Syukur Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Syukur. Here they are! All 73 of them:

β€œ
Saya tak tahu, berapa waktu yang tersisa untuk saya. Satu jam, satu hari, satu tahun, sepuluh, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang semakin sedikit itu saya manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri, saat saya menghirup udara dari Yang Maha?
”
”
Helvy Tiana Rosa (Risalah Cinta)
β€œ
Kita tidak boleh mengubah sesuatu yang kita lihat, tetapi kita boleh mengubah diri kita yang melihatnya. Jika kita tak dapat apa yang kita suka, maka langkah terbaik ialah sukalah apa yang kita dapat. Itulah syukur namanya!
”
”
Pahrol Mohamad Juoi (Tentang Cinta)
β€œ
Nasib memang diserahkan kepada manusia untuk digarap, tetapi takdir harus ditandatangani di atas materai dan tidak boleh digugat kalau nanti terjadi apa-apa, baik atau buruk. Kata yang ada di Langit sana, kalau baik ya alhamdulillah, kalau buruk ya disyukuri saja. (20)
”
”
Sapardi Djoko Damono (Hujan Bulan Juni)
β€œ
Bahagia lahir dari rasa syukur yang tak henti padaNya dan usaha untuk senantiasa berbagi apa yang kita bisa pada sesama. Itulah sebabnya kita bisa memilih untuk berbahagia setiap hari, setiap kali.
”
”
Helvy Tiana Rosa
β€œ
Tak ada live happily everafter, yang ada adalah bagaimana kita melewati tahun demi tahun dengan rasa syukur.
”
”
Ifa Avianty (9 Weddings and a Wish)
β€œ
Anak-anak muda jaman sekarang itu lucu dan agak susah dimengerti. Mereka cukup bersemangat membuat berbagai macam proposal untuk kegiatan organisasi yang mereka ikuti. Tapi proposal hidup yang berisi visi dan strateginya meraih mimpi, justru lupa mereka buat sendiri.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
jangan Engkau cegah nikmat karunia-Mu padaku, sebab syukurku yang teramat lemah. Jangan Engkau hinakan aku sebab kesabaranku yang terlalu sedikit
”
”
Dian Nafi (Miss Backpacker Naik Haji)
β€œ
Di zaman milenial ini, satu-satunya yang paling patut untuk kita idolakan dan kita cintai, adalah beliau yang hidup tanpa Facebook, Instagram atau Twitter, namun memiliki 1,7 milyar followers. Beliau, adalah Nabi Muhammad SAW.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Tak terucap terima kasih tapi wajahnya penuh syukur.
”
”
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β€œ
Bukankah iman itu memang setengahnya adalah syukur dan separuhnya adalah sabar?
”
”
Salim Akhukum Fillah (Menggali ke Puncak Hati)
β€œ
Kita tidak akan jatuh oleh hadangan gunung. Tetapi kerikil, justru yang paling kerap membuat kita jatuh terhuyung.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Mari kita beri tepuk tangan bagi mereka yang bekerja (dari dan) untuk hatinya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Orang-orang besar tumbuh bersama keputusan-keputusan besar yang diambilnya. Bukan oleh kemudahan-kemudahan hidup yang didapatnya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Jangan arahkan sudut pandangmu pada sesuatu yang belum tentu bisa kau lihat. Itu hanya akan melemparkanmu pada keterasingan dimana rasa syukur sering hanya sebatas ujung lidah.
”
”
Asma Nadia (Love Sparks In Korea (Jilbab Traveler))
β€œ
Yang bisa kita lakukan sebagai penulis hanyalah mencoba, mengerahkan usaha, menabur benih, dan menuai panen apa pun yang diberikan dengan penuh sukacita dan syukur.
”
”
Dan Millman
β€œ
Memilih untuk tidak mengeluh, barangkali adalah wujud syukur yang paling jujur.
”
”
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β€œ
Writing is the only way to change the world without leaving bed.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Penguatan budaya literasi adalah kunci memajukan negeri ini.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Semua kisah yang kudengar dari mereka mengandung hikmah-hikmah yang besar sangat nilainya. Kesabaran, kesyukuran, tawakal, keikhlasan dan banyak lagi.
”
”
Dian Nafi (Miss Backpacker Naik Haji)
β€œ
Sedih juga ketika kita baru bisa bersyukur hanya saat memikirkan orang yang lebih menderita dari kita.
”
”
Lucia Priandarini (11:11)
β€œ
Pagi mengajarkan kita bahwa segala sesuatu selalu diawali dengan rasa syukur dan embun adalah tanda keiklasannya
”
”
Harly Umboh
β€œ
Jangan menilai perempuan dari fisiknya. Tapi hatinya. Jangan menilai laki-laki dari kekayaannya. Tapi jiwa dan dedikasinya. Karena perabot kehidupan (fisik, jabatan, atau pun kekayaan), sungguh bersifat sementara. Tapi hati dan jiwa, adalah yang kekal dan menentukan segalanya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Bersemangat dan bersyukurlah jika ada banyak pekerjaan yang harus Anda selesaikan. Seseorang dengan penyakit kanker otak, lumpuh karena kecelakaan lalu lintas, atau seseorang yang tengah pusing menyusun lamaran pekerjaannya, pasti sangat mengharapkan untuk ada di posisi Anda sekarang. Jika demikian, bukankah memalukan apabila ada keluhan yang terposting di media sosial Anda?
