Pohon Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Pohon. Here they are! All 100 of them:

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Sapardi Djoko Damono (Hujan Bulan Juni)
Barangsiapa muncul di atas masyarakatnya, dia akan selalu menerima tuntutan dari masyarakatnya-masyarakat yang menaikkannya, atau yang membiarkannya naik.... Pohon tinggi dapat banyak angin? Kalau Tuan segan menerima banyak angin, jangan jadi pohon tinggi
Pramoedya Ananta Toer (Child of All Nations (Buru Quartet, #2))
Di jaman ini, yang dapat kau sebut pohon, sebenarnya hanyalah hologram tembus pandang. Pohon-pohon telah digantikan oleh kenangannya saja.
Bagus Dwi Hananto (Jaman dan Kota Imajiner yang tak Memiliki Kita)
Manusia diberitahu petugas tata ruang bahwa pohon pernah hidup dulu, dulu sekali, sebelum mereka habis ditebangi orang-orang jaman dahulu yang entah mengapa selalu merasa tak cukup.
Bagus Dwi Hananto (Jaman dan Kota Imajiner yang tak Memiliki Kita)
Pohon sakura berbunga satu tahun sekali. Calon bunganya mulai terlihat sejak pertengahan Januari, tapi baru akan mekar pada awal April. Sakura yang telah berkembang bertahan selama satu sampai dua minggu, lalu gugur dan kelopak-kelopaknya terbawa angin. Keindahan sakura hanya sebentar, tapi karena itu dia berharga. Sakura adalah ciri kehidupan yang tidak abadi
Windry Ramadhina (Montase)
Tak tahu engkau di mana Tapi, kulihat dirimu, antara bayang pohon willow Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow Dan kucium dirimu, dalam angin yang berhembus dari utara
Andrea Hirata
Ketika pohon terakhir ditebang, Ketika sungai terakhir dikosongkan, Ketika ikan terakhir ditangkap, Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang.
Eric Weiner (The Geography of Bliss: One Grump's Search for the Happiest Places in the World)
Pohon yang besarnya sepelukan, tumbuh dari benih yang kecil saja. Menara setinggi sembilan tingkat, dibangun mulai dari seonggok tanah. Perjalanan seribu li, dimulai dari satu langkah.
Lao Tzu
pohon tidak berbuahkan ilmu sekalipun tumbuh ilmu kita terpaksa memetiknya Catatan Sebelum Tidur
T. Alias Taib (Piramid)
Saya iri ke Menak Jinggo .... Hidup luntang lantung bagai gelandangan di bawah pohon tapi hatinya penuh cinta. Kami hidup enak di ruang AC, bergemilang duit, tapi cinta kami redup bahkan kering kerontang," ungkap seorang anggota dewan
Sujiwo Tejo (Ngawur Karena Benar)
Ini pohon ketapang menyedihkan itu, tempat kita berjanji akan bertemu kembali, kupersembahkan untuk kayu bakar pesta perkawinanmu.
Eka Kurniawan (Beauty Is a Wound)
Seperti pohon... Di pokok kita masih satu, lantas kita berpisah di cabang. Ada yang ke kiri, ada yang ke kanan, ada yang terus ke atas, ada yang ke depan, ada yang ke belakang. Atau bilapun masih satu di cabang, kita nanti akan berpisah juga di ranting. Ke atas, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang... Saat kita kecil dulu, kita masih satu, masih anak kecil. Lantas sedikit demi sedikit waktu kita bikin kita beda. Waktunya makin banyak, beda kita tambah banyak. Itulah kita.
Bubin Lantang (Jejak-Jejak (Anak-Anak Mama Alin))
Jadilah pohon dan jangan jadi rumput. Rumput itu tampaknya sama, sering diinjak-injak dan susah dikenali. Kalau pohon, meskipun kecil, tetapi akan tampak, mudah dikenali, dan bisa dijadikan sebagai tetenger atau patokan. Apalagi bila pohon itu besar, bisa menjadi peneduh orang di waktu panas. Bahkan bila sudah demikian besarnya, bisa jadi peneduh di kala hujan. Tambahan lagi, sebuah pohon yang besar selain memiliki daun yang rindang juga akan mempunyai batang yang kokoh dan akar yang kuat mencengkeram, susah dirobohkan sekalipun diterpa angin kencang. Jadilah pemimpin yang mengakar, seperti pohon. Untuk menjadi pohon yang baik seseorang harus terus memperkaya diri dengan ilmu dan kekayaan batin. -Sarwo Edhie Wibowo
Alberthiene Endah (Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit)
Barangkali nenek moyang kita mengunyah pohon-pohon itu,” kata seorang guru sekolah pada muridnya. “Kenapa dimakan” tanya seorang bocah, datar. “Karena mereka goblok.” Guru itu menjelaskan bahwa manusia rakus. Kata goblok di jaman kami ini berarti rakus di jaman dahulu. Sekian lama aku hidup, kehidupan hanyalah kontinuitas yang membosankan.
Bagus Dwi Hananto (Jaman dan Kota Imajiner yang tak Memiliki Kita)
Han, memang bukan sesuatu yang baru Jalan setapak setiap orang dalam mencari tempat ditengah-tengah dunia dan masyarakatnya, untuk menjadi diri sendiri, melelahkan dan membosankan untuk diikuti. Lebih membosankan adalah mengamati yang tidak membutuhkan sesuatu jalan, menjangkarkan akar tunggang pada bumi dan tumbuh pada pohon.
Pramoedya Ananta Toer (Child of All Nations (Buru Quartet, #2))
jangan gantungkan harapan pada ranting hati manusia ia terlalu rapuh, seringkali manusia terjatuh dan kecewa gantungkanlah rasa cinta itu pada Sang pemilik pohon kehidupan kalau Allah berkehendak dia layak untuk mu, Allah akan menyatukan dari jalan yang tak pernah kita sangka-sangka Allah akan mempertemukan meski dalam celah sesempit apapun
firman nofeki
Apakah ia memiliki cinta? Tidak. Ia tak pernah mencintai siapa pun. Tak ada burung pelatuk lain yang menarik perhatiannya. Ia burung tanpa cinta. Jika ada cinta, itu hanya cinta kepada pekerjaannya mematuki batang pohon. Tak lebih. Bagi makhluk lain, apa yang dilakukannya terlihat menyedihkan. Tapi siapa kita sehingga berhak menghakimi perasaan makhluk lain?
