β
Cinta seperti penyair berdarah dingin
Yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.
β
β
Joko Pinurbo (Kekasihku)
β
Kau hampir tak pernah menghubungiku via ponsel, tapi setiap saat aku selalu saja melihat ponsel itu berkali-kali. Berharap ia berbunyi dan namamu yang tertera di sana. Lalu dengan agak menggigil aku berusaha melawan keinginanku sendiri, menyusun rencana-rencana tak selesai... untuk menjawab sapamu sedingin mungkin. Tapi tak ada bunyi. Tak. Kemudian pandanganku beralih pada blackberry dan lagi-lagi berharap kau pecahkan resah dalam sekali bip, padahal kau tak ada dalam kontak-ku. Maka bersama angin aku menggiring jeri, menyekap batin sendiri, memilin-milinnya menjadi puisi yang paling setia pada sunyi.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Delusi leluasa beranjak dari linimasa, menerka jarak dari lesatnya sang warsa.
Kau tau kenapa kata ingin itu ada?
Itu karena kata butuh masih terasa begitu asing di kepala.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Dulu kita pernah tertawa,
bahkan berbagi senja sepiring berdua.
Dulu kita pernah merdu di telinga,
namun kini ia hanya sebatas kata.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Rindu adalah rezim yang tak pernah bisa dikudeta.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kita adalah sepasang resah yang menyembunyikan hati ke dalam pasrah
Mengoleksi kenangan dan meyelundupkan diri dibalik ingatan
Mengapa kita terus meratapi keadaan dan mengoreksi Tuhan?
Tidak ada cara merevisi takdir jika keterpisahan adalah ketetapan
11/10/2017
β
β
firman nofeki
β
tak ubah nya hantu di keramaian,
tatapannya, seolah berkata ;
Setiap perlakuan, ada harga yang harus di bayar anak adam
Walau tuntas pun tak kan membuat surga di hati para pendendam.
.
.
.
.
#andradobing
β
β
andra dobing
β
Mana yang lebih pahit;
Kopi tanpa cumbuan gula,
atau rindu yang dibiarkan gigil tanpa nama?
β
β
Ilham Gunawan
β
Jangan salahkan hujan saat ia turun dan membuatmu pilu sebab rindu. Hujan sudah menanggung rindu yang lebih berat dan banyaknya melebihi rintiknya sendiri.
β
β
Alfin Rizal
β
Puisipuisiku berlari dalam hujan menuju rindu paling deras; kamu.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Saat hujan turun, semua menjelma jadi kenang. Bahkan rintiknya bukan lagi air. Tetapi rindu yang berguguran.
Saat kopiku terseduh, semua menjelma jadi kenang. Bahkan isi cangkirnya bukan lagi air. Tetapi kau yang menggenang.
β
β
Ilham Gunawan
β
Tatkala rindu berulah, malam hanyalah film bergenre sepi. Kadang tak sisakan apa-apa, kecuali puisi.
β
β
nom de plume
β
Selamat pagi, kekasih. semalam aku menulis puisi di luar angkasa. Ternyata tempat terbaik menulis puisi bukanlah disana, namun di ruang rindu yang kau cipta setiap kali aku mendoakanmu.
β
β
Alfin Rizal (Lelaku)
β
Ku kira kau penyuka kata,
Ribuan puisi pun sudah kurangkai dengannya.
Ku kira kau suka tertawa,
Bercura pun kini ku mahir dibuatnya.
Ku kira kau suka kata " Kita ".
Namun, nyatanya " Kita " pun kini hanya sebatas kata.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Mungkin seseorang masih tak tahu lirih perih dalam rintik rindu ini. Selamat malam, kamu yg berlalu dalam gerimis.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Puisi itu sejatinya ada,
bukan untuk sekedar dibaca,
melainkan untuk dirasa,
pun sesekali diraba dengan hati yang luka.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Hadirmu seperti senja, indah namun sementara.
