Ucapan Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Ucapan. Here they are! All 49 of them:

Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka kelepek-kelepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love." That's probably as close as I can get hearing that she loves me. (Harris)
Ika Natassa (Antologi Rasa)
Kau tahu, kenapa orang yang menikah selalu mendapat ucapan selamat menempuh hidup baru? Karena mereka harus meninggalkan sebagian orang-orang yang pernah mereka sayangi di masa lalu.
Rhein Fathia (CoupL(ov)e)
Jatuh cinta diam-diam. Saling merasakan, tapi belum ada yang mau mengungkapkan. Meski keduanya saling tahu bahwa bagi satu sama yang lain, keduanya bukan sekedar teman. Tak ada ucapan dan panggilan sayang. Mereka hanya bertahan pada tindakan nyata.
Dwitasari (Jatuh Cinta Diam-Diam)
Ada satu kebiasaan yang aku temukan pada orang-orang yang memiliki hidup yang berbahagia dan berkepenuhan, mereka selalu memulai hidupnya dengan ucapan terima kasih.
Titon Rahmawan
MEMBACA hanya menggerakkan pikiran dan ucapan semata. Akan tetapi, membaca yang disertai menulis, apalagi menulis buku, bisa menggerakkan dunia. Kenapa? Karena buku merupakan instrumen yang berdaya kuat dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa baik untuk kebaikan maupun keburukan, bagi kesejahteraan maupun bencana
Hernowo
Ucapan semangat, ucapan pendukung agar kita bisa lebih berani dan ucapan agar kita tidak menciut bisa jadi adalah racun bagi kita.
Baek Se-hee (I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki)
Orang mungkin saja belajar dari kata-kata kasar dan ucapan yang menyakitkan hati, tapi itu hanya melahirkan kebencian dan tidak membuat kita dicintai. Cinta hanya mungkin datang dari kata-kata yang lembut dan ucapan yang menyenangkan.
Titon Rahmawan
Menyimpan ucapan adalah yang terbaik, Karena penyesalan terbesar yang kita miliki adalah mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak kita ucapkan.
geulbaewoo (Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah)
Pelukan ialah jembatan. Yang merentangi nasib, jalan dan ucapan; juga kesedihan.
Lenang Manggala (Perempuan Dalam Hujan)
Salah satu bentuk ketidakjelasan berkomunikasi yang paling sering terjadi adalah penggunaan kata pengondisian, seperti “mungkin”, “cukup”, atau “lumayan.” Apakah “cukup bagus” berarti “bagus” atau “jelek”? Bagaimana juga dengan “cukup lumayan”? Saat pikiran tidak bisa memahami apa yang diucapkan, ucapan cuma sekadar suara
Rene Suhardono
Doa dan ucapan selamat jalan diucapkan oleh mulut dan tangan yang kami jabat. Tak seorangpun mengucapkan terimakasih. Dan memang kami tidak menuntut, tidak membutuhkan. Sayang, kami belum mampu berbuat lebih dari ini.
Pramoedya Ananta Toer (Perawan Dalam Cengkeraman Militer)
Tidak perlu pisau untuk membunuh cinta. Yang kamu butuhkan hanya ucapan perpisahan.
Christian Simamora (As Seen On TV)
Kebijaksanaan sejak dari hati dan pikiran, tidak hanya dari ucapan. Rasakan, Pikirkan, Ucapkan, baru Tindakan. Bila kita bijaksana dalam berpikir maka tindakan tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga untuk oran lain. Chairul Tanjung (page: 93)
Tjahja Gunawan Diredja (Chairul Tanjung Si Anak Singkong)
Tahukah kau, tubuhmu memiliki sensor penerima sinyal gemosi dari luar? Sensor yang sama yang menghubungkan emosi sepasang anak kembar yang terpisah ratusan kilometer! Hei, benar-benar sensor yang hebat, bukan?! Ketika pertama kali sepasang insan terpikat satu sama lain, masing-masing sensornya menangkap sinyal gemosi cinta. Kontak mata, sentuhan punggung tangan, ucapan-ucapan cinta dan rayuan-rayuan yang membuat hatimu cenat-cenut akan mempercepat penyamanan frekuensi cinta dengan dentingan seindah harpa yang paling merdu sejagat raya. Selanjutnya, semakin selaras frekuensi itu, perasaan nyaman akan tumbuh beriringan. Kemudian rasa rindu hebat akan menyertainya saat dua gemosi berinterferensi saling menguatkan.
