Bahagia Itu Sederhana Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Bahagia Itu Sederhana. Here they are! All 11 of them:

Bahagia itu sederhana.. Saat aku mampu melepas setiap hal yang membuatku merasa sakit dan menderita
LoveinParisSeason2
Bahagia itu sederhana. Sesederhana Tuhan menciptakan satu hati untuk menyayangi banyak orang
LoveinParisSeason2
Bahwa karena kau menyukai banyak hal sederhana, itu berarti kau akan merasa bahagia karena hal-hal yang sederhana pula.
Yuli Pritania (Morning, Noon & Night)
Bahagia itu sederhana, Gak perlu keramaian, Gak perlu kata-kata dan Gak perlu kemewahan Karna kebahagiaan itu ditangan kita bukan ditangan orang lain
LoveinParisSeason2
Bahagia itu sederhana, bersikap Qona'ah terhadap apapun yang diberikan Allah SWT
Nuci Priatni
Bahagia itu sederhana, mampu mengambil hikmah dari cobaan orang lain, tidak harus menunggu cobaan menimpa kita
Nuci Priatni
Ah, bahagianya membaca tulisannya yang meski hanya pendek tapi menurutku sangat istimewa. Seringkali aku yang meminta dan menanyakan, jadi ketika kabar dan berita itu datang dari diri dan inisiatifnya, sangat berarti untukku. Sederhana ya bahagiaku.
Dian Nafi (Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku)
Bahagia itu sederhana saat aku mampu melepas setiap hal yang membuatku merasa sakit dan menderita.... Saat aku mampu menerbangkan segala kesedihan dan mengubahnya menjadi senyum dan tawa..... Saat aku tau seseorang akan menungguku diluar sana untuk menjadi bagian dari hidupku...... Bahagia itu sederhana, seperti hari ini, saat aku mewujudkan impian adikku tercinta untuk bisa berlayar di atas sungai di paris ini, meskipun aku hanya mampu melakukannya dengan Hatiku, dan Cuma kasih sayangku padanya yang mampu melihat jiwanya tersenyum di atas Perahu itu..... Bahagia itu sederhana saat keyakinanku akan sebuah cinta yang selalu jadi alasan untuk bertahan, Bertahan untuk tersenyum, Bertahan untuk percaya dan Bertahan untuk hidup..... Kita gak akan pernah mampu sungguh-sungguh bahagia, Jika kita tidak mampu melepaskan hal yang menjadi sumber kesedihan kita... Jadi, Berbahagialah selagi kita bisa karena bahagia itu sederhana sangat sederhana.... Sesederhana tuhan menciptakan kita dengan satu hati yang mampu mencintai begitu banyaknya" - Yasmin
LoveinParisSeason2
Penjual nasi tim sudah mulai membuka pintunya. Dari dalam, keluar buar harum yang sedap. Orang-orang yang pulang dari Missa pertama seringkali singgah ke situ. Mengherankan, tidak ada seorangpun yang teringat untuk berkhotbah terhadap laki-laki setengah tua itu beserta isteri dan anak menantunya. Siapa tahu mereka akan tertarik dan ikut masuk gereja. Namun orang-orang mungkin akan cemas juga: kalau mereka berbondong-bondong menghadiri Missa boleh jadi tidak akan ada nasi tim kalau mereka pulang. Atau: nasi tim itu terlalu enak, membuat orang lupa melakukan sesuatu yang ingin dilakukannya. Bagaimanapun, itulah mereka. Dari hari ke hari, sejak puluhan tahun, dengan setia membuka satu per satu papan-papan di muka rumah pada jam enam pagi. Sebuah meja dan sebuah tungku dikeluarkan. Di atasnya terdapat sebuah panci kaleng, setinggi setengah meter, tempat memasak nasi tim itu. Kemudian mangkuk-mangkuk dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Menantu perempuan memasang taplak-taplak meja seperti yang telah dilakukan sejak ia menikah. Anak laki-laki memeriksa apakah tungku itu cukup arangnya. Sedangkan laki-laki setengah tua itu mulai memotong-motongayam rebus dibantu isterinya yang turut memeriksa kalau-kalau ada bumbu-bumbu yang kurang. Setiap pagi, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, itulah kerja mereka. Anak laki-laki setelah tamat sekolah, tidak mempunyai tujuan lain kecuali belajar mewarisi keahlian masak ayahnya untuk kemudian menggantikannya setelah dia mati. Orang-orang yang sederhana, yang tidak perlu jauh-jauh dalam mencari bahagia. Mereka sudah lama menemukannya: dalam hati mereka sendiri. Monik melirik ke arah warung itu, Dilihatnya laki-laki setengah tua itu. Dilihatnya isterinya. Mereka betul. Mereka tidak perlu ke gereja. Tuhan sudah ada dalam hati mereka.
Marga T.
Tapi aku bahagia waktu kalian, anak-anak, semakin dewasa. Bahkan waktu aku sibuk bukan main sehingga tidak sempat membetulkan ikatan handuk di kepalaku, kalau melihat kalian duduk di seputar meja, sambil makan dan membunyikan sendok dengan berisik di mangkuk-mangkuk, rasanya tidak ada lagi yang kuinginkan di dunia ini. Kalian semua begitu gampang. Kalian makan dengan lahap walau aku hanya membuat sayur labu dan kacang yang sederhana, dan wajah kalian berseri-seri kalau aku mengukus ikan sesekali.... Kalian semua makan banyak sekali waktu sedang tumbuh. Kadang-kadang aku khawatir. Kalau aku meninggalkan panci berisi kentang rebus untuk camilan kalian sepulang sekolah, pancinya akan kosong waktu aku pulang. Ada kalanya aku bisa melihat beras di pedaringan mulai berkurang setiap hari, dan ada kalanya pedaringan itu kosong sama sekali. Kalau aku turun ke gudang bawah tanah untuk mengambil beras buat makan malam, lalu cedokanku menggerus dasar pedaringan, aku pun terkesiap; Anak-anakku mau diberi makan apa besok pagi? Jadi, pada masa-masa itu masalahnya bukan aku suka atau tidak suka berada di dapur. Kalau aku menanak nasi sepanci besar dan membuat sup di panci yang lebih kecil, aku tidak memikirkan betapa capeknya aku. Aku hanya merasa senang karena semua makanan itu untuk mengenyangkan anak-anakku. Yah, barangkali kau tidak bisa membayangkannya, tapi pada masa itu kita selalu cemas kalau-kalau kita kehabisan makanan. Kita semua seperti itu. Yang paling penting adalah makan dan bertahan hidup.
Kyung-Sook Shin (Please Look After Mom)
Bahagia itu sederhana, mampu mencintai apa yang kita kerjakan, bukan mengerjakan apa yang kita cintai
Nuci Priatni