Puisi Indonesia Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Puisi Indonesia. Here they are! All 52 of them:

β€œ
Di sekolah, anak-anak belajar bahasa Indonesia, tetapi mereka tak pernah diajar berpidato, berdebat, menulis puisi tentang alam ataupun reportase tentang kehidupan. Mereka cuma disuruh menghafal : menghafal apa itu bunyi diftong, menghafal definisi tata bahasa, menghafal nama-nama penyair yang sajaknya tak pernah mereka baca.
”
”
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 3)
β€œ
Malam adalah ladang pembantaian abadi Jiwa-jiwa tandus yang digerus sepi Yang tak menyisakan apa-apa selain puisi
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Aku menulis puisi: karena kesedihan tidak bisa menuliskan dirinya sendiri; karena petaka tidak bisa mengabarkan gaduhnya sendiri.
”
”
Lenang Manggala
β€œ
Senja melarutkanku di batas waktu Ketika ada dan tiada sejenak menyatu Ada yang beringsut menjauh Ada yang perlahan merengkuh Bayanganku mengais sisa terang Sebelum terkubur malam panjang
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Manakala hidup terasa menjepit Tengadahlah ke langit Di sana kau akan melihat Bebanmu menyusut berjuta kali lipat
”
”
Sam Haidy
β€œ
Aku bercerita kepada malam Karena hanya ia yang sudi menadah keluh kesah Para pecinta yang menderita
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Tak ada yang lebih merugi Dari mereka yang kehilangan pagi Satu-satunya kesempatan menikmati Sajian Tuhan yang paling murni Sembari mengintipNya meracik Takdir kita hari ini
”
”
Sam Haidy
β€œ
Aku memang pergi Tetapi bukan meninggalkanmu Aku harus melangkah Tetapi bukan menjauhimu Ketahuilah, Cinta: Tak ada jarak yang mampu Membuatku beranjak darimu
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Butiran gula larut dalam kopi hitam Taburan bintang larut dalam kelam malam Pahit manis kenangan teraduk Kuhirup semalam suntuk
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Aku tak ingin seperti hujan Hanya dirindukan pada waktu tertentu Dan selebihnya mengganggu Aku tak ingin seperti matahari Hanya disukai saat datang dan pergi Sedang tengah hari disumpah-serapahi Aku ingin seperti bulan Penuh atau separuh tetap dicintai
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Jangan salahkan waktu Jika kelak ia mengkhianatimu Setiap detik yang kau ulur Akan mencekikmu di sisa umur
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Aku tertawan Tanpa gerak Lalu tertawa Tanpa gelak Aku dan sepi Seredup semati
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Jangan cari aku Jika aku pergi ke hutan Dan lama tak kembali Aku tak tersesat Tapi menemukan Diri
”
”
Sam Haidy
β€œ
Biarkan saja cinta dibahasakan dengan diam Kalau kata-kata hanya akan memperkosa kekudusannya Biarkan saja seribu bahasa tetap tak terterjemahkan Kalau kata-kata hanya akan mengkhianati arti sebenarnya
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Ada yang perlahan binasa setiap kali puisi tercipta. Ia selalu meminta nyawa dari kenangan atau impianmu. Ia tak segan merampas tidurmu dan meretas bangunmu. Kelak, ia akan terus bersuara dari dalam kuburmu....
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Diam meredam seloroh bodoh mulut berkabut Sunyi menyanyi, aku terpaku, kamu jemu Cinta terlunta buta kata
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Adakah yang lebih menggetarkan Dari sepasang pandang Yang saling silau tapi saling mencari?
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Aku ingin berhenti menuliskanmu. Bosan aku dengan pena, dan enyah saja kau kertas! Seperti mengerami mimpi yang tak kunjung menetas...