”
”
Lenang Manggala
β€œ
Bukan anak cafe, hanya seorang anak Warkop, makannya di warteg dengan minum teh tawar hangat, beroda dua, bukan empat. Pulang kemaleman, berangkat pagi buta, tapi kan kuajarkan bagaimana cara bersyukur.
”
”
Nurdin Ferdiansyah
β€œ
Membaca adalah melawan, menulis menciptakan perubahan, dan terorisme adalah pecundang.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Bahagialah mereka yang tetap bersyukur meski dalam kesukaran.
”
”
Iwan Esjepe
β€œ
Kita sedang tidak berada di akhir, tapi sedang berusaha mengakhiri dengan cara yang baik. Tuhan memberi kita kehidupan, maka jalanilah dengan rasa penuh syukur kepadaNya :)
”
”
fdhayuningtyas
β€œ
Mekanisme syukur itulah yang membuat orang akan semakin dimudahkan.
”
”
Prie GS (Mendadak Haji)
β€œ
Seperti halnya rezeki, kesedihan seyogyanya juga patut untuk kita syukuri. Toh keduanya, sejujurnya, hanyalah kebaikan yang tampil dengan masing-masing gincunya.
”
”
Lenang Manggala (Perempuan Dalam Hujan)
β€œ
Seberapa beratpun beban hidupmu, selalu ada sesuatu yang tersisa untuk disyukuri setiap kali kita memulai hari. Misalnya buang airmu lancar atau sarapanmu tak terasa tawar.
”
”
Sam Haidy
β€œ
Kawan-kawan baik di sekolah maupun di bangku kuliah sebaiknya tidak lupa. Bahwa nilai yang tinggi dalam sebuah ujian hanyalah hasil transformasi daya rekam ingatan; bukan nilai dari pertumbuhan pemikiran. Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
tak ada dewasa yg 100%, tak akan ada manusia yang sempurna. mainkan emosimu tapi jangan di permainkan emosi. kendali ada di tanganmu! yang terhebat akan tetap bersyukur dan tersenyum adalah senjata terhebat... :-)
”
”
heru kristiawan
β€œ
Percayalah, ada Tuhan di hatimu yang terdalam. Di sana, tinggal lah suara-suara yang kan menuntunmu pada surga dan kesuksesan. Jangan pernah rela diperdaya oleh keadaan. Jangan pernah menjadi bodoh dan tumbang oleh omongan orang. Temui hatimu. Temui jalan hidupmu.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Kebahagianku terbuat dari kesedihan yang telah merdeka, dengan kata lain; bersamamu saat itu--- ketika cangkir kopimu menadah cahaya yang ditumpahkan bulan, telah menjadi rasa syukur yang tak pernah selesai. Berilah kesempatan untuk temu sekali lagi dan ampuni kangenku yang cerewet ini. Dengan kata lain, kita mesti ngopi lagi.
”
”
Usman Arrumy
β€œ
Waspadalah terhadap waktu luang, karena ia lebih banyak membuka pintu maksiat daripada syukur.
”
”
Umar bin Khattab r.a
β€œ
DIA tidak sedang mempermainkan kami. Kamilah yang harus introspeksi. Barangkali kami selama ini tak banyak bersyukur. ((Mudah-mudahan) Bukan Ramadhan Terakhir, Rima RL)
”
”
Dian Nafi (Once More Ramadhan)
β€œ
lebih baik mensyukuri apa yang kita miliki daripada menyesali apa yang tidak kita miliki
”
”
Ridwan Mets
β€œ
Ibuk belum sempat bilang apa-apa. Tak terucap terima kasih tapi wajahnya penuh syukur.
”
”
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β€œ
Bahagia adalah ketika kita menjalani hidup dengan penuh rasa syukur
”
”
Nuci Priatni
β€œ
Ingatlah hari di mana kau berdoa untuk sesuatu yang kau punya saat ini. Bersyukurlah.
