Tua Bersama Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Tua Bersama. Here they are! All 9 of them:

β€œ
Menjadi panutan bukan tugas anak sulung-kepada adaik-adiknya, tapi tugas orang tua kepada semua anak
”
”
Adhitya Mulya (Sabtu Bersama Bapak)
β€œ
Nah, walau tiga suku bangsa ini punya kampung sendiri, kampung Cina, kampung Dayak, dan kampung Melayu, kehidupan di Pontianak berjalan damai. Cobalah datang ke salah satu rumah makan terkenal di kota Pontianak, kalian dengan mudah akan menemukan tiga suku ini sibuk berbual, berdebat, lantas tertawa bersamaβ€”bahkan saling traktir. β€œSiapa di sini yang berani bilang Koh Acong bukan penduduk asli Pontianak?” demikian Pak Tua bertanya takzim.
”
”
Tere Liye (Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah)
β€œ
Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya. Dulu kamu bertanya tentang definisi pulang, dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapa pun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan. Kamu akhirnya pulang menjenguk pusara bapak dan mamakmu, berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan. Tapi lebih dari itu, ada pertanyaan penting berikutnya yang menunggu dijawab. Pergi. Sejatinya, ke mana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa 'kendaraannya'? Dan ke mana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah persimpangan hidupmu sekarang. Menemukan jawaban tersebut. 'Kamu akan pergi ke mana?'.
”
”
Tere Liye (Pergi)
β€œ
Percaya sama Saya, Allah itu dzat yang paling awal yang berharap hamba-Nya melek literasi. Al Amin ο·Ί adalah generasi 'ummi dari kota tua di lembah Bakkah, namun Jibril ΨΉΩ„ΩŠΩ‡ Ψ§Ω„Ψ³Ω„Ψ§Ω… justru membawa kata pertama Iqra'. Coba kita liarkan sedikit imaji kita di dalam kegelapan gua, yang Nabi ο·Ί gemetar oleh suara Jibril. Jangankan membaca buku, buku-buku jari saja tak nampak, pekat. Lalu Allah berfirman, "Iqra'!" Saya yakin pembaca pasti kritis, "kan, ada Jibril yang bercahaya." Oke, tapi biarkan semua pertanyaan yang terlintas tentang kata pertama untuk tafakur nanti. Karena ada kata yang lebih mengena lagi yang dibacakan oleh Penghulu Malaikat saat itu. Yaitu "Yang mengajarkan (manusia) dengan Pena." Nah, jadi mana yang pertama? Baca dulu atau tulis dulu?! Bagi kita para pembelajar @nulisyuk, tentu yang pertama adalah tulis saja dulu. Ya, kan?! Lalu baca lagi, karena Allah akan mengajar manusia apa yang tidak dia ketahui. Kemudian tulis kembali, dengan pemahaman yang kita dapatkan. Baca ulang, agar Allah menurunkan petunjuk. Tulis ulang, baca-tulis-baca-tulis, sampai kita menjumpai hal yang paling meyakinkan. Yaitu kematian. Hingga saat tiba waktunya kita membaca karya kita nanti, Malaikat mengulurkannya lewat tangan kanan. Bukan di telapak tangan kiri yang terpaksa atau bahkan kita membelakanginya. Sembari berkata, β€œBetapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya.” Begitulah seharusnya kita menulis, jujur oleh gerakan hati. Saya adalah contoh dari jutaan manusia yang pernah bercita-cita untuk hidup dari tulisan. Beroleh bayaran dari coretan pena. Bahkan sempat ikut lomba menulis cerita anak, dengan hadiah kursus kepenulisan. Alhamdulillah, di dalam kemenangan pertama itu Saya tidak menerima uang. Meskipun Saya baru menyadarinya akhir-akhir ini. Janganlah, menulis untuk cari duit dan ketenaran. Seolah-olah Allah telah berbisik seperti itu ketika merobohkan niat Saya untuk menulis waktu yang dulu. Semoga, ketika sekarang kembali menulis bersama #nulisyukbatch6 sudah punya niat kuat yang berbeda. Hanya sebagai wujud rasa syukur atas pembelajaran Tuhan di dunia. Yuk Nulis, karena kita sudah banyak membaca ayat-ayat Allah di keseluruhan hidup kita. Aamiin.
”
”
Maykl Bogach
β€œ
Saat mencintai seseorang, berada di sisinya adalah hal yang paling membahagiakan. Cinta adalah saat semua hal dilakukan bersama. Sekali melihanya, semakin ingin melihatnya. Dengan begitu akan semakin terbiasa. Lalu akan menjadi mirip. Lalu akan tua bersama.
”
”
Lim Eun Hee (Who Are You?)
β€œ
Aku benci museum, perpustakaan, dan bangunan bersejarah yang dilestarikan. Aku gusar kepada benda-benda tua yang selalu ada di sana dalam bentuk yang sempurna. Aku dongkol kepada benda-benda berharga yang bisa menua tanpa harus rusak. Semakin lama hidup, semakin tubuhku bengkok dan rusak. Tubuhku tidak hancur karena aku mati. Aku rusak justru karena hidup. Tubuhku merupakan bukti akan waktu hidup yang kujalani bersama kehancuran.
”
”
Saou Ichikawa (Hunchback)
β€œ
Kalau kita dibenarkan hidup berkali-kali, kita tetap nak jadi kucing mama dan orang tua.
”
”
Natasha Mazya (Hari-Hari Bersama Miyu)
β€œ
Aku tertidur nyenyak dan bermimpi aku sedang berada dalam bangket di Gion, bicara dengan seorang laki-laki tua yang menjelaskan kepadaku bahwa istrinya, yang dicintainya dengan amat mendalam, tidak benar-benar meninggal karena kenikmatan saat mereka bersama-sama masih hidup di dalam dirinya.
”
”
Arthur Golden (Memoirs of a Geisha: Portrait of the Film)
β€œ
Kita yang pernah tinggal di para-para adat, kita yang pergi ikut bapak ke hutan untuk bikin jerat, cincang pagar, ambil kayu bakar, kita yang pergi ke kebun bersama orang tua, dan kita yang pernah ada di honai laki-laki dan perempuan, emaage, kita yang pernah mendengar dongeng sebagai pengantar tidur malam, kita yang pernah dan sedang mendengar cerita tokoh-tokoh yang muncul dari setiap daerah di Papua dan kita yang sedang menggunakan bahasa daerah kita sendiri, berkewajiban untuk menuliskan cerita-cerita kita itu sebagai bahan yang sangat berharga dan di sana pasti muncul Identitas diri kita dalam dunia literasi yang tadinya adalah lisan menjadi tertulis" Agustinus Kadepa Relawan Gerakan Papua Mengajar
”
”
Orgenes