”
”
Sam Haidy
β€œ
Meninggalkan orang yang dicintai Adalah satu hal Menanggalkan cinta itu sendiri Adalah hal lainnya
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Aku air, kamu air Tak perlu saling kejar Susuri saja sungai masing-masing Nanti juga bertemu di laut
”
”
Sam Haidy
β€œ
Kadang aku hilang nalar Ingin menebas segala belukar Betapa ingin kulompati waktu Untuk menyeberangkan rindu Namun denganmu aku percaya: Menunggu adalah jalan setapak menuju cahaya
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Aku adalah dongeng sebelum tidur yang setia mendaur diri meski selalu terpenggal oleh gilotin matamu Aku adalah kisah tak tuntas yang berulang kali kau tebas hanya untuk kembali bertunas dan bertunas lagi
”
”
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β€œ
Apa artinya menjadi manusia kalau cuma dijadikan binatang perahan dan mesin pelipatganda?
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Tak ada yang lebih getir Dari hujan dini hari Lirih tangis langit yang hanya bisa didengar Oleh mereka yang sudah lupa rupa pelangi
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Nada-nadamu berdenting Menjemput kata-kataku dari hening Bulan dan bintang perlahan terpejam Kau dan aku menidurkan malam
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Aku (peny)air, kau (peny)air Tak perlu saling kejar Ikuti saja (keh)arus(an) masing-masing. Perlahan menuju la(r)ut
”
”
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β€œ
Kauberikan aku, jalan panjang, sayup-sayup samar-samar hujungnya ke baris akhir puisi. Menelusur jalan berliku menjadi berkelok makna. Kauberikan gunung, kabus menjadi huruf-huruf. (Selamat Tinggal, Indonesia)
”
”
Rosli K. Matari (Matahari Itu Jauh)
β€œ
123
”
”
Meutia Hatta Swasono (123 Puisi Perempuan Indonesia)
β€œ
Tragedi terbentang antara apa yang orang kerjakan untuk menunda mati dan yang sebenarnya mampu ia lakukan untuk menjadi abadi.
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Manusia adalah malaikat cacat Cacat oleh nafsu Manusia adalah fauna sempurna Sempurna oleh akal
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Aku ingin mengajakmu Menyingkir sejenak dari coreng-moreng hari Dan menjelma sepasang warna Yang mengguratkan keabadian di kening malam
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Cinta adalah sungai tanpa jembatan yang memisahkan kita di dua sisi berseberangan. Maukah kau melompat, jatuh ke dalamnya, lalu hanyut berpegangan?
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Kau dan aku mengalir Sebagaimana air Namun semakin mendekati hilir Semakin aku tak ingin ada akhir Maka mari jadilah saja hujan Yang berulang jatuh di permulaan
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Hanya pantai yang mampu membaca Pasang surut hatinya Hanya laut yang mampu mengeja Rasa air matanya
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Hanya gunung Yang mampu membuka segala selubung Hingga jiwa kita benar-benar telanjang Larut ke dalam tak terbatasnya ruang
”
”
Sam Haidy
β€œ
Di satu sisi Aku semestinya kesepian Sudah sepantasnya gila Memamah kesendirian Di lain sisi Aku punya kamu
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Di manapun kakimu berpijak Ciptakanlah langitmu sendiri Dan gurati dengan keresahanmu Jangan berhenti mengabadikan diri
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Kebahagiaan adalah semerbak tanah basah Campuran sisa hujan dan keringat petani Di ujung siklus musim yang resah
”
”
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β€œ
Tak akan sempat nisan terpahat; ribuan nama memesan bersama-sama. Sementara, mayat-mayat yang belum berangkat, terbaring berselimut puing-puing... O, Tsunami, airmu bermuara di mata kami!
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Aku mencintaimu dengan segenap ketidakberdayaanku: Kegagapan mataku saat tertangkap tatap matamu Kekeluan lidahku saat teringkus bius senyummu Kekalutan darahku saat tersentuh suluh tubuhmu
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Kau adalah sisa pahit yang terjahit di pangkal lidah, yang tak mampu kutelan saat cangkir kopi terakhir menyudahi malam-malamku... Kau adalah sisa hangat yang melekat di ujung selimut, yang tak rela kutarik saat pagi yang bengis menghabisi mimpi-mimpiku...
