β
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.(Spasi)
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya. Filosofi Kopi
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
perempuan yang sepi
hatinya adalah secawan kopi
perempuan yang sepi
ia minum hatinya sendiri
(perempuan kesepian)
β
β
T. Alias Taib (Seberkas Kunci)
β
Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan. Mencari Herman
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda?
Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Ada dunia di sekelilingmu. Ada aku di sampingmu. Namun, kamu mendamba rasa sendiri itu.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Secangkir kopi yang dengan tenang menunggu kau minum itu tidak pernah mengusut kenapa kau bisa membedakan aromanya dari asap yang setiap hari kau hirup ketika berangkat dan pulang kerja di kota yang semakin tidak bisa mengerti kenapa mesti ada secangkir kopi yang tersedia di atas meja setiap pagi
β
β
Sapardi Djoko Damono
β
Allah!
Betapa indahnya sepiring nasi panas
Semangkuk sup dan segelas kopi hitam
β
β
W.S. Rendra
β
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku igin seiring dan bukan digiring.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Sebab Tuhan selalu punya cara yang indah untuk membuat hambaNya selalu tersenyum meski dalam tangis sekalipun. Bukankah kopi itu akan terasa pahit jika tak berkolaborasi dengan gula. Gula juga tak akan terasa nikmat jika tak bercampur dengan kopi. Maka pahit dan manis itu adalah karya alam yang sangat
β
β
Dian Nafi (Lelaki: Kutunggu Lelakumu (Mayasmara, #2))
β
Buat apa ia pelihara luka hati yang cuma bikin matanya berair?
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan... karena cinta adalah mengalami
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
terkadang keadaan membuat cinta terasa amat menyakitkan, akan tetapi kesejatian cinta tidak akan pernah berakhir manakala pengorbanan cinta itulah yang menjadi pemeran utamanya. cinta tidak akan pernah salah. cinta tidak mengenal batas. untuk cinta yang bertepuk sebelah tangan sekalipun.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Langit begitu hitam sampai batasnya dengan Bumi hilang. Akibatnya, bintang dan lampu kota bersatu, seolah-olah berada di satu bidang. Indah, kan?
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Dalam diammu, aku mendengar banyak suara,. Diammu berkata-kata
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Pagi itu aku sengaja
memilih kopi yang kau suka
kerana rindu itu terlalu sukar
untuk dinyatakan dengan kata
β
β
Hani Salwah Yaakup
β
Mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya, makin berlika-liku petualangannya. Hidup mereka penuh intaian mara bahaya. Cinta? Berantakan. Istri? Pada minggat. Kekasih? Berkhianat di atas tempat tidur mereka sendiri! Bayangkan itu. Bisnis? Mereka kena tipu. Namun, mereka tetap mencoba dan mencipta. Mereka naik panggung dan dipermalukan. Mereka menang dengan gilang-gemilang lalu kalah tersuruk-suruk. Mereka jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. Dalam dunia pergaulan zaman modern ini mereka disebut para player.
β
β
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β
Tentang kopi kesukaanmu, cappucino, kopi itu bukan dari italia. Aslinya berasal dari biji-biji kopi Turki yang tertinggal di medan perang di Kahlenberg. Hanya sebuah info pengetahuan kecil-kecilan. Assalamuβalaikumβ β Fatma, 99 Cahaya di Langit Eropa hal. 50
β
β
Hanum Salsabiela Rais (99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)
β
... karena cinta adala mengalami
membuka diri tidak sama dengan menyerahkan
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan. Hening menjadi cermin yang membuat kita berkaca-suka atau tidak pada hasilnya.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Entah mengapa aku selalu suka teduh. Bukan hujan apalagi terik. Aku suka keterjagaan yang -meski kadang hampa tapi selalu- menentramkan. Seperti saat minum kopi. Seperti saat insomnia di malam hari.
Atau, seperti saat menatap bola matamu.
β
β
Azhar Nurun Ala (Ja(t)uh)
β
Mine is a khopesh ,β Carter said. βThe original Egyptian version. What youβre holding is a kopis β a Greek design adapted from the Egyptian original. Itβs the kind of sword Ptolemyβs warriors wouldβve used.β
I looked at Sadie. βIs he trying to confuse me?β
βNo,β she said brightly. βHeβs confusing without trying.
