Sjahrir Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Sjahrir. Here they are! All 8 of them:

β€œ
Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan
”
”
Sutan Sjahrir
β€œ
Setiap orang Asia yang terpelajar, yang hidup di negeri terbelakang dan memimpikan suatu kemungkinan supaya negerinya memperoleh persamaan yang nyata dengan Barat yang kaya dan modern, pada dasarnya akan berpikir secara sosialis
”
”
Sutan Sjahrir
β€œ
kita hendak bekerja atas dasar kemerdekaan jiwa orang, atas dasar kerakyatan, atas dasar sukarela, mufakat dan kerjasama, dan tidak dengan paksaan seperti yang telah dilakukan di negeri-negeri totaliter dan diktatur itu.
”
”
Sutan Sjahrir (Sosialisme Indonesia Pembangunan: Kumpulan Tulisan)
β€œ
aku cinta negeri ini dan orang-orangnya... terutama barangkali karena mereka selalu kukenal sebagai penderita, sebagai orang kalah. Jadi biasa saja, simpati kepada orang-orang yang ditindas.
”
”
Sjahrir
β€œ
Indonesia adalah sebuah republik yang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan, cendekiawan, wartawan, dan aktivis politik yang sangat yakin bahwa kapitalisme adalah faktor utama di balik penindasan dan kekuasaan sistem kolonial. Mereka umumnya sangat nasionalis. Tokoh-tokoh yang paling menonjol di kalangan pejuang muda kemerdekaan ini, seperti Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka, sangat dipengaruhi oleh berbagai gagasan kiri di Eropa pada tahun 1920-an dan 1930-an. Bahkan tokoh-tokoh yang paling terdidik secara profesional dalam ilmu ekonomi di antara mereka, sepert Mohammad Hatta atau Prof Sumitro Djojohadikusumo, pendiri fakultas Ekonomi UI, atau tokoh yang memiliki pengalaman praktis dalam dunia administrasi ekonomi, seperti Sjafruddin Prawiranegara, tidak terbebas dari pengaruh demikian.
”
”
Rizal Mallarangeng (Mendobrak Sentralisme Ekonomi: Indonesia 1986-1992)
β€œ
As a reminder, that sometimes, history gives great enough opportunity to those with ideals and who struggle to test their ability to realize their dreams,
”
”
Sjahrir
β€œ
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi tidak bisa teriak β€œMerdeka” dan angkat senjata lagi, Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi. Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa. Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa. Kami cuma tulang-tulang berserakan. Tapi kami adalah kepunyaanmu. Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan. Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata. Kaulah sekarang yang berkata. Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi. Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak. Kenang, kenanglah kami. Teruskan, teruskan jiwa kami. Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir. Kami sekarang mayat. Berikan kami arti. Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian. Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu. Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.
”
”
Chairil Anwar
β€œ
...Dalam segi ini ada suatu kesadaran bagiku. Betapa berat dan suarnya perjuangan menuju kebenaran. Betapa gigihnya dekaden-dekaden ilmiah bertahan. Dan betapa kita harus memeranginya. Kita dalam bertindak benar memakai segi rasio dan intuisi, sedang mereka hanya membakar perasaan lalu pergi begitu saja. Betapa batu bara anti kepada orang Tionghoa. Dan kaumnya belum dapat belajar dan Hitler dan pengalaman sejarah. Sekarang aku dapat memahami betapa kambing hitam dalam masyarakat (di Indonesia orang Tionghoa) dapat dengan mudah dikorbankan. Ya, dan kita harus merintis dan berjuang membasmi akar-akar prasangka akan mudah bertumbuh, sedang pohon keberanian begitu sukar. Tetapi hendaknya aku selalu mengingat kata-kata Sjahrir: 'penderitaanku hanyalah sebagian kecil saya dari penderitaan berjuta-juta rakyat lain' dan seterusnya. Dan kecil saja dari perjuangan ini sepanjang waktu dan di sepanjang mukka bumi. Ada yang menggariskan (suatu ideal) antara Gandhi, orang-orang yang anti Verkorard, Fabas, dan juga siapa saja yang berjuang bagi suatu hidup dan pengertian yang lebih baik.
”
”
Soe Hok Gie (Catatan Seorang Demonstran)