β
β
Candhikkala
β
Memilih untuk tidak mengeluh,
barangkali adalah wujud syukur
yang paling jujur.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Detik-detik menuju pulang:
Yang patah pada ranting
bukanlah kayu,
melainkan hatiku.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Sekepal wujudku
tiba-tiba tumbuh
menjadi sepohon mawar
puncuknya memanjat cinta Ilahi
akarnya mencengkam rindu diri.
β
β
Shamsudin Othman (Kumpulan Puisi Taman Maknawi)
β
Sesaat lapar menjadi rindu
seribu tahun pesonanya menyusup
ke danau kasih
sesaat dahaga menakluk cinta
seribu tahun arusnya mengalir
di lubuk rahsia.
β
β
Shamsudin Othman (Kumpulan Puisi Taman Maknawi)
β
Doa ku seakan paku di peti mati mu. Tajam mendalam.
Menembus dadamu,
menjelma dunia rapuh, penuh kegelisahan tak berarti .
.
#andradobing
β
β
andra dobing
β
dulu aku pernah memiliiki satu rindu utuh dalam diriku
yang separuhnya kini kusimpan dalam puisi
separuhnya lagi kusimpan di hati Tuhanku
β
β
firman nofeki
β
Rindu adalah perkara ruh, bukan perkara jasad. Merindukanmu barangkali omong kosong yang masuk akal. Sedangkan, perpisahan hanyalah perkara mata dan ingatan, sama sekali tak berlaku pada hati dan jiwa.
β
β
Ilham Gunawan
β
Rindu tidak tersusun dari batas peta. Tetapi, dari seberapa luas kau mengingatnya.
Rindu tidak diciptakan oleh jarak. Ia lahir sebab keberadaan. Sedekat apapun jarak kalian, selama tidak pernah tinggal di hati dan ingatan, rindu tidak akan pernah ada.
β
β
Ilham Gunawan
β
Tempatilah dadaku sebagai rumahmu!
Sungguh, takkan kuizinkan rindumu jadi gelandangan.
β
β
Ilham Gunawan
β
I don't think that anyone can decide all the paths that we will take in our lives. Because in the end, we are the only ones who understand better in dealing with our own solitudes.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Puncak kesepian paling tinggi tidak dirasakan oleh dia yang belum mencintai siapa-siapa. Tetapi, pada mereka yang mengaku saling cinta, namun sudah tidak lagi saling merindu.
β
β
Ilham Gunawan
β
Pelukmu bagiku adalah teduh, tempat berlabuh segala asa yang tiba untuk berkeluh.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Kini kau ibarat bayangan yang tak lagi mahir kubayangkan.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Kadang aku hilang nalar
Ingin menebas segala belukar
Betapa ingin kulompati waktu
Untuk menyeberangkan rindu
Namun denganmu aku percaya:
Menunggu adalah jalan setapak menuju cahaya
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
jika puisi tak jua mampu mewakilkan perasaanku padamu, kekasih
biarlah kuhantarkan dengan do'a-do'a yang kutompangkan lewat kereta Tuhan dimalam-malam buta
biarlah kuwakilkan lewat sampan-sampan yang berlayar diatas genangan air mata munajat
β
β
firman nofeki
β
Kadang aku bertemu dengan cinta yang pucat
β
β
rojielmidany
β
Puasanya orang kasmaran, tak mengenal kata berbuka dan lebaran. Mereka menyebutnya: Rindu.
β
β
Ilham Gunawan
β
Ketika rindu tiba mendahului semua teori, penolakan seperti apa yang bisa kuperbuat selain menerima kejatuhannya?
β
β
Ilham Gunawan
β
Kau adalah memori. Dan tunggangan rindu yang terus berlari. Dan malam yang berwajah pagi. Dan masa yang membakar puisi.
β
β
Hadi Jaafar (Rimbaud Dalam Limbo)
β
Sekali lagi, hanya keliaran sosok kamu yang mengorbit di kepala saat aku ingin menulis kata.