Eka Kurniawan (O)
pohon masalah selalu menyembunyikan buah yang manis. kadang kita harus menunggu buah itu matang dan jatuh agar dapat merasakan betapa manisnya ia.
firman nofeki
Mengapa mereka mencari kerja jauh dari tempat menguburkan orang tua mereka? Mengapa mereka kabur dari desa tempat mereka disunat? Mengapa mereka lebih menyukai kesejukan pohon yang tumbuh di sana dari pada naungan hutan kita?
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
seorang guru adalah pengembara yang harus ke bukit belajar mengenal berjuta pohon yang bijak menyimpan rahsia warna kehidupannya di perut rimba.
Awang Abdullah (Sajak-sajak Telegram)
Langit, gerombolan awan, pohon dan kita didalam waktu yang terkadang bisa kita sebut sebagai "PAGI".
nom de plume
Diperlukan waktu hanya sepuluh tahun untuk menanam dan memelihara sebatang pohon, tapi memerlukan waktu paling sedikit 100 tahun untuk membentuk sebuah karakter jiwa.
Zhuge Liang (Art of War)
Senja ini, Evan membawaku ke sebuah pohon yang bertepian danau. Evan dan aku saling menggenggam tangan. Tak terasa, kini aku pun menangis
Syifa Syafira
Tuhan menciptakan tangan seperti apa adanya, dan kaki seperti apa adanya untuk memudahkan manusia bekerja
Andrea Hirata (Sirkus Pohon)
Dua hal aku benci dalam hidup: September dan pohon mangga. September tidak pernah mau beranjak dari rumah. Betah. Ia sibuk meletakkan neraka di seluruh penjuru. Di ruang tamu. Di ranjang. Di meja makan. Bahkan di dada. Batang pohon mangga tetap selutut persis prasasti batu. Ia berdiri mengekalkan dosa-dosa dan dosa adalah pemimpin yang baik bagi penyesalan-penyesalan.
M. Aan Mansyur (Kukila)
Memasuki taman seperti membuka sebuah buku: ada lorong yang terang, pohon-pohon hijau yang tersusun seperti kalimat-kalimat yang teratur, atau tumbuh-tumbuhan yang liar terbiar, dan kita terpesona dengan warna-warna bunga, permukaan rata yang sedikit curam, pasir halus serta batu keras yang berlumut disalut waktu.
Baharuddin Zainal (Monolog Kecil: Tahun-Tahun Gelora)
Secara harfiah, Evergreen berarti pohon yang selalu berwarna hijau sepanjang tahun. Bisa pula diartikan sebagai selamanya. Aku ingin kafe ini, juga orang-orang di dalamnya, bisa bersahabat selamanya, seperti cemara yang tidak pernah berubah warna.
Prisca Primasari (Evergreen)
Kegembiraan bukan datang dari apa yang kita suka sahaja, tetapi kita akan gembira bila boleh berkongsi sesuatu yang kita suka dengan orang yang kita sayang
Nisyah (Bawah Pohon Sena)
Di manakah adanya semut? Di tempat yang banyak gula Di manakah kumbang bernyanyi? Di pohon yang banyak bunga
Mak Su (Mortar & Pestle)
Kau tahu, pohon-pohon telah jadi batu, masa lalu pun tersapu hujan-gaduh itu. Kepada siapa aku harus menabalkan janji? Selain pada kenangan—mungkin selembar catatan bersamamu. Tapi hujan-rusuh dan angin-hingar, enggan mendengar rayuan. Yang kukatakan cuma gumam. Maka, dekatkan saja hatimu
Ready Susanto
Anggap saja pertemuan di awal huruf dalam doaku adalah sapaan manja untukmu Aku akan mengajakmu menyusuri barisan puisi Kubangun sebuah pohon rindang agar kita bisa berteduh dari jauhnya jarak pandang Setiap waktu hatiku meredamkan gelisah langkahnya Ada gurat rasa yang masih merunduk malu-malu untuk kumengerti Disetiap alur jalan yang Allah hadiahkan Kita masih berpapasan, menatap jawaban, Sebab mata masih enggan bersinggungan Diantara poros takdir, kuingin engkaulah rotasiku Tempat barisan ingatan berputar pada titik yang sama, Terjebak dalam lingkaran bahagia yang tak berjeda Kisah yang belum runtun ini biarkan Allah menata Karena kita telah menitipkannya, maka percayakan ia pada penciptaNya
firman nofeki
Orang-orang berbicara tentang segala yang tumbuh, yang ditanam maupun liar, seolah mengenal mereka lebih daripada pokok-pokok itu sendiri mengenal dingin dan matahari, ataupun hangat bumi. Namun binatang tidak menghafal pohon-pohon karena namanya, seperti seekor induk atau sepasang tidak mengenal tetasannya atau susuannya dengan nama. Mereka mengenal tanpa batas.
Ayu Utami (Saman)
ANGAN Kuamati beberapa helai daun tampak gelisah, mungkin karena telah datang waktunya untuk berpisah dari ranting pohon itu, jatuh, kering, terurai, atau membusuk; kemudian menyatu kembali bersama tanah yang telah lama menjadikannya hidup.
Epaphras Ericson Thomas
Sebutir benih yang bertunas di bawah kaki pohon induknya tetap berada di situ sampai ia dipindahkan..Setiap manusia, kalau sudah tiba saatnya, harus pergi dan mewujudkan potensi masing-masing dengan caranya sendiri. [Ramayana-Mahabharata, hal. 28]
R.K. Narayan
segalanya menderas ke jalan-jalan mimpiku, senjata-senjata menderu. menyiksa pohon, menyiksa tanah, menyiksa langit. gairah matahari menderu tak habis malam tak habis siang. padaku dalam dada yang terbongkar, menyeru tak habis berjuta dunia. aku hidup.