Yohanes Surya (Tofi: Perburuan Bintang Sirius)
Salam adalah do'a. Salam bukanlah ucapan basa-basi atau sekedar sopan santun seperti ucapan 'Selamat Pagi'. Bila kita mengucapkan salam, maka sadarilah bahwa kita sedang mendo'akan saudara kita, mengharapkan kebaikan dan kesejahteraannya.
Alwi Alatas (Bahkan Para Nabi pun Iri)
Karena doa yang lebih suci, ucapan terima kasih yang lebih menggelora daripada kegembiraan bisu jiwanya, tidak bisa diungkapkan dalam bahasa manusia.
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
Manusia tak pernah memahami ucapan orang-orang bijak. jadi, bukannya melihat emas sebagai lambang evolusi, mereka justru menjadikan emas sebagai alasan perseteruan
Paulo Coelho (The Alchemist)
Keriangan adalah ucapan terima kasih kita kepada Tuhan.
Jean Ingelow
Akan ada masa di mana mereka yang datang akan jadi mereka yang pergi. Dan di antara keduanya, ada begitu banyak kata-kata nir makna dan ucapan yang sia-sia berhamburan. Dunia tenggelam dalam ilusi saat sangkakala kematian dibunyikan. Tidak ada yang tinggal, kecuali sekerlip ingatan pada segala kebajikan dan ucapan orang-orang bijak.
Titon Rahmawan
Jangan beri aku apapun Meski itu perhatianmu Meski itu kasih sayangmu Meski itu air matamu Jangan beri aku kesedihanmu Jangan beri aku amarahmu Jangan beri aku dahagamu Jangan kau beri aku apapun Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda." Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu? Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih? Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu? Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu. Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit. Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja. Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu. Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.
Titon Rahmawan
Doa bukan sekedar permohonan verbal, tapi sinkronasi antara ucapan, tingkah laku, pikiran dan keyakinan hati
ابن قيم الجوزية (Rahasia Pengobatan Nabi Saw)
Jika harus aku memberi sedang diri tak punya di mana harus kugali Ucapan Selamat Tinggal Itu sahaja yang aku punya
A.D. Rahman Ahmad
Begitulah keadaan orang yang cerdas. Cerdik tangkas dan ucapan yang pedas. Selamanya mereka lantunkan kebenaran. Perkataan mereka tidak buat kagum orang sesat. Tetapi disukai dan dihargai orang-orang hebat.
محمد الغزالي (جدد حياتك)
Haruskah kita melangkah kan kaki di antara nisan yang berbaris. Dan badai musim ini, akan menjadi sesuatu yang janggal. Bayang kan kita lebih tinggi dari gagak yang melambung.. Dan bernapas angkuh layaknya firaun... Tragisnya kita jatuh melesat kebawah bagaikan anak panah. Suara ini tetap bergema!!! . . . .Kita adalah Hati.... Yang tak pernah di beli atau pun tergadaikan oleh dunia. Kita adalah Hati... Yang meredam manis ucapan.... Kita adalah Hati... Yang tak sebanding dengan bangkai munafik... Kita adalah hati..... Dan masa depan mengalir di antara tulang ini Dan kita adalah Hati.. Yang selamanya berdoa . .~andra dobing
andra dobing
Ketika ucapan terima kasih kepada sesama manusia diutarakan, kita dapat mengucapkannya dengan begitu indah dan penuh penghargaan. Tapi mengapa ketika setiap detik nafas saja patut untuk disyukuri, kita hanya mampu berujar dalam satu atau dua patah bait kata?