”
”
Sapta Arif N.W. (Di Hari Kelahiran Puisi)
β€œ
Dalam sebuah riset, di tahun 2015, dalam 1 hari terdapat rata-rata 200 kecelakaan di Indonesia. Beberapa kecelakaan di antaranya menyebabkan kecacatan fisik dan menghabiskan harta korban dan keluarganya. Ini seharusnya membuat kita mengerti, tentang bagaimana cara memilih calon pasangan hidup kita nanti. Jangan menilai perempuan dari fisiknya. Tapi hatinya. Jangan menilai laki-laki dari kekayaannya. Tapi jiwa dan dedikasinya. Karena perabot kehidupan (fisik, jabatan, atau pun kekayaan), sungguh bersifat sementara. Tapi hati dan jiwa, adalah yang kekal dan menentukan segalanya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Bapak pernah dengar ini. You can buy clock sir, but not time. Waktu tak bisa diulang. Pembelajaran untuk lebih waspada esok lusa,” jawab sosok yang memperkenalkan diri dengan nama Julia. β€œLagipula uang bukan segalanya, Pak. Ada banyak hal yang tak bisa dibeli dengan uang. You can buy blood, but not life. Lihat betapa banyak mereka yang punya uang dan kekuasaan, tapi tak pernah merasa puas. Sebaliknya mereka yang hidup bersahaja, merasa kaya. Karena syukur tak pernah lepas dari hatinya,” sahutnya makin antusias. (Bidadari Jalanan, Dunia Tanpa Huruf R)
”
”
Yoza Fitriadi (Dunia Tanpa Huruf R)
β€œ
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta.... Requiescat in pace et in amore, Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih.... Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi? Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlaluΒ  tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian. Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup? Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri. Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri. Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kata kunci untuk pekerjaan jurnalistik adalah aktualitas.
”
”
St. Sularto (Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama)
β€œ
Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi). Cara terbaik untuk menanamkan budaya literasi yang kuat pada seseorang adalah dengan menjadikannya sebagai seorang penulis. Karena setiap penulis, secara otomatis akan melewati tahapan membaca, berpikir, dan tentu saja menulis serta berkreasi.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Senja Lembayung Jingga, Senja adalah penanda Senja adalah perenungan Senja adalah sela Siang berakhir Malam menjelang Di antara itu ada senja Ada doa dalam setiap senja Sujud syukur untuk gerak raga hari itu Senja akhiri hiruk pikuk Senja sambut sunyi malam Bukan mentari yang pergi Namun bumi rindu malam Nikmati indahnya taburan bintang Di keheningan malam Buat seorang teman, yang ikut berbagi makna senja, 28 Februari 2019, 18.00 WITA
”
”
Diadjeng Laraswati Hanindyani/De Laras
β€œ
Percaya sama Saya, Allah itu dzat yang paling awal yang berharap hamba-Nya melek literasi. Al Amin ο·Ί adalah generasi 'ummi dari kota tua di lembah Bakkah, namun Jibril ΨΉΩ„ΩŠΩ‡ Ψ§Ω„Ψ³Ω„Ψ§Ω… justru membawa kata pertama Iqra'. Coba kita liarkan sedikit imaji kita di dalam kegelapan gua, yang Nabi ο·Ί gemetar oleh suara Jibril. Jangankan membaca buku, buku-buku jari saja tak nampak, pekat. Lalu Allah berfirman, "Iqra'!" Saya yakin pembaca pasti kritis, "kan, ada Jibril yang bercahaya." Oke, tapi biarkan semua pertanyaan yang terlintas tentang kata pertama untuk tafakur nanti. Karena ada kata yang lebih mengena lagi yang dibacakan oleh Penghulu Malaikat saat itu. Yaitu "Yang mengajarkan (manusia) dengan Pena." Nah, jadi mana yang pertama? Baca dulu atau tulis dulu?! Bagi kita para pembelajar @nulisyuk, tentu yang pertama adalah tulis saja dulu. Ya, kan?! Lalu baca lagi, karena Allah akan mengajar manusia apa yang tidak dia ketahui. Kemudian tulis kembali, dengan pemahaman yang kita dapatkan. Baca ulang, agar Allah menurunkan petunjuk. Tulis ulang, baca-tulis-baca-tulis, sampai kita menjumpai hal yang paling meyakinkan. Yaitu kematian. Hingga saat tiba waktunya kita membaca karya kita nanti, Malaikat mengulurkannya lewat tangan kanan. Bukan di telapak tangan kiri yang terpaksa atau bahkan kita membelakanginya. Sembari berkata, β€œBetapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya.” Begitulah seharusnya kita menulis, jujur oleh gerakan hati. Saya adalah contoh dari jutaan manusia yang pernah bercita-cita untuk hidup dari tulisan. Beroleh bayaran dari coretan pena. Bahkan sempat ikut lomba menulis cerita anak, dengan hadiah kursus kepenulisan. Alhamdulillah, di dalam kemenangan pertama itu Saya tidak menerima uang. Meskipun Saya baru menyadarinya akhir-akhir ini. Janganlah, menulis untuk cari duit dan ketenaran. Seolah-olah Allah telah berbisik seperti itu ketika merobohkan niat Saya untuk menulis waktu yang dulu. Semoga, ketika sekarang kembali menulis bersama #nulisyukbatch6 sudah punya niat kuat yang berbeda. Hanya sebagai wujud rasa syukur atas pembelajaran Tuhan di dunia. Yuk Nulis, karena kita sudah banyak membaca ayat-ayat Allah di keseluruhan hidup kita. Aamiin.