β
β
Rick Riordan (The Crown of Ptolemy (Demigods & Magicians, #3))
β
Akan tetapi, yang benar-benar membuat tempat ini istimewa adalah pengalaman ngopi-ngopi yang diciptakan Ben. Dia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan kopi yang dia buat. Ben menarik arti, membuat analogi, hingga terciptalah satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi. Filosofi Kopi
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Setiap hari ada senja, tapi tidak setiap senja adalah senja keemasan, dan setiap senja keemasan itu tidaklah selalu samaβ¦.
Aku selalu membayangkan ada sebuah Negeri Senja, dimana langit selalu merah keemas-emasan dan setiap orang di negeri itu lalu lalang dalam siluet.
Dalam bayanganku Negeri Senja itu tak pernah mengalami malam, tak pernah mengalami pagi dan tak pernah mengalami siang.
Senja adalah abadi di Negeri Senja, matahari selalu dalam keadaan merah membara dan siap terbenam tapi tak pernah terbenam, sehingga seluruh dinding gedung, tembok gang, dan kaca-kaca jendela berkilat selalu kemerah-merahan.
Orang-orang bisa terus-menerus berada di pantai selama-lamanya, dan orang-orang bisa terus-menerus minum kopi sambil memandang langit semburat yang keemas-emasan. Kebahagiaan terus-menerus bertebaran di Negeri Senja seolah-olah tidak akan pernah berubah lagiβ¦.
β
β
Seno Gumira Ajidarma (Jazz, Parfum, dan Insiden)
β
Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.
Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau⦠berbeda.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. karena satu menggenapkan tapi, 2 melenyakan
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
..Pamanku yang berjiwa lapang dan merupakan umat Nabi Muhammad yang amat pemurah, menyediakan kopi miskin dalam menu warungnya. Sesekali, secara diam-diam, pamanku menyuruh kami menambahkan gula untuk kopi miskin, karena ia tak sampai hati pada kaum yang papa itu. Namun aneh, pembeli melarat yang telah terbiasa dengan kopi miskin malah tak menyukai hal itu. Pelajaran moral nomor dua puluh dua: kemiskinan susah diberantas karena pelakunya senang menjadi miskin.
β
β
Andrea Hirata (Dwilogi Padang Bulan)
β
Aku sudah diperalat oleh seseorang yang merasa punya segala-galanya, menjebakku dalam tantangan bodoh yang cuma jadi pemuas egonya saja, dan aku sendiri terperangkap dalam kesempurnaan palsu, artifisial! serunya gemas, "Aku malu kepada diriku sendiri, kepada semua orang yang sudah kujejali dengan kegomalan Ben's Perfecto."
Gombal? Aku positif tidak mengerti.
"Dan kamu tahu apa kehebatan kopi tiwus itu?" katanya dengan tatapan kosong, "Pak Seno bilang, kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku ini barista terburuk. Bukan cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi dari kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia. Bodoh! Bodoooh!" Filosofi Kopi
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Dia, yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta. Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kehilafan untuk sampai jatuh hati kepadamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya --dari mulai nota sebaris sampai doa berbait-bait. Dan beceklah pipi-nya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang dia hanguskan--bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila--beterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Kopi dan perempuan, mereka saudara kembar. Dua-duanya keras kepala perihal rasa.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kopi yang baik adalah kopi yang dengannya sanggup membangkitkan penyeduhnya untuk bisa mengingat Kekasihnya.
β
β
Usman Arrumy
β
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Kalau saja hidup tidak berevolusi, kalau saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka...tanpa ragu kamu akan memilih satu detik bersamanya untuk diabadikan. Cukup satu.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Mana yang lebih pahit;
Kopi tanpa cumbuan gula,
atau rindu yang dibiarkan gigil tanpa nama?
β
β
Ilham Gunawan
β
Butiran gula larut dalam kopi hitam
Taburan bintang larut dalam kelam malam
Pahit manis kenangan teraduk
Kuhirup semalam suntuk
β
β
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β
Ku minum kopi karena ada yang kunanti.