Afrizal Malna (Abad yang Berlari)
Meskipun aku suka sekali pohon ru, kuakui mereka seperti penjajah. Merekalah bukti betapa manusia telah menelantarkan bukit ini pada kuasa alam. Warna mereka hijau gelap, tak seperti pohon zaitun yang hijau kebiruan, dan mereka tinggi besar, seperti berusaha menguasai negeri di mana mereka menancapkan akar, memaksakan diri mereka atas bukit-bukit ini. Seperti pohon zaitun, akar mereka dekat dengan permukaan tanah, bentuknya bersimpul kemudian lurus seperti buku-buku jari. Kedua pohon itu sama-sama mengais demi sepetak tanah yang sama, sehingga sulit bagi keduanya untuk hidup berdampingan.
Raja Shehadeh (Palestinian Walks: Forays into a Vanishing Landscape)
Perlembagaan ibarat batangnya yang teguh tegap itu yang mengandungi seluruh peruntukan dan perkara di dalamnya. Tetapi batang pohon itu dikukuhkan juga oleh dua kekuatan lain, yakni pembuluh kayu dan dapat kita samakan dengan Penerimaan dan teras kayu yang boleh kita ertikan dengan Keadilan Sosial.
Wan Mohd Nor Wan Daud (Budaya Ilmu Dan Gagasan 1Malaysia: Membina Negara Maju Dan Bahagia)
selalu ada usaha yang tidak membuahkan hasil. semacam tidak semua pohon perlu berbunga dan berbuah. toh pada akhirnya semua akan berguna.
Rafiqah Ulfah Masbah
Apakah angin kencang merobohkan, pohon pun terguncang, hatimu pun tumbang, jika saja kau dapat kutanam kembali?
Musa Rustam (Melukis Asa)
Ujub itu pohon berduri tumbuh di tanah diri. (Ujub)
Darma Mohammad (Kumpulan Puisi: Rintik-Rintik Huruf)
kita hidup bagaikan pohon, tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. tapi membutuhkan banyak unsur. sama sepeti manusia, yang tidak bisa hidup sendiri.
Syifa Aulia
Tidak ada pohon perjuangan yang berbuah kesia-siaan.
Lenang Manggala (Negara 100 Kata)
Kulihat peri kecil muram Di keteduhan pohon kertas. Kumengenal peri kecil muram Yang tertiup angin suatu malam.
Khaled Hosseini (And the Mountains Echoed)
semakin tinggi pohon,semakin kencang angin berhembus tapi jangan takut karena pohon yang tinggi memiliki akar yang kuat
TIE
Priyayi zaman dulu kan bekerja dan mengabdi kepada kaum penjajah, bukan bekerja dan mengabdi kepada kaum kawula seperti kita ini. Mereka bersikap ningrat, maunya dilayani. Mereka menjunjung atasan dan tak mau mengerti tangise wong cilik. Mereka maunya membentuk tata nilai sendiri dan malu bergaul dengan rakyat biasa. Dan mereka angkuh tentu saja. Mereka jarang menyadari bahwa gaji yang mereka terima berasal dari wong cilik, setidaknya berasal dari harta milik bersama seluruh rakyat. Pokoknya priyayi zaman dulu itu menurut pohon jengkol demikian tak berharga karena miskin akan nilai kemanusiaan yang sejati.
Ahmad Tohari
... Lelaki adalah anak-anak pohon keramat, diketam dan diupam menjadi kotak coklat, tabah dalam asuhan hujan dan matahari, menyediakan bahu dan dadanya untuk ditangisi Perjuangannya sederhana, mati sebagai pelukan
Syah Sandyalelana
Zikir adalah Anda menyadari segala sesuatu secara menyeluruh. Anda tidak bisa melihat pohon tanpa menemukan Allah. Anda tidak bisa bangun tidur tanpa mengingat Allah. Anda tidak bisa mimpi tanpa kesadaran tentang Allah. (h.20)
Emha Ainun Nadjib (Kalau Kamu Ikan Jangan Ikut Lomba Terbang)
Orang-orang dwasa pasti tidak akan memercayai kalian. Mereka membayangkan dirinya menduduki tempat yang amat luas. Mereka melihat dirinya sendiri sepenting pohon-pohon Baobab. Maka cobalah suruh mereka menghitung. Mereka akan senang saja: mereka gila angka-angka.
Antoine de Saint-Exupéry (The Little Prince)
Engkau tahu apa artinya Indonesia? Indonesia adalah pohon yang kuat dan indah itu. Indinesia adalah langit yangbiru dan terang itu. Indonesia adalah mega putih yang bergerak pelan itu. Ia adalah udara yang hangat. Saudara-saudaraku yang tercinta, laut yang menderu-deru memukul-mukul ke pantai di waktu senja, bagiku adalah jiwanya Indonesia yang bergolak dalam gemuruhnya gelombang samudera. Bila kudengar anak-anak tertawa, aku mendengar Indinesia. Bila aku menghirup untaian bunga, aku menghirup Indonesia. Inilah arti tanah air kita bagiku.
Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta.... Requiescat in pace et in amore, Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih.... Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi? Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlalu  tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian. Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup? Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri. Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri. Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
Titon Rahmawan
Semuanya mengingatkan Sakarya akan sebatang pohon kelapa yang ditiup angin. Bila angin bertiup dari utara pohon itu akan meliuk ke selatan. Bila angin reda pohon itu tidak langsung kembali tegak, melainkan berayun lebih dulu ke utara. Seperti pohon kelapa itu; sebelum kehidupan kembali tenang lebih dulu harus terjadi sesuatu.
