Ujian Hidup Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Ujian Hidup. Here they are! All 21 of them:

Cukup mudah untuk bersikap menyenangkan, kalau hidup mengalir seperti lagu, Tapi orang yang hebat ialah yang bisa tersenyum, saat semua berantakan. Sebab ujian bagi hati adalah kesulitan. Dan kesulitan selalu datang setiap waktu. Dan senyuman yang layak disanjung dunia adalah senyuman yang bersinar menembusi air mata.
Ella Wheeler Wilcox
Perkara paling sulit dalam hidup adalah cuba mengerti mengapa ujian didatangkan untuk kita. Cukup sulit, kerana jawapan itu hanya ada dalam sabar, dan kamu sendiri tahu, sabar itu sendiri sudah cukup sulit. Sabar terkadang hanya perlu seminit dua, terkadang berbulan, dan terkadang hingga kamu mati, perlu terus bersabar.
Bahruddin Bekri
Kawan-kawan baik di sekolah maupun di bangku kuliah sebaiknya tidak lupa. Bahwa nilai yang tinggi dalam sebuah ujian hanyalah hasil transformasi daya rekam ingatan; bukan nilai dari pertumbuhan pemikiran. Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
Manakah yang besar penderitaan kita dengan penderitaan Nabi Adam? Yang di dalam surga bersenang-senang dengan istrinya, lalu disuruh ke luar. Dan manakah yang susah penderitaan kita dengan penderitaan Nabi Nuh, yang menyeru umat kepada Islam, padahal anaknya sendiri tidak mau mengikuti? Sehingga seketika disuruh Tuhan segala ahli kerabatnya naik perahu, anak itu tidak ikut. Malah ikut karam dengam orang banyak di dalam gulungan banjir. Di hadapan matanya! Dan kemudian datang pula vonis Tuhan bahwa anak itu bukan keluarganya. Pernahkah kita lihat cobaan serupa yang ditanggung Ibrahim? Disuruh menyembelih anak untuk ujian, ke manakah dia lebih cinta, kepada Tuhannyakah atau kepada anaknya? Yakub dipisahkan dari Yusufnya. Yusuf diperdayakan seorang perempuan. Ayub ditimpa penyakit yang parah. Daud dan Sulaiman kena bermacam-macam fitnah. Demikian juga Zakaria dan Yahya. Yang memberikan jiwa mereka untuk korban keyakinan. Isa al-Masih pun demikian pula. Muhammad lebih-lebih lagi. Pernahkah mereka mengeluh? Tidak, karena mereka yakin bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghendaki perjuangan dan keteguhan. Mereka tidak menuntut kemenangan lahir. Sebab mereka menang terus. Mereka memikul beban seberat itu, menjadi Rasul Allah, memikul perintah Tuhan karena cintakan manusia. Oleh karena itu mereka tempuh kesusahan, pertama membuktikan cinta akan Tuhan, kedua menggembleng batin, ketiga karna rahim yang sayang dan segenap umat.hal. 79
Hamka
Finn berpikir, sesekali dalam hidup, seharusnya manusia tak usah dinilai lewat angka-angka. Tidak lewat angka-angka persentase di kertas ujian, angka saldo tabungan, angka timbangan berat badan, angka jumlah likes halaman Facebook, angka perolehan suara pemilwa. Ada hal-hal yang tak bisa diangkakan—hal-hal seperti ini. Manusia tak terbuat dari angka-angka, tetapi kebanyakan mereka lupa. Itu sebabnya hidup kita melelahkan dan kita begitu mudah merasa miskin.
Morra Quatro (What If)
Kebanyakan buku tentang penderitaan keluarga orang yang dianggap terlibat G-30-S tahun 1965 ditulis dengan kemarahan. Buku ini malah mengalir dengan nuansa ketabahan dan keuletan menempuh ujian sejarah. Dan muaranya adalah pencerahan hidup dan kesyukuran
Ahmad Tohari (Berpijak di Dunia Retak: Catatan Keluarga Penyintas Tragedi 1965)
Mereka yang berdiri setelah dihantam badai tidak akan terusik oleh gerimis
Natanael Jansudin Siregar
Ujian adalah gerbang kehidupan. Songsong dan atasi ujian ini untuk hidup lebih baik.
Susilo Bambang Yudhoyono
Karena itu, berhati-hatilah pada kelegaan-kelegaan sesaat, sebab ujian-ujian berikutnya tidak sepi menguntit hidup kita.