β
β
Iwan Esjepe
β
Kaulah kolam kopi yang membuatku tak bisa terpejam, memikirkanmu sepanjang malam
β
β
Iwan Esjepe
β
Banyak sekali orang yang doyan kopi tiwus ini. Bapak sendiri ndak ngerti kenapa. Ada yang bilang bikin seger, bikin tentrem, bikin sabar, bikin tenang, bikin kangen... hahaha! Macem-macem! Padahal kata Bapak sih biasa-biasa saja rasanya, Mas. Barangkali, memang kopinya yang ajaib. Bapak ndak pernah ngutak-ngutik, tapi berbuah terus. Dari kali pertama tinggal di sini, kopi itu sudah ada. Kalau 'tiwus' itu asalnya dari almarhumah anak gadis Bapak. waktu kecil dulu, tiap dia lihat bunga kopi di sini, dia suka ngomong 'tiwus-tiwus' gitu," dengan asyik Pak Seno mendongeng. Filosofi Kopi
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Saat hujan turun, semua menjelma jadi kenang. Bahkan rintiknya bukan lagi air. Tetapi rindu yang berguguran.
Saat kopiku terseduh, semua menjelma jadi kenang. Bahkan isi cangkirnya bukan lagi air. Tetapi kau yang menggenang.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kalau cinta diibaratkan seperti secangkir kopi hitam reguler, yang natural, seperti habitnya black coffee, cinta dengan obsesi yang mengkronis seperti secangkir capuccinoβperpaduan espresso (ekstrak kopi yang lebih kuat, sekuat keyakinan yang membuat sebuah obesesi menjadi penyakit menahun) dan susu (hal-hal indah dan manis yang sesekali terjadi, tapi justru memperkuat perasaan itu)..
β
β
Icha Rahmanti
β
Pahit dan manis bercampur adalah suatu kenikmatan, seperti kopi yang disajikan ketika hangat ataupun dingin. Tambahkan gula jika terlalu pahit atau hangatkan jika terlalu dingin;
Seperti itulah hidup, kita sendiri yang menentukan tingkat kenikmatannya dengan tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah
β
β
Harly Umboh
β
Kita ini sangat ingin dibilang orang kota, sampai-sampai kita lupa, kampungan memiliki makna yang romantis. Dan si orang kota ini terus menerus mengeluh soal betapa buruknya tata kota, kemacetan, dan membanding-bandingkan keadaan dulu dengan sekarang. Lalu mereka dengan tak tahu diri memuja-muja harum tanah basah, mencari udara segar ke hutan, memotret langit senja di gunung atau matahari terbenam di laut, tapi nggak ada yang mau hidup di kampung atau merubuhkan kota mereka dan menjadikannya kampung lagi. Mereka takut kehilangan kemapanan yang mereka bangun untuk menunjang hidup enak dan praktis. Yang bisa mereka lakukan hanya mengkhayal tentang kehidupan desa sambil minum kopi.
β
β
Sabda Armandio (Kamu: Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya)
β
Mereka yang menjual kopi dengan harga lebih dari sepuluh ribu rupiah per gelas - pemuja setan.
β
β
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β
akhirnya aku tertunduk lesu, setelah kepergian mu, di iringi dinginnya kopi di malam minggu
β
β
andra dobing
β
Aku ini lelaki, yang kerap tenggelam dalam secangkir kopi. Yang didalamnya kuaduk sepi, meng-iyakan bahasa hati. Puisiku mati.
β
β
Rohmatikal Maskur
β
Senja, kopi, senja, kopi.
Lama-lama jadi maag, terus mati.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Tetapi, kamu tahu, mungkin hidup semua orang, termasuk kamu dan aku, akan lebih mudah jika kita boleh menikah dengan bantal yang menyangga kepala kita setiap malam, yang mengusir demam, menjauhkan kuntilanak dari mimpi, mengamini doa-doa, merindukan kita di siang hari, menyimpan aroma sampo yang kita sukai, menyerap keringat, liur, air mata, tumpahan kopi tanpa sekalipun protes, dan berbisik ke telinga kita di tiap malam yang murung: "Berbahagialah. Berbahagialah. Di luar sana. Seseorang mencintaimu, seseorang tengah mencintaimu..