Andy Sukma Lubis (Bait Cinta Sang Musafir)
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta.... Requiescat in pace et in amore, Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih.... Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi? Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlalu  tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian. Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup? Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri. Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri. Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
Titon Rahmawan
Aku mungkin membuat orang lain salah paham karena tatapan," mulainya, " tapi aku tidak pernah membuat orang lain salah paham karena ucapan. Jadi, kalau kau masih mengira bahwa apa pun yang kukatakan padamu hanya kesalahpahaman dari pihakmu saja, lebih baik kau mulai membenahi cara berpikirmu sekarang. Aku sudah pernah memberitahumu," dia mengingatkan, "apa yang kuucapkan, memang itulah yang kumaksudkan." -Song Joon-
Yuli Pritania (A (Wo)man's Scent)
Pernyataan Sartre bahwa Marxisme adalah filsafat yang tidak bisa dilampaui di zaman kita jelas bukan ucapan paling cerdas dari seorang tokoh yang sangat cerdas. Mungkin saja ada filsafat yang tidak bisa dilampaui, tetapi tidak ada ilmu yang tidak bisa dilampaui. Berdasarkan definisinya, ilmu pengetahuan dibangun untuk dilampaui. dan Marx memang sedemikian rupa mengklaim dirinya ilmuwan yang ilmiah, maka penghargaan yang layak buat dia adalah memakai dan memanfaatkan apa yang telah dia lakukan, dan apa yang telah dilakukan orang lain terhadapa apa yang dia lakukan, dan dengan begitu melampaui apa yang dia kira sudah dia lakukan
Pierre Bourdieu (Choses dites (Le sens commun) (French Edition))
Mungkin seharusnya aku menulis buku motivasi saja, mengutip ucapan para tokoh besar dunia dan meramunya dengan sedikit kisah perjuanganku menggapai mimpi. Pasar pembaca seperti itu tampaknya lebih luas—ada terlalu banyak orang yang sebentar-sebentar harus disuapi dengan petuah-petuah untuk memulai hari mereka. Mereka akan dengan rakus membeli dan melahap setiap buku-bukuku. Kelaparan mereka akan mengisi penuh pundi-pundiku. Akan tetapi tanganku terasa kaku setiap aku hendak memulai. Bagaimana aku bisa menulis dan menjadi inspirasi buat banyak orang bila aku sendiri merasa hidupku membosankan—dan hidup dalam rasa frustrasi berkepanjangan?
Jessica Huwae (Skenario Remang-Remang)
Saudariku.. pernahkah ada seorang yang melukaimu, menuduhmu atas suatu hal yang tidak anda lakukan ? memanggilmu dengan sebutan yang tidak layak dilontarkan, mengatakan hal – hal yang sangat tidak pantas diucapkan kepada sesama muslimah… mungkin dia adalah keluarga dekatmu, mungkin dia adalah temanmu, atau bahkan..... keluarga dari calon pendampingmu… :) Jangan bersedih ! tidak hanya anda yang mengalaminya… saya pun pernah mengalaminya.. duhai saudariku… Tidak semua orang mampu memahami kesalahan yang telah dilakukannya, Tidak semua orang mampu menerima kesalahan,dan tidak semua orang mampu meminta maaf kepada anda, meskipun dia sudah menyadari kesalahannya… Duhai saudariku…Lepaskan keegoisanmu agar cahaya iman masuk kedalam nuranimu, maafkanlah mereka dengan tulus…. jangan menunggu permintaan maaf mereka kepadamu!... Saudariku… apakah masih ingat dengan kisah Rasululloh SAW berikut ini : ” Suat saat ketika Rasulullah SAW sedang duduk – duduk bersama sahabatnya, Rasulullah SAW bersabda, “Sebentar lagi,salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya. Hari berikutnya, Rasulullah SAW mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah SAW mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembaliterulang. Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah SAW lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.” Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”. Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.” Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya,itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.” Subhanallah ! Begitu dahsyatnya efek memaafkan,saudariku… semoga Allah menjadikan kita para pemaaf, yang mampu membalas keburukan dengan kebaikan… Semoga Bermanfaat.. :)
Nuci Priatni
Ia adalah shisha yang dihisap semua orang. Luka yang memberi kenikmatan di mata para pencari dusta. Tidak ada penafsiran apapun untuk sebuah puisi gelap yang terang terangan membutakan dirinya sendiri. Ia bukanlah ghazal atau puisi semacam itu. Ia adalah pisau yang naif dan terang benderang. Pisau majal yang pelan pelan mengiris kesadaran orang orang bebal. Ia tidak terlahir untuk menciptakan kebahagiaan bagi orang orang yang kesepian. Ia adalah metafora dari kehidupan yang kotor, keji dan bahkan cabul. Ia adalah anjing yang mengeram dalam diri semua orang. Anjing anjing yang tak henti menyalak. Binatang buas yang tak mengenal kata lain selain rasa laparnya sendiri. Ia telah melubangi pikiran kita dengan kata makian dan ucapan sumpah serapah. Ia terbiasa menipu kita dengan erangan erangan palsu bahwa ia telah mencapai katarsis. Ia telah menodai simbol kesucian yang selama ini kita kenal. Ia tak memberi kita kelegaan jiwa, ia tak membuat halaman rumah kita menjadi bersih. Walau ia telah berhasil memaksa kita menanggalkan topeng kemunafikan, tetapi ia juga menjejali kita dengan sebotol khamr memabukkan yang tak sanggup kita tolak.
