Cukup Satu Cinta Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Cukup Satu Cinta. Here they are! All 7 of them:

β€œ
Enam puluh tahun kami menikah. Dua belas anak. Tentu saja ada banyak pertengkaran. Kadang merajuk diam-diaman satu sama lain. Cemburu. Salah-paham. Tapi kami berhasil melaluinya. Dan inilah puncak perjalanan cinta kami. Aku berjanji padanya saat menikah, besok lusa, kami akan naik haji. Kami memang bukan keluarga kaya dan terpandang. Maka itu, akan kukumpulkan uang, sen demi sen. Tidak peduli berapa puluh tahun, pasti cukup...Pagi ini, kami sudah berada di atas kapal haji. Pendengaranku memang sudah berkurang. Mataku sudah tidak awas lagi. Tapi kami akan naik haji bersama. Menatap Ka'bah bersama. Itu akan kami lakukan sebelum maut menjemput. Bukti cinta kami yang besar.
”
”
Tere Liye (Rindu)
β€œ
Habis ini, lalu apa? Kamu sendirian. Aku sendirian. Kenapa kita tidak berdua lagi saja? Apa artinya cinta yang tidak lagi sama? Memang cinta itu ada berapa macam?" Aku tidak tau cinta ada berapa macam varian. Kau harus bertanya pada hatiku, karena dialah yang satu hari menutup dan mengucap, "cukup". Yang kutahu, cinta ini tersendat, dan hatiku seperti mau mati pengap. Kendati kusayang kamu lebih dari siapa pun yang kutahu. "Enam tahun. Kita akan buang enam tahun itu begitu saja?" Otakku merekam dan menyimpan kamu, kita, dan enam tahun ini. Hati tidak pernah menyimpan apa-apa. Ia menyalurkan segalanya. "Kamu akan menyesal..." Mungkin. Kini kita tak mungkin tahu.
”
”
Dee Lestari
β€œ
Hanya ada satu kata: Kenang! Dan semoga doaku, cukup untuk menjangkaumu.
”
”
Stebby Julionatan (Di Kota Tuhan Aku Adalah Daging yang Kau Pecah-pecah: Sekumpulan Puisi)
β€œ
Begitulah manusia. Dikaruniai berkah cantik, pintar dan populer ternyata tidak cukup membahagiakan buat mereka. Memang ada begitu banyak hal menarik yang ada di dunia. Namun satu hal yang pasti, hanya cinta yang sanggup menjanjikan kebahagiaan.
”
”
Lea Agustina Citra (Flavia de Angela)
β€œ
Daripada menyatakan cinta, aku lebih nyaman berbohong seperti ini padamu: β€œKau adalah orang pertama yang aku cintai dengan sepenuh hati, meskipun aku tahu kau bukan milikku. Meskipun kau memilih orang lain yang kau rasa lebih pantas berada di sisimu. Aku mengerti. Aku benar-benar mengerti. Namun, aku juga ingin kau tahu, selamanya kau adalah satu di antara sejuta. Kau istimewa, terbaik di antara yang terbaik. Jadi kalau hanya teman posisi yang tersedia untuk saat ini, dengan senang hati aku menawarkan diriku. Aku cukup puas berada sedekat ini denganmu, meskipun tahu tak akan pernah jadi cinta sebenarmu. Tak apa. Benar-benar tak apa.
”
”
Christian Simamora (Burn Baby Burn)
β€œ
Begitulah manusia. Dikaruniai berkah cantik, pintar dan populer ternyata tidak cukup membahagiakan baut mereka. Memang ada begitu banyak hal menarik yang ada di dunia. Namun satu hal yang pasti, hanya cinta yang sanggup menjanjikan kebahagiaan.
”
”
Lea Agustina Citra
β€œ
Harapan dan Kejatuhan Ada saatnya kita menggenggam harapan seperti anak kecil yang memeluk balon. Kita jaga ia erat-erat, takut ia terlepas ke udara. Kita bangga memilikinya, mengagumi keindahan warnanya, meski tahu, satu tusukan duri kecil saja bisa membuatnya musna. Harapan seringkali adalah bahan bakar kehidupan: anak muda yang bekerja keras demi membeli rumah impian, orang tua yang menghemat demi pendidikan anak, pekerja yang menahan lelah demi sebuah promosi, atau sekadar seseorang penjaja koran yang percaya, bahwa esok akan lebih baik dari hari ini. Namun realitas tak selalu seindah skenario. Kadang harapan itu berasa kabur, seperti gelas yang jatuh pecah di kaki kita. Gaji tak cukup, cinta ditolak, janji diingkari, mimpi tak terwujud Kita gagalβ€”dan kejatuhan itu membuat dada terasa sesak, seakan semua yang diperjuangkan berakhir sia-sia. Ironinya, di media sosial, kejatuhan makin terasa pahit. Kita membandingkan diri dengan kesuksesan orang lain yang sengaja dipamerkan. Flexing di mana-mana, membabi buta! Dan kita malu karena merasa miskin. Yang kita lihat hanya apa yang orang lain punya bukan proses berdarah-darah di balik layar. Maka kejatuhan bukan sekadar kegagalan, tapi juga merasa tertinggal, tersisih, terpinggirkan, terabaikan, tidak cukup. Namun, bukankah kejatuhan adalah bagian dari perjalanan harapan itu sendiri? Tanpa jatuh, kita tak pernah tahu betapa kuatnya kita bisa bangkit lagi berdiri. Tanpa rasa kecewa, kita tak akan mengerti arti sabar. Tanpa kehilangan, kita tak pernah belajar menghargai apa yang sempat kita miliki. Kejatuhan, jika direnungkan, justru menguji: apakah harapan kita seperti angin; angan yang sejuk bertiup atau realitas yang benar-benar nyata? Apakah mimpi kita hanya ilusi, atau sesuatu yang layak diperjuangkan. Mungkin inilah rahasia kecil yang sering kita lupakan: Harapan bukan jaminan kita tak akan jatuh. Harapan hanyalah janji, bahwa setiap kejatuhan meski menyakitkan tidak akan selamanya tanpa arti. Ia selalu menyisakan cahaya, makna, hikmah sekecil apapun, yang membuat kita mau melangkah lagiβ€” meski dengan langkah yang goyah, meski dengan kulit yang perih. Dan bukankah itu inti dari menjadi manusia? Untuk terus berjuang... Bukan soal selalu menjadi pemenang, tapi berani berharap meski tahu kita bisa jatuh, dan berani bangkit meski tahu kita bisa jatuh lagi. Dan lagi... Semarang, September 2025
”
”
Titon Rahmawan