β
β
Norman Erikson Pasaribu (Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu)
β
Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya.
β
β
Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
β
Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Hanya segelas kopi yang tak pernah banyak tingkah!"
Cinta di Dalam Gelas, Andrea Hirata
β
β
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β
Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah. Seluruh simpul dari kesadaran kita berkembang mekar. Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Dalam raga ada hati, dan dalam hati ada ruang tak bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata-kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.
Begitu lemahnya ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak terusik. Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya, duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Kehidupan bukan seperti segelas bir, yang setiap saat terasa getir. Bukan juga seperti segelas sirup pandan, yang selalu manis di setiap tegukkan. Tapi hidup ini, seperti secangkir kopi. Pahit dan manis, hadir saling mengimbangi.
β
β
Lenang Manggala (Perempuan Dalam Hujan)
β
Barangsiapa Ngopi, kesepiannya akan lekas diampuni.
β
β
Usman Arrumy (Mantra Asmara)
β
Di hamparan gurun yg seragam,jgn lagi menjadi butiran pasir, seklaipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yg tahu jika kau melayang hilang
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Di lingkungan gurun yg serba serupa, untuk apa lagi menjadi kaktus. sekalipun hijau warnamu, engkau tersebar di mana-mana. tak ada yg menangis rindu jika kau mati layu
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Dengan memagut secangkir kopi, aku berlindung dari godaan kesepian yang merasuk.
β
β
Ilham Gunawan
β
Ada orang bilang bahwa cinta pasti dapat menyelesaikan segala problema yang ada.
Padahal mungkin hanya dengan suguhan tulus kopi nikmat di pagi hari sudah cukup mengatasinya.
β
β
Toba Beta (Master of Stupidity)
β
Cintaku ke kamu lebih dekat dari kopi ke pahitnya
β
β
Usman Arrumy (Mantra Asmara)
β
Terima kasih kegundahan, engkau mempertemukan kembali sepasang kekasih, sang pagi dan secangkir kopi.
β
β
Achmad Aditya Avery
β
Aku masih mencari, hendak kata ingin kutebas. Gelas kopi tinggal ampas. Malam tak lagi sisakan jejak. Suara adzan subuh memanggil, tapi kertas masih tinggal kosong. Dan hampa kian menebal.
β
β
Titon Rahmawan
β
Cinta butuh dipelihara. Bahwa di dalam sepak terjangnya yang serba-mengejutkan, cinta ternyata masih butuh mekanisme agar mampu bertahan.
Cinta jangan selalu ditempatkan sebagai iming-iming besar, atau seperti ranjau yang tahu-tahu meledakkanmu--entah kenapa dan kapan. Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikutkan di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan...karena cinta adalah mengalami.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Tak ada yang sempurna, tapi hidup ini indAah begini adanya.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Cinta butuh dipelihara. Bahwa di dalam sepak terjangnya yang serba-mengejutkan, cinta ternyata masih butuh mekanisme agar mampu bertahan.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Adakalanya kesendirian menjadi hadiah ulang tahun yang terbaik. Keheningan menghadirkan pemikiran yang bergerak ke dalam, menembus rahasia terciptanya waktu
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Sebuah Kolaborasi)
β
Demi kopi yang mencintai pahit atas dirinya, aku rela membunuh malamku meski harus dikutuk kantuk; dan dipenjara insomnia.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kopi adalah penghangat dalam kedinginan, penghibur di kala kesedihan, penenang di kala kepenatan dan penyemangat di kala keputuasaan.
β
β
Ilham Aidil (Hari Ini dan Esok)
β
Ku nikmati rindu yang tercipta oleh lengkung jingga, bersama adukan kopi mencoba untuk bernostalgia dan melupakan segenap prahara yang ada.