Prie GS (Mendadak Haji)
ujian terhadap keyakinan bukan terletak pada kesediaan untuk mati, tetapi kesediaan untuk hidup
Bahruddin Bekri (Haru-Biru)
Hidup kita ini memang betul adalah sebuah ujian. Namun walaupun hidup kita ini adalah sebuah ujian, jangan sesekali mencuba kuatnya diri kita dan kukuhnya iman kita dengan mengharapkan ujian yg datang. Sedangkan ujian yg sedia ada pun kita tidak tertanggung, apatah lagi kita sengaja mahu mencabar ujian yg lebih besar. Kuat manakah kita? Ujian ALLAH jangan dibuat main. Nanti terduduk kita
Bahruddin Bekri (Diari Mat Despatch (Diari Mat Despatch, #1))
Finn berpikir, sesekali dalam hidup, seharusnya manusia tak usah dinilai lewat angka-angka. Tidak lewat angka-angka persentase di kertas ujian, angka saldo tabungan, angka timbangan berat badan, angka jumlah likes halaman Facebook, angka perolehan suara pemilwa. Ada hal-hal yang tak bisa diangkakan—hal-hal seperti ini. Manusia tak ternyata dari angka-angka, tetapi kebanyakan mereka lupa. Itu sebabnya hidup kita melelahkan dan kita begitu mudah merasa miskin.
Morra Quatro (What If)
Sapi-sapi perah Nyai dalam mempersiapkan diri jadi sapi perah, sapi penuh, sapi dewasa, membutuhkan waktu hanya tiga sampai empatbelas bulan. Bulan! Manusia membutuhkan belasan, malah puluhan tahun, untuk jadi dewasa, manusia dalam puncak nilai dan kemampuannya. Ada yang tidak pernah jadi dewasa memang, hidup hanya dari pemberian seseorang atau masyarakatnya; orang-orang gila dan kriminil. Mantap-tidaknya kedewasaan dan nilai tergantung pada besar-kecilnya dan banyak-sedikitnya ujian, cobaan--si kriminil dan si gila itu--tidak pernah dewasa. Dan sapi hanya tiga atau empatbelas bulan persiapan--tanpa cobaan, tanpa ujian..
Pramoedya Ananta Toer (Bumi Manusia)
Aku sedang melalui lorong itu. Tenang dan mendamaikan. Tanpa ada persimpangan yang bisa menbuatkan akalku bersiur. Namun mengapa jiwa ini terasa kosong dan hati ini tidak lagi merasa bahagia? Lalu aku berhenti. Memandang pada hamparan anugerah Ilahi yang sedang memayungiku. Indah. Bagaikan lukisan abstrak yang tiada bandingnya. Dan hati ini berdetik. Lorong yg tiada persimpangan seumpama kehidupan tanpa ujian dan liku. Bisu dan kaku. Tanpa makna yang tersingkap. Tanpa rasa yang menggambarkan maksud hati. Lalu apakah ini yang aku inginkan kala akal mula mencerakin adakah ini makna kehidupan sebenar? Percayalah walaupun jiwa dan hati ini retak seribu, cantuman itu bisa menampakkan parut ianya lebih bermakna dan bahagia dari hidup tanpa rasa- shahzyH
Shahzy Hana
Baiklah anakku, marilah coba kita berpikir. Bagaimana mungkin kamu menolak dan menyangkal dirimu sendiri? Rasa lapar itu, hasrat dan keinginan itu. Bagaimana kamu hendak menafikannya, atau berpura pura menganggapnya tak ada? Bagaimana kamu bisa menolak kesenangan dan kepuasan serta menganggapnya sebagai bagian yang terpisah dari nilai nilai kemanusiaan itu sendiri? Tak bisa kita pungkiri, bahwa bersenang senang adalah kodrat naluriah manusia. Di mana segala sesuatu yang hadir di dunia ini diciptakan dengan sebuah tujuan. Sebab, bila kesenangan itu hadir bukan sebagai buah dari kebaikan Hati Tuhan, lalu bagaimana kita tahu, bahwa  penderitaan seorang petarak, kesengsaraan para pelaku asketis, perjuangan mengatasi rasa lapar bagi orang orang yang berpuasa adalah juga buah dari kebaikan hati Tuhan? Bagaimana para praktisi asketisme dalam berbagai keyakinan ini bisa dengan sengaja menampik kenikmatan duniawi? Membiarkan hidupnya dikuasai penderitaan lahiriah dengan menjalani gaya hidup berpantang, berpuasa tanpa kenal waktu, bahkan ada yang menyiksa dirinya sendiri demi mengejar penebusan