Dia Lama Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Dia Lama. Here they are! All 49 of them:

Ari adalah hati yang penuh dengan retakan. Dia adalah senyum yang di baliknya tangis telah menunggu begitu lama untuk bisa keluar. Dia adalah punggung tegak yang bisa runtuh dengan hanya satu sentuhan pelan. Dan dia adalah pemain drama hebat, karena hidup telah membentuknya dengan bertubi-tubi tekanan
Esti Kinasih (Jingga Dalam Elegi)
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive.. [5cm]
Donny Dhirgantoro
Seharusnya aku sudah tahu, bahwa dia memang sudah berubah. Hanya saja, aku sulit merelakan. Sulit memberi tahu diri sendiri bahwa semua orang bisa berubah, dan aku harus menerimanya. Namun, yang menyakitkan ternyata bukan kenyatan bahwa aku harus melepaskan dia, tapi mendengar dari mulutnya bahwa sebenarnya kami berdua bukan apa-apa. Dia sudah lama berhenti mencintai aku, sedangkan aku menyayanginya seperti tidak akan berakhir.
Winna Efendi (Remember When)
Sahabat yang baik adalah bila dia hanya datang dan duduk di sebelah kita, tanpa kata apa-apa. Dan kemudian, kita tinggalkannya dengan perasaan seolah-olah telah bercakap lama dengannya.
Aifa Batrisya (Kahwin Ganti)
quote Quotable Quote “Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive..
Donny Dhirgantoro (5 cm)
Ketika dua cinta yang benar-benar menjadi satu dan rasa itu bertahan teramat lama. Bahkan,jika perasaan yang rentan itu menjadi sebuah ikrar yang direstui Tuhan, durasinya pun telah ditetapkan. Terputus di tengah jalan atau oleh takdir kematian.
Tasaro G.K. (Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta)
Tunggu malaikat. Jangan dulu dikabulkan apa yang dia minta. Aku ingin mendengar tangisan dan permohonannya lebih lama lagi karena Aku mencintainya. Jika waktunya tiba, Aku akan mengabulkan semua permohonannya, bahkan akan Kulebihkan dari yang dia minta.
Muhammad Asad (Notes from Qatar 2)
Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yg kamu mau kejar… Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening. Biarkan… dia… menggantung… mengambang… 5 centimeter… di depan kening kamu… Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri… Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu… Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja… Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya… Serta mulut yang akan selalu berdoa
Donny Dhirgantoro
Perjalanan kita mungkin masih jauh sekali. Tentu saja bukan perjalanan kapal ini yang kumaksud. Meski memang perjalanan ke Pelabuhan Jeddah masih berminggu-minggu. Melainkan perjalanan hidup kita. Kau masih muda. Perjalanan hidupmu boleh jadi jauh sekali, Nak. Hari demi hari, hanyalah pemberhentian kecil. Bulan demi bulan, itu pun sekedar pelabuhan sedang. Pun tahun demi tahun, mungkin itu bisa kita sebut dermaga transit besar. Tapi itu semua sifatnya adalah pemberhentian semua. Dengan segera kapal kita berangkat kembali, menuju tujuan paling hakiki. Maka jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya, hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka, jangan rusak kapal kehidupan milik kita, hingga dia tiba di pelabuhan terakhirnya.
Tere Liye (Rindu)
Lelaki kaum pergerakan hanya layak dicintai, bukan dinikahi. Ibarat burung, jika kakinya diikat sebentar, dia akan canggung terbang tinggi. Tetapi jika kakinya diikat terlampau lama, dadanya akan meledak akibat gejolak hasrat.
Hendri Teja (Tan: Gerilya Bawah Tanah)
Yang amat ajaib ialah peperangan di antara otak dan hati. Beberapa saat dia dapat dilupakan dan hati mengikut dengan patuh apa kehendak otak. Tapi bila kelihatan rumah tangganya, atau kelihatan rupanya sendiri, dan kadang-kadang bila namanya disebut orang, hati lupa akan perintah otak, ia kembali berdebar ia surut kepada kenang-kenangannya yang lama. Ini yang kerap kali mengalahkan anakanda.
Hamka
Belum lama aku mengenal dia, tapi ia hidup dan tumbuh di dalam diriku, begitu rupa hingga ia memanjangkan bayang-bayangku kemanapun mataku memandang. Ia telah jadi kewajibanku, nasibku.
Laksmi Pamuntjak (Amba)
Akhirnya, hujan turun, menghantam atap seng. Amiru memejamkan mata, lama, lambat laun dia mendengar sebuah irama, Dia tersenyum. Dia tersenyum karena ingin seperti ayahnya, yakni dapat menjadi senang karena hal-hal yang kecil. Seni menyenangi hal-hal yang biasa saja, begitu istilah ayahnya yang hanya tamat SD itu. Amiru ingin menguasai seni itu sampai tingkat ayahnya telah menguasainya sehingga menjadi orang yang dapat menertawakan kesusahan. Itulah ilmu tertinggi seni menyenangi hal-hal kecil. Itulah sabuk hitamnya.