Ahmad Tohari (Ronggeng Dukuh Paruk)
Ia dan Pohon Siang itu ia meminta maaf kepada satu-satunya pohon di tepi lahan parkir kantornya, yang memayungi mobilnya dari terik. Ia minta maaf untuk kakeknya yang adalah pengusaha kebun sawit, untuk keluarga mereka yang turun-temurun meyakini seorang tukang kayu sebagai anak tuhan. Pohon itu meratap, teringat dengan kawannya yang dicabut dari tanah ketika mereka kanak-kanak, dengan alasan “terlalu dekat dengan bangunan”. Dari kejauhan mereka biasa saling tatap dan berkedip, dan berpikir ketika dewasa kelak dan burung atau kupu-kupu mulai hinggap sebentar pada cabang serta pucuk mereka, mereka bisa saling menitipkan pesan. Pohon itu menyesali tak sempatnya ia mengatakan ia mencintai kawannya itu; ia ingin membawa kawannya itu ke gereja, dan di depan altar mereka bisa dipersatukan di hadapan tuhan yang bercabang tiga—seperti pohon— dan anak-anak mereka bisa memenuhi lahan parkir itu, sepetak demi petak, hingga kelak orang-orang lewat mengira ada hutan di tengah kota. Pria itu pun memeluk pohon itu, dan pohon itu memeluknya.
Norman Erikson Pasaribu (Sergius Mencari Bacchus: 33 Puisi)
Daun itu kutiupkan untukmu sebagai pertanda atas peranmu yang kian dekat. Ketika kau menyadarinya maka kehidupan terselamatkan.
Haditha (Anak Pohon)
Kata-kata indah adalah seni tertinggi. Kata-kata itu bisa sekaligus bermakna dan juga hampa, tergantung kepada siapakah kata-kata itu dilontarkan.
Haditha (Anak Pohon)
meski nafasku telah habis sekalipun, aku tetap mencintaimu, karena aku hujan dan kamu bumi.
Maria Ita (Pancen : Di Bawah Pohon Bintaro, Kisah Ini Berakhir)
Bila kau dengar gemericik berjatuhan, itu bukan hujan, itu rindu yang mewakili aku, menyapamu dalam setiap tetes di atas jendela.
Maria Ita (Pancen : Di Bawah Pohon Bintaro, Kisah Ini Berakhir)
Ajari aku mencinta tanpa hati, sehingga tak perlu sakit hati saat mencintai
Maria Ita (Pancen : Di Bawah Pohon Bintaro, Kisah Ini Berakhir)
Orang - orang yang berkata tentang diri mereka sendiri, melebih - lebihkan. Orang - orang yang berkata tentang orang lain, mengurang - ngurangi.
Andrea Hirata (Sirkus Pohon)
Jangan pernah menangkap kupu-kupu. Mulanya makhluk kecil itu merayap untuk waktu yang lama sebagai ulat di pohon, dan itu bukan kehidupan yang menyenangkan. Kini, dia baru saja punya sayap dan ingin berterbangan di udara dan bersenang-senang, mencari makanan di dalam bunga dan tidak melukai siapapun. Lihat, bukankah lebih enak melihatnya berterbangan di sana?
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
...Ibuku rajin meronce air mata. Kemudian ronce itu dimasukkan ke dalam kantung kain kafan. Setiap purnama dia membacakan mantra. Sebutir air mata menetes di ubun-ubunku lalu hilang dilarung asap dupa ke Tukad Cebol. Negeriku tercipta dari air mata ibu yang penuh luka sayatan. Luka ibu akan sembuh bila memandang anak lelakinya tumbuh menghijau seperti pohon pisang di dekat dapur....
Oka Rusmini (Saiban)
terhempas, takluk, digerus dingin angin, suara truk, debu menyelip di mataku betapa dancuk hidup ini! betapa dancuk lonte yang setengah mati kukasihi dan menusukku dari belakang! betapa dancuk Tuhan! bergetar, mabuk bayang-bayang, tuak kegelapan, mabuk keramaian yang kubenci, mengambang, tersesat, terhisap angin, luka menganga, nanah tembaga meleleh dari lutut Apolo emas yang dipenggal sebelum perang meledak; sulap kata-kata Homer dengan mata piceknya. terkutuklah bayangan, pohon-pohon meronta karena tak ada satu pun cuaca baik menawarkan minuman dari langit. aku biarkan itu semua menyalipku, dalam metafora, mata binatang, bibir lebar mirip kemaluan wanita sombong yang merasa imannya takkan tumbang meski dijejali kata-kata jorok nan mesum. bergerak, tenggelam, sinar patah di lingkar air dalam gelas mineral yang kokoh dan kau bilang air abadi dan kau bilang api bisa mati sendiri terkutuklah engkau yang menelan masa laluku dan menghibahkan kehancuran ini lobang nganga di dadaku. oh, kau yang memuntahkan abu tulangku, yang akan tetap kuingat meski Tuhan atau apapun itu menyeretku ke neraka omong kosong di alam kubur dan bertanya bagaimana imanku sebenarnya. oh, terkutuklah engkau!
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
Ayah pernah bilang, manusia ibarat anak yang lupa keluarga dan sanak-saudara. Ia menyangka dirinya yatim piatu di Bumi ini. Ia lupa bersudara jauh dengan orang utan, simpanse, gorila. Ia lupa bersaudara jauh dengan pohon. Satu-satunya yang perlu disembuhkan dari manusia adalah amnesianya. Manusia perlu kembali ingat ia diciptakan dengan bahan baku dasar yang sama dengan semua makhluk di atas Bumi." Partikel (Hal 227)
Dewi Lestari
Ya. Menyenangkan bisa terbang melayang. Aku sering mimpi terbang.” Kata Nuansa. “Sekarang terbang menjadi nyata. Terbang adalah wujud dari kebebasan. Ketakberikatan terhadap segalanya akan membuat dirimu mampu terbang.
Haditha (Anak Pohon)
Seorang laki-laki dengan tergesa-gesa datang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khattab ra, ia berkata: "Wahai Amirul Mukminin, aku melihat si fulan dan fulanah saling berpelukan di belakang pohon kurma." Umar langsung mencengkram kerah bajunya, mengambil tongkatnya dan memukul laki-laki itu dengan tongkat tersebut satu kali.. "Mengapa engkau tidak menutupinya dan engkau berharap dia akan bertaubat?", tegas Umar bin Khattab ra. " Sesungguhnya Rasulullaah SAW pernah bersabda, 'Barangsiapa yang menutupi aib seseorang di dunia, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.'" Di lain waktu Umar bin Khattab ra, berkata: "Beginilah seharusnya kalian berbuat, jika kalian melihat saudara kalian tergelincir langkahnya maka tutupilah dan tolonglah serta berdo'alah kepada kepada Allah agar Dia berkenan mengampuni dosanya. Dan janganlah kalian menjadi pembantu setan untuk mencelakakannya.