Titon Rahmawan
Jkt 20/12/2012 Bulan ini bulan desember,spt juga desember thn2 sebelumnya pada bulan ini umat kristiani mempunyai hari besar semacam tradisi tahunan yaitu yg di sebut "Natal" atau Natale (italia) atau Christmas,dan sebagai penganut kirstiani sejak lahir saya selalu menikmati bulan2 desember spt ini tiap tiap tahunnya,saya selalu menikmatinya didalam hati saya,apalagi saat saya masih kanak kanak dulu,karena natal identik dengan hadiah untuk anak2,desember adalah menjadi bulan yg paling saya tunggu2 karena pada bulan itu akan ada sebuah kado yang menunggu saya pd bulan itu,akan ada gemerlap cahaya lampu pohon dan hiasan hiasan natal lainnya,saya akan memakai baju baru juga saya akan tampil dipanggung gereja memainkan fragmen dan drama natal bersama anak2 lainnya yang juga memakai baju baru yg menambah kesan natal semakin saya tunggu, Saya lahir di Indonesia saya tinggal di Indonesia saya bersekolah di Indonesia,negara yg mempunyai beragam agama yg mana agama2 itupun mempunyai Hari besar nya masing2,sejak masih kanak2 saya selalu terharu ketika melihat org lain berdoa entah dengan memakai tata cara agama apa mereka berdoa yg jelas saya selalu merasa ada suatu hal yg berbeda dlm hati saya ketika melihat org berdoa itu,saya bersahabat dgn beberapa teman saya orang2 keturunan yg beragama Budha,sy juga punya beberapa sahabat org Bali dan keturunan India yg beragama Hindu,walaupun jumlah mereka tidak sebanyak sahabat2 saya dari kaum Muslim,Muslim adalah mayoritas di negri ini otomatis muslimlah yg hampir 90% dari mereka setiap harinya berinteraksi dengan saya, lebih dalam lagi saya pun mempunyai banyak family sedarah dari kakek saya yg beragama muslim,tidak heran kalau sy pun menikmati hari raya Idul fitri,dan tidak jauh berbeda dengan natal momen Lebaran adalah menjadi hari yg saya tunggu2 juga, karena setiap tahunnya saya akan berkumpul dgn sanak family dan kerabat merasakan ketupat lebaran dan opor ayamnya juga saya bisa meminta maaf dan bersalaman dengan orang yg pernah bertengkar dengan saya dengan ucapan minal aidin walfaidzin,luar biasa hubungan batin saya dengan muslim sepertinya suatu hal yg tidak bisa terpisahkan,tetapi diluar daripada itu semua terjadi dilema dalam hidup saya ketika saya menyaksikan hal2 lain yg "mengusik mesranya hubungan saya dengan muslim,di saat yg sama berita di media masa sebegitu hebatnya memberitakan hal yang menumbuhkan opini2 perpecahan yang semakin hari semakin jauh dari kata "damai" dimana pandangan yg berbeda tentang Tuhan adalah menjadi alasan untuk pendidikan perang! sehingga seolah olah memaksa manusia siaga satu dan siap untuk membenci saat ada kaum yg berbeda dengan mereka,saya muak dengan ini, Keperdulian saya dgn keharmonisan keduanya Membuat saya tertarik utk "mencari tau tentang isi dari kedua agama ini,dgn hati yg bertanya tanya ada apa sebenarnya yg terjadi di dalamnya?,dengan segala keterbatasan saya bertahun tahun saya mencoba mencari titik temu antara perbedaan dan persamaan antara kristen dan islam,rasa ingin tau saya yg membuat saya sedikit demi sedikit menggali keduanya mulai dari sisi sejarah,segi terminologi,sisi tafsir2 atau doktrin (aqidah) nya,dgn mencari sumber2 yg akurat atau dengan cara bertanya,berdiskusi dll,sy tidak terlalu tau apa tujuan dan visi saya tapi yg jelas saya tertarik untuk mengetahuinya dan kadang saya lelah!saya merasa terlalu jauh memikirkan ini semua,saya merasa agama yg seharusnya memproduksi kedamaian dan cinta thd sesama malah membuat saya pusing dan muak karna saya koq malah pusing memikirkan konflik2 dan benturan2 yg justru disebabkan oleh agama itu sendiri Seiring berjalannya waktu pemahaman saya terhadap natal dan bulan desember itupun mulai terpisah,saya sudah mempunyai pemahaman sendiri mengenai natal,Desember hanyalah salah satu bulan dari 12 bulan yg ada,tetapi damai natal itu sendiri harus berada dalam sanubari dan jiwa dan roh saya setiap hari, "Selamat Natal Damai Selalu Beserta Kita Semua" Amien.........
