitu sibuk mengecat kembali rumah-rumah yang warnanya telah pias dan mewarnai kain dengan sumba yang kental. Baju-baju yang warnanya pudar dibuang, diganti dengan yang lebih mencerang. Mungkin kepiasan mengingatkan mereka pada kematian. Karena itu, ia harus dihindari.
”
”
Soe Tjen Marching (Mati, Bertahun yang Lalu)
β€œ
Ada begitu banyak kemalangan, namun dari semua itu kebodohanlah yang tinggal menetap. Orang-orang bodoh melihat, mendengar dan merasakan seperti orang-orang lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman atas diri sendiri dan keadaan di sekelilingnya. Berusaha memahami si bodoh adalah suatu tindakan yang sia-sia, pada akhirnya tanggapan mereka hanya akan membangkitkan amarah dan kejengkelan. Kebodohan serupa botol yang memiliki lubang di dasarnya, Seberapa pun banyaknya kebaikan dan pengetahuan yang kita tuang ke dalamnya ia akan berlalu dengan sia-sia. Mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang bebal adalah mereka yang menukar sahabatnya dengan uang, dan menggantikan saudaranya dengan kilau emas dan permata. Hati orang bodoh ada dalam lidahnya dan dengan hal itu ia menggembar-gemborkan kelebihannya yang tak lain adalah sebuah omong-kosong. Sebaliknya, lidah orang bijak ada adalam hatinya dan ia memeliharanya dengan sangat hati-hati agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak perlu. Dan bahkan, hidup orang bebal jauh lebih buruk dari kematian. Orang-orang bebal dan dungu hanya akan menjadi beban bagi kehidupan, karena seumur hidup mereka tak pernah mau belajar. Kebodohan adalah batu pejal yang dibuang orang ke dalam sungai karena menghalangi orang yang akan lewat. Kebodohan punya banyak nama dan mereka menunjukkan wajahnya dalam berbagai wujud. Aku dapat menyebutkan sejumlah di antaranya, yaitu: egoisme dan keras-kepala, bebal dan degil, sikap anarkhi yang membabi buta, sikap acuh-tak acuh dan ketidak-pedulian, pembenaran diri sendiri, tak mau mendengar nasehat, dan kecerobahan yang tak terobati.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Memikirkan apa yang perlu dibuang dan cara kita menyikapi barang yang kita milikiβ€”ini, seperti yang sudah saya katakan, sejatinya sama dengan memikirkan cara kita menjalani hidup.
”
”
Nagisa Tatsumi (The Art of Discarding: How to Get Rid of Clutter and Find Joy)
β€œ
Kalau sampeyan nanti pulang, tolong ajak saya, bawa saya ini. Saya akan sangat berterimakasih kalau sampean bisa bawa saya keluar dari daerah ini. Saya sudah cukup lama disiksa oleh keadaan, sementara saya tidak tahu jalan keluar - Sulastri Dari Sompok Semarang Yang Dibuang Jepang di Pulau Buru
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Perawan Dalam Cengkeraman Militer)
β€œ
12 kali JIKALAU Alangkah baiknya kita menoleh ke belakang. Melihat kronologi episod - episod kisah Nabi Allah Yusuf ini. Bagaimana kebaikan dan hikmah itu datang setelah ujian dariNya silih berganti: Jikalau saudara - saudara Yusuf tidak mengkhianatinya sudah pasti Yusuf tidak akan dibuang ke dalam Jubb (telaga). Jikalau Yusuf tidak dibuang ke dalam Jubb, pasti musafir tidak akan menjumpainya. Jikalau musafir tidak menjumpainya, pasti Yusuf tidak akan dibawa ke Mesir. Jikalau Yusuf tidak dibawa ke Mesir, pasti Yusuf tidak akan dibeli oleh Qithfir. Jikalau Qithfir tidak membeli Yusuf, pasti Yusuf tidak akan bertemu dengan Zulaikha. Jikalau Yusuf tidak bertemu dengan Zulaikha, pasti Yusuf tidak akan digoda olehnya. Jikalau Yusuf tidak digoda Zulaikha, pasti Yusuf tidak akan difitnah oleh Zulaikha. Jikalau Yusuf tidak difitnah, pasti Yusuf tidak akan dimasukkan ke dalam penjara. Jikalau Yusuf tidak masuk penjara, pasti Yusuf tidak akan bertemu dengan 2 orang pelayan Raja Mesir. Jikalau Yusuf tidak bertemu dengan pelayan Raja Mesir, pasti Yusuf tidak akan bertemu dengan Raja Mesir lalu mentafsirkan mimpi 7 ekor lembu gemuk dimakan oleh 7 ekor lembu kurus dan 7 tangkai tanaman hijau dan yang selebihnya adalah kekeringan dan kekuningan. Jikalau Yusuf tidak mentafsirkan mimpi raja dan menyelamatkan Mesir dari kemarau, pasti Mesir tidak akan terhutang budi pada Yusuf. Jikalau Mesir tidak terhutang budi, pasti Yusuf tidak akan dilantik menjadi Pemerintah Mesir.