β
β
Dina Zettira Putri
β
Kutenggelamkan diri pada malam dalam-dalam; puisi dan didih kopi dari air dispenser.
β
β
Dina Zettira Putri
β
Yang tersisa dari chat kita bukanlah katamu saat kau pamit tidur, tapi rindu yang tak tertulis sehingga tak mampu menahanmu sedikit lebih lama
β
β
Alfin Rizal (Februarindu)
β
Huruf yang jatuh di wajahmu, menjadi puisi paling rindu.
β
β
Alfin Rizal
β
Rindu: Seluas-luasnya ruang persembunyian memeluk kehilangan.
β
β
Ilham Gunawan
β
Sama seperti hujan,
rindu juga tak berani datang sendirian.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Hanya ingat, yang akan muncul setelah kau lupa, hanya kenangan yang akan tiba, jika kau terus menerus memendam rasa.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Tak apa kekasih,
dinginnya hujan tak mampu membunuhku,
yang membunuhku itu rindu.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Karena cinta sejatinya adalah
segumpal tanya yang gelisah
pada malam siapa saja.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Bila pada suatu minggu
engkau diracuni beribu rindu yang halu,
maka pastikan engkau punya
cukup penangkalnya;
temu.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Rindu adalah selapis insaf
yang tumbuh dalam lukaku
dan cinta adalah jernih insani
dalam telaga sepi sukmaku.
β
β
Shamsudin Othman (Kumpulan Puisi Taman Maknawi)
β
Duhai Pemilik waktu
dari arusMu usiaku terlahir dan mengalir
pada muara mautMu aku berakhir dan menyerah''
Engkaulah dermaga
tempat ikrar perjalananku melunasi batas
rantau pulang kala jiwa tersesat di pintu dunia
Engkaulah samudera
tempat senjaku membenamkan usia
melarungkan maut yang membadai di pantai jiwa
Tuhan....
jagalah hati dan jiwa ini
seperti telah Engkau jaga planet-planet yang beredar pada tiap galaksi
menurut keteraturannya
biar tiada berbenturan akhiratku dengan dunia
sebelum akhir masa nyaris menyelesaikan lahat
sebelum aku dan waktu menyeduh pamit dari secangkir hayat
di perahu sepi
kuamini gelombang maghfirahMu
Di kedalaman sujudku
kuselami putihnya do'a
menghanyutkan dosa yang mnghitami muara ruhku
di rimba raka'atku, ada rindu yang merimbun sebagai Kamu
Engkau geriap hujan di kemarau tubuhku
akulah kegersangan angin yang memanjati tebing-tebing grimisMu
Tuhan...
di hujan ampunan tak henti kuburu gemuruhMu
kupaku telinga di pintuMu
moga kudengar Kau mengetuk
bertamu ke bilik sepi sunyiku
β
β
firman nofeki
β
Selalu saja ada sosok yang dituju
di setiap kata "Engkau" dalam sajakmu.
Selalu saja ada satu nama,
yang disamarkan dengan kopi, malam, senja, dan hujan.
Selalu saja ada sosok palsu,
dalam setiap ungkapan majasmu itu.
Selalu ada sesuatu dibalik kisah pilumu, ketika engkau berurusan dengan rindu.
Ceritanya akan tetap seperti itu,
hingga engkau tutup buku,
kecuali jika kau memutuskan untuk berhenti mengurusi rindu.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Katakanlah para iblis membangunkanku sebuah istana megah, aku tak ingin menjadi rajanya jika bukan kau yang mendampingiku sebagai ratunya. Rongga hatiku merongrong serupa gorong-gorong yang dibanjiri limbah kerelaan yang palsu.
