β
Di sekolah, anak-anak belajar bahasa Indonesia, tetapi mereka tak pernah diajar berpidato, berdebat, menulis puisi tentang alam ataupun reportase tentang kehidupan. Mereka cuma disuruh menghafal : menghafal apa itu bunyi diftong, menghafal definisi tata bahasa, menghafal nama-nama penyair yang sajaknya tak pernah mereka baca.
β
β
Goenawan Mohamad (CATATAN PINGGIR 3)
β
Malam adalah ladang pembantaian abadi
Jiwa-jiwa tandus yang digerus sepi
Yang tak menyisakan apa-apa selain puisi
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Aku menulis puisi: karena kesedihan tidak bisa menuliskan dirinya sendiri; karena petaka tidak bisa mengabarkan gaduhnya sendiri.
β
β
Lenang Manggala
β
Senja melarutkanku di batas waktu
Ketika ada dan tiada sejenak menyatu
Ada yang beringsut menjauh
Ada yang perlahan merengkuh
Bayanganku mengais sisa terang
Sebelum terkubur malam panjang
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Tak ada yang lebih merugi
Dari mereka yang kehilangan pagi
Satu-satunya kesempatan menikmati
Sajian Tuhan yang paling murni
Sembari mengintipNya meracik
Takdir kita hari ini
β
β
Sam Haidy
β
Manakala hidup terasa menjepit
Tengadahlah ke langit
Di sana kau akan melihat
Bebanmu menyusut berjuta kali lipat
β
β
Sam Haidy
β
Aku bercerita kepada malam
Karena hanya ia yang sudi menadah keluh kesah
Para pecinta yang menderita
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Butiran gula larut dalam kopi hitam
Taburan bintang larut dalam kelam malam
Pahit manis kenangan teraduk
Kuhirup semalam suntuk
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Aku memang pergi
Tetapi bukan meninggalkanmu
Aku harus melangkah
Tetapi bukan menjauhimu
Ketahuilah, Cinta:
Tak ada jarak yang mampu
Membuatku beranjak darimu
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Aku tak ingin seperti hujan
Hanya dirindukan pada waktu tertentu
Dan selebihnya mengganggu
Aku tak ingin seperti matahari
Hanya disukai saat datang dan pergi
Sedang tengah hari disumpah-serapahi
Aku ingin seperti bulan
Penuh atau separuh tetap dicintai
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Jangan salahkan waktu
Jika kelak ia mengkhianatimu
Setiap detik yang kau ulur
Akan mencekikmu di sisa umur
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Aku tertawan
Tanpa gerak
Lalu tertawa
Tanpa gelak
Aku dan sepi
Seredup semati
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Jangan cari aku
Jika aku pergi ke hutan
Dan lama tak kembali
Aku tak tersesat
Tapi menemukan Diri
β
β
Sam Haidy
β
Biarkan saja cinta dibahasakan dengan diam
Kalau kata-kata hanya akan memperkosa kekudusannya
Biarkan saja seribu bahasa tetap tak terterjemahkan
Kalau kata-kata hanya akan mengkhianati arti sebenarnya
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Ada yang perlahan binasa setiap kali puisi tercipta.
Ia selalu meminta nyawa dari kenangan atau impianmu.
Ia tak segan merampas tidurmu dan meretas bangunmu.
Kelak, ia akan terus bersuara dari dalam kuburmu....
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Diam meredam seloroh bodoh mulut berkabut
Sunyi menyanyi, aku terpaku, kamu jemu
Cinta terlunta buta kata
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Meninggalkan orang yang dicintai
Adalah satu hal
Menanggalkan cinta itu sendiri
Adalah hal lainnya
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Adakah yang lebih menggetarkan
Dari sepasang pandang
Yang saling silau tapi saling mencari?
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Aku ingin berhenti menuliskanmu.
Bosan aku dengan pena, dan enyah saja kau kertas!
Seperti mengerami mimpi yang tak kunjung menetas...