Khalid Muhammad Khalid (5 Khalifah Kebanggaan Islam)
kematian yang ia buru kini lesap di matamu, direbahkan tubuhnya dikuburan dangkal jiwa kekasih, yang ia gali dengan tangan-tangan takdirnya sendiri ia adalah musafir malang yang pernah mengistirahkan pengembaraan di negeri anganmu dirahim hatimu,kekasih pernah dirambahnya ladang-ladang luka yang purba kemudian ditanaminya sekebun pohon2 cinta yang rimbun tempat kelak engkau dapat berjalan dibawah rindangnya, meneduhkan rindumu ditiap cabang-cabangnya
firman nofeki
Demi kezaliman yang terjadi di Palestina, di Kashmir, di Afganistan, di Irak atau di manapun juga ... kenapa mereka rela menyengsarakan saudara-saudaranya yang sebangsa dan setanahair? Berarti ada yang salah dengan rasa kebangsaan mereka. Mereka merasa lebih dekat dengan warga asing, dengan negara asing, ketimbang dengan saudara-saudaranya sendiri, dengan bangsa dan negaranya sendiri. Bagi mereka, padang pasir dan pohon kurma menjadi lebih penting ketimbang bumi yang subur ini.
Anand Krishna (Indonesia Under Attack! Membangkitkan Kembali Jati Diri Bangsa)
Jalan setapak memasuki hutan gempol itu sedikit berair. Anggrek bulan dengan bunga birunya yang sedang mekar menggelantung dibuai angin pagi. Juga jenis anggrek bulan lain dan anggrek merpati ramai bergelantungan pada pohon gempol. Malah serumpun anggrek harimau tenang-tenang mendekam diketinggian cabang. Bunganya yang kuning berbelang coklat serasa hendak meloncat untuk menerkam. Sayang sekali keindahan alam itu masih belum dapat dinikmati orang buangan ini. Juga tidak oleh penghuni kampung-kampung di gunung. Mereka baru bisa bicara tentang lapar.
Pramoedya Ananta Toer (Perawan Dalam Cengkeraman Militer)
Aku tak tahu mengapa hari-hari ini aku begitu sering tersentuh. Oleh pohon, oleh, burung, air sungai. Entah mengapa, hal-hal kecil yang memikat yang pernah diajarkan kepada kita, ketika kita mendekat kepada mereka, mereka tampak begitu besar, nyaris suci. Memang melo-dramatis rasanya mengatakan ini semua tetapi aku tak mengada-ada. Kami tahu aku bukan orang yang religius; dulu aku malah suka menegaskan diri bahwa aku tak beragama justru agar para sejawatku tak mengusikku. Tetapi akhir-akhir ini aku merasa, berteduh dalam kesendirian juga pengalaman religius.
Laksmi Pamuntjak (The Question of Red)
Buat apa pendidikan, aku bertanya .. Mengajarmu kenal yg agung, jawab gunung .. Agar kau tahu kekekalan, kata langit .. Bisa menikmati keindahan, tambah matahari .. Supaya tahu keburukan, seru hutan .. Paham pada diri sendiri, siul burung .. Dan bikin kau dinamis, bisik anggur .. Apa manfaatnya bagiku, aku bertanya .. Supaya pikiranmu jernih, ujar kolam .. Dan jiwamu berseru, tujuh teratas .. Aku tak paham juga mengapa mesti begitu ?? Supaya kau mencintai hidup, bentak pohon .. Tahu kebebasan dan keterbatasan, nasihat bulan .. Tak puas pada semua penjelasan itu, aku tidur .. Esok harinya aku bangun dan bertanya lgy .. Tapi, mengapa engkau tanya ?? Tanya jendela .. Untuk apa kau hidup ?? Desak udara .. Mengapa kau termangu ?? Hardik batu kali .. Kau ingin mati ya ?? Ejek bunga" .. Bagaimana aku bisa menjawab mereka ?? Bapak guru lama bisa bertanya-tanya .. :)
Renungan Bapak Guru
Jkt 20/12/2012 Bulan ini bulan desember,spt juga desember thn2 sebelumnya pada bulan ini umat kristiani mempunyai hari besar semacam tradisi tahunan yaitu yg di sebut "Natal" atau Natale (italia) atau Christmas,dan sebagai penganut kirstiani sejak lahir saya selalu menikmati bulan2 desember spt ini tiap tiap tahunnya,saya selalu menikmatinya didalam hati saya,apalagi saat saya masih kanak kanak dulu,karena natal identik dengan hadiah untuk anak2,desember adalah menjadi bulan yg paling saya tunggu2 karena pada bulan itu akan ada sebuah kado yang menunggu saya pd bulan itu,akan ada gemerlap cahaya lampu pohon dan hiasan hiasan natal lainnya,saya akan memakai baju baru juga saya akan tampil dipanggung gereja memainkan fragmen dan drama natal bersama anak2 lainnya yang juga memakai baju baru yg menambah kesan natal semakin saya tunggu, Saya lahir di Indonesia saya tinggal di Indonesia saya bersekolah di Indonesia,negara yg mempunyai beragam agama yg mana agama2 itupun mempunyai Hari besar nya masing2,sejak masih kanak2 saya selalu terharu ketika melihat org lain berdoa entah dengan memakai tata cara agama apa mereka berdoa yg jelas saya selalu merasa ada suatu hal yg berbeda dlm hati saya ketika melihat org berdoa itu,saya bersahabat dgn beberapa teman saya orang2 keturunan yg beragama Budha,sy juga punya beberapa sahabat org Bali dan keturunan India yg beragama Hindu,walaupun jumlah mereka tidak sebanyak sahabat2 saya dari kaum Muslim,Muslim adalah mayoritas di negri ini otomatis muslimlah yg hampir 90% dari mereka setiap harinya berinteraksi dengan saya, lebih dalam lagi saya pun mempunyai banyak family sedarah dari kakek saya yg beragama muslim,tidak heran kalau sy pun