Bahu Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Bahu. Here they are! All 21 of them:

maa tujhe salaam pher lete hai nazar jis waqt bete or bahu.. ajnabi apne hi ghar me hae ban jati hai maaa..
Muhammad Iqbal
Through study and learning they earn the pleasure of princes- What comes of such learning? Butter never rises from boiling sour milk. Speak bird! What do you yearn by pecking newly sprouted grain? Nursing one broken heart, Bahu, is equal to the worship of many years.
Sultan Bahu
In the country of the insane, the integrated man doesn’t become king.” Mr. Bahu’s face was positively twinkling with Voltairean glee. “He gets lynched.
Aldous Huxley (Island)
Kalau seseorang sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seisi jagat raya bahu-membahu membantu orang itu memuwudkan impiannya.
Paulo Coelho
Engkau duduk disampingku, dan aku perkuat bahu kananku untuk kau bersandar..
Hilaludin Wahid
... Lelaki adalah anak-anak pohon keramat, diketam dan diupam menjadi kotak coklat, tabah dalam asuhan hujan dan matahari, menyediakan bahu dan dadanya untuk ditangisi Perjuangannya sederhana, mati sebagai pelukan
Syah Sandyalelana
Aku menikahimu, 'kan? Itu artinya aku harus mengingat apa pun tentangmu karena kita akan bertemu dan hidup bersama setiap saat." Dia meletakkan sendoknya lalu meraih sumpit. "Kecuali kau ingin menghentikannya," lanjutnya sambil mengedikkan bahu. "Bertemu dan hidup bersamaku.
Yuli Pritania (Colover)
Kau berkata setia saat bersamaku Dan membiarkan pipimu bersandar pada bahuku Namun ketika kita berjauhan Kau memilih bahu yang lain tuk bersandar Sakit sekali ketika itu terjadi berkali-kali
Lee Risar
Banyak jalan terbuka, bila ada teman yang bahu-membahu, mencari dan menemukan jalan itu! Kita tak dapat memencilkan diri untuk termenung atau berputus asa!
Nasjah Djamin (Ombak Parangtritis)
Sultan bahu none as hazrat sultan bahu born in Punjab Pakistan was sufi sent and sufi poet his poetry is very famous in world his poetry and naat videos you can watch in this web as well as books audios TV and discussion forum in
Sultan Bahu
Kau… merindukannya?” tanya Zhang Mi, memecah keheningan di antara mereka. “Mmm.” Hyun Ki masih menatap langit. “Aku tahu cerita Gege tentang surga di atas langit, di mana eomma-ku tinggal dan mengawasiku dari sana tidak nyata, tapi….” “Siapa bilang tidak nyata?” Zhang Mi kembali menoleh pada Hyun Ki. Hyun Ki menggerakkan bahu. “Aku.” -Cerita 3: Angela, TMHOLT-
Ida R. Yulia (Take My Hand, One Last Time)
Dunia Barat, mengapa kalian tidak pernah bisa menunjukkan simpati kalian kepada kami? Menunjukkan bahwa kalian sedikit menyukai kami? Kenapa kalian menendang tulang kering kani dan bukan menepuk bahu kami ... sekali saja?!
Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
(“I got around a lot” [bahu aham caranti] has the same double meaning in Sanskrit as it has in English—to move from one place to another and from one sexual partner to another—as well as a third, purely Indian meaning that is also relevant here: to wander as a mendicant.)
Wendy Doniger (The Hindus: An Alternative History)
Pengkhianat ada di mana­mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa,” kata Bram mengangkat bahu. “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita per caya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
Pengkhianat ada di mana-­mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa,” kata Bram mengangkat bahu. “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita per caya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
Pengkhianat ada di mana­-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa,” kata Bram mengangkat bahu. “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
A thankful person is thankful under all circumstances. A Complaining soul complains even while living in paradise.
Bahá'u'lláh
So Pala will have to be changed-is that your conclusion?" Mr. Bahu nodded. "Radically." "Root and branch," said the Rani with a prophet's sadistic gusto. "And for two cogent reasons," Mr. Bahu went on. "First, because it simply isn't possible for Pala to go on being different from the rest of the world. And second, because it isn't right that it should be different." "Not right for people to be free and happy?" (...) "Not right," he insisted. "Flaunting your blessedness in the face of so much misery - its sheer hubris, its a deliberate affront to the rest of humanity. Its even a kind of affront to God.
Aldous Huxley (Island)
He, who disregards, is like a blind person, And he, who looks everywhere,is (not a human being) animal, Noor ul Huda Qalan / Noor-ul-Huda kalan
Sultan Bahu (Rasala Rohi Sheriff - Translation Mr Zaheer Gondal Abbas)
Sasural Mein Samjhauta? [+91.82197.26731]Vashikaran Expert se Baat Karein! Samadhan ke liye call karein: +91.82197.26731. Saas-bahu jhagde ya devar se tension hai? Vashikaran se ghar ki shanti wapas laayein. जिन पति-पत्नी के बीच रोजाना झगड़े होते हैं, उन्हें घर में शिव और पार्वती की मूर्ति रखनी चाहिए। रोजाना इनकी पूजा करें और भगवान से सुखी वैवाहिक जीवन के लिए प्राथर्ना करें। इसके अलावा घर की उत्तर दीवार पर विष्णु भगवान और लक्ष्मी जी की तस्वीर लगाएं। ऐसा इसलिए क्योंकि उन्हें प्रेम का प्रतीक माना जाता है। Sasural Samjhauta ke Liye Vashikaran Shanti Mantra: "Om Shanti Shanti Shanti" ka jaap roz karein. इसमें दोनों पक्षों को स्वेच्छा से भाग लेना होगा। इसके लिए निष्पादन के समय प्रासंगिक जानकारी का पूर्ण और निष्पक्ष खुलासा आवश्यक है। शर्तें अनुचित, अन्यायपूर्ण या एकतरफा नहीं होनी चाहिए। दोनों पक्षों को समझौते पर हस्ताक्षर करना होगा। Totka: Ghar ke main gate pe gangajal chhidakein. Vashikaran Specialist ke Tips: Family members ko positive karne ke liye raksha kavach. Expert Kyu Hai Important? Sasural ke har member ki energy ko samajhkar solution dena. Kala jadu ke asar ko check karna. Call Karein: +918219726731 (Guaranteed Results).