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Aku ingin mencintaimu dengan maha dahsyat, dengan rumus yang tak sempat dijabarkan bom atom kepada kota yang dibaringkannya rata.... Aku ingin mencintaimu dengan maha dahsyat, dengan teori yang tak sempat diuraikan asteroid kepada dinosaurus yang dilesapkannya fana....
”
”
Sam Haidy (K(a)redo(k) Puisi Jaman Now)
β€œ
Aku melumpuhkan inderaku saat aku bersamamu; Telinga yang mendengar betapa buruknya dirimu dari orang lain. Kaki untuk melangkah pergi dari sisimu. Mata yang melihat dirimu bersama perempuan lain. Hati yang merasakan kegetiran bahwa kau sesungguhnya tak benar-benar mencintaiku. Kini aku tak lagi bersamamu. Tak berarti inderaku tak lagi lumpuh. Untuk sekedar mendengar bisikan hatiku bahwa aku berharga, aku tak mampu.
”
”
Ahimsa Murfi
β€œ
Biografi tubuh inilah yang terasa dalam 40 sajak di kumpulan puisi Pandora ini. Lihatlah bagaimana ia mengurutkan sajak-sajak di buku ini. Dari mulai Ulat, Kepompong, Kupu-kupu, 1967, dan sajak-sajak yang mengeksplorasi tema anak (Embrio, Schipol, Pasha, Den Haag), hingga Rahib dan Jejak. Deretan sajak itu tampak seperti sebuah metamorfosis tubuh. Tubuh, di tangan penyair kelahiran ini, keluar dan bahkan meloncat dari bentuk estetiknya. Ia memperlakukan tubuh bagai sebuah menu santapan (Di meja makan kusantap tubuhku, kuteguk air matakuβ€”sajak β€œKepompong”). Inilah ketangkasan seorang Oka. Ia menulis, memendam Bali, mencangkul masa lalu, membenturkan tradisi, meringkus pengalaman hidup, dan dengan tanpa sungkan menggasak tubuhnya sendiri demi memperoleh sebuah ars poetica. Inilah β€œsayap kuat” sajak-sajak Oka, penulis yang menurut saya, menjadi salah satu wakil terpenting penyair Indonesia mutakhir. (Yos Rizal Suriaji- β€œSebuah Menu Bernama Tubuh”-2008)
”
”
Oka Rusmini (Pandora)
β€œ
Bagi saya berpuisi dan menikmati proses berpuisi adalah salah satu cara untuk menghargai bahasa itu sendiri.
”
”
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β€œ
Jika Dewi Shinta lebih dulu bertemu Rahwana, akankah dia tetap mencintai Rama, ketika mereka dipertemukan? Mungkinkah jika ia malah mencintai Rahwana? Bukankah Shinta sosok yang ditakdirkan untuk setia?
”
”
Sapta Arif N.W. (Di Hari Kelahiran Puisi)
β€œ
Masyarakat terbelakang Memperdebatkan keyakinan Masyarakat terdepan Meyakini perdebatan
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Puisi bukan sekedar membaca dan menulis, tetapi merasa dan mengiris.
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Mencintaimu Seperti mencintai bayi yang belum sempurna melihat Tak tahu pasti apa yang kau tangkap dalam geliat Namun tak jemu kuselami rona kudusmu
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Telah kutemukan hatimu Tempat terhangat untuk menetaskan rasa Yang tak mampu kuerami sendiri
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Aku ingin kau mencintaiku dengan cinta, bukan dengan perumpamaan yang dimegah-megahkan atau disederhana-sederhanakan. Karena cinta hanya sepadan dengan cinta.
”
”
Sam Haidy
β€œ
Kita sudah tiba pada fase berani untuk meniru, maka menjiplak semestinya tidak perlu lagi untuk diadu. Kita sudah lama berkutat dengan keadaan yang menipu, jadi untuk percaya, rasanya sudah terlampau banyak memakan waktu. β€’β€’β€’ Note: Jika hendak memakai qoutes mohon dicantumkan sumbernya. IG : @aksarataksa @crobyx Twitter: @crobyx2
”
”
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)