dosa, keselamatan akhirat dan sekaligus pencapaian rohani. Kalaupun para pelaku asketisme ini meyakini, bahwa tindakan mereka itu didasari oleh sebuah pandangan; penderitaan adalah wujud perjalanan menuju transformasi rohani. Di mana rasa lapar itulah kenyang yang sesungguhnya, kesederhanaan adalah tanda berkecukupan, kebahagiaan sejati ada dan tinggal di dalam diri, dan berkekurangan adalah bentuk nyata dari berkelimpahan yang sebenarnya. Lalu, bagaimana kesenangan dan kenikmatan bisa dijadikan batu uji untuk menilai keimanan seseorang? Apakah kesenangan surgawi harus dibayar dengan penderitaan atas dunia? Dan sebaliknya, apakah kesenangan dunia akan menjadi antitesis bagi kesenangan surgawi? Bila kesenangan surgawi itu setara dengan lautan susu dan madu, serta kehadiran para bidadari nan cantik sebagai sumber kesenangan dan kebahagiaan kita. Lalu apa bedanya kesenangan duniawi dan kesenangan surgawi? Bukankah surga itu tempat yang konon penuh dengan kenikmatan dan kesenangan? Jadi, bagaimana laku tirakat bisa dijadikan cerminan bentuk ketaatan kita kepada Tuhan, sementara hati manusia masih terikat pada dunia? Sementara di dalam hatinya, manusia masih saja menyimpan benih benih kecacatan di dalam dirinya sendiri. Mengapa orang harus berpura pura saleh dan seolah wajib menjaga tindak-tanduknya di muka umum demi nilai nilai kebenaran dan kemuliaan yang ia yakini? Namun di sisi lain, ia tidak dapat menepiskan hasrat kecemaran di dalam pikirannya?  Bagaimana manusia dapat membuang yang satu untuk mendapatkan yang lain? Bagaimana yang palsu adalah juga yang asli, dan kepura-puraan jadi kebenaran yang hakiki? Bukankah itu sebuah hal yang kontradiktif dan saling bertolak belakang? Bagiku, ini bukan semata-mata soal kesenangan. Bagaimana kita bisa menolak anugerah yang seindah ini? Salah satu puncak dari kepuasan ragawi yang pantas kita syukuri adalah karena Tuhan memberikan kita anugerah untuk bisa merasakan semua itu. Mengapa Tuhan bersusah payah memberi manusia kesenangan hanya untuk menjadikan itu sebagai batu ujian atas keimanannya? Bukankah rencana Tuhan selalu baik dan indah? Bukankah rencana Tuhan selalu menyenangkan? Dan hanya kitalah yang tidak tahu apa artinya bersyukur. Tuhan ingin manusia menyenangkan diri. Sebab percayalah, tak ada satu hal pun yang tercipta tanpa melekat suatu maksud di dalamnya. Dan semestinyalah kita manusia menerima hal itu dengan penuh rasa  syukur, terlebih atas semua nikmat yang teramat sangat luar biasa ini. Karena keindahan semestinya mendatangkan kegembiraan, dan kegembiraan mendatangkan rasa syukur. Jadi bagaimana kita bisa mendustakan kenikmatan serupa itu?
Titon Rahmawan
Kekeringan adalah ujian kesabaran, tetapi juga panggilan untuk berinovasi dan bertahan hidup
Unknown
Kekeringan adalah ujian kesabaran, tetapi juga panggilan untuk berinovasi dan bertahan hidup.
Unknown
Ketika ujian dan derita hidup menjadi cambuk, kau akan berlari melesat bagai kuda mencapai garis finish dari perjuanganmu yang sesungguhnya.
Ira Diana (Lisa San No Machigatta Koi (Cinta yang Salah))
Hidup itu seperti sekolah, ada proses belajar dan proses ujian. Nikmati saja prosesnya, toh pada akhirnya lulus juga. Tinggal kita tentukan dari sekarang kita mau lulus dengan nilai baik atau tidak.
Fauziah Fillaily
Hidup ini bukan sahaja sementara tetapi ia sentiasa berjalan seiring dengan ujian.
Fiy Suri (Kala Runtuh Seluruhnya)
Hai kawan bukan ujian tesis nanti yang harus di khawatirkan. Akan tetapi ujian hidup yang akan anda lalui setelah lulus wisuda kelak, "Semoga ilmu yang anda miliki dapat bermafaat bagi orang lain dan bangsa ini
Kampus-INDO, Revolusi Dekdibud