β
β
Sam Haidy
β
Aku air, kamu air
Tak perlu saling kejar
Susuri saja sungai masing-masing
Nanti juga bertemu di laut
β
β
Sam Haidy
β
Kadang aku hilang nalar
Ingin menebas segala belukar
Betapa ingin kulompati waktu
Untuk menyeberangkan rindu
Namun denganmu aku percaya:
Menunggu adalah jalan setapak menuju cahaya
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Aku adalah dongeng sebelum tidur
yang setia mendaur diri
meski selalu terpenggal
oleh gilotin matamu
Aku adalah kisah tak tuntas
yang berulang kali kau tebas
hanya untuk kembali
bertunas dan bertunas lagi
β
β
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β
Aku (peny)air, kau (peny)air
Tak perlu saling kejar
Ikuti saja (keh)arus(an) masing-masing.
Perlahan menuju la(r)ut
β
β
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β
Apa artinya menjadi manusia
kalau cuma dijadikan
binatang perahan
dan mesin pelipatganda?
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Tak ada yang lebih getir
Dari hujan dini hari
Lirih tangis langit yang hanya bisa didengar
Oleh mereka yang sudah lupa rupa pelangi
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Nada-nadamu berdenting
Menjemput kata-kataku dari hening
Bulan dan bintang perlahan terpejam
Kau dan aku menidurkan malam
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Kauberikan aku,
jalan panjang, sayup-sayup
samar-samar hujungnya
ke baris akhir puisi.
Menelusur jalan berliku
menjadi
berkelok makna.
Kauberikan
gunung, kabus
menjadi huruf-huruf.
(Selamat Tinggal, Indonesia)
β
β
Rosli K. Matari (Matahari Itu Jauh)
β
Kebahagiaan adalah semerbak tanah basah
Campuran sisa hujan dan keringat petani
Di ujung siklus musim yang resah
β
β
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β
Aku ingin mengajakmu
Menyingkir sejenak dari coreng-moreng hari
Dan menjelma sepasang warna
Yang mengguratkan keabadian di kening malam
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Manusia adalah malaikat cacat
Cacat oleh nafsu
Manusia adalah fauna sempurna
Sempurna oleh akal
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Cinta adalah sungai tanpa jembatan yang memisahkan kita di dua sisi berseberangan. Maukah kau melompat, jatuh ke dalamnya, lalu hanyut berpegangan?
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
Meutia Hatta Swasono (123 Puisi Perempuan Indonesia)
β
Kau dan aku mengalir
Sebagaimana air
Namun semakin mendekati hilir
Semakin aku tak ingin ada akhir
Maka mari jadilah saja hujan
Yang berulang jatuh di permulaan
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Hanya pantai yang mampu membaca
Pasang surut hatinya
Hanya laut yang mampu mengeja
Rasa air matanya
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Hanya gunung
Yang mampu membuka segala selubung
Hingga jiwa kita benar-benar telanjang
Larut ke dalam tak terbatasnya ruang
β
β
Sam Haidy
β
Di satu sisi
Aku semestinya kesepian
Sudah sepantasnya gila
Memamah kesendirian
Di lain sisi
Aku punya kamu
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Tragedi terbentang antara apa yang orang kerjakan untuk menunda mati dan yang sebenarnya mampu ia lakukan untuk menjadi abadi.
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Di manapun kakimu berpijak
Ciptakanlah langitmu sendiri
Dan gurati dengan keresahanmu
Jangan berhenti mengabadikan diri
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Tak akan sempat nisan terpahat;
ribuan nama memesan bersama-sama.
Sementara,
mayat-mayat yang belum berangkat,
terbaring berselimut puing-puing...
O, Tsunami,
airmu bermuara di mata kami!
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Aku mencintaimu dengan segenap ketidakberdayaanku:
Kegagapan mataku saat tertangkap tatap matamu
Kekeluan lidahku saat teringkus bius senyummu
Kekalutan darahku saat tersentuh suluh tubuhmu
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Kau adalah sisa pahit yang terjahit di pangkal lidah,
yang tak mampu kutelan saat cangkir kopi terakhir
menyudahi malam-malamku...
Kau adalah sisa hangat yang melekat di ujung selimut,
yang tak rela kutarik saat pagi yang bengis
menghabisi mimpi-mimpiku...