”
”
Rashidy Jamil Muhammad Ar Rashid (Tribute Buat Nenda)
β€œ
Kita boleh ditinggalkan, tapi jangan mau merasa ditinggalkan. Kita boleh dibuang, tapi jangan merasa dibuang.
”
”
Ahmad Fuadi (Anak Rantau)
β€œ
Sudah merupakan suratan nasib Sukarno, untuk menyusun pergerakan yang membuat dia masuk penjara, lalu dibuang, tapi kemudian dia akan membebaskan kita semua. Sukarno bukan lagi milik orangtuanya. Karno sudah menjadi milik rakyat Indonesia. Kami harus menerima kenyataan ini - Ibu
”
”
Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
β€œ
Reda kena ikhlas, ikhlas daripada rasa terkilan. Seumpama macam kita masuk tandas lepas tu kita flush! Di mana kita tak tengok apa yang dah dibuang tu. Lepaskan rasa sakit tu tanpa rasa terkilan. Ikhlaskan hati jadi hamba, ikhlaskan hati menerima aturan-Nya.
”
”
Ezza Mysara (Bukan Cinta Secondhand)
β€œ
Perlu kauketahui, anak-anak perasaannya sangat tajam," kata Miss Marple sambil mengangguk. "Perasaan mereka lebih tajam daripada yang bisa dibayangkan orang-orang di sekelilingnya. Rasa disakiti, rasa dibuang, rasa tak dimiliki. Itu adalah perasaan-perasaan yang tak bisa hilang begitu saja, meskipun diimbali dengan hal-hal yang menguntungkan sekalipun. Pendidikan tak bisa menggantikannya, tidak pula hidup yang nyaman, atau penghasilan yang tetap, atau terbukanya jalan untuk suatu profesi. Itu suatu hal yang menggores dalam-dalam di hati.