Andrea Hirata (Ayah)
waktu,,berputarlah sedikit lebih lama dari saat ni.. Agar aku dapat menikmati hari bersamanya.. Hingga nanti d saat aku nd dia akan berpisah.. Dan setelah itu. Berputarlah secepat mungkin.. Agar hari" ku tak hampa tanpa nya.. Hingga nanti, d saat dia kembali pada ku —
unnyu
Kalau begitu mengapa dia tidak dikurung lama berselang?” “Karena dia memakai topeng?” “Apa maksud anda, Dokter?” “Kita semua memakai topeng, Angeli. Sejak kita meninggalkan masa kanak-kanak, kita sudah diajar untuk menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya. Kita sudah diajar untuk menutup-nutupi kebencian dan ketakutan kita. “ Suara Judd penuh wibawa. “Tapi di bawah tekanan, Don Vinton akan menjatuhkan topeng dan memperlihatkan wajahnya yang telanjang.
Sidney Sheldon (The Naked Face)
Aku juga gak benar-benar ada dihatinya dia kan jadi Buat apa aku meratapi kepergian dia terlalu lama
LoveinParisSeason2
Não podia. Hoje em dia os confins do mundo ficam a menos de cinco minutos de Charing Cross. Com o telégrafo sem fios, os confins da Terra não existem. Os reis de Daomé e os lamas do Tibete escutam Londres e Nova Iorque.
D.H. Lawrence (Lady Chatterley’s Lover)
Que história é essa, perguntou o comandante, A história de uma vaca, As vacas têm história, tornou o comandante a perguntar, sorrindo, Esta, sim, foram doze dias e doze noites nums montes da galiza, com frio, e chuva, e gelo, e lama, e pedras como navalhas, e mato como unhas, e breves intervalos de descanço, e mais combates e investidas, e uivos, e mugidos, a história de uma vaca que se perdeu nos campos com a sua cria de leite, e se viu rodeada de lobos durante doze dias e doze noites, e foi obrigada a defender-se e a defender o filho, uma longuíssima batalha, a agonia de viver no limiar da morte, um círculo de dentes, de goelas abertas, de arremetidas bruscas, as cornadas que não podiam falhar, de ter de lutar por si mesma e por uma animalzinho que ainda não se podia valer, e também aqueles momentos em que o vitelo procurava as tetas da mãe, e sugava lentamente, enquanto os lobos se aproximavam, de espinhaço raso e orelhas aguçadas. Subhro respirou fundo e prosseguiu, Ao fim dos doze dias a vaca foi encontrada e salva, mais o vitelo, e foram levados em triunfo para a aldeia, porém, porém o conto não vai acabar aqui, continuou por mais dois dias, ao fim dos quais, porque se tinha tornado brava, porque aprendera a defender-se, porque ninguém podia já dominá-la ou sequer aproximar-se dela, a vaca foi morta, mataram-na, não os lobos que em doze dias vencera, mas os mesmos homens que a haviam salvo, talvez o próprio dono, incapaz de compreender que, tendo aprendido a lutar, aquele antes conformado e pacífico animal não poderia parar nunca mais.
José Saramago (A Viagem do Elefante)
Seorang buruh adalah salah satu budak dalam dunia modern. Tidak berarti kita perlu meratapinya, karena dia adalah pekerja lebih ahli dibandingkan banyak pekerja manual, namun tetap saja, dia tidak lebih bebas dari pada budak yang diperjual belikan. Pekerjaannya kasar dan tanpa cita rasa seni, ia dibayar hanya cukup untuk bertahan hidup. Dia tidak mungkin menikah, atau kalaupun dia menikah istrinya harus bekerja juga. Ia tak bisa keluar dari kehidupannya, tetap terpenjara, kecuali ada keberuntungan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa itu hanya karena mereka bodoh. Mereka hanya terjebak dalam rutinitas yang tidak memberi kesempatan untuk berpikir. Kalau para budak punya kesempatan untuk berpikir, sudah sejak lama mereka akan membentuk organisasi dan berdemonstrasi menuntut perlakukan yang lebih baik. Tapi mereka tidak berpikir, karena mereka tidak memiliki kemewahan untuk itu, kehidupan telah memperbudak mereka.
George Orwell (Down and Out in Paris and London)
Demikianlah nasib setiap manusia yang dikaruniai Tuhan umur yang panjang. Makin lama hidupnya makin jauhlah dia tercercer di belakang anak, cucu, keluarga, masyarakat, dan bahkan kaumnya; sehingga akhirnya terbaringlah dia seorang diri, dalam kuburnya.