”
”
Maykl Bogach
β€œ
Kegagalan bukanlah kompetisi. Jangan merasa paling gagal. Mari menyelam dalam syukur, karena berlian tak pernah mengambang di lautan lepas.
”
”
Khabib Bima
β€œ
Every night before I go to sleep, I ask myself 'What did I like about today?' I am trying to truly embrace being grateful with what I have. To truly feel syukur (grateful).
”
”
LISA SURIHANI
β€œ
Kalaulah aku yang harus menghadapi ajalku sendiri, betapa pun besar perlawanku buat menolaknya, namun kalaulah tampaknya memang sudah kodrat Allah, apa boleh buat, kukira aku akan bisa menerimanya dengan kepasrahan yang serela mungkin. Ini sebab pada hematku kematian yang ikhlas adalah kematian yang ideal. Cita-citaku ialah tidak hanya untuk bisa hidup bahagia dan ikhlas, begitu pun hendaknya matiku kelak. Jadi, betapa pun besar ketakutanku dan perlawananku pada mulanya, tapi kalaulah memang sudah saatku, mauku bisalah matiku itu terjadi dengan kerelaan yang pas, syukur-syukur bila sambil tersenyum murni. Itu tidak hanya melegakan yang kutinggalkan, tapi juga buatku sendiri. Dan sebelum nafasku pergi, bisalah aku hendaknya menghaturkan puji atas kebesaran-Nya, berterima kasih atas ke-Pengasihan-Nya, dan memohon pengampunan-Nya.
”
”
Gerson Poyk (Perempuan dan Anak-anaknya)
β€œ
Si selalu saja merayakan hal kecil yang ia dapat dengan syukur dan sederhana. Si, selalu punya cara untuk menunjukkan bahwa piring-piring yang ia nikmati, berisi kebahagiaan yang penuh. Tanpa harus sibuk melihat piring orang lain. - Piring Bahagia Si dan Bi
”
”
Dian Pertiwi Josua
β€œ
Beliau mengajaknya bicara tentang rencananya terhadap dunia tersebut, dan cahaya itu mendengarkan dan menanggapi dengan rasa syukur karena telah tercipta untuk mendampingi Beliau. Heheheh .... Tidak ada yang lebih dicintai cahaya itu daripada Beliau, tidak ada. Heheheh .... Lalu, Beliau menciptakan manusia. Heheheh .... Di sinilah semuanya jadi kacau. Heheheh .... Mereka bilang, manusia adalah rangkuman dari jagad raya dalam bentuk makhluk hidup. Heheheh .... Dua mata manusia adalah matahari dan bulan. Heheheh .... Tulang-belulang mereka sekeras batu, daging mereka adalah tanah, urat nadi mereka bagai sungai dengan denyutnya yang mirip debur gelombang air .... Heheheh .... Beliau menuangkan semua hal yang pernah dia buat dan dia cintai dalam satu tubuhβ€”menjadikannya satu bentuk, dan memberikannya jiwa sendiri .... Heheheh ....
”
”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Semua Ikan di Langit)
β€œ
Apa yang tidak dapat dinyatakan dengan mulut maupun dengan pena, bagi kami matalah yang terapung dalam selubung air mata mengengadah ke langit. Seolah-olah mencari, akhirnya di sana, di tengah-tengah malaekat-malaekat Tuhan yang lain, kami menemukan malaekat yang seorang. Oleh karena hati kami mennagis pedih melihat kemurungan yang banyak di dunia ini, malaekat tersebut turun dengan kepakan sayap yang halus. Dia menghibur dan memenuhi kesedihan hati kami dengan kegembiraan ilahi. Syukur! Syukur! Syukur! Seru tiap denyut jantung, tiap denyut nadi. Dan tiap helaan nafas adalah doa syukur.
”
”
Sulastin Sutrisno (Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya)
β€œ
Sedikit bisa lebih, banyak bisa kurang.
”
”
Iwan Esjepe
β€œ
Setiap hari aku memanjatkan rasa syukur kepada Allah karena telah menjaga kehidupanku, bukan karena aku takut menghadapi kematian, namun karena istriku akan tetap memiliki suami dan anakku tidak akan menjadi yatim piatu.
”
”
Khaled Hosseini (The Kite Runner)
β€œ
lebih baik mensyukuri apa yang kita miliki, daripada menyesalai apa yang tidak kita miliki.
”
”
Ridwan Mets
β€œ
Hari ini, aku menjadi angin yang menyebarkan sikap syukur para petani.
