Kue Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kue. Here they are! All 20 of them:

Eh agamamu apa?" Kepala saya tuing tuing. Saya berpikir apakah kopi tokcer dan kue enak yang membahagiakan itu mengandung agama. Sambil buru-buru undur diri, saya menimpal, "Tuhan saja tidak pernah bertanya apa agamaku.
Joko Pinurbo (Buku Latihan Tidur: Kumpulan Puisi)
Buku kecil (tegasnya: pamflet) Roem ini memang dapat digolongkan sebagai bacaan subversif, karena jelas-jelas menggugat kemapanan sistem pendidikan yang berlangsung di republik ini sejak lebih dari dua dasawarsa lalu. Krisis beruntun yang sedang melanda negeri ini melahirkan momentum untuk merefleksi dan melakukan dekonstruksi atas kemapanan dunia pendidikan kita yang selama ini menikmati bagian besar kue pembangunan nasional.
Roy Tjiong (Sekolah itu Candu)
Seorang pelayan wanita menghidangkan susu coklat dan kue. Dan pelayan itu tidak datang merangkak-rangkak seperti pada majikan Pribumi. Malah dia melihat padaku seperti menyatakan keheranan. Tak mungkin yang demikian terjadi pada majikan Pribumi: dia harus menunduk, menunduk terus. Dan alangkah indah kehidupan tanpa merangkak-rangkak di hadapan orang lain.
Pramoedya Ananta Toer (Bumi Manusia)
God is the not-other.
Nicholas of Cusa
Adalah garis panjang di mana kita terbiasa menghitung hari. Bagaimana sebatang buluh bertambah panjang dari waktu ke waktu dan ia jadi semakin bertambah tinggi. Saat hari berganti, umurnya kian bertambah. Tanpa ia sadari ia pun semakin menua. Demikianlah, kita menemukan betapa berharganya hidup sebagai sebuah paradoks. Ia seperti sebatang lilin yang kita nyalakan di atas sepiring kue, kian memendek sebelum akhirnya padam. Sebab hidup bukan cuma sebatas cerita sukacita atau kisah roman yang membahagiakan. Ia kadang tak punya makna apa apa. Seperti rutinitas yang kita jalani sehari hari dan tak menjadikannya istimewa. Lalu Nak, apa yang bisa kau pelajari dari hidupmu? Dari hari hari yang telah engkau lalui? Tak selamanya akan kau temukan pohon rindang yang teduh, atau tempat singgah yang menyenangkan. Tak akan kau temukan teman teman yang baik dan ramah atau rengkuh tangan Bunda yang akan selalu menghangatkan tubuhmu. Jadi janganlah engkau sia siakan waktu, hanya untuk membuang buang waktumu dengan percuma. Sibuk menghitung hari  hanya demi untuk  mengulang ragu dan juga kejemuan. Sebab kebahagiaan tidak datang dari tempat yang jauh, ia tidak bersembunyi di tempat yang engkau cari. Ia ada di dalam lipatan sakumu. Ia ada di dalam genggaman tanganmu. Ia ada di dalam dirimu sendiri. Tepatnya di dalam hatimu. Karena itu, jadikanlah dirimu bahagia karena kau tahu bagaimana memberi arti pada hari hari yang engkau lewati. Buatlah hidupmu bermakna, karena kau meniatkannya demikian. Sebab kita tidak dilahirkan untuk melihat waktu berlalu. Masa hidup kita terlalu singkat kalau cuma untuk disesali. Sekiranya kau diberi kesempatan untuk mendapat sebuah penilaian, mungkin kau akan cukup beruntung mendapat nilai 70. Tapi bila kau tahu arti kata bersyukur, maka mungkin saja kau akan dapat 80 atau bahkan 90. Tapi kebanggaan apa yang engkau peroleh setelah lewat semua penderitaan dan kesulitan? Bukankah pada ujungnya semuanya akan berakhir, dan pada waktunya nanti, kita semua akan berpulang?