Marah Rusli (Memang Jodoh)
Penjual nasi tim sudah mulai membuka pintunya. Dari dalam, keluar buar harum yang sedap. Orang-orang yang pulang dari Missa pertama seringkali singgah ke situ. Mengherankan, tidak ada seorangpun yang teringat untuk berkhotbah terhadap laki-laki setengah tua itu beserta isteri dan anak menantunya. Siapa tahu mereka akan tertarik dan ikut masuk gereja. Namun orang-orang mungkin akan cemas juga: kalau mereka berbondong-bondong menghadiri Missa boleh jadi tidak akan ada nasi tim kalau mereka pulang. Atau: nasi tim itu terlalu enak, membuat orang lupa melakukan sesuatu yang ingin dilakukannya. Bagaimanapun, itulah mereka. Dari hari ke hari, sejak puluhan tahun, dengan setia membuka satu per satu papan-papan di muka rumah pada jam enam pagi. Sebuah meja dan sebuah tungku dikeluarkan. Di atasnya terdapat sebuah panci kaleng, setinggi setengah meter, tempat memasak nasi tim itu. Kemudian mangkuk-mangkuk dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Menantu perempuan memasang taplak-taplak meja seperti yang telah dilakukan sejak ia menikah. Anak laki-laki memeriksa apakah tungku itu cukup arangnya. Sedangkan laki-laki setengah tua itu mulai memotong-motongayam rebus dibantu isterinya yang turut memeriksa kalau-kalau ada bumbu-bumbu yang kurang. Setiap pagi, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, itulah kerja mereka. Anak laki-laki setelah tamat sekolah, tidak mempunyai tujuan lain kecuali belajar mewarisi keahlian masak ayahnya untuk kemudian menggantikannya setelah dia mati. Orang-orang yang sederhana, yang tidak perlu jauh-jauh dalam mencari bahagia. Mereka sudah lama menemukannya: dalam hati mereka sendiri. Monik melirik ke arah warung itu, Dilihatnya laki-laki setengah tua itu. Dilihatnya isterinya. Mereka betul. Mereka tidak perlu ke gereja. Tuhan sudah ada dalam hati mereka.
Marga T.
Jangan pernah menangkap kupu-kupu. Mulanya makhluk kecil itu merayap untuk waktu yang lama sebagai ulat di pohon, dan itu bukan kehidupan yang menyenangkan. Kini, dia baru saja punya sayap dan ingin berterbangan di udara dan bersenang-senang, mencari makanan di dalam bunga dan tidak melukai siapapun. Lihat, bukankah lebih enak melihatnya berterbangan di sana?
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
E de crer que Dona Plácida não falasse ainda quando nasceu, mas se falasse podia dizer aos autores de seus dias: - Aqui estou. Para que me chamastes? E o sacristão e a sacristia naturalmente lhe responderiam: - Chamamos-te para queimar os dedos nos tachos, os olhos na costura, comer mal, ou não comer, andar de um lado para outro, na faina, adoecendo e sarando, com o fim de tornar a adoecer e sarar outra vez, triste agora, logo desesperada, amanhã resignada, mas sempre com as mãos no tacho e os olhos na costura, até acabar um dia na lama ou no hospital; foi para isso que te chamamos, num momento de simpatia
Machado de Assis (Memórias Póstumas de Brás Cubas)
Saudariku.. pernahkah ada seorang yang melukaimu, menuduhmu atas suatu hal yang tidak anda lakukan ? memanggilmu dengan sebutan yang tidak layak dilontarkan, mengatakan hal – hal yang sangat tidak pantas diucapkan kepada sesama muslimah… mungkin dia adalah keluarga dekatmu, mungkin dia adalah temanmu, atau bahkan..... keluarga dari calon pendampingmu… :) Jangan bersedih ! tidak hanya anda yang mengalaminya… saya pun pernah mengalaminya.. duhai saudariku… Tidak semua orang mampu memahami kesalahan yang telah dilakukannya, Tidak semua orang mampu menerima kesalahan,dan tidak semua orang mampu meminta maaf kepada anda, meskipun dia sudah menyadari kesalahannya… Duhai saudariku…Lepaskan keegoisanmu agar cahaya iman masuk kedalam nuranimu, maafkanlah mereka dengan tulus…. jangan menunggu permintaan maaf mereka kepadamu!... Saudariku… apakah masih ingat dengan kisah Rasululloh SAW berikut ini : ” Suat saat ketika Rasulullah SAW sedang duduk – duduk bersama sahabatnya, Rasulullah SAW bersabda, “Sebentar lagi,salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya. Hari berikutnya, Rasulullah SAW mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah SAW mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembaliterulang. Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah SAW lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.” Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”. Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.” Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya,itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.” Subhanallah ! Begitu dahsyatnya efek memaafkan,saudariku… semoga Allah menjadikan kita para pemaaf, yang mampu membalas keburukan dengan kebaikan… Semoga Bermanfaat.. :)
Nuci Priatni
Saya ngeri, umpamanya, membaca betapa Sarwito dan Sujono, yang keduanya telah mendapat pendidikan modern, telah mengenal rasionalita, akan tetap imasih pergi mencari wahyu-wahyu dari gunung ke gunung, ke dalam hutan dan gua, dan berdasarkan alamat-alamat yang mereka terima dari kayangan (di mana pula itu kayangan?) lalu mendapat keyakinan dan petunjuk untuk mengambil berbagai putusan dan tindakan. Coba bayangkan, apabila segala rupa kebijaksanaan negara, umpamanya, didasarkan pada wahyu dan petunjuk-petunjuk yang sepenuhnya irasional seperti ini, alangkah berbahayanya bagi penghidupan bangsa kita. Siapa tahu dahulu saya ditahan begitu lama di zaman pemerintah Soekarno, karena Soekarno atau dukunnya pada suatu malam mendapat mimpi, dia mendaki gunung yang amat tinggi, sampai tergelincir jatuh. Lalu esok paginya melapor pada Soekarno, awas hati-hati terhadap seorang jangkung!
