“
1.
Bila kau kira aku hanyalah kembang telang penggoda, alih-alih karena rupaku yang menyerupai farji perempuan, maka engkau adalah sapi yang dibawa orang ke tempat penjagalan. Sebab tidaklah pantas sebuah kehormatan dipertaruhkan untuk pikiran pikiran kotor yang tersembunyi dan hasrat rendah yang tidak kita kenali.
Ingatlah selalu, aku bukanlah candu pemuas nafsumu. Aku bukanlah tanaman yang merambat di pagar untuk menarik perhatianmu. Bukan pula ranting pohon yang masuk pekarangan rumah orang untuk dipatahkan. Karena aku tidak pernah menunggu untuk menyatakan pikiran dan perasaanku. Tidak seperti dirimu, aku bukanlah merpati pemalu atau kupu-kupu biru biasa, wahai engkau kumbang tahi yang tak tahu diri.
Sebab ungu warna kembangku bukanlah warna janda, melainkan purpura violeta yang bermakna anggun, loyal dan mulia. Jiwaku yang sesungguhnya adalah representasi kekuatan energi, ambisi, kekayaan dan kemewahan. Aku adalah perwujudan perasaan romantis, kegembiraan, kebahagiaan dan sekaligus nostalgia, kecintaan akan masa lalu.
Sebagaimana adanya diriku yang kontradiktif, para pemujaku melihat kecantikanku nyaris sempurna belaka. Walau bagimu, aku hanyalah serupa pantulan bayangan di cermin yang menghadirkan misteri, angan-angan, khayalan, imajinasi, dan barangkali juga mimpi.
Sekiranya malaiku berpadu dengan semburat kekuningan dari seludang milikmu, maka itu tidaklah menyiratkan penaklukan, kepatuhan atau apapun jua selain hanyalah simbol kefanaan semata. Sebab aku tidaklah diciptakan untuk menjatuhkan harga dirimu atau meruntuhkan imanmu, melainkan menjadi sumber kebahagiaanmu.
Pada hijau pupus tangkai bungaku aku gantungkan seluruh pesona yang akan menjadikan diriku berharga di matamu atau di hadapan para pengagumku. Sekalipun di antara para seteruku mereka menganggap diriku hanyalah kembang jalanan yang tiada indah berseri, layaknya najis celaka yang patut dibuang tanpa mesti bertanya mengapa.
Akan tetapi, aku tak hendak bersimpati pada pikiran yang tak mungkin engkau pahami. Sebab bukanlah pada hasratku akan keindahan aku bertahan, melainkan hanya pada sifat kebaikan alami yang akan menjadikan diriku berharga. Sebagaimana aku menjadikan diriku sendiri berarti.
”
”