β
β
silviamnque
β
Cinta itu seperti kopi. Sepahit apapun rasanya, ia tetap dinikmati dan takkan pernah jera dicicipi lagi." (Coffee Time With You)
β
β
R-Qie (Bi 2 Rain)
β
.. adalah kopi, miniatur surga yang terangkum dalam secangkir rasa yang bernyawa.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kopi yang baik adalah kopi yang bisa menjadikan dirimu lebih tangguh dari lidahmu, dalam menanggung kepahitan.
β
β
Ilham Gunawan
β
Kutenggelamkan diri pada malam dalam-dalam; puisi dan didih kopi dari air dispenser.
β
β
Dina Zettira Putri
β
Memang cinta tidak selalu lembut, terkadang sepahit kopi. Percampuran coffee avocado inilah rasa yang sebenarnya.
β
β
Lily Zhang
β
Tentang Cempaka
Izinkan aku menjadi cempaka
di laman rumahmu
moga setiap pagi
ketika kau bukakan jendela
menghirup aroma kopi
engkau akan terhidu
wangi cempaka
Itulah diriku
yang cuba menyelinap masuk
ke dalam riuh canda harimu
walau pernah ada waktunya
kita selalu dijarakkan kata
Tapi seperti cempaka yang selalu harum
begitulah aku ingin selalu ada di hatimu
β
β
Ridzuan Harun (Kumpulan Puisi Negeri Kunang-Kunang)
β
Dari semua macam kopi yang pernah kusesapi, aku paling suka kopi yang ada tanganmu di setiap seduhannya. Kopi yang cangkirnya, tak bercampur dengan penghuni kedua matamu.
Apa arti seduhan kopi tanpa sisi yang tak terisi?
Sesepi hati perempuan yang penantiannya tak kunjung dilunasi.
β
β
Ilham Gunawan
β
anjing-anjing buta melolong menangisi
lobang-lobang di tembok. melodi, tak lebih
dari dalih kesunyian dan cinta. erangan yang
memuakkan. percakapan itu terkesan mewah:
penyair yang lupa membawa topinya, dan
lintingan lisong yang tak mungkin mengerti
puisi bila disandingnya bukanlah kopi. oh,
betapa luka 300.213 centi itu melebar makin
timur, menorehkan nganga tempat nanah
menggembung dengan lapisan perih dan bau
amis.
mobil pikap tua, penuh kangkung dan ibu yang
tidur di atasnya, setenang Buddha. jalan terus
ke kiri, menyempil di antara truk-truk besar
yang tak mau kalah, tetap ngotot meski makin
di pojok. masih saja setenang Buddha: tidur
yang penuh rahma
β
β
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
β
Sebuah hubungan yang dibiarkan tumbuh tanpa keteraturan akan menjadi hantu yang tidak menjejak bumi, dan alasan cinta yang tadinya diagungkan bisa berubah menjadi utang moral, investasi waktu, perasaaan serta perdagangan kalkulatif antara dua pihak.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Selalu saja ada sosok yang dituju
di setiap kata "Engkau" dalam sajakmu.
Selalu saja ada satu nama,
yang disamarkan dengan kopi, malam, senja, dan hujan.
Selalu saja ada sosok palsu,
dalam setiap ungkapan majasmu itu.
Selalu ada sesuatu dibalik kisah pilumu, ketika engkau berurusan dengan rindu.
Ceritanya akan tetap seperti itu,
hingga engkau tutup buku,
kecuali jika kau memutuskan untuk berhenti mengurusi rindu.
β
β
Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)
β
Segalanya menjadi mudah
dengan mudah-mudahan
β
β
Joko Pinurbo (Surat Kopi)
β
Aku sudah bosan menjadi anjing-anjing bertuan
mahu aku menjadi serigalanya punya kebebasan
(Bukan Lagi Paksaan)
β
β
Wan Ahmad Ismail (Kumpulan Puisi: Kopi Dalam Cawan Kaki Dalam Kasut)
β
Nggak ada rasa yang cuma satu. Di balik benci pasti ada cinta, di balik cuek pasti ada sayang, masa di balik pahit aja nggak bisa ada rasa manis? Makanya, kamu harus tahu cara menikmatinya dulu. Hidup juga sama kayak kopi, kerasa pahit kalau nggak tahu cara menikmatinya.