Mochtar Lubis (Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungan Jawab))
Levantei-me há cerca de trinta dias, mas julgo que ainda não me restabeleci completamente. Das visões que me perseguiam naquelas noites compridas umas sombras permanecem, sombras que se misturam à realidade e me produzem calafrios. Há criaturas que não suporto. Os vagabundos, por exemplo. Parece-me que eles cresceram muito, e, aproximando-se de mim, não vão gemer peditórios: vão gritar, exigir, tomar-me qualquer coisa. Certos lugares que me davam prazer tornaram-se odiosos. Passo diante de uma livraria, olho com desgosto as vitrinas, tenho a impressão de que se acham ali pessoas, exibindo títulos e preços nos rostos, vendendo-se. É uma espécie de prostituição. Um sujeito chega, atenta, encolhendo os ombros ou estirando o beiço, naqueles desconhecidos que se amontoam por detrás do vidro. Outro larga uma opinião à-toa. Basbaques escutam, saem. E os autores, resignados, mostram as letras e os algarismos, oferecendo-se como as mulheres da Rua da Lama.
Graciliano Ramos (Angústia)
Repensei no corpo em desordem da professora, no corpo desgovernado de Melina. Sem uma razão evidente, comecei a olhar com atenção para as mulheres ao longo da estrada. De repente me veio a impressão de ter vivido com uma espécie de limitação do olhar: como se só fosse capaz de focalizar nosso grupo de meninas, Ada, Gigliola, Carmela, Marisa, Pinuccia, Lila, a mim mesma, minhas colegas de escola, e jamais tivesse realmente notado o corpo de Melina, o de Giuseppina Peluso, o de Nunzia Cerullo, o de Maria Carracci. O único corpo de mulher que eu tinha examinado com crescente preocupação era a figura claudicante de minha mãe, e apenas por aquela imagem me sentira perseguida, ameaçada, temendo até agora que ela se impusesse de chofre à minha própria imagem. Naquela ocasião, ao contrário, vi nitidamente as mães da família do bairro velho. Eram nervosas, eram aquiescentes. Silenciavam de lábios cerrados e ombros curvos ou gritavam insultos terríveis aos filhos que as atormentavam. Arrastavam-se magérrimas, com as faces e os olhos encavados, ou com traseiros largos, tornozelos inchados, as sacolas de compra, os meninos pequenos que se agarravam às suas saias ou queriam ser levados no colo. E, meu Deus, tinham dez, no máximo vinte anos a mais do que eu. No entanto pareciam ter perdido os atributos femininos aos quais nós, jovens, dávamos tanta importância e que púnhamos em evidência com as roupas, com a maquiagem. Tinham sido consumidas pelo corpo dos maridos, dos pais, dos irmãos, aos quais acabavam sempre se assemelhando, ou pelo cansaço ou pela chegada da velhice, pela doença. Quando essa transformação começava? Com o trabalho doméstico? Com as gestações? Com os espancamentos? Lila se deformaria como Nunzia? De seu rosto delicado despontaria Fernando, seu andar elegante se transmutaria nas passadas abertas e braços afastados do tronco, de Rino? E também meu corpo, um dia, cairia em escombros, deixando emergir não só o de minha mãe, mas ainda o do pai? E tudo o que eu estava aprendendo na escola se dissolveria, o bairro tornaria a prevalecer, as cadências, os modos, tudo se confundiria numa lama escura, Anaximandro e meu pai, Fólgore e dom Achille, as valências e os pântanos, os aoristos, Hesíodo e a vulgariadade arrogante dos Solara, como de resto há milênios acontecia na cidade, sempre mais decomposta, sempre mais degradada?
Elena Ferrante (The Story of a New Name (The Neapolitan Novels, #2))
1967 Di museum kutemukan dahimu penuh kerak timah, meleleh membutakan matamu. Diam-diam kutawarkan tali. Mungkin kau ingin menjerat tubuhku. “Kujajah tubuh belalangmu. Kita bersembunyi di gua, lari dari topeng-topeng yang kita pentaskan. Jangan kaulempar tali! Ayahku akan kehilangan wujud lelakinya. Ibuku memuntahkan ulat yang telah lama dikandungnya.” Di museum, matamu memecahkan seorang perempuan. Kau terbangun dari kantuk. Kutelan gelap. Kukunyah api. Aku mulai membakar jantung. Mana taliku? Kau ingat di mana telah kutanam impian yang disembunyikan perempuan jalang yang harus kupanggil “tante”? Perempuan itu tak lagi memiliki hati. Hidupnya sudah digadaikan untuk orang-orang yang rajin menyapanya di jalanan. Mungkinkah dia ibuku? “Jangan lilit tubuhku dengan tali. Batang tubuhku buas. Tak ada tali mampu mengikatnya. Jangan hidangkan impian. Mari mereguk kata-kata. Kautahu tumpukan huruf pun kuserap. Tumbuhkanlah anak rambutmu. Ayahku diam-diam menanam kebesaran, tapi aku tak memiliki rangka iga. Mari senggama di batu-batu. Mungkin ingin kaukuliti karang tubuhku?” Kau tampak pandir. Tolol. Uapmu mencairkan satu demi satu bukit yang kusimpan erat di urat tangan. Di museum kau menjadi begitu pengecut. Aku mulai menggantung bayi di ujung rambutmu. Matanya memuntahkan pisau. Kuperingati hidup dengan seratus tahun sunyi Garcia. Ikan-ikan meluncurkan sperma. Betina-betina memuntahkan gelembung karang. Di museum, kesunyian begitu runcing. Tahun-tahun yang pernah kita pinjam kumasukkan dalam api upacara pengabenan. Pulangkah aku? Siapa yang kucari? Diam-diam Garcia sering mengajakku bersenggama di tajam ombak, di museum, dalam mata, jantung, hati dan keliaranmu. Aku tetap gua kecil yang ditenggelamkan dingin. Berlayarlah selagi kau masih ingat laut. Jangan catat namaku. Karena ibuku pun membuangku di buih laut. Mencongkel hatiku dengan lokan. 1999
Oka Rusmini (Pandora)
Yah... seperti itulah cinta. Dia bisa datang tiba-tiba, bisa juga bersembunyi sekian lama tanpa kita sadari. Namun saat menyadari, kamu akan tahu, tak bisa melepaskan cinta itu begitu saja.