β
β
Alfin Rizal
β
Anggap saja pertemuan di awal huruf dalam doaku adalah sapaan manja untukmu
Aku akan mengajakmu menyusuri barisan puisi
Kubangun sebuah pohon rindang agar kita bisa berteduh dari jauhnya jarak pandang
Setiap waktu hatiku meredamkan gelisah langkahnya
Ada gurat rasa yang masih merunduk malu-malu untuk kumengerti
Disetiap alur jalan yang Allah hadiahkan
Kita masih berpapasan, menatap jawaban,
Sebab mata masih enggan bersinggungan
Diantara poros takdir, kuingin engkaulah rotasiku
Tempat barisan ingatan berputar pada titik yang sama,
Terjebak dalam lingkaran bahagia yang tak berjeda
Kisah yang belum runtun ini biarkan Allah menata
Karena kita telah menitipkannya, maka percayakan ia pada penciptaNya
β
β
firman nofeki
β
Barangkali tidak ada yang benar-benar tahu ke mana perginya cinta setelah ia tiada, juga tidak ada yang benar-benar mengerti ke mana ruh pergi setelah ia beranjak dari ragawi.
Barangkali tidak ada yang tahu pasti.
Barangkali takada yang peduli.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Chat dihapus lalu diketik lagi,
kalau sudah kehabisan kata,
paling banter ngirim emoji.
Lalu berkilah,
ngetiknya nggak pakek hati,
cuma buat having fun pemecah sunyi.
Tapi giliran chatnya nggak dibalas,
malah ngamuk-ngamuk nyari Kapsagi.
Situ sehat?
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Di antara banyak dia yang bermukim di dadamu, aku memilih satu: Dia yang telah menjadikanmu bilah dari tubuhku.
Dia yang karenanya, nutfah rindu ditiupkan di jauhmu.
Dia yang karenanya, buah kalbu tersimpan di rahimmu.
Kau bukan kau.
Kau adalah aku.
Bagian diriku yang hilang.
β
β
Ilham Gunawan
β
Adalah hamba yang diberi karunia oleh Nya, dan aku berusaha menjaga mata ibuku, dari hal-hal yang mengecewakannya
#andra dobing
β
β
andra dobing
β
Aku pernah menyapamu melewati senja,
namun ia menolak dan menyuruhku menemuimu langsung !
β
β
RAP
β
Apa yang paling abu, dari rindu yang dibakar masa lalu?
Sekali lagi, aku menjadi orang asing bagimu.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kau tahu βrinduβ itu apa?
Menurutku;
Semacam rasa pahit dalam kopi,
dan kesamaran makna dalam puisi.
β
β
Sobih Adnan (Lamar)
β
Bagian kasihku padamu sesederhana merah kuning biru menjadi warna primer, sisanya adalah hitam putihnya rindu yang bercampur pada ketiga warna itu
β
β
Alfin Rizal (Februarindu)
β
Aku tak risau soal lemahnya daya ingatku akanmu, sebab Tuhan selalu berhasil mengembalikan kenangan kita lewat hujan yang berbau rindu itu.
β
β
Alfin Rizal (Februarindu)
β
aku akan pergi ke kota paling rindu itu, ningtyas
kota yg tidak memiliki gigil dan hujan
sebab angkasa dan langit-langitnya adalah bayanganmu
β
β
firman nofeki penggalan puisi firman nofeki ''ningtyas
β
Perasaanku tau kapan harus menjadi sunyi
dan kapan harus menjadi bingar
Meski ia hanya sekedar bunyi yang tak bisa kau dengar
β
β
Firman Nofeki Sastranusa
β
Maka apa saja yang didasari oleh cinta,
pasti ia tidak mengharapkan apa-apa.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Dari sekian yang ku tau,
Doa adalah media terbaik untuk menampung hati para perindu β€
β
β
Rahma Sinta
β
Mencintai hujan, kau harus sudi demam tujuh hari tujuh malam.
Tidak percaya?
Coba saja!
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Terkadang sebuah janji ada, namun bukan untuk ditepati, terkadang ia terikat hanya untuk sekedar berkata lalu pergi.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Cinta itu hal yang tak terduga, sekali datang ia dapat berwujud seribu rupa.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Celaka!
