“
Zoyya
Ada yang luput tertangkap dalam binar mata Zoyya
Usia muda yang ingin nyatakan dirinya sendiri
Seekor ayam berbulu merah tak kasat mata
Sebuah rahasia yang sengaja ia sembunyikan,
Tertutup rapat dalam pintu kamar terkunci
Dan lubang menganga dari separuh dunia
Siapa melihat Zoyya di sana asyik dengan pikiran sunyi?
Membuat tangga ke surga untuk meraih kebahagiaan
Apakah kau lihat Zoyya dalam dirimu, sebagaimana aku menemukan Zoyya dalam diriku?
Ada kepahitan yang gemetar seperti daun hijau tersentuh angin
Seperti riak air di danau yang menggigil kedinginan
Betapa tikaman senyap itu terasa sangat menyakitkan
Betapa aum kegelisahan itu terdengar sangat menakutkan.
Mungkin, kau tak akan pernah melihat dia menangis
Sepintas, ia hanya tertawa-tawa gembira dalam semesta kecilnya.
Mengubur semua kisah dalam layar ponsel yang tak henti berkedip
Dalam ratusan tanda cinta yang beterbangan ke udara
Kita memuja Zoyya seperti memuja masa kanak-kanak kita yang polos dan mungkin naif
Ketelanjangan yang tak pernah ditutup-tutupi
Hanya bisa menduga-duga berapa usia Zoyya saat ini
Sekali lagi lepas dari tatapan mata berang mama dan papa
Luka yang ia samarkan dari sinar matahari pagi
Dan segala kemungkinan apa yang bisa terjadi di sekolah;
Nama yang sengaja ia lupakan,
Identitas yang tak ingin ia bagi
Tapi betapa...
Betapa usia belia tak berarti apa-apa baginya
Harapan yang tak lagi ia dambakan, kerinduan yang sepertinya tak ia kehendaki.
Ia telah menembus kegelapan itu dengan caranya sendiri
Mungkin ia lupa pulang
Mungkin ia lupa jalan untuk kembali
Sebab rumah hanyalah
sebuah kenangan sedih
yang sudah lama
ingin ia tinggalkan.
Oktober 2025
”
”