β
β
Ifa Inziati (28 Detik)
β
Kamu itu bajaj bermesin BMW, begitu Lana mengungkapkan kepadanya saat didesak.
Lana kenal banyak BMW bermesin bajaj, dan semua itu habis dia hina-hina. Untuk benar-benar bersanding sebagai pacar Lana, seseorang harus jadi mobil mewah Eropa luar dalam. Lana yang unik dan glamor. Kamu cukup jadi kacung intelektualky saja, kata Lana kepadanya.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata-kata dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Laki-laki butuh keberanian, lebih dari sekedar menengakkan batang penisnya. Keberanian untuk melepaskan pikirannya dari penjara menjadi laki-laki. Berani menghormati perempuan dengan pikiran-pikiran dan keinginan tubuhnya.
β
β
Dewi Nova (Perempuan Kopi)
β
Yang salah dari diriku adalah meluputkan halhal kecil dari perhatian. Bahkan dari semut yang mati terinjak, kopi yang diaduk tak sempurna, bunga yang baru dipetik lalu kelopaknya kau lucuti satu per satu itu, bisa jadi memiliki jawaban atas pertanyaan yang bisa bikin aku tak tidur semalaman tadi.
β
β
Pringadi Abdi
β
Paduka!!! sang lemah di antara hamba tuan ini meradang;
.
manusia menulis sejarah
Di tangan bedil berdarah
Dan malam di umpat
Di antara jam malam ketat
Remaja dengan batu amarah
Melempari zirah - zirah tak mau enyah
#andradobing
β
β
andra dobing
β
Kau beri kenikmatan itu sebagai candu buatku
Getah yang kusadap dari merah bibir molekmu
Ingatan mengental dalam rasa manis yang kekal
Ruap wangi kopi yang menggugahku dari mimpi
Bayangan bergegas berkeras hati tak mau pergi
Kau beri aku kenikmatan itu
Serupa penyair mabuk yang merindukan bulan inspirasinya
β
β
Tuton Rahmawan
β
Dunia takkan pernah peduli dengan capaian akademis seseorang. Kehidupan hanya akan mencatat sejarah tentang mereka yang mengasah diri, meletakkan kebahagiaan orang lain sebagai tujuan hidup, serta melakukan sesuatu bagi masyarakat banyak.
β
β
Yusran Darmawan (Kopi Sumatera di Amerika)
β
Akan tetapi, hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah. Seluruh simpul kesadaran kita berkembang mekar. Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Hidup Ini Cair
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β
Kau terhenti.
Tergagu kau bertanya.
Mungkin pada diri sendiri, mungkin kepadaku.
βSiapaβ¦ kamu?β
Namaku Bumi, ketika langitmu perlu wadah untuk menangis.
Namaku Bulan, saat kau terlelap, kujaga duniamu dalam gelap.
Namaku Telaga, kan kubasuh lusuh di sekujur tubuhmu itu.
βUntuk apa?β
Untuk partikel udara yang kau hirup dengan cuma-cuma.
Untuk desau angin yang bisiknya kau halau dengan daun pintu.
Untuk kepul terakhir secangkir kopi yang kau hirup sebelum mendingin.
Kau kembali berjalan.
Aku kembali diam.
Kita tak lagi berbincang.
Aku tetap menjadi bumi, bulan, dan telagamu.
Kau masih menghirup udara, menghalau angin, dan menyeduh kopi.
Kita masih melakukan hal yang sama, masih di tempat yang terpisah.
Dan tak pernah kau pertanyakan lagi keberadaanku.
Sebab bagimu aku selalu ada.
β
β
Devania Annesya (Elipsis)
β
... secepat itu Indi memvisualisasikan sepasang sepatu tua yang disembunyikan di bawah tangga. Sepatu nyaman yang selalu dipakai ketika kaki pemiliknya letih. Namun, ketika sang pemilik ingin menghadapi dunia, dia tak mungkin memilih sepatu itu. Akan dipakainya sepatu mentereng yang memang diperuntukkan sebagai pendampingnya. Dunia menuntut demikian. Sekalipun tidak nyaman, tapi itu kewajiban.
β
β
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)