Bagaimana bisa engkau berkelakar dengan janji yang kau pintal sebelumnya.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Batu sendu
β di tengah sungai
yang mengalir itu β
tahu isi hatimu,
maka diam
ia tersipu.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Kuhunjamkan pedangku ke bilah dadaMu
Kautikam jantungku dengan belati
Lihat siapa di antara kita yang abadi!
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Dengan menyebut nama engkau
yang kucinta, aku bersaksi!
Bahwa minggu yang menggema
di kepalaku ini,
sepenuhnya menjadi milikmu
dan sunyi.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
pada waktu yang semakin renta
aku hanya mampu menuliskan sebait cerita
tentang rasa ini yang tanpa ujung
seiring denyut degup didalam palung
padamu..
bacalah seperti lengkung pelangi setelah gerimis
sebelum malam membungkam dalam selambu kelam
atau seperti rona lazuardi pada serambi petang
itulah gubahan tentangmu dari hati terdalam
sampai ketika gulita menyunting sepi
aku hanya mampu memahat sebaris doa
dalam sedangkup iklhas bertengadah
menggiring mimpi indah dalam setapak lelapmu
hingga kau akan terjaga pada pagi yang rindu
kepada waktu...
aku titipkan rindu yang tak terjeda
β
β
Beething
β
Dan janganlah engkau ragu dengan cita rasa makanan ibu, entah itu kelihatan enak atau tidak, tetap saja itu membuatmu jilat siku, lantaran dalam setiap masakannya ia sudi menumpahkan segenap bumbu rahasia, yakni cinta.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Jika tak cinta seharusnya biarkan saja,
tak perlu diumbar secara luas kepada media.
Jika tak suka seharusnya lupakan saja,
biar benci itu menghilang dengan sendirinya.
Terkadang kita hanya perlu menerka,
sebatas mana kita mampu mengemban rasa.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Tetesan air hujan menyelinap setiap gemiricik di atas atap. Ia patri setiap suara dan bunyi seperti bait-bait dalam puisi, untuk menenangkan dunia tanpa hati yang luka. Ia pasti datang lagi, ketika kota membutuhkannya, ia serahkan hidupnya kepada angin dan musim serupa nasib-nasib yang datang pada pagi ataupun seperti kupu-kupu yang hinggap di jendela.
β
β
Musa Rustam (Melukis Asa)
β
MaghfirahMU
Titip rindu untuk RasulMu..
Dengan sejuta shalawat dalam keheningan malam..
Airmataku terlalu keruh untuk diusap...
Setidaknya ini sebagai ungkapan taubatku yang tersirat....
Sembari melantunkan kata-kata ini..
Diriku seperti senyap dalam ruang sempit penuh hewan yang tak kukenal...
Mungkinkah itu cerminan amalku...???
Ya Rabb........
Betapa congkaknya Aku dalam nestapa..
Sombong menembus atmosfer batas aturan-aturan....
SyariahMu menuntunku ..
Kenapa diriku masih bergelayutan dalam hiruk-pikuk hedonisme..
Detik-detik sakral telah Kau buka..
Segenap jiwa dan raga kini kupasrahkan...
Aku tak sanggup lagi bersua.. Bahkan berkutik mencari oksigen dunia..
Ya Rabb...
Ceburkanlah diriku dalam lautan MaghfirahMu...
Astaghfiruka Waatubu ilaik....