”
”
Maykl Bogach
β€œ
Bourgenvilla Kertas mungkin kerana rupa yang dizahirkan dari rupa datangnya nama Harum mungkin kerana harum yang tak terciumkan maka hanya mawar jadi pujaan Palsu Syukur kau tak dipalsukan seperti mawar Setidaknya kau tak disinonimkan dengan luka Walau kau punya duri seperti mawar bukan? Setidaknya kau tak pula dipetik sembarangan Brunei, 5 Nov 2014
”
”
Nuratiqah Jani
β€œ
Segala puji aku haturkan kepada-Mu, wahai Tuhan yang menjadi tempat meminta segala permintaan. Puji syukur aku haturkan kepada-Mu yang telah mengabulkan apa yang aku minta selama berpuluh-puluh tahun ini
”
”
Sibel Eraslan (Maryam: Bunda Suci Sang Nabi)
β€œ
Tuhan kita adalah Zat Yang Mahatahu. Dia adalah al-Habir. Dia juga Zat Yang Mahalembut, Mahatahu segala hal yang tersembunyi. Dengan limpahan anugerah dan karunia-Nya, Dia mewajibkan kita untuk menyembah, beribadah, kepada-Nya. Ibadah adalah panjatan rasa syukur seorang hamba. Yang terjadi, manusia sering mempermudah meninggalkan ibadah, meski diwajibkan bagi mereka. Lalu, bagaimana jika tidak diwajibkan? Apa jadinya jika umat manusia menangguhkan ibadah hingga waktu tua? Allah seolah-olah telah mengikat diri kita dengan ibadah. Dia sangat cinta kepada para hamba-Nya yang terikat dengan rantai ibadah ini. Semoga Allah berkenan menjadikan kita sebagai hamba yang terikat dengan iman dan cinta akan ibadah. Sungguh, betapa indah tali rantai itu!
”
”
Sibel Eraslan (Maryam: Bunda Suci Sang Nabi)
β€œ
Bersyukurlah, lantunan suara burung kecil di pagi hari. Bersyukurlah, di detik ini susu berbalut kopi masih bisa menemani. Bersyukurlah, hujan turun sewajarnya, menyegarkan si hijau, tidak membanjiri. Bersyukurlah, rasa gundah masih bergejolak, cara agar dapat lebih dekat dengan Ilahi.
”
”
Achmad Aditya Avery
β€œ
Bersyukurlah dengan apa yang terjadi hari ini, maka senja akan memberikan cahaya yang indah
”
”
Arief Subagja
β€œ
Kebahagiaan itu susah bila dicari, tapi mudah bila disyukuri.
”
”
Sam Haidy
β€œ
Bersabarlah dan Bersyukurlah, hasil akan indah pada waktunya
”
”
Madi Ar-Ranim
β€œ
Dulu vs Sekarang: Warisan yang Hampir Hilang Zaman dulu ada seorang bocah naik sepeda berkilo-kilo, hanya untuk sampai ke sekolah di luar kampungnya. Ada anak lain yang mesti berjalan sampai kaki pegal ke rumah temannya hanya untuk meminjam buku bacaan. Tapi anehnya, mengapa anak sekarang malas melangkah? Malah merasa bangga disebut kaum rebahan. Mereka juga malas membaca padahal semua ilmu ada di genggaman layar kaca. Orang dulu mengumpulkan receh demi membeli sebidang lahan, membangun rumah sedikit demi sedikit, lantainya mungkin tanah, atapnya sering bocor, tapi ada mimpi yang mereka renda di atas atapnya, harapan yang mereka pahat di setiap dindingnya. Lalu bagaimana orang sekarang melihat dirinya? Bekerja sepuluh tahun pun, rumah masih berhenti sebatas imajinasi. Gaji pertama langsung ludes dalam gebyar pesta perayaan semalam dan cicilan gawai terbaru. Air minum, bagi orang dulu, direbus penuh sabar di tungku kayuβ€” sisa panasnya dipakai untuk berdiang menghangatkan tubuh. Bagi orang sekarang, air minum harus bermerek; Cappucino, espresso, latte atau matcha boba kekinian dikemas dalam plastik sekali pakai, diminum bukan karena haus, tetapi agar terlihat keren saat di foto. Barang orang dulu awet seperti doa: sepeda diwariskan, lemari antik dipelihara, kain batik disimpan hingga pudar warnanya. Barang orang sekarang sekali lewat hanya sebatas tren: baru sebentar sudah merasa bosan, dibuang, ditukar, ditinggalkan, seperti janji-janji yang tak pernah ditepati. Dulu banyak anak dianggap rezeki, meski rumah hanya seluas kamar kos-kosan saat ini. Tapi nyatanya, lima anak semua jadi sarjana, hidup nyaman sejahtera. Sekarang, satu anak saja dianggap beban, lalu diputuskan tak perlu lahir sama sekali. Di mana lagi bisa kita temukan kerja keras, pengorbanan dan kebijaksanaan? Apakah ini sekadar paranoia yang dibungkus logika yang sengaja dibengkokkan? Makanan dulu dinikmati sekadar untuk bertahan hidup: singkong, jagung, bubur, nasi lauk kerupuk, sayur dan sambalβ€”kenyang sudah cukup. Sekarang, makanan harus enak, harus estetik, di kemas cantik, difoto