menikmati hari raya Idul fitri,dan tidak jauh berbeda dengan natal momen Lebaran adalah menjadi hari yg saya tunggu2 juga, karena setiap tahunnya saya akan berkumpul dgn sanak family dan kerabat merasakan ketupat lebaran dan opor ayamnya juga saya bisa meminta maaf dan bersalaman dengan orang yg pernah bertengkar dengan saya dengan ucapan minal aidin walfaidzin,luar biasa hubungan batin saya dengan muslim sepertinya suatu hal yg tidak bisa terpisahkan,tetapi diluar daripada itu semua terjadi dilema dalam hidup saya ketika saya menyaksikan hal2 lain yg "mengusik mesranya hubungan saya dengan muslim,di saat yg sama berita di media masa sebegitu hebatnya memberitakan hal yang menumbuhkan opini2 perpecahan yang semakin hari semakin jauh dari kata "damai" dimana pandangan yg berbeda tentang Tuhan adalah menjadi alasan untuk pendidikan perang! sehingga seolah olah memaksa manusia siaga satu dan siap untuk membenci saat ada kaum yg berbeda dengan mereka,saya muak dengan ini, Keperdulian saya dgn keharmonisan keduanya Membuat saya tertarik utk "mencari tau tentang isi dari kedua agama ini,dgn hati yg bertanya tanya ada apa sebenarnya yg terjadi di dalamnya?,dengan segala keterbatasan saya bertahun tahun saya mencoba mencari titik temu antara perbedaan dan persamaan antara kristen dan islam,rasa ingin tau saya yg membuat saya sedikit demi sedikit menggali keduanya mulai dari sisi sejarah,segi terminologi,sisi tafsir2 atau doktrin (aqidah) nya,dgn mencari sumber2 yg akurat atau dengan cara bertanya,berdiskusi dll,sy tidak terlalu tau apa tujuan dan visi saya tapi yg jelas saya tertarik untuk mengetahuinya dan kadang saya lelah!saya merasa terlalu jauh memikirkan ini semua,saya merasa agama yg seharusnya memproduksi kedamaian dan cinta thd sesama malah membuat saya pusing dan muak karna saya koq malah pusing memikirkan konflik2 dan benturan2 yg justru disebabkan oleh agama itu sendiri Seiring berjalannya waktu pemahaman saya terhadap natal dan bulan desember itupun mulai terpisah,saya sudah mempunyai pemahaman sendiri mengenai natal,Desember hanyalah salah satu bulan dari 12 bulan yg ada,tetapi damai natal itu sendiri harus berada dalam sanubari dan jiwa dan roh saya setiap hari, "Selamat Natal Damai Selalu Beserta Kita Semua" Amien.........
Louis Ray Michael
Pada Minggu sore yang tenang itu, aku menikahi Dinda. Aku berpakaian Melayu lengkap persis seperti waktu aku melamarnya dahulu. Dinda berpakaian muslimah Melayu serbahijau. Bajunya berwarna hijau lumut, jilbabnya hijau daun. Dia memang pencinta lingkungan. Itulah hari terindah dalam hidupku. Jadilah aku seorang suami dan jika ada kejuaraan istri paling lambat di dunia ini, pasti Dinda juaranya. Dia bangkit dari tempat duduk dengan pelan, lalu berjalan menuju kursi rotan dengan kecepatan 2 kilometer per jam. Kalau aku berkisah lucu dan jarum detik baru hinggap di angka 7, aku harus menunggu jarum detik paling tidak memukul angka 9 baru dia mengerti. Dari titik dia mengerti sampai dia tersipu, aku harus menunggu jarum detik mendarat di angka 10. Ada kalanya sampai jarum detik hinggap di angka 5, dia masih belum paham bahwa ceritaku itu lucu. Jika dia akhirnya tersipu, lalu menjadi tawa adalah keberuntunganku yang langka. Kini dia membaca buku Kisah Seekor Ulat. Tidak tebal buku itu kira-kira 40 halaman. Kuduga sampai ulat itu menjadi kupu-kupu, atau kembali menjadi ulat lagi, dia masih belum selesai membacanya. Semua yang bersangkut paut dengan Dinda berada dalam mode slow motion. Bahkan, kucing yang lewat di depannya tak berani cepat-cepat. Cecak-cecak di dinding berinjit-injit. Tokek tutup mulut. Selalu kutunggu apa yang mau diucapkannya. Aku senang jika dia berhasil mengucapkannya. Setelah menemuinya, aku pulang ke rumahku sendiri dan tak sabar ingin menemuinya lagi. Aku gembira menjadi suami dari istri yang paling lambat di dunia ini. Aku rela menunggu dalam diam dan harapan yang timbul tenggelam bahwa dia akan bicara, bahwa dia akan menyapaku, suaminya ini, dan aku takut kalau-kalau suatu hari aku datang, dia tak lagi mengenaliku.
Andrea Hirata (Sirkus Pohon)
Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan – swaranya bisa dibeda-bedakan; kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu atau jendela. Meski pun sudah kaumatikan lampu. Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan – menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh waktu menangkap wahyu yang harus kau rahasiakan
Sapardi Djoko Damono (Hujan Bulan Juni)
Pohon memberi buah rantingnya dipatahkan. Engkau tabur kepingan perak agar tangan engkau dicium orang.
Darma Mohammad (Langit Membuka Lipatan)
Aku tak akan fanatik pada kejujuranku. Tak akan kuhilangkan keyakinanku bahwa rerumputan tak akan pernah menjadi pohon kurma; perampok tak akan pernah menjadi Nabi. Sesungguhnya, berpegang teguh pada sesuatu yang utama di zaman yang hina adalah sesuatu yang terbaik.