Fita Chakra (Rainy's Days)
Insone no leito de ferro, no abandono e na ausência, dona Flor parte na rota do acontecido, portos de bonança, mar de tempestades. Reúne momentos esparsos, nomes, palavras, o som de uma breve melodia, refaz o calendário. Deseja romper a cintura de aço desse crepúsculo, mais além estão o dia de trabalho e a noite de descanso, a vida de viver. Não esse viver num tempo gris de nojo, não esse vegetar num asfixiante pântano de lama, essa sua vida sem Vadinho. Como sair desse óvulo de morte, como atravessar a porta estreita desse tempo nu? Sem ele não sabe viver…
Jorge Amado (Dona Flor and Her Two Husbands)
Kalau bukan dia yang memaknai hidupnya sendiri, pasti sudah sedari lama dia memberanikan diri mengakhirinya.
Jenni Anggita (Jendela-jendela Aba: Antologi Cerpen RetakanKata 2013)
Dia telah biasa menerima sanjungan dan dimuliakan orang banyak, hingga semakin lama semakin panjang waktu agar lupa pada ketakutannya dan kelemahan-kelemahan dirinya, dan percaya sungguh, bahwa dia adalah apa yang dibayangkan orang, dan apa yang disangka orang banyak. Jarang-jaranglah dia selama ini menyadari kelemahan-kelemahannya.
Mochtar Lubis (Harimau! Harimau!)
Casa Nessuno lascia casa a meno che la casa non sia la bocca di uno squalo scappi al confine solo quando vedi tutta la città scappare i tuoi vicini corrono più veloci di te fiato e sangue in gola il ragazzo con cui sei andata a scuola che ti baciava vertiginosamente dietro la fabbrica di lattine tiene in mano una pistola più grande del suo corpo lasci casa solo quando la casa non ti lascia rimanere. nessuno lascia casa a meno che la casa non ti dia la caccia fuoco sotto i piedi sangue caldo nella pancia è qualcosa che non avresti mai pensato di fare finché la lama non ti ha bruciato il collo di minacce e anche allora nascondi l’inno nazionale sotto il respiro soltanto strappare il passaporto nei bagni di un aeroporto singhiozzando ad ogni boccone di carta ti ha fatto capire che non saresti più tornata. devi capire che nessuno mette i figli su una barca a meno che l’acqua non sia più sicura della terra nessuno si brucia i palmi sotto i treni sotto le carrozze nessuno passa giorni e notti nel ventre di un camion nutrendosi di carta di giornale a meno che le miglia percorse non vogliano dire di più di un semplice viaggio. nessuno striscia sotto le recinzioni nessuno vuole essere picchiato compatito nessuno sceglie campi di rifugiati o perquisizioni a nudo che ti lasciano il corpo dolorante né la prigione, perché la prigione è più sicura di una città di fuoco e un secondino nella notte è meglio di un camion pieno di uomini che assomigliano a tuo padre nessuno può sopportarlo nessuno può ingoiarlo nessuna pelle può essere tanto resistente andatevene a casa neri rifugiati sporchi immigrati richiedenti asilo che prosciugano il nostro paese negri con le mani tese che odorano strano selvaggi hanno distrutto il loro paese e ora vogliono distruggere il nostro come fate a scrollarvi di dosso le parole gli sguardi sporchi forse perché il colpo è meno forte di un arto strappato o le parole sono più tenere di quattordici uomini tra le tue gambe perché gli insulti sono più facili da mandare giù delle macerie delle ossa del corpo di tuo figlio fatto a pezzi. voglio tornare a casa, ma casa mia è la bocca di uno squalo casa mia è la canna di un fucile e nessuno lascerebbe la casa a meno che non sia la casa a spingerti verso la spiaggia a meno che non sia la casa a dirti di affrettare il passo lasciarti dietro i vestiti strisciare nel deserto attraversare gli oceani annega salvati fai la fame chiedi dimentica l’orgoglio è più importante che tu sopravviva nessuno se ne va via da casa finché la casa è una voce sudata che dice vattene scappa lontano da me ora non so cosa sono diventata so solo che qualsiasi altro posto è più sicuro di qua
Warsan Shire
Bukannya Tuhan tidak bicara kepadaku, tetapi akulah yang sudah begitu lama tidak mendengarkan. Aku telah memperbolehkan begitu banyak suara untuk menghalangi perbincangan yang seharusnya aku alami dengan-Nya. Selama ini pikiranku begitu teralihkan selagi Dia mengirim pesan-pesan-Nya.