Titon Rahmawan
Jadi kalau pas rasa lapar itu tiba tiba menyerang usus dan lambungnya, maka ia dengan santai dan seenaknya nyelonong begitu saja ke dalam rumah. Lalu berjalan berlenggang ke dapur dan membuka tudung saji di meja makan. Bila ia tak menemukan sesuatu di dalam tudung saji itu, maka ia tak akan segan untuk membuka lemari es. Dan tentu saja, seperti yang kita duga, maka apa saja yang ada di dalam lemari es itu akan disikatnya. Ia tak butuh ijin untuk mencaplok apa saja yang ia temukan; persediaan susu buat seminggu dan botol botol minuman ringan, puding di atas talam, kue kue kecil dalam toples, roti dan selai, buah entah itu pisang, anggur, mangga atau pepaya. Semua akan disikatnya tanpa ba, bi, atau bu. Jangan kata kalau ditemukannya potongan daging, keratan ikan, gundukan ayam atau kantongan sosis. Barangkali yang membedakan dia sama anjing atau babi adalah, dia masih merasa perlu untuk memasaknya terlebih dahulu. Dan tak kira kira, tanpa segan dia akan menggunakan semua bumbu, sayur mayur dan persediaan sambal yang ada di kulkas untuk pelengkap santapannya itu. Dan tentu saja, nasi di dalam rice cooker tak terkecuali.
Titon Rahmawan - Kisah Tentang Kawanan Anjing
15And the king made silver and gold as common in Jerusalem as stone, and he made cedar as plentiful as the sycamore of the Shephelah. 16And Solomon’s import of horses was from Egypt and Kue, and the king’s traders would buy them from Kue for a price. 17They imported a chariot from Egypt for 600 shekels [3] of silver, and a horse for 150. Likewise through them these were exported to all the kings of the Hittites and the kings of Syria.
Anonymous (Holy Bible: English Standard Version (ESV))
Aplikasi Online ( Aplikasi Pemutar Mp3 ( Dapur Vivi's ( Dinding Vivi's ( Ku'e Kampung ( Oretan Vivi's ( Thema Samsung Corby ( Trik Dan Tips ( Ttng Wanita ( Videos RingTune
Vivi Sylvy Yanny Blog Aneka Resep Dapur MWB
He recognized that horses represented a prized commodity for military leaders, so he began to import horses from an area west and southwest of the Amanus Mountains called Kue and Muṣri (1 Kgs. 10:28).  The latter area appears as Miṣraim in the Hebrew text, which is the Hebrew name for Egypt, but Egypt makes little sense in this context.  Kue and Muṣri form a standard word pair in Assyrian records and are neighboring regions (May, 1984, 136). 
Charles River Editors (King Solomon and the Temple of Solomon: The History of the Jewish King and His Temple)
2. Coba larutkan aku dalam segelas malam-mu, maka ungu wajahku akan bermalih rupa menjadi biru cerah yang berasa nikmat dalam seduhan setetes air lemon dan sebongkah gula batu. Aku akan mengubah pagimu menjadi sumber energi, kesegaran, kesehatan dan umur panjang seiring terbitnya matahari. Parfum yang aku kenakan di tubuhku memang tidaklah seharum mawar atau melati. Dan rupaku tak juga seelok kenanga atau cempaka. Tapi hasrat yang tak terkendali itu, yang aku simpan rapat-rapat sebagai sebuah rahasia yang sengaja aku sembunyikan dari dunia bakal jadi milikmu selamanya. Akan tetapi, aku bukanlah gelas kosong yang minta diisi. Namun sebaliknya, terimalah pemberianku ini; setiap tetes mukjizat kepenuhan yang datang daripadaku ini adalah perwujudan hati yang bersih dan juga ikhlas. Aku akan selalu hadir dalam setiap momen kegembiraan dan