Marcus Aurelius (365 Stoic Reflections)
Politik Identitas: Opera Tanpa Kepedulian Kita hidup di zaman ketika suara rakyat hanyalah gema kosong yang dipakai untuk meramaikan panggung hiburan, lalu dilupakan begitu lampu kamera padam. Politik telah berubah menjadi pasar malam, sebuah sandiwara: penuh warna, penuh janji, penuh tawa usang—tapi ketika siang datang, yang tersisa hanyalah bungkus kotoran sampah berserakan. Identitas dijadikan komoditas, bukan lagi jati diri. Agama, suku, bahkan luka sejarah—semua bisa diperdagangkan. Kita dipecah-belah, bukan untuk menguatkan, melainkan agar lebih mudah dikendalikan. Di tengah-tengah hiruk-pikuk keramaian kota, orang berdemonstrasi membakar ban merusak pembatas jalan, pengemudi ojol tewas digilas roda gila tanpa perasaan. Sementara itu, mata dari sebagian kita lebih sering menatap layar handphone daripada wajah sesama. Kepedulian direduksi menjadi like dan komentar basa-basi; simpati tak lebih dari emoji menangis di media sosial. Apakah ini pergeseran nilai, ataukah cermin lama yang baru saja kita sadari keberadaannya? Bangsa yang terlalu lama dijajah, dikebiri, dibungkam. Dan ketika akhirnya bisa bersuara, Ia kemudian memilih berteriak saling caci—bukan merangkul, bukan mendengar. Seperti kuda liar yang lepas kendali, kita berpacu kencang tanpa arah, hanya untuk menabrak seorang nenek tua yang menggandeng bocah di persimpangan jalan. Ironi itu telanjang di depan mata: Setiap hari kita dengar obrolan di warung kopi, orang bercakap tentang negeri ini dengan gelak tawa, nyengir tapi getir: “Negeri Konoha,” begitu katanya— sebuah olok-olok yang lebih populer dari semboyan resmi negara. Di negeri ini, pejabat berdasi bebas menari di ruang sidang, membagi proyek seperti kue ulang tahun yang dengan rakus mereka nikmati sendiri. Inilah negeri para koruptor, negeri para selebritas bermuka dua yang menghisap darah rakyat sambil berkhutbah moralitas di televisi. Kita hidup di tengah paradoks yang nyata-nyata menjijikkan—yang miskin disuruh tabah, kalangan menengah ditekan habis-habisan, sementara yang kaya tersenyum gembira di tengah pesta sambil menepuk bahu kolega— “Bertahanlah terus di atas, Kawan. rakyat tak akan sadar, selama kita beri mereka lebih banyak drama.” Anak muda dijejali mimpi instan: menjadi kaya tanpa kerja, terkenal tanpa karya, berkuasa tanpa tanggung jawab. Flexing jadi ideologi baru; mobil mewah dan tas bermerek lebih dihargai daripada kejujuran dan keberanian. Dan kita pun bertanya dalam hati: Apakah ini konspirasi yang diciptakan agar jarak semakin lebar? Yang miskin tetap menunduk lapar, yang kelas menengah diperas hingga kehabisan napas, dan yang di atas terus berpesta pora dengan tawa penuh tegukan brandy dan separuh ilusi. Seakan kepedulian adalah bantuan sosial yang hanya bisa dipamerkan saat kampanye, bukan dipraktikkan sehari-hari. Namun, di sela semua absurditas itu, masih ada hal-hal kecil yang menolak mati: Seseorang yang diam-diam membagi nasi bungkus kepada para tetangga, seorang guru desa yang terus mengajar meski gajinya telat berbulan-bulan, seorang anak muda yang memilih menanam pohon daripada menanam kebencian. Barangkali inilah yang tersisa dari kepedulian itu: kecil, lirih nyaris tak terdengar, tapi tetap menolak untuk padam. Dan mungkin, harapan kita sebagai bangsa terletak pada bara kecil yang terus menyala—bukan pada gedung megah parlemen, bukan pada wajah keren yang terpampang di baliho, melainkan pada kesediaan hati yang masih mau peduli, meski dunia terus berusaha mengajarkan kita untuk makin acuh tak acuh. Hati yang terusik saat dipaksa kembali pada pertanyaan purba: Apakah kepedulian bisa hidup di tengah hutan kepentingan? Atau hanya tinggal sebagai dongeng usang, yang kelak kita bacakan kepada anak cucu tentang negeri yang konon pernah punya hati, sebelum kemudian, ia digadaikan kepada para penjual janji? Surabaya, September 2025
Titon Rahmawan