β
β
Hilaludin Wahid
β
aku kembali lagi ke dalam elok puisi
mencari pelepasan atau sekedar rindu
maukah ikut bersamaku menjadi burung
terbang bebas pada lanskap senja
maukah ikut bersamaku menjadi kabut
pada segenggam gelap subuh
maukah ikut bersamaku menjadi embun
di daun
atau
ingin tetap berpilu perih dengan cinta
yang kau sembunyikan sendiri
Akhirnya, aku kembali lagi ke dalam lorong sunyi puisi
mencari pelepasan atau sekedar rindu
maukah ikut
bersamaku
β
β
Nailal Fahmi (Mencari Jalan Pulang)
β
kematian yang ia buru kini lesap di matamu,
direbahkan tubuhnya dikuburan dangkal jiwa kekasih, yang ia gali dengan tangan-tangan takdirnya sendiri
ia adalah musafir malang yang pernah mengistirahkan pengembaraan di negeri anganmu
dirahim hatimu,kekasih
pernah dirambahnya ladang-ladang luka yang purba
kemudian ditanaminya sekebun pohon2 cinta yang rimbun
tempat kelak engkau dapat berjalan dibawah rindangnya, meneduhkan rindumu ditiap cabang-cabangnya
β
β
firman nofeki
β
Menuju Kamu
Saat nama indah mu disebut-sebut
mentari pun meredup
rembulan pun menunduk
alunan nama mu umpama ritma
dengan bait-bait keindahan
seakan ada tangan-tangan yang menjemput siapa pun yang mendengarkan
terkumat-kamit menyanyi-nyanyi
meliuk-lentok menari-nari
bertemasya aku dengan nama mu
biar kamu tak aku temukan namun kamu yang aku rasakan
biar kamu tak mereka pedulikan namun kamu yang aku bicarakan
kerana ini barangkali bukti mengerti
kerana ini barangkali erti memahami
masih berbicara tentang mu
semilir angin menyinggahi waktu menyapa bahuku
dingin dan nyaman ini umpama ilusi sayangku
umpama titis embun yang terlihatkan di padang pasir yang bosan dan menghampakan
umpama bintang timur yang bergemerlapan di langit hitam yang hujan dan mengecewakan
apa ilusi-ilusi ini hadiah aku kerana bekerja keras menuju kamu?
dan semestinya ilusi yang paling menenangkan
adalah menemui kamu lantas terus jatuh cinta yang paling dalam
hingga kedalaman muka bumi aku ragukan
jatuh cinta yang paling besar
hingga besarnya alam ini aku bimbangkan
Aku yakini
yang mencari
lantas menemui
hingga akhir nanti
tetap sahaja dengan nama mu
menyanyi aku
menari aku
deria-deria lantas bertumbuh melawan aras mencari cinta yang paling deras; Kamu
pancaindera pantas bercambah lebih tegal menuju rindu yang paling tebal; Tetap Kamu, Penciptaku
Rumah Gapena,
4 April 2015
β
β
Nuratiqah Jani
β
seperti sungai-sungai merawat tenang
dan mengalirkan air kesedihan purba,
aku mata hujan yang mencari dirimu
sepanjang alirmu, sepanjang kemaraumu.
β
β
Alfin Rizal (Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu)
β
Kembali menggelora akan nestapa
Biarlah tenggelam namun yakinku tak pernah berubah padamu
Saat bulan tersenyum menegur sapa
menampakkan diri saat hangat mulai menyinari secercah cahya dalam hati namamu membias di sanubari
Sela siang mendamba surya panas
memanggang senyummu sirnakan kerontang, basahi jiwa yang sedang meregang sejukkan jiwa yang sedang meradang
Kala senja menutup masa, bersama semburat lembayung di ujung cakrawala, didekap oleh awan kelabu, semoga mengerti akan maksud hati yg meronta.
β
β
silviamnque
β
Hal yang paling busuk dari sebuah hubungan barangkali adalah menjadikan cinta sebagai alasan untuk melegitimasi perpisahan.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Awalnya kupikir cinta itu bernama gelora, merobek dan menutup rahasia. Membuatmu tersadar segalanya sementara. Karena ia hadir tiba-tiba, seperti tukang parkir di Indomaret. Atau ondel-ondel saat kamu makan bakso di pinggir jalan.
β
β
Arman Dhani (eminus dolere)
β
Jika tidak maka melengkung kuruslah badanku
oleh dukacita yang amat sangat.