kebahagiaanmu. Sebab, violet warnaku yang rupawan akan turut menghias wajah pengantinmu dan pemulas gaun adi busana yang ia kenakan. Agar penampilannya jadi kian sempurna, bersanding dengan tuxedo mewah yang engkau pakai. Tak akan aku lewatkan setiap kesempatan untuk menghias kue ulang tahunmu atau menjadi puding pemanis sajian makanan di atas meja perjamuan di mana kau undang para selebriti dan artis papan atas dunia. Bukan karena mereka hadir untuk mengambil flavonol, glikosida, antioksidan, peptida, dan amylase daripadaku. Maka kau akan mengerti betapa, bila kau minum aku di pagi hari sebagai larutan teh atau kau hidangkan aku sebagai salad atau sayuran di atas pinggan yang cantik itu aku dapat melipur dukamu, membantu mengobati rasa lelahmu, menambah daya ingat dan vitalitasmu, menghilangkan kesesakanmu, meredakan amarahmu dan mengatasi kekhawatiranmu. Tetapi orang melihatku hanya sebagai tanaman liar belaka, sebab aku biasa tumbuh di mana pun yang aku mau, entah di hatimu atau di dalam pikiran orang-orang lain. Dan oleh karena itulah  mengapa, aku menjadi sangat populer di antara para pecinta, penggemar, dan para pembenciku sekaligus. Di tengah-tengah dunia, yang sesungguhnya terasa betapa sangat menyedihkan.
Titon Rahmawan
Bahagia bagiku adalah sesuatu yang istimewa, yang tak bisa kunikmati setiap hari. Seperti menghadiri resepsi acara pernikahan di desa; Bahagia saat menikmati lagu dangdut yang diputar lewat pengeras suara sambil menunggu hidangan 'piring terbang' disajikan. Bahagia bisa menerka-nerka, kira-kira makanan apa yang bakalan kami santap bersama para tamu undangan lainnya. Apakah sajian pembuka berupa sup penganten yang selalu dirindukan dalam momen perhelatan serupa itu? Dilanjut makanan kecil seperti jadah, wajik, lemper dan kue bolu. Yang kemudian disusul hidangan utama berupa sego pupuk dengan kerupuk, tempe orek, acar, sambal goreng kentang, ditambah sepotong daging terik dan pindang telur ayam separuh. Lalu disusul sajian penyegar berupa es puter rasa kelapa muda yang jadi favorit anak anak hingga tamu dewasa. Dan baru kemudian ditutup dengan sajian terakhir bubur sumsum yang diberi saus gula jawa. Itulah kebahagiaan sempurna yang sesungguhnya. Yang mengiringi setiap resepsi pernikahan sederhana namun berkesan.
Titon Rahmawan
Kalau memang benar pada diri kami ada sifat dapat membentuk anak laki-laki yang cakap tangkas, mengapa kami tidak boleh menggunakannya untuk meningkatkan diri menjadi wanita yang demikian pula? Atauah untuk itu diperlukan bahan-bahan selain bahan untuk kue "laki-laki cakap tegap"? Dan tidak bergunakah perempuan cakap dalam masyarakat? Tetapi betul juga, kami perempuan Jawa terutama sekali wajib bersifat menurut dan menyerah. Kami harus seperti tanah liat, yang dapat dibentuk-bentuk sekehendak hati.
Sulastin Sutrisno (Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya)
Sepanjang hidupnya dia berharap perempuan yang dicintainya bersedia membenturkan kepala ke tembok demi dirinya, meraung kecewa atau melompat-lompat kegirangan di apartemennya. Dia membatin bahwa Laura dan Brigitte sama-sama berada pada sisi keberanian dan kesintingan. Tanpa setitik kesintingan, hidup tidaklah berharga untuk dijalani. Biarlah Laura menuruti kata hatinya! Buat apa kita mebolak-balik tindakan kita di atas penggorengan rasio seperti kue panekuk?
