Rehat Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Rehat. Here they are! All 7 of them:

β€œ
Dalam perjalanannya dengan kuda berlangsung berhari-hari, setelah rehat, beliau membaca buku-buku ilmiah yang dibawanya. Membaca, bergaul dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan adalah matlamat penting dalam program hidup Sultan Salahuddin al-Ayubi.
”
”
Syed Hussein Alatas (Cita Sempurna Warisan Sejarah)
β€œ
Seorang wanita adalah bulan Memancar cahaya diri, refleksi iman Patuh di putaran orbit ketentuan Tuhan Tanpa angkuh melawan, mempersoalkan Wanita itu adalah bulan Menerangi jalan dengan kelembutan Enggan mengasari Bukan sedingin salji Atau seterik mentari Wanita itu adalah bulan Merembeskan biasan Mapan peribadi Si pahlawan lelaki Dipanggilnya suami Wanita itu adalah bulan Walau jasadnya kecil Dia tidak gentar dan musykil Menjaga jasad sebesar bumi Ibu yang tanpa rehat mengelilingi Agar tiada yang menyakiti Wanita itu adalah bulan.
”
”
Norliza Baharom (Si Dia dari Boston)
β€œ
Semua orang paham jika masing-masing membutuhkan rumah untuk pulang. Kita semua butuh rehat. Kita butuh berlindung dari dinginnya malam dan teriknya matahari. Bukan dengan penghangat ruangan maupun dinginnya AC. Tapi kita mencarinya dengan kehangatan dan kesejukan keluarga. Sebuah keintiman yang menjauhkan kita dari keterasingan.
”
”
Satria Nova (Bintang Hati)
β€œ
Rindu tak mengenal waktu rehat.. Dan jarak mempertebal kabut kerinduan, Lalu diantaranya terdengar doa-doa bergantian, Doaku untukmu... dan doamu untukku.. Malaikat mendengar lalu memanjatkan hanya 1 doa... "KITA" #1125160816
”
”
~dRs~
β€œ
Berhenti mengabari, berhenti menghakimi. Diantara kejenuhan perlu memberi jarak satu sama lain. Maka jangan cari aku bahkan disela-sela puisi para pujangga.
”
”
Galhsimager
β€œ
His heart was gentle and lowly toward us when we were lost. Will his heart be anything different toward us now that we are found? While we were still... He loved us in our mess then. He'll love us in our mess now. Our very agony in sinning is the fruit of our adoption. A cold heart would not be bothered. We are not who we were. When you sin, do a thorough job of repenting. Re-hate sin all over again. Consecrate yourself afresh to the Holy Spirit and his pure ways. But reject the devil's whisper that God's tender heart for your sinfulness. His deepest disappointment is with your tepid thoughts of his heart. Christ died, placarding before you the love of God.
”
”
Dane C. Ortlund (Doux et humble de cΕ“ur: L'amour de Christ pour les pΓ©cheurs et les affligΓ©s (French Edition))
β€œ
Peristiwa - Peristiwa yang Aku Alami Sendiri Hari ini Tanpa Kehadiranmu Aku menyelami pagi seperti menelusuri rutinitas sehari-hari yang menyakitkan seluruh panca inderaku. Sudah beberapa saat lamanya sejak aku tak lagi dapat melihat realitas, tak bisa mendengar kebenaran dan tak mampu berbicara fakta. Segala hal berubah toksik dan menakutkan. Aku terpaksa harus mengenakan kacamata dan masker kemana-mana. Aku memaknai siang seperti menjalani momen yang sama berulang-ulang. Tak ada kutemukan kegembiraan atau keceriaan di situ. Seperti dipaksa minum jamu yang pahit rasanya dan membuat kerongkonganku terbakar. Sudah sebulan ini aku mencerna sore hari tak lebih menyenangkan dari membaca koran pagi, menyeruput segelas kopi dan lalu berdiam diri seolah tak pernah terjadi apa-apa. Aku menakrifkan malam seperti mengeja kata-kata yang berloncatan dari balik kaca jendela yang terbuka menghadap ke langit yang gelap gulita. Kata-kata berguguran menjelma nir makna, bermula dari kekosongan berjalan beriringan menuju kehampaan. Demikianlah, tak aku temukan jejakmu dari semua liputan berita di televisi, tayangan drama sinetron, panorama senja yang berlarian dari laju kendaraan yang bersicepat di jalan atau dari kabar-kabar hoax yang bertebaran di mana-mana. Namamu tak aku dapati di antara butiran partikel yang berterbangan di udara, di dalam hembusan asap rokok atau dalam lembaran pamflet yang tertempel di dinding-dinding kota. Sudah lama sekali aku tidak pernah lagi merasakan getaran hatimu sebagai kerinduan yang ditawarkan kegelapan yang terbaring mati di luar sana. Entah mengapa aku merasa, ada semacam ironi dari rintik hujan yang baru saja turun sebagai isyarat yang selalu gagal kutangkap maknanya saat aku sedang sendirian memikirkan keberadaanmu. Bukankah kita sudah tidak pernah menangis lagi seperti dulu? Sebagaimana kita tak pernah bertengkar lagi setelah masing-masing merasa kehilangan perasaan yang dulu pernah sama-sama kita percayai. Malam ini adalah malam terakhir aku memutuskan untuk menunggu kepulanganmu. Aku melihat troli-troli berjalan sendiri di pusat perbelanjaan bersama sarat beban kemarahan yang mesti ditanggungnya. Seperti ingatan yang tak mampu melupakan beberapa petikan kalimat yang dulu pernah kamu pertanyakan; 1. Menunggu kedatangan kereta adalah sebuah pekerjaan yang membosankan, tapi mengapa tetap saja engkau lakukan? 2. Waktu adalah hal yang paling artifisial di era digital ini. Apa yang mesti kita bantah dari pernyataan serupa itu? 3. Benarkah cinta sudah menjadi komoditi yang sangat murah, tak ubahnya barang kodian yang banyak dijajakan di pinggir jalan? 4. Apakah ada puisi yang sengaja ditulis melulu hanya untuk mempertanyakan eksistensinya sendiri? 5. Kebahagiaan, apa itu kebahagiaan? Entahlah! Marilah kita sama-sama rehat sejenak dan melupakan semua masalah yang hanya menghadirkan kesedihan ini.
”
”
Titon Rahmawan