dulu sebelum disantap. Dan bila tidak sesuai ekspektasi rasa nikmat di lidah, langsung dicaci, langsung diviralkan, seolah perut telah kehilangan rasa syukur dan penghargaan anugerah dari Tuhan. Tabungan dulu jadi jimat yang dianggap keramat: uang disimpan dalam celengan tanah liat, ditabung serupiah demi serupiah buat beli tanah, sawah, tegalan. Emas disimpan dan dipelihara bukan cuma untuk dikenakan di pesta hajatan pernikahan. Sekarang malah sebaliknya, uang dibakar dalam pesta, dihabiskan di kafe, tiket konser, memburu diskon belanja palsu. Hidup bukan lagi tentang menyiapkan hari esok, melainkan tentang menguras apa yang bisa dihabiskan hari ini. Orang dulu sabar menahan diri, puasa bukan sebatas ritual setahun sekali menjelang idul fitri. Mereka tahu, lapar dan lelah adalah guru. Sabar dan diplin adalah ilmu yang tak kalah penting dari pelajaran di sekolah. Anak masa kini terjebak FOMO: takut tertinggal tren, takut tak dianggap, hingga lupa kalau waktu yang hilang tak pernah lagi bisa dibeli. Ironinya membayang di depan mata: Orang dulu hidup sederhana tapi tenang, karena kebahagiaan mereka berakar pada makna. Orang sekarang hidup mewah tapi gelisah, karena kebahagiaan mereka mesti hadir setiap waktu, terpampang indah hanya di atas layar, namun mudah dipadamkan lewat satu sentuhan jari. Dan kelak, ketika semua berlalu, yang tertinggal hanyalah penyesalan yang tak bisa diputar kembali. Mereka akan bertanya pada dirinya sendiri: mengapa aku begitu sibuk mengejar bayangan, hingga lupa merawat cahaya matahari yang sesungguhnya? Surabaya, September 2025
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Menjadi Tua vs Muda Selamanya Ada sebuah lagu yang dulu sering kita dengar, sebuah nyanyian abadi tentang kerinduan manusia: keinginan untuk tetap muda selamanya. Selamanya cantik, selamanya kuat. Kita menyanyikannya dengan penuh semangat, seolah hidup bisa berhenti pada satu titik di mana segalanya masih terasa indah. Tapi waktu pasti berlalu, tak pernah bisa ditawar tak pernah bisa diganggu. Ia seperti arus sungai yang menyeret kita perlahan menuju laut. Keriput muncul tanpa permisi, gigi tiba-tiba tanggal sendiri, rambut memutih, punggung bungkuk berasa nyeri. Tubuh yang dulu perkasa menyerah kalah pada sendi yang berderit seperti engsel pintu kurang minyak, mata yang dulu tajam mulai mengabur, ingatan yang dulu terang mulai berkabut. Menjadi tua adalah pelan-pelan menjadi pohon yang kehilangan daunnyaβ€”satu per satu gugur ke tanah, tanpa bisa menahan angin. Rambut memutih bukan hanya tanda waktu, melainkan salju yang diam-diam turun di atas kepala. Kulit keriput adalah peta retakan bumi, menandai gempa-gempa kecil yang pernah terjadi: cinta yang bertepuk sebelah tangan, kehilangan yang menyakitkan. Menjadi tua kadang seperti sungai mengalir kembali ke pangkuan bumiβ€”bukan karena ingin, tapi karena tubuh memaksa demikian. Kita tak bisa terus-terusan berjalan menentang angin melawan kodrat. Tangan yang dulu menggenggam dunia, kini gemetar hanya untuk meraih segelas air. Kaki yang dulu tegak menjejak lantai, kini tersandung karpet di ruang tamu. Mata yang dulu berkilat penuh ambisi, kini berair tanpa sebab, seolah meneteskan kesedihan yang tak sanggup terucap. Orang bilang, masa tua adalah anugerah. Tapi di sela doa panjang dan pujian syukur, ada luka diam yang tak tersampaikan: rasa ditinggalkan, dilupakan, bahkan dianggap beban. Seperti lilin yang perlahan habis, ia tetap menerangi, namun nyala kecilnya sering tak lagi berarti. Ada yang berjuang mati-matian mempertahankan wajah mudanya dengan segala cara: operasi plastik, krim pemutih, suntikan botox, bahkan polesan ilusi digital. Seolah ketakutan pada keriput lebih besar daripada ketakutan pada kehilangan jiwa dan akal sehat. Namun sungguh, waktu tak bisa ditipuβ€”ia adalah pedang tak kasatmata yang terus menggores, menghujam, mengingatkan kita bahwa keabadian hanyalah mitos dalam lagu dan doa. Tua adalah penantian yang sepi dan menggetarkan hati: menunggu suara pintu dibuka cucu kesayangan, menunggu kabar telepon yang jarang berdering, menunggu tubuh ini menyerah pada bayang penyakit yang mendera. Dan