Begitu juga jiwaku yang berada dalam genggaman-Mu.
Tulang-temulangku pun seakan reputlah
oleh rindu kepada-Mu.
(Mazmur XXXIII)
β
β
Sutung Umar RS (Puisi: Nyanyian Mazmur)
β
aku akan pergi ke kota paling rindu itu, ningtyas
kota yg tidak memiliki gigil dan hujan
sebab angkasa dan langit-langitnya adalah bayanganmu
β
β
firman nofeki ''penggalan puisi Firman Nofeki ''Ningtyas''
β
Ini malam tak ada jejak yang membaca cinta. Rindu siapa nganga di jurang puisi?
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Jika tak ada puisi hari ini, akan kuisi puisi haru hari ini dengan wajah paling murung di muka bumi. Sampai ia jatuh terperangah di ruang kedap harap. Harapan memilikimu.
β
β
Alfin Rizal
β
Kerinduan sejatinya seumpama biji anggur yang kaucampakkan di halaman rumahmu dan kini ia menjalar-jalar, kekasih.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Bila suatu saat nanti
engkau dijangkit penyakit goblok
dan tak lagi ingin mengenaliku,
maka saat itu, sebiadab mungkin
kupastikan aku telah melupakanmu.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Kepada sunyi
yang senantiasa menyulut rindu
pada malam yang kelabu
Tunduklah engkau
di haribaan hati yang satu!
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Apa yang sia-sia dari manusia
sejatinya adalah bertahan
dalam kebodohan, kekasihku.
Dan kau tak akan pernah mengerti,
betapa aku lebih memilih menjadi sia-sia,
dibandingkan harus melupakanmu.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Semesta mimpi dalam tidurmu itu
sejatinya terdiri dari ingatan dan tanya
yang datang silih berganti.
Kadang hanya ingatan yang tiba,
kadang pula tanya serupa gema.
Tapi tentu,
tentu kau boleh
memaknainya sesuka hati.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Dalam berpuisi,
bahasamu boleh saja tinggi,
tapi hatimu tetap harus rendah.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Bisa jadi, rindu adalah jala-jala yang menangkap kisah untuk dikenangkan.
β
β
Sapta Arif N.W.
β
Asal mula adalah tanya
Kata melahirkan tanya
Tanya melahirkan kita
Kita menyibak kata
hingga timbullah tanya
Tanya yang menga-nga
di ambang jendela
di daun-daun pintu,
hingga terbesitlah tanya
di balik rok dan bajumu
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Tapi percayakah kau, kekasih,
bahwa yang tak pernah tergantikan
dari waktu adalah percakapan?
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Jika cinta serupa gas air mata,
maka percayalah,
aku adalah mata para pendemo
yang selalu basah karenanya.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Layaknya pertemuan, Tuhan selalu bertanggung jawab terhadap perpisahan
Karena itulah Dia menciptakan rindu dan doβa untuk melangitkan nama-nama
Kita tak punya kuasa memaku waktu, namun bisa memajang kenangan dalam gambar-gambar
Menyulap runtutan cerita menjadi rentetan aksara
Tidak ada kisah yang sempurna, karena pertemuan dicipta agar manusia bisa memaknai
Bahwa di Semesta yang luas ini masing-masing kita hanya potogan-potongan puzle yang membutuhkan potongan-potongan jiwa lain untuk melengkapi
Sedih, Bahagia, Canda, Tawa, Susah, senang
Begitulah cara semesta bekerja dalam meramu setiap kisah anak manusia
β
β
Firman Nofeki Sastranusa
β
Kekasih, yang memaksaku terjaga ketika malam bukanlah rindu,
melainkan doa-doa panjangku yang belum habis kulantunkan untukmu.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Kopi pertama hari ini, begitu pahit, bercampur asam dan legit. Mengepul meninggalkan cangkir. Seperti perasaan yang berhamburan dirayapi rindu.
β
β
Ilham Gunawan