”
”
Agatha Christie (The Mirror Crack'd from Side to Side (Miss Marple, #8))
β€œ
Apabila mujadid dipenjarakan oleh pihak yang zalim, ertinya dia bertapa. Apabila dibuang negeri, ertinya melancong, dan apabila dibunuh, ertinya mati syahid, iaitu martabat tertinggi yang menjadi idaman semua orang (Jamaluddin al-Afghani)
”
”
Mahmood Zuhdi Haji Abdul Majid
β€œ
Dulu vs Sekarang: Warisan yang Hampir Hilang Zaman dulu ada seorang bocah naik sepeda berkilo-kilo, hanya untuk sampai ke sekolah di luar kampungnya. Ada anak lain yang mesti berjalan sampai kaki pegal ke rumah temannya hanya untuk meminjam buku bacaan. Tapi anehnya, mengapa anak sekarang malas melangkah? Malah merasa bangga disebut kaum rebahan. Mereka juga malas membaca padahal semua ilmu ada di genggaman layar kaca. Orang dulu mengumpulkan receh demi membeli sebidang lahan, membangun rumah sedikit demi sedikit, lantainya mungkin tanah, atapnya sering bocor, tapi ada mimpi yang mereka renda di atas atapnya, harapan yang mereka pahat di setiap dindingnya. Lalu bagaimana orang sekarang melihat dirinya? Bekerja sepuluh tahun pun, rumah masih berhenti sebatas imajinasi. Gaji pertama langsung ludes dalam gebyar pesta perayaan semalam dan cicilan gawai terbaru. Air minum, bagi orang dulu, direbus penuh sabar di tungku kayuβ€” sisa panasnya dipakai untuk berdiang menghangatkan tubuh. Bagi orang sekarang, air minum harus bermerek; Cappucino, espresso, latte atau matcha boba kekinian dikemas dalam plastik sekali pakai, diminum bukan karena haus, tetapi agar terlihat keren saat di foto. Barang orang dulu awet seperti doa: sepeda diwariskan, lemari antik dipelihara, kain batik disimpan hingga pudar warnanya. Barang orang sekarang sekali lewat hanya sebatas tren: baru sebentar sudah merasa bosan, dibuang, ditukar, ditinggalkan, seperti janji-janji yang tak pernah ditepati. Dulu banyak anak dianggap rezeki, meski rumah hanya seluas kamar kos-kosan saat ini. Tapi nyatanya, lima anak semua jadi sarjana, hidup nyaman sejahtera. Sekarang, satu anak saja dianggap beban, lalu diputuskan tak perlu lahir sama sekali. Di mana lagi bisa kita temukan kerja keras, pengorbanan dan kebijaksanaan? Apakah ini sekadar paranoia yang dibungkus logika yang sengaja dibengkokkan? Makanan dulu dinikmati sekadar untuk bertahan hidup: singkong, jagung, bubur, nasi lauk kerupuk, sayur dan sambalβ€”kenyang sudah cukup. Sekarang, makanan harus enak, harus estetik, di kemas cantik, difoto dulu sebelum disantap. Dan bila tidak sesuai ekspektasi rasa nikmat di lidah, langsung dicaci, langsung diviralkan, seolah perut telah kehilangan rasa syukur dan penghargaan anugerah dari Tuhan. Tabungan dulu jadi jimat yang dianggap keramat: uang disimpan dalam celengan tanah liat, ditabung serupiah demi serupiah buat beli tanah, sawah, tegalan. Emas disimpan dan dipelihara bukan cuma untuk dikenakan di pesta hajatan pernikahan. Sekarang malah sebaliknya, uang dibakar dalam pesta, dihabiskan di kafe, tiket konser, memburu diskon belanja palsu. Hidup bukan lagi tentang menyiapkan hari esok, melainkan tentang menguras apa yang bisa dihabiskan hari ini. Orang dulu sabar menahan diri, puasa bukan sebatas ritual setahun sekali menjelang idul fitri. Mereka tahu, lapar dan lelah adalah guru. Sabar dan diplin adalah ilmu yang tak kalah penting dari pelajaran di sekolah. Anak masa kini terjebak FOMO: takut tertinggal tren, takut tak dianggap, hingga lupa kalau waktu yang hilang tak pernah lagi bisa dibeli. Ironinya membayang di depan mata: Orang dulu hidup sederhana tapi tenang, karena kebahagiaan mereka berakar pada makna. Orang sekarang hidup mewah tapi gelisah, karena kebahagiaan mereka mesti hadir setiap waktu, terpampang indah hanya di atas layar, namun mudah dipadamkan lewat satu sentuhan jari. Dan kelak, ketika semua berlalu, yang tertinggal hanyalah penyesalan yang tak bisa diputar kembali. Mereka akan bertanya pada dirinya sendiri: mengapa aku begitu sibuk mengejar bayangan, hingga lupa merawat cahaya matahari yang sesungguhnya? Surabaya, September 2025
”
”
Titon Rahmawan