pada akhirnya, menunggu saat di mana semua luka akan dihapuskan oleh timbunan tanah. Ironi yang pahit dan menohok ulu hati: dulu kita ingin cepat dewasa, kini kita takut menjadi tua. Dan saat akhirnya tua itu datang tanpa diundang, hidup terasa seperti lingkaran aneh: perlahan kita kembali menjadi anak kecil lagi. Butuh dituntun, butuh ditemani, butuh dijaga. Tapi kali ini, tak ada lagi masa depan panjang yang girang menanti yang ada hanyalah penantian akan sebuah perpisahan yang berasa menyedihkan. Dan ketika semua gemerlap memudar, barulah kita sadari: menjadi muda selamanya hanyalah ilusi. Yang abadi bukanlah tubuh kita, melainkan jejak kebaikan, cinta yang kita tinggalkan, cerita yang kita wariskan. Menjadi tua itu getir, memang. Tapi menjadi tua tanpa pernah benar-benar hidup, tak punya makna, itulah tragedi yang sesungguhnya. Mungkin kita tak bisa memilih untuk selamanya muda, tapi kita bisa memilih untuk tetap hidup dengan hati yang selamanya muda: tetap belajar, tetap mencintai, tetap memberi arti pada hidup, pada sesama. Karena tubuh akan mulai rapuh, tapi jiwa yang penuh kasih dan empatiβ€”akan selamanya abadi. Surakarta, September 2025
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Sang guru menatap ke sekeliling ruangan, lalu berkata pelan, β€œEngkau telah mengumpulkan begitu banyak harta, tapi apakah engkau tahu apa yang tidak bisa dibeli oleh kekayaanmu?” Saudagar itu mengernyitkan dahinya, belum memahami arah pembicaraan sang guru. Sang guru melanjutkan, β€œEngkau bisa membeli tenaga, tapi tidak dedikasi. Engkau bisa membeli perhatian, tapi tidak penghargaan. Engkau bisa membeli waktu orang lain, tapi tidak loyalitas. Engkau bisa membeli rumah, tapi tidak kehangatan. Engkau bisa membeli obat, tapi tidak kesehatan. Engkau bisa membeli teman, tapi tidak persahabatan. Engkau bisa membeli makanan, tapi tidak rasa syukur. Engkau bisa membeli kenikmatan, tapi tidak kebahagiaan. Kekayaan sejati bukan pada apa yang engkau miliki, melainkan pada siapa engkau menjadi dan pada bagaimana engkau menggunakan milikmu untuk meraih hal-hal yang lebih bermakna.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Tulisan yang baik adalah bentuk syukur dan pengabdian β€” sebuah pemberian dari jiwa kepada semesta. Setiap kata adalah benih, setiap kalimat adalah doa yang disemai di ladang kesadaran manusia.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
*Kenangan Dari Koridor Rindu* Dulu, di bangku ingatan Ada sepasang tangan saling menggenggam harapan. Angan yang berlompatan serupa putih debu kapur di atas papan tulis. Mimpiku, mimpimu bertemu Di dalam lembar-lembar buku. Langkah yang berjalan tergesa sepanjang lorong penghubung waktu. Dari perpustakaan dan ruang-ruang kelas, hingga kantin, uks dan ruang guru. Canda dan tawa kita bergema sepanjang koridor rindu. Ada kebahagiaan tertinggal di sana seperti hendak kembali padamu. Ada goresan sejarah yang kita tulis, Romansa percintaan purba menyisakan ratap tangis. Kisah cinta yang berakhir tragis: Marie Josephine dan Raja Louis. Kenangan yang akrab menyapa kita, lewat tutur kata pak guru tua tegak berdiri di depan kelas dengan penuh wibawa. Ada juga kisah lain yang kita baca: sebuah penghargaan tanda cinta piala citra untuk pelajaran fisika. Semua yang menempa kita demi mengejar mimpi: Pelajaran matematika yang kau benci, Atau guru biologi tampan yang diam-diam kau kagumi. Apa yang masih tertinggal dari senyum bapak dan ibu guru Suara yang akrab menyapa kita dari masa lalu. Ingatan yang selamanya belia menolak menjadi tua. Puisi yang tak akan lekang oleh matahari garang di tanah lapang. Sebuah ode pujian yang kita nyanyikan dengan khidmat: "Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak Guru... Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku..." Sekiranya saja, masih cukup waktu kita, untuk menyapa mereka hari ini. Para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Tak terkira banyaknya hutang rasa yang tersimpan di dada. Rasa terima kasih dan ucapan syukur yang tulus terulur dari lubuk sanubari; Untuk setiap ilmu yang mereka beri, setiap pengetahuan yang mereka bagi, biarlah doa jadi persembahan suci: Semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkahi bapak-ibu guru yang kita cintai. Oktober 2025
