Kecap Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kecap. Here they are! All 5 of them:

Oh Kay kau seperti kunci yang membuka pintu hatiku. Pesonamu meremukkanku. Seperti golok yang berdencing mengiris ngiris dagingku memotong tipis jantungku. Biar kau tetak leherku dengan rindu yang kau ciptakan tanpa iba dan belas kasihan. Kay oh Kay tak ada yang menyerupaimu di dunia ini. Sebab bagimu, aku adalah bocah nakal yang boleh menangis demi sebuah boneka mainan. Kemana kau berlagu, irama musik kan menyertaimu. Dan biarkan lantai dansa mendatangimu, memutar dan meninggikanmu dalam tarian yang membuat semua orang tergila-gila. Kay oh Kay kau gobang pedang parang celuritku. Kau belati yang menikam nikam, kau rajam aku dengan jarum manis lugu senyumanmu. Kau mulut manis yang mendesah yang mengerang yang tertawa yang membuat jiwaku resah gelisah. Kau Kay oh Kay. Ludahmu yang manis menetes bagai madu yang paling gula di benakku yang kehausan. Kuhasratkan engkau dari sarang yang paling mesum, jalan yang paling ingkar dan pikiran yang paling lancung. Kuingin kecap nektar bungamu yang paling nikmat. Oh betapa kau nodai aku dengan apimu. Kau jerat aku dengan kepolosanmu. Dengan ketelanjanganmu yang membuatku sesat. Betapa kau memberi asa yang tak kumiliki. Kau menangkan hati yang tak kuperjuangkan. Kay oh Kay engkau satu satunya jawaban yang tak pernah kupertanyakan. Tujuan yang tak pernah aku duga tapi menyambutku dengan riang gembira. Kaulah kenyataan yang tak pernah aku mimpikan namun terwujud dengan sendirinya. Bagaimana aku menerimamu sebagaimana engkau menerimaku dengan segenap pesona kegilaanmu. Kay oh Kay rembulan matahariku. Kaulah sungai sekaligus lautku. Hanya padamu mataku tertuju, hanya padamu hatiku tergetar. Kau biarkan aku menjadi kunci yang memasuki lobang jiwamu yang paling gelap. Bukan dalam keagunganmu anganku mengembara, melainkan dalam kemolekanmu yang memabukkan. Kau telah memenjara jiwaku yang paling celaka. Oh Kay kau pisau dapurku, kapakku, gergajiku, palu obengku. Kau perbudak aku dalam nafsu tak terlerai ini. Padamu aku menghamba bagai seorang pelayan yang bodoh. Kambing tuli dan buta yang cuma mengabdi pada satu tuan. Kaulah majikan dari semua hasrat dan kedegilan ini. Semua yang aku ketahui tentangmu adalah palsu. Bagaimana engkau berkenan mengijinkan aku mencintai orang lain selain dirimu? Kay oh Kay bila sungguh memujamu akan memberiku makna hakiki sebuah puisi, lalu bagaimana engkau bisa memberiku cinta sejati yang tak pernah engkau miliki?
Titon Rahmawan
Jangan beri aku apapun Meski itu perhatianmu Meski itu kasih sayangmu Meski itu air matamu Jangan beri aku kesedihanmu Jangan beri aku amarahmu Jangan beri aku dahagamu Jangan kau beri aku apapun Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda." Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu? Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih? Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu? Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu. Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit. Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja. Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu. Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.
Titon Rahmawan
Saya bisa sebut ia surga karena ia hadir setelah adanya neraka. Ia berisi hal-hal indah yang belum pernah saya kecap sebelumnya. Teman, pengalaman, perlindungan.
Annisa Ninggorkasih (Perempuan Dalam Cerita)
Ketchup derives its name from the Indonesian fish and soy sauce kecap ikan. The names of several other Indonesian sauces also include the word kecap, pronounced KETCHUP, which means a base of dark, thick soy sauce. Why
Mark Kurlansky (Salt)
1 large aubergine, cut into bite-sized chunks (about 2cm) 150g shiitake mushrooms (or brown, chestnut or white mushrooms), stems removed, thinly sliced 10 cherry tomatoes, halved 800ml coconut milk 400ml good-quality vegetable stock 100g tenderstem broccoli, cut into large chunks 100g dried rice vermicelli noodles, or other thin noodles 2–3 tbsp kecap manis 1–2 tbsp rice vinegar or white wine vinegar Sea salt, to taste Coconut oil or sunflower oil, for frying Kerupuk or prawn crackers, to serve Lime wedges, to serve For the spice paste Large bunch of coriander 4 garlic cloves, peeled and sliced 2 small banana shallots or 4 Thai shallots, peeled and sliced 4 long red chillies, half deseeded, all sliced 2cm piece of ginger (about 10g), peeled and sliced 1 lemongrass stalk, outer woody layers removed, thinly sliced 1 tsp ground coriander Pick some of the coriander leaves from the stalks and set aside to use as a garnish. Place all the coriander stalks and remaining leaves, along with the other spice paste ingredients, in a food processor and blend to a smooth paste. Heat 2 tablespoons of oil in a wide, deep saucepan or casserole dish over a medium heat and fry the spice paste until fragrant, about 10 minutes. Add the aubergine chunks and sliced mushrooms with another 1 tablespoon of oil and cook, stirring, for 2–3 minutes. As soon as they have started to soften, add the tomatoes, coconut milk and vegetable stock and bring to the boil, then reduce to a simmer for 30 minutes. Add the broccoli and simmer for a further 5 minutes. Meanwhile, place the noodles in a heatproof bowl, pour over boiling water and leave for 10 minutes (or follow the packet instructions). Drain and toss with a little oil to prevent them sticking together. When ready to serve, check the vegetables are soft and the aubergine is cooked through. Add the noodles to the soup and warm through. Season with kecap manis, vinegar and salt. Taste to check the seasoning, then serve immediately garnished with the reserved coriander leaves, and the crackers, lime wedges and sambal on the side.
Lara Lee (Coconut & Sambal: Recipes from my Indonesian Kitchen)