Louis Ray Michael
Ucapan tiada pada tempatnya bukan lahir di rumah ini, Yang Suci, hanya terbawa entah dari mana.
Pramoedya Ananta Toer (Arok dedes)
Tumben. Bisanya mbak Ninuk itu paling cepat menanggapi naskah novel yang gue kirim. Kenapa sekarang segini merepotkan ya?” “Ya..., ajarin dong adik perempuanmu itu supaya nggak seperti anak kecil gitu. Umurnya kan sudah 26 tahun!” “Percuma, Ma, emang kebiasaan dari orok tuh si Mey,” gerutu Leon yang menyedok sepiring nasi goreng bumbu kari buatan Mama. “Bang…. Emang ada ya naskah tertolak?” “Ya iyalah, pastinya akan ada naskah tertolak! Hari gini yang namanya bisnis itu harus mengikuti arus jaman. Dan elo harus bisa ikuti selera pasar, bukan pasar ngikutin selera elo yang nggak jelas gitu. Kecuali nih ya, lo itu pemilik dari penerbitan lo sendiri, mau bikin tulisan gila, rada gila, atau setengah gila, terserah lo. Tapi, kalau lo pakai sistem penerbit konvensional seperti yang lo jalanin gitu, ya kudu nrimo tertolak!” ceramah Leon dengan lagak sok tahunya yang mulai kumat. “Kalau kamu seorang penulis, maka kamu harus mau mengikuti selera pasar...” “Cinta itu bukan dirasakan dari hati, tapi elo mesti ngerasain cinta itu dari sentuhan bibir pasangan lo, supaya elo nggak kena tipu sentuhan bibir cowok lain. Cobain deh,” begitu nasihat Nisa yang sama seperti Eli sudah kebal bolak-balik ganti pasangan. “Haruskah kamu menjual diri dengan menciumku untuk meloloskan sebuah naskah?” “Emangnya lo pikir pembaca itu nggak punya hati nurani? Kalau yang lo angkat itu hanya konsep cinta text book, gue yakin deh, isi novel lo bakal datar-datar aja!” ucap Arin. “Hu-uh! Mana mungkin gue sembarangan nyari cowok buat sekadar nyicipin gimana rasanya pacaran itu?...” “Huuh..., cinta…, cinta! Merepotkan banget, sih!” “Hu-uh! Nyari kesempatan gratis dalam kesempitan tuh, Bos!” “Loh, kok, dia nggak kasih ucapan selamat jalan ke gue, ya?” “Nih, permen cokelat, makan aja dulu buat ngilangin rasa mual dan takut lo,” “Maaf saya tidak bermaksud lancang sama kamu,” “Bukan kamu yang salah, gue kok yang salah!” “Jatuh cinta bisa membuat hati seseorang berbunga-bunga”, tetapi “Kehilangan orang yang dicintai tanpa pernah terucap sangatlah menyakitkan”.
Pio (Verlieben)
Di dunia Arab, ucapan terima kasih adalah bahasa sendiri. 'Semoga Allah memberkati tangan yang memberiku hadiah ini'; 'Kecantikan ada di matamu yang menganggapku cantik'; 'Semoga Tuhan memperpanjang umurmu'; 'Semoga Allah tidak pernah menolak doamu'; 'Semoga makanan berikutnya yang kau masak bagi kami adalah pada pernikahan putramu, ... kelulusan putrimu, ... kesembuhan ibumu; dan seterusnya, rangkaian tanpa akhir berisi apresiasi yang penuh doa. Berasal dari budaya macam itu, aku selau merasa bahwa 'terima kasih' saja adalah ekspresi tak mencukupi yang membuat suaraku terdengar kikir dan tidak tahu terima kasih.