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Aku ingin mencintaimu dengan maha dahsyat,
dengan rumus yang tak sempat dijabarkan bom atom
kepada kota yang dibaringkannya rata....
Aku ingin mencintaimu dengan maha dahsyat,
dengan teori yang tak sempat diuraikan asteroid
kepada dinosaurus yang dilesapkannya fana....
β
β
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β
Aku melumpuhkan inderaku saat aku bersamamu;
Telinga yang mendengar betapa buruknya dirimu dari orang lain.
Kaki untuk melangkah pergi dari sisimu.
Mata yang melihat dirimu bersama perempuan lain.
Hati yang merasakan kegetiran bahwa kau sesungguhnya tak benar-benar mencintaiku.
Kini aku tak lagi bersamamu.
Tak berarti inderaku tak lagi lumpuh.
Untuk sekedar mendengar bisikan hatiku bahwa aku berharga, aku tak mampu.
β
β
Ahimsa Murfi
β
Aku ingin kau mencintaiku dengan cinta, bukan dengan perumpamaan yang dimegah-megahkan atau disederhana-sederhanakan. Karena cinta hanya sepadan dengan cinta.
β
β
Sam Haidy
β
Masyarakat terbelakang
Memperdebatkan keyakinan
Masyarakat terdepan
Meyakini perdebatan
β
β
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β
Puisi bukan sekedar membaca dan menulis, tetapi merasa dan mengiris.
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Biografi tubuh inilah yang terasa dalam 40 sajak di kumpulan puisi Pandora ini. Lihatlah bagaimana ia mengurutkan sajak-sajak di buku ini. Dari mulai Ulat, Kepompong, Kupu-kupu, 1967, dan sajak-sajak yang mengeksplorasi tema anak (Embrio, Schipol, Pasha, Den Haag), hingga Rahib dan Jejak. Deretan sajak itu tampak seperti sebuah metamorfosis tubuh.
Tubuh, di tangan penyair kelahiran ini, keluar dan bahkan meloncat dari bentuk estetiknya. Ia memperlakukan tubuh bagai sebuah menu santapan (Di meja makan kusantap tubuhku, kuteguk air matakuβsajak βKepompongβ).
Inilah ketangkasan seorang Oka. Ia menulis, memendam Bali, mencangkul masa lalu, membenturkan tradisi, meringkus pengalaman hidup, dan dengan tanpa sungkan menggasak tubuhnya sendiri demi memperoleh sebuah ars poetica. Inilah βsayap kuatβ sajak-sajak Oka, penulis yang menurut saya, menjadi salah satu wakil terpenting penyair Indonesia mutakhir. (Yos Rizal Suriaji- βSebuah Menu Bernama Tubuhβ-2008)
β
β
Oka Rusmini (Pandora)
β
Mencintaimu
Seperti mencintai bayi yang belum sempurna melihat
Tak tahu pasti apa yang kau tangkap dalam geliat
Namun tak jemu kuselami rona kudusmu
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Telah kutemukan hatimu
Tempat terhangat untuk menetaskan rasa
Yang tak mampu kuerami sendiri
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Jika Dewi Shinta lebih dulu bertemu Rahwana, akankah dia tetap mencintai Rama, ketika mereka dipertemukan? Mungkinkah jika ia malah mencintai Rahwana? Bukankah
Shinta sosok yang ditakdirkan untuk setia?
β
β
Sapta Arif N.W. (Di Hari Kelahiran Puisi)
β
Kita sudah tiba pada fase
berani untuk meniru,
maka menjiplak semestinya
tidak perlu lagi untuk diadu.
Kita sudah lama berkutat
dengan keadaan yang menipu,
jadi untuk percaya,
rasanya sudah terlampau banyak
memakan waktu.
β’β’β’
Note:
Jika hendak memakai qoutes
mohon dicantumkan sumbernya.
IG : @aksarataksa
@crobyx
Twitter: @crobyx2
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Bagi saya berpuisi dan menikmati proses berpuisi adalah salah satu cara untuk menghargai bahasa itu sendiri.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)