Oprah Winfrey (The Path Made Clear: Discovering Your Life's Direction and Purpose)
Kamu tahu hal yang paling menyakitkan di dunia ini? Menjalani hubungan dengan orang yang nggak kamu cintai sama sekali. Dan pada saat dia sudah mencintaimu, kamu harus melepaskannya karena nggak ingin menyakiti dia lebih lama.' - Aira
Boy Candra (Pada Senja yang Membawamu Pergi)
Aku menganggap lautan adalah hasil tangisan Tuhan, tahu? Dia menangis lama sekali, sampai seluruh dunia jadi perairan. Mungkin karena kesepian. Makanya, setelah beres menangis, dia menciptakan banyak hal. Cahaya. Siang. Malam. Bumi. Langit. Matahari. Tanah. Binatang dan tumbuhan. Manusia. Lalu, dia berhenti di hari keenam, dan di hari ketujuh, dia sadar kalau dia membuat satu makhluk terlalu banyak.
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Semua Ikan di Langit)
voais comigo sobre continentes e mares E também rastejais comigo pelos túneis das noites clandestinas sob o céu constelado do país entre fulgor e lepra debaixo dos lençóis de lama e de terror vos esguirais comigo, mesas velhas, armários obsoletos gavetas perfumadas de passado dobrais comigo as esquinas do susto e esperais esperais que o dia venha E depois de tanto que importa um nome? Te cubro de flor, menina, e te dou todos os nomes do mundo; te chamo aurora te chamo água te descubro nas pedras coloridas nas artistas de cinema nas aparições de sonho
Ferreira Gullar (Poema Sujo)
Dia membayangkan dirinya dipintal oleh 'Sang Waktu, Pemintal paling hebat dan paling lama dari semuanya', tapi mengakui bahwa,'tempat pemintalannya adalah tempat rahasia, pekerjaannya tak bersuara dan Tangan-Tangan Sang Waktu diredam.
Susan Hubbard
Kadangkala, Cinta itu seperti embun. Dia ada saat pagi, namun menghilang disaat siang. Begitu pula dengan Cinta. Terasa indah saat pertama, namun setelah sekian lama Cinta semakin pudar...
Manhalawa
Aku akan abadikan (paste) di sini saja :) ; penganut agama mana dalam sejarah tak pernah lakukan keganasan? kenapa Islam saja yg kau nampak jahat? orang yang menilai agama melalui pengikutnya semata2 bagi aku adalah org yg sangat bodoh! kau murtad pun tanpa disiplin ada hati nak kutuk agama orang?? atheis burit kau kalau kau tak reti respek hak org lain nak beragama bila org yg beragama kutuk kau yg tak beragama kemudian kau pun kutuk dia balik so apa beza bodoh kau dengan dia?? kau dengar cerita2 dari side buruk tentang muhammad cerita yg kau dengar tu jelas ke?? hati penuh sifat hitam tak ada cinta macam mana org nak respek pendirian kau?? kalau kau murtad sebab disiplin ilmu kau takkan jadi bodoh utk mengeji agama dan aku sangat respek org yg berpendirian kerana ilmunya mudah sangat nak baca org bodoh ni sifat kemanusiaan terhadap ibu bapa dan org sekeliling kau pun kau tak peduli ada hati nak mengaku atheis jangan buat malu atheis yg berdisiplin lah!! kalau kau betul berani anggap tuhan tu tak ada... buat apa kau jadi baik??? rugi lah! bukan ada hari pembalasan pun hidup ni bukan lama pergilah rogol org,rompak etc kau tak berani...kalau kau sembang pasal kemanusiaan dalam hati kau kau kena cari mana datang sifat kemanusiaan tu dan utk apa baru jelas pegangan kau bosan lah babi tgok satu manusia kerja nak menyalahkan agama ni...
Ocha 2014.
Sukarno adalah seorang satria. Pejuang seperti satria boleh saja tersungkur, tapi dia akan bangkit kembali. Waktunya tidak lama lagi.
Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
Sosok Ibu yang kaulihat itu terpatri di dalam benakmu. Membuatmu berpikir, ternyata Ibu... Kau tidak mengerti, kenapa begitu lama kau baru menyadari hal yang begitu jelas ini. Tak pernah terlintas dalam benakmu bahwa dulu ibumu juga pernah belajar berjalan sewaktu masih kecil, atau pernah berumur tiga tahun, dua belas tahun, dua puluh tahun. Dalam pandanganmu, Ibu adalah Ibu. Sejak lahir dia sudah menjadi Ibu. Sebelum melihatnya berlari menghampiri pamanmu seperti itu, tidak terpikir olehmu bahwa Ibu juga manusia yang mempunyai perasaan-perasaan yang persis sama seperti kau terhadap saudara-saudara lelakimu, dan kesadaran ini mencelikkan matamu bahwa Ibu juga pernah memiliki masa kanak-kanak. Mulai saat itu, kadang-kadang kau membayangkan Ibu sebagai anak kecil, sebagai anak perempuan, sebagai perempuan muda, sebagai pengantin baru, sebagai Ibu yang baru saja melahirkanmu ke dunia.