Faruq Juwaidah (Mencari yang Mustahil)
jadilah kau burung — jadilah. biarlah aku menjadi pohon — dengan ranting dan dahan sedemikian musim setia menampung sarang.” (jadilah kau burung)
Zaen Kasturi (Fajar Lingkung Lembayung)
Seperti pohon singkong yang tinggi. Si enggak pernah menampakkan umbi. Ia tetap rendah hati. - Piring Bahagia Si dan Bi
Dian Pertiwi Josua
Një studiues gjerman, dr. Herbert Louis, pohon se në Shqipëri nuk ekziston një dukuri e tillë si turma. “Një nga përshtypjet më të forta që më ka lënë kontakti i gjatë me popullsinë shqiptare, thotë dr. Louis, është me siguri kjo që, te çdo shqiptar ka një njeri me vetbesim. Çdo individ, qoftë i zgjuar ose budalla, ka një aftësi të habitshme për të vendosur vetë…”. Mungesa e kësaj fryme të kopesë mund të jetë interesante, por ajo ka pasur pasoja fatale për unitetin e Shqipërisë.
Faik Konica
Jangan bunuh universiti, kata bapak, dengan fail-fail kuasa dengan surat-surat liar. Fail kuasa bukan minda surat liar bukan korpus fail kuasa dan surat liar tak pernah jadi pohon ilmu.
Nassury Ibrahim (Dongeng Bapak)
Universiti sebuah kebun minda kebun subur kerana pohon intelektual bukan tanah yang dipugar-pugar.
Nassury Ibrahim (Dongeng Bapak)
Gugur bukan berarti sedih. Bagi angsana, gugur adalah kebahagiaan. Bahagia guguran bunganya menjadi berarti. Setidaknya bagi angin yang menghirup harum bunganya. Menggugurkan sesuatu untuk orang lain adalah awal kebahagiaan jika didasari dengan ketulusan. Seperti pohon angsana yang tulus menggugurkan bunganya untuk dinikmati manusia. Bagi manusia, menikmati guguran bunga angsana merupakan kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, karena memang banyak hal di dunia ini yang tak dapat dijelaskan. Hanya bisa dirasakan.
Anggrek Lestari (Cermin)
Dengan demikian, diketahui sudah bahwa jargon-jargon yang berbau kesetanan yang diucapkan oleh José Arcadio Buendía adalah dalam bahasa Latin. Bapak Nicanor mengambil keuntungan dari situasi itu sebagai satu-satunya orang yang mampu berkomunikasi dengan orang tua itu dan mencoba memasukkan kebajikan-kebajikan ke dalam pikirannya yang sinting. Setiap sore, ia duduk dekat pohon kastanye itu, berkhotbah dalam bahasa Latin, tetapi José Arcadio Buendía tetap menolak jebakan-jebakan retorik dan transmutasi dari coklat tersebut dan meminta foto Tuhan sebagai satu-satunya bukti.
Gabriel García Márquez (One Hundred Years of Solitude)
Di lantai kasih ini kau letakkan takar cinta serpihan permata yang kau kutip dari sela jendela pelangi jejak semalam Nestapa bertingkah lara menggelanggang kota lambaian gerhana redup pohon yang dahulu menyahut pudar dalam lingkarannya saat jemari menggamit senja
A.D. Rahman Ahmad
Pohon-pohon pun merasa pilu mendengar lagu itu, hingga daun-daunnya berguguran.
Ana P. Dewiyana (Kisah Peniup Seruling)
Romo percaya kalau pohon itu angker?” tanyanya lagi seusai acara memetik mangga, berdua menggelar tikar plastik di tanah kebun, mengiris mangga dan melahapnya. “Romo pribadi sih tidak percaya. Bagi romo pohon tetaplah pohon. Kalau dibilang ada penghuninya, biarkan saja, itu bukan urusan kita. Dan kita tidak boleh ganggu.” “Jadi Romo percaya pohon itu ada penunggunya?” “Kalau masalah itu Romo tidak yakin. Karena itu adalah hal gaib. Kita tidak tahu dan itu bukan urusan kita.
Haditha (Anak Pohon)
Halo mas Waras. Piye kabare?” “Aku bahagia. Matursuwun.
Haditha (Anak Pohon)
cinta itu ga seperti pohon singkong..yang bisa dicabut trus ditanam lagi..cabut lagi,tanam lagi..
fellakun
Pohon ini hampir tak bisa bernapas, Eomma. Dia kesakitan. Rantingnya dipotong, itu tak baik buat dia. Ibu guru di sekolah pernah bilang, ‘pohon yang ranting atau dahannya dipotong sama saja seperti ketika bayi dipotong tangan dan kakinya, apalagi jika pohon itu masih kecil’.” -Cerita 1: Hyunnie and His Protective Side, TMHOLT hal.2-
Ida R. Yulia (Take My Hand, One Last Time)
Karena kalian tahu? Betapa pohon besar menyingkirkan dan membunuh pohon kecil.
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
Po ashtu edhe për të gjitha ditët e një jete pa shkëlqim, koha na merr me vete. Por gjithmonë vjen një çast kur duhet ta mbajmë. Jetojmë në të ardhmen: "nesër", "më vonë", "kur të rregullohesh", "kur të rritesh do ta kuptosh". Këto inkonsekuenca janë të admirueshme, sepse në fund të fundit bëhet fjalë kur të vdesësh. Megjithatë vjen një ditë dhe njeriu vëren se thotë se është tridhjetë vjeç. Kështu ai pohon rininë e vet. Por njëherësh përcaktohet në raport me kohën. Zë vend aty. Pranon se gjendet në një çast të dhënë të një kurbe që e pranon se duhet ta përshkojë. Ai i përket kohës dhe te tmerri që e ka pushtuar ai sheh armikun e vet më të madh. Nesër, ai priste të nesërmen, kur gjithçka tek ai duhej ta kundërshtonte. Kjo revoltë e trupit është vetë absurdi.