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kesadaran bukan sekadar berpikir positif. Ia adalah keheningan batin yang memahami hukum semesta: bahwa apa yang kau tanam dalam pikiran, akan tumbuh dalam kenyataan. Bila benihmu adalah rasa syukur, maka hidupmu akan berbuah kedamaian, kegembiraan dan kebahagiaan. Namun bila tanah hatimu engkau taburi rasa takut, kekhawatiran, keengganan dan seribu alasan, maka segala yang tumbuh akan terasa pahit dan menyakitkan. Oleh karena itu setiap pagi, sebelum dunia menuntut perhatianmu, tanyalah pada dirimu sendiri: β€œApakah pikiranku hari ini menciptakan kelimpahan, atau kekurangan?” Karena seperti matahari yang tak perlu diingatkan untuk terbit, demikian pula kesadaran yang benar β€” ia akan memancarkan terang, semangat, harapan, optimisme, antusiasme bahkan tanpa disuruh.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Uang datang kepada mereka yang tahu bagaimana memberi arah kepada prosesnya. Mulai dari niat, motif dan fokus pada tujuan. Ia seperti aliran air: mengalir dari sumber mata air yang jernih mencari tempat berlabuh, menjauh dari yang keruh. Bila hatimu penuh syukur, uang akan mendekat dengan cara-cara yang tak terduga. Namun bila hatimu penuh keluh kesah, uang pun takut menetap β€” ia bisa saja datang sebentar, lalu pergi tanpa pamit. Kalau ingin menangkap ayam, jangan kejar ayamnya. Ia akan lari menjauh. Demikian pula; jangan kau kejar uang; karena ia akan terbang menjauh. Melainkan kejarlah pemahaman tentang bagaimana menciptakan nilai. Sebab nilai adalah bahasa yang dimengerti oleh semesta, dan mereka yang mendoakannya dengan penuh kesungguhan, mengupayakannya dengan ketekunan dan menuturkannya dengan tulus, takkan pernah kekurangan rezeki.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Lapar (Mode On) Baiklah, anakku, mari kita menghidupkan layar sebelum menyalakan logika. Agar kau bisa melihat dengan terang benderang. Rasakanlah, di dalam sistem sarafmu yang berdenyut seperti jaringan nirkabel, ada sinyal lapar yang tak pernah padam. Ia bukan bug, bukan error dalam rancangan Kecerdasan Sejati, melainkan fitur bawaan dari firmware kemanusiaanmu. Jangan menolak, jangan kau matikan notifikasinya. Sebab setiap getar hasrat adalah pesan yang dikirim dari pusat data ke dalam e-mail pribadimu. Ia berkata: β€œAku menciptakanmu agar engkau merasa berkelebihan, agar engkau bersyukur melalui kenikmatan yang sederhana.” Kau bisa saja mematikan layar, menutup aplikasi nafsu dan membekukan semua keinginanβ€” tapi sistem di dalam dirimu akan tetap berjalan, menyimpan data rasa lapar yang tak bisa dihapus. Bukankah Sang Programmer telah menanamkan algoritma kesenangan sebagai bahasa rahasia antara tubuh dan jiwa? Bukankah rasa manis di lidah, sentuhan di kulit, adalah doa yang ditulis dalam format biologis? Maka mengapa engkau menolak pembaruan sistem yang diciptakan langsung oleh Cahaya? Mengapa engkau menganggap kenikmatan sebagai virus, padahal itu adalah firmware syukur yang menuntunmu mengenal Sang Pencipta lewat rasa? Sebab jika para petapa menganggap lapar adalah jalan menuju Tuhan, maka para perasa tahu bahwa kenyang pun bisa menjadi zikir. Yang satu mendekat lewat kehilangan, yang lain lewat pemenuhanβ€” dan keduanya sah, sepanjang hati tidak terlena dan tidur di dalam kemewahan. Janganlah menipu diri dengan mode penyamaran spiritual. Tuhan tidak memerlukan sandiwara moral, Ia hanya menunggu manusia menyadari bahwa bahkan di dalam kesenangan, ada celah kecil di mana neuron menyelusup dan membuatmu menangis tanpa sebab. Maka makanlah, nikmatilah, dan bahkan anjing pun tahu bagaimana mensyukuri rahmat. Ia menggonggong hanya untuk hidup, bukan untuk menipu langit. Sebab kelaparan adalah doa yang tak diucapkan, dan kepuasan adalah bentuk puji-pujian paling sunyi. Karena pada akhirnya, Tuhan tidak menciptakan rasa hanya untuk kau tolak, melainkan untuk kau pahami: bahwa setiap gigitan hidup adalah bagian dari cinta yang sedang bekerja dalam dirimu. November 2025
”
”
Titon Rahmawan