Shin Kyung-Sook (Please Look After Mom)
Bila satu negara baru lahir dan orang-orang yang sebelumnya tidak pernah punya apa-apa itu ditempatkan pada jabatan yang "basah", terdapatlah salah urus dan korupsi, bahkan pada kalangan atas. Baru-baru ini aku mengeluarkan ancaman hukuman mati untuk pengacau ekonomi. Seorang pemilik penggilingan padi membuat harga beras membumbung tinggi dengan menimbun enam ribu ton. Bila dia nanti ternyata bersalah, aku sendiri yang akan menandatangani perintah hukuman mati terhadapnya. Banyak dari para pengusaha kami menyimpan hartanya di bank luar negeri. Aku tahu hal itu. Tetapi selagi mereka bekerja membantu kami, bukan menentang kami, hak milik perorangan tidak akan dihapus sebagaimana di sejumlah negara sosialis lain. Sukarno dengan gembira membolehkan warga negaranya kaya. Beberapa orang kawanku sendiri adalah kapitalis-sosialis. Tetapi hal itu harus dibatasi. Mereka yang menghisap kekayaan negara dan menjadi patriot apabila sakunya berisi, akan ditembak mati. Undang-undang kami sekarang harus tegas, atau ekonomi kami tidak pernah beres. Di negara Barat kehidupan sangat menyenangkan. Orang bisa membeli gula, dasi bagus, barang-barang mewah seperti lipstik dan krim wajah. Di Timur terjadi kekurangan yang serius. Di negara-negara kapitalis orang dapat bergerak bebas. Di negara-negara sosialis apa yang disebut kebebasan tidak ada. Bahkan kelaparan masih sering terjadi. Ada pembatasan di setiap bidang, ini bukan karena sistem kami yang salah, melainkan karena kami masih dalam proses mewujudkan cita-cita. Menderita akan membuat kuat. Aku tidak menghendaki rakyatku menderita, tetapi kalau semua diperoleh dengan mudah, mereka pikir Bung Karno adalah Sinterklas. Mereka akan duduk saja menunggu Sukarno mengerjakan semua untuk mereka. Mungkin kalau aku memiliki kemampuan untuk memberikan kesenangan, aku tidak akan menjadi pemimpin yang baik. Aku harus memberi rakyatku makanan untuk jiwanya bukan hanya untuk perutnya. Seandainya aku memakai semua uang untuk membeli beras, mungkin aku akan dapat mengatasi kelaparan mereka. Tapi bila aku memiliki uang 5 dollar, aku akan mengeluarkan 2.50 dollar untuk membuat mereka kuat. Membesarkan suatu bangsa merupakan pekerjaan kompleks. Semangat suatu bangsa yang pernah tertindas tidak boleh disia-siakan. Di Kalimantan Barat sungainya tidak dapat di lewati, perhubungan tidak mungkin diadakan. Sebagian besar bahan makanannya diimpor. Ketika aku pertamakali berkunjung ke sana, tahukah engkau apa yang sangat mereka inginkan? Bukan bantuan teknis. Bukan pembangunan pertanian. Tapi sebuah fakultas hukum! Dan begitulah sekarang telah berdiri sebuah universitas di tengah-tengah rimb raya Kalimantan. Manusia tidak hanya hidup untuk makan. Meski gang-gang di Jakarta penuh lumpur dan jalanan masih kurang, aku memutuskan membangun gedung-gedung bertingkat, jembatan berbentuk daun semanggu, dan sebuah jalan raya "superhighway", Jakarta Bypass. Aku juga menamai kembali jalan-jalan dengan nama para pahlawan kami. Jalan Diponegoro, Jalan Thamrin, Jalan Cokroaminoto. Aku menganggao pengeluaran uang untuk simbol-simbol penting seperti itu tidak akan sia-sia. Aku harus membuat bangsa Indonesia bangga terhadap diri mereka. Mereka sudah terlalu lama kehilangan harga diri. Banyak orang memiliki wawasan picik dengan mentalitas warung kelontong menghitung-hitung pengeluaran itu dan menuduhku menghambur-hamburkan uang rakyat. Ini semua bukankah untuk keagunganku, tapi agar seluruh bangsaku dihargai seluruh dunia. Seluruh negeriku membeku ketia Asian Games 1962 akan diselenggarakan di ibukotanya. Kami lalu mendirikan stadion dengan atap melingkar yang tak ada duanya di dunia. Kota-kota di mancanegara memiliki stadion yang lebih besar, tetapi tak ada yang memiliki atap melingkar. Ya, memberantas kelaparan memang penting, tetapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggaan ini juga penting.