Albert Camus (The Myth of Sisyphus and Other Essays)
aku matahari kecil lagi terpencil di pinggir kampung tergantung antara pucuk pohon dan tengkuk kerbau (Autobiografi)
Rahimidin Zahari
Ujian tak putus-putus datang selagi nyawa berada dalam jasad. Ujian juga tarbiah untuk dekatkan diri dengan Allah. Kuat terletak pada iman. Tabah terletak pada takwa. Semakin susah dugaan, semakin gagah kau berdoa. Kalau mampu menangis, kau menangislah. Jangan malu untuk mengadu kesulitan kau. Dia pasti tunjukkan solusi yang kau pohon.
Aii Fariza (Makmum yang Paling Aku Cinta)
Biarkan aku menjadi lubang di pohon yang menyimpan segala resahmu. Bisikkan rahasiamu di sana lalu tutuplah dengan tanah. Dalam kesunyianku, bisikanku akan menemanimu. Di antara lorong waktu dan ruang, dia menjadi milikmu selamanya.
Hetih Rusli (Semesta Cerita Kita)
Ajari aku mencinta tanpa hati, sehingga tak perlu sakit hati saat mencintai.
Maria Ita (Pancen : Di Bawah Pohon Bintaro, Kisah Ini Berakhir)
Ketika lidah berfungsi sebagaimana mestinya, itu laksana musim semi yang menyengarkan dan pohon buah yang memberi sari - sari makanan untuk pertumbuhan yang sehat.
Levi Lusko (I Declare War: Four Keys to Winning the Battle with Yourself)
Tapi, setinggi apapun melompat. Ingat Teori Plato, ingat Teori Atom, ingat Teori Darwin, ingat Hukum Gravitasi ; kalo semuanya akan kembali jatuh. Selama masih di Bumi, derajat manusia tetap sama seperti daun mengkudu yang jatuh di bawah pohon.
Vergi Crush
Dengarkan pepohonan saat mereka bergoyang tertiup angin. Daun mereka menceritakan rahasia. Kulit mereka menyanyikan lagu-lagu masa lalu saat tumbuh di sekitar batang. Dan akarnya memberi nama untuk semua hal
Vergi Crush
Harga Gazebo Kayu Jati, Harga Gazebo Jati, Harga Gazebo Jati Lawasan, Harga Gazebo Kayu Jati 4x4, Harga Gazebo Kayu Jati Minimalis, Harga Gazebo Jati Ukir, Harga Gazebo Kayu Jati Ukuran 3x3, Harga Gazebo Kayu Jati 2x2 Beli Gazebo, Buy Gazebo Online, Biaya Pembuatan Gazebo Sederhana, Biaya Pembuatan Gazebo Kayu, Biaya Pembuatan Gazebo Minimalis, Harga Gazebo Murah, Harga Gazebo Kayu, Harga Gazebo Atap Sirap, Harga Gazebo Glugu, Harga Gazebo Garden, Harga Gazebo Kayu Glugu, Harga Gazebo Kayu Kelapa, Harga Gazebo Joglo, Harga Gazebo Jawa, Harga Gazebo Ukir, Harga Gazebo Kecil, Harga Gazebo Kayu 3x3, Harga Gazebo Kayu Ukuran 2x2, Harga Gazebo Minimalis, Harga Gazebo Minimalis Modern, Harga Gazebo Kayu Mahoni, Harga Gazebo Kayu Murah, Harga Gazebo Per Meter, Harga Gazebo Pohon Kelapa, Harga Gazebo Panggung, Harga Pembuatan Gazebo Kayu, Harga Pembuatan Gazebo, Harga Gazebo Standar, Harga Gazebo Saung Kayu, Harga Gazebo Kayu Sederhana, Harga Gazebo Taman, Harga Gazebo Tingkat, Harga Gazebo Termurah, Harga Gazebo 2 Tingkat, Harga Gazebo Ukuran 2x2, Harga Gazebo Ukuran 3x3, Harga Gazebo Yang Kecil, Harga Gazebo 10x10, Harga Gazebo 2x2, Harga Gazebo 3x3, Harga Gazebo 3x4, Harga Gazebo 4x4, Harga Gazebo 5x5, Harga Gazebo 8x8, Jasa Pembuatan Gazebo Kayu Kelapa, Jual Gazebo, Jual Gazebo Kayu, Jual Gazebo Joglo Murah, Jual Gazebo Kayu Kelapa, Jual Gazebo Murah, Order Gazebo, Order Gazebo Online, Pengrajin Gazebo, Pengrajin Saung Gazebo, Pesan Gazebo, Pesan Gazebo Kayu, Pesan Gazebo Murah, Produksi Gazebo, Tempat Beli Gazebo, Tempat Jual Gazebo, Tempat Menjual Gazebo, Tempat Penjualan Gazebo, Tukang Bangunan Gazebo, Tukang Gazebo, Tukang Saung Gazebo
Jual Gazebo Kayu Jati
Aku tahu betul tentunya bahwa dosa terbesar terhadap Tuhan adalah keputusasaan; namun keheningan Tuhan ini tak bisa kumengerti. "Tuhan melindungi orang jujur ketika orang-orang lain yang tak bertuhan mati di sekelilingnya. Sepatutnyalah dia pergi ketika api membakar kota-kota di dataran itu." Tetapi sekarang negeri tandus gersang ini sudah terbakar sebelum buah-buah di pohon menjadi masak, Tidakkah seharusnya Tuhan berbicara barang sepatah kata saja kepada umatnya?
Shūsaku Endō (Silence)
Ia akan terus bersamamu: senja yang tidak pernah usang, awan yang memilih sendiri warnanya, pohon-pohon hutan yang tak pernah sudah kau jumlah, langit yang angkuh namun setia, dan biru samudra yang selalu melantunkan haleluya. Mereka tahu dimana dan apa yang kamu lakukan. Puisi selalu membaca yang tak tertulis seperti mata yang tidak perlu penjelasan lidah tentang mentari sore yang ia pandang dari tepi jendela. Kamu merasa membaca puisi padahal ia yang membacamu.
Nailal Fahmi (Anak yang Bercakap-cakap dengan Tuhan)
... Lebih dari semua itu, dia rindu pada Tegar.
Andrea Hirata (Sirkus Pohon)