Susan Abulhawa (Mornings in Jenin)
Pada saat itu, rasa cinta Khadijah bertambah saat menyaksikan suaminya kembali seperti anak kecil. Ucapan "ibu" yang keluar dengan kerinduan dari bibir suaminya membuat Khadijah bahagia.
Sibel Eraslan
Dari kecil kita yang belum mampu memahami dan menyaring setiap ucapan yang didengar, kemudian membiarkan ucapan-ucapan itu tertanam menjadi bagian dalam diri kita.
Pijar Psikologi (Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?)
Hari kasih sayangku bukan hanya Februari, kekasih. Namun sejak sepanjang Februari hingga bertemu Februari berikutnya. Itu mengapa namamu selalu menjadi bahan rayuanku saat bersujud pada Tuhan.
Alfin Rizal
Mengenal Ainun yang sangat religius dan tiap hari membaca ayat-ayat suci Alquran, saya yakin bibirnya bergetar karena memanjatkan doa ketika mendengar ucapan saya itu.
Bacharuddin Jusuf Habibie (Habibie & Ainun)
Yang menyakitkan itu bukan ucapan selamat tinggalnya,” lanjut gadis itu kemudian, “Yang menyakitkan itu kenangan-kenangan yang tertinggal di belakang, yang akan terus teringat, walaupun kau berusaha melupakannya. Satu-satunya cara hanya dengan berharap kau bisa membenturkan kepalamu dan mengalami amnesia. Itu bahkan dengan kemungkinan masa lalu itu masih akan kembali lagi kepadamu suatu saat nanti.
Yuli Pritania (CallaSun)
Hidup tidak akan pernah bahagia kepada mereka yang meremehkan sebuah nasihat, bagi saya jika seseorang menasihati saya itu adalah ucapan dari Tuhan lewat orang yang benar-benar tulus menyayangi kita.
Tommy Jonathan Sinaga
Tidak ada istilah nakal dulu baru sukses, itu hanya sebuah ucapan omongkosong. Apa yang kita tanam dan itu pula yang akan dituai.
Tommy Jonathan Sinaga
Kecerdasan seseorang tidak tercermin pada apa yang ia ucapkan. Melainkan pada bagaimana ia bisa menyelaraskan apa yang ia ucapkan dengan apa yang ia perbuat.
Titon Rahmawan
Separuh Perasaan yang Tertinggal di Kota M Peluit kereta mungkin satu satunya pertanda yang masih aku dengarkan. Setelah semua detak itu terhenti di perempatan yang memisahkan diriku dari dirimu, mungkin hanya beberapa kilometer saja jauhnya. Aku duduk merenung sendiri di salah satu taman di sudut kota di mana kutahu kau berada. Tentu saja tak ada hujan dan perasaan-perasaan yang kini telah menjadi lapuk di makan usia. Riuh kendaraan ternyata tak mampu menyembunyikan kerinduanku padamu. Perasaan yang sempat aku curigai telah berubah tuli sejak bertahun-tahun lalu. Bagaimana mungkin kita bisa bercakap lagi, sementara jarak adalah batas yang nyata-nyata kita ciptakan sendiri? Jauh yang berasa dekat atau dekat yang berasa jauh tak lagi punya pengaruh. Dan demikian pula dengan pikiranku. Hanya separuh masa terlanjur letih menunggu dan lalu langkah roda kereta bergegas meninggalkan kotamu. Tanpa hujan, tanpa satu pun ucapan perpisahan.
Titon Rahmawan
Jangan percaya ucapan politisi. Banyak hal bisa salah saat kau mencoba memanipulasi opini publik - kau memerlukan strategi jangka panjang. Tapi emosi seseorang? Itu mudah. Kau hanya perlu mengendalikan informasi yang dia terima, dan kau akan berkuasa atas perasaannya. N
Chan Ho-Kei (Second Sister)
Sebuah permintaan maaf yang terlambat nantinya hanya akan menjadi ucapan tanpa makna. Hal 30
Aiu Ahra (Bouteille)
karena setiap ucapan ya atau tidak itu adalah komitmen..
Setyo Setiaji
Jika harus aku memberi sedang diri tak punya di mana harus kugali Ucapan Selamat Tinggal Itu sahaj yang aku punya
A.D. Rahman Ahmad
Ucapan orang bodoh sama saja dengan debu" Rand al'Thor
Robert Jordan (The Great Hunt Volume 1 - Perburuan Sangkakala)