Cindy Adams (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)
Chovia sempre e eu custei para conseguir me levantar daquela poça de lama, chegava num ponto, eu voltava ao ponto, em que era necessário um esforço muito grande, era preciso um esforço tão terrível que precisei sorrir mais sozinho e inventar mais um pouco, aquecendo meu segredo, e dei alguns passos, mas como se faz? me perguntei, como se faz isso de colocar um pé após o outro, equilibrando a cabeça sobre os ombros, mantendo ereta a coluna vertebral, desaprendia, não era quase nada, eu, mantido apenas por aquele fio invisível ligado à minha cabeça, agora tão próximo que se quisesse eu poderia imaginar alguma coisa como um zumbido eletrônico saindo da cabeça dele até chegar na minha, mas como se faz? eu reaprendia e inventava sempre, sempre em direção a ele, para chegar inteiro, os pedaços de mim todos misturados que ele disporia sem pressa, como quem brinca com um quebra-cabeça para formar que castelo, que bosque, que verme ou deus, eu não sabia, mas ia indo pela chuva porque esse era meu único sentido, meu único destino: bater naquela porta escura onde eu batia agora. E bati, e bati outra vez, e tornei a bater, e continuei batendo sem me importar que as pessoas na rua parassem para olhar, eu quis chamá-lo, mas tinha esquecido seu nome, se é que alguma vez o soube, se é que ele o teve um dia, talvez eu tivesse febre, tudo ficara muito confuso, idéias misturadas, tremores, água de chuva e lama e conhaque no meu corpo sujo gasto exausto batendo feito louco naquela porta que não abria, era tudo um engano, eu continuava batendo e continuava chovendo sem parar, mas eu não ia mais indo por dentro da chuva, pelo meio da cidade, eu só estava parado naquela porta fazia muito tempo, depois do ponto, tão escuro agora que eu não conseguiria nunca mais encontrar o caminho de volta, nem tentar outra coisa, outra ação, outro gesto além de continuar batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, batendo, na mesma porta que não abre nunca.
Caio Fernando Abreu
Kekuatan tanpa Nandi, berkaki empat, bersintuhan langsung dengan dengan bumi, tidak mungkin mengejawantahkan diri sebagai kekuatan di atas bumi. Dia tinggal kekuatan dalam angan-angan. Teman para Yang Terhormat dan Yang Suci, kita semua adalah teman. Kesetiaan para Yang Terhormat dan Yang Suci, tadi pun telah dikatakan, diantara kita ada saja yang telah meninggalkan kesetiaan, menyebrang pada kedudukan, wanita, dan harta. Sebuah dari kaki Nandi telah pincang. Sampai seberapà pincangnya para Yang Terhormat dan Yang Suci lebih tahu. Harta para Yang Terhormat.. Tumampel dan Kediri sudah lama tidak mengeluarkan dharma untuk kita. Candi-candi Syiwa terancam kerusakan. Harta para Yang Terhormat selama ada manusia disitulah harta.
Pramoedya Ananta Toer (Arok dedes)
Sri menatapku tak berkedip. Satu per satu dia melepas baju saya. Satu per satu saya melepas bajunya. "Aku rindu sekali, Sayang," bisik saya. "Lebih-lebih aku, Mas, desisnya di lubang telinga saya. Sawah yang luas itu pun menyibak. Mendorong kebutuhan yang dalam sang bajak. Di haribaan yang saling lekat, kesampaian jadi pekat. Desahan itu, desahan itu, seperti lama benar aku tak mendengarnya. Lautku. Angkasaku. Bumiku. Yang memberikan segalanya. Aku menyelam tak puas-puasnya. Ada yang kurang. Ada yang kurang. Apa itu? Minta diulang? Tambah waktu.
Danarto (Berhala: Kumpulan Cerita Pendek)
Tiba-tiba gue ingin kehidupan lama gue kembali. Tanpa ada cewek yang selalu ngerecokin gue dengan ketakutan-ketakutannya. Takut dikhianati, takut dikira orang goblok, takut dirinya gak cukup cantik untuk membuat satu laki-laki setia sampai mati, dan gue gak tahu jutaan ketakutan-ketakutan apalagi yang riuh bersahutan di kepalanya dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Ketakutan-ketakutannya sudah menjadi bumerang. Ketakutan-ketakutan itu yang tadinya dijadikan benteng, sudah balik mengkhianatinya. Wajar. Nggak ada orang yang bisa bahagia karena hidupnya penuh dengan ketakutan. Hidup melawan realita seperti itu hanya memancing kenyataan untuk membalas dengan lebih keji. Kadang sangat sakit, tetapi itu konsekuensi yang secara gak sadar dia sendiri yang mengundangnya.
Nugroho Nurarifin
Perempuan membutuhkan waktu lama mempersiapkan diri untuk bepergian ke luar rumah. Bepergian ke luar rumah, bagi seorang perempuan itu sama dengan maju perang. Sebab di jalanan luar rumahnya, dia pasti dilihat orang, diincer jadi sasaran pandang, ditafsir cantik tidaknya. Agar dipelototi laki-laki yang akhirnya ditafsir sebagai perempuan cantik, senjata perempuan adalah berdandan.
Suparto Brata (Tak Ada Nasi Lain)
ketutulusan cinta seseorang dapat dilihat dari seberapa lama dia galau dan move on ketika ia putus cinta. Bukan dilihat dari seberapa cepat dia bisa mendapatkan hati seseorang yg ia cintai.
rainy.art