Milan Kundera (Immortality)
TERHEBOH! WA +62 812–9627–2689 Cara Mempromosikan Jualan Di Sosmed
Cara Promosi Jualan
PALING VIRAL! WA +62 812–9627–2689 Cara Promosi Jualan Online Di Facebook
Cara Pasang Iklan Jualan
Portrait of the Author" The birches are mad with green points the wood's edge is burning with their green, burning, seething—No, no, no. The birches are opening their leaves one by one. Their delicate leaves unfold cold and separate, one by one. Slender tassels hang swaying from the delicate branch tips— Oh, I cannot say it. There is no word. Black is split at once into flowers. In every bog and ditch, flares of small fire, white flowers!—Agh, the birches are mad, mad with their green. The world is gone, torn into shreds with this blessing. What have I left undone that I should have undertaken? O my brother, you redfaced, living man ignorant, stupid whose feet are upon this same dirt that I touch—and eat. We are alone in this terror, alone, face to face on this road, you and I, wrapped by this flame! Let the polished plows stay idle, their gloss already on the black soil. But that face of yours—! Answer me. I will clutch you. I will hug you, grip you. I will poke my face into your face and force you to see me. Take me in your arms, tell me the commonest thing that is in your mind to say, say anything. I will understand you—! It is the madness of the birch leaves opening cold, one by one. My rooms will receive me. But my rooms are no longer sweet spaces where comfort is ready to wait on me with its crumbs. A darkness has brushed them. The mass of yellow tulips in the bowl is shrunken. Every familiar object is changed and dwarfed. I am shaken, broken against a might that splits comfort, blows apart my careful partitions, crushes my house and leaves me—with shrinking heart and startled, empty eyes—peering out into a cold world. In the spring I would be drunk! In the spring I would be drunk and lie forgetting all things. Your face! Give me your face, Yang Kue Fei! your hands, your lips to drink! Give me your wrists to drink— I drag you, I am drowned in you, you overwhelm me! Drink! Save me! The shad bush is in the edge of the clearing. The yards in a fury of lilac blossoms are driving me mad with terror. Drink and lie forgetting the world. And coldly the birch leaves are opening one by one. Coldly I observe them and wait for the end. And it ends.
William Carlos Williams (Sour Grapes)
Look north, he said, In the middle of that vast plain is a single lonely peak. In the light of the setting sun you can just make out the ruins of A-fang-kung, the palace of the great Ch'in Shih-huang, among the weeds and the high grass. Look west. The wind is rustling the woods where the gray mountain mist hides Mou-ling, the tomb of Emperor Han Wu-ti. In the east you can see the white wall reflecting the green hills where a red rooftop pierces the sky and the pale moon comes and goes. No one leans on the on the jade balustrades at Huang-ch'ing-kung where Emperor Hsuan Tsung frolicked with his ill-fated concubine Yang Kue-fei. Those three emperors were for ten millennia the heroes of our history. Where are they now? [Fenkl translation]
Kim Manjung (The Nine Cloud Dream)
Aku akan membantu Ibu membuat kue bila ada pesanan. Sehari-hari, aku akan menemani Ibu yang menua. Aku ingin rumahku bersih lebih dulu tanpa Ibu memegang gagang sapu sebagaimana aku ingin sarapan sudah tersaji di meja lebih dulu bahkan sebelum Ibu menemukan belanga. Aku ingin menjadi sedewasa Ibu ketika perlahan-lahan Ibu kembali menjadi anak-anak. Akulah yang akan menuntun Ibu yang kelak mulai sulit berjalan seperti Ibu dulu menuntunku ketika belajar melangkah.
Andaru Intan (Perempuan Bersampur Merah)
The name Chipangu is the transliteration of the Chinese name which modern scholars write Chi-pen-kue, by which Japan was then known in China.
David Murray (Japan)
Man blir fliset og smussig i sjelen av å la seg kue av overmakt. I lange skoleår. Det er unormalt; og gudene vet hva det avstedkommer i et guttesinn. Man herdes ikke av å bøye av. Man mister noe vesentlig ved å være redd så lenge, uansett hva man er redd for.
John Giæver (Lys og skygger i Sjøgata)