Kegilaan Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kegilaan. Here they are! All 17 of them:

β€œ
Kadang aku merasa sudah dekat dengan kegilaan. Kamu tahu apa yang paling menyakitkan saat perasaanmu begitu terikat kepada seseorang? Bukan karena kamu tidak bisa menyatu dengan dia maka kamu akan merasa hidupmu begitu nestapa. Sesuatu yang lebih meluluhlantakkan hatimu adalah ketika seseorang -yang menyandera kemampuanmu untuk memiliki itu- tak melibatkan lagi namamu dalam hidupnya, tidak mengingat tanggal lahirmu, tidak mengucapkan apapun ketika datang tahun baru, bahkan tidak mengirimkan pesan basa-basi pada hari perayaan agamamu. Kamu tidak terlibat sama sekali dalam hidupnya. Bahkan sekadar untuk diingat.
”
”
Tasaro G.K.
β€œ
Cinta, mungkin tak ubahnya dengan kegilaan. Ia bisa membuatmu tertawa atau menangis sendirian. Ia bahkan bisa memaksamu melakukan kedua duanya sekaligus dalam satu kesempatan.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
kegilaan adalah suatu yang langka dalam individu--tapi dalam kelompok, partai politik, negara, epos, ia adalah peraturan...
”
”
Friedrich Nietzsche (Beyond Good and Evil)
β€œ
Bahkan di dalam kegilaan pun masih ada keindahan yang sejati dan alami
”
”
Ishmael Beah (A Long Way Gone: Memoirs of a Boy Soldier)
β€œ
Mungkin inilah yang tidak terpikirkan olehku. Bukan oleh keinginan untuk disanjung, dipuja, atau didambakan (oleh seorang pria). Apalagi oleh mereka yang tidak memiliki ikatan apapun denganku. Dari sekedar hasrat untuk memiliki dan dimiliki. Untuk menaklukkan dan ditaklukkan. Hasrat kegilaan inspiratif yang tidak mampu membendung libido atau nafsu apapun dalam diriku. Api yang menyala nyala yang membakar tubuh dan jiwaku. Yang dengan rakus melahap hari hariku yang senantiasa lapar oleh kerinduan tak terobati. Oleh percakapan yang tak kunjung usai. Oleh gambaran gambaran telanjang yang seringkali memualkan. Namun tak bisa membuatku berhenti untuk memikirkannya. Keganasan hutan belantara di antara kata ya dan tidak. Di antara geliat tubuh dan pertempuran pikiran. Di balik setiap tetesan peluh dan juga repetisi, yang tak tahu kapan mesti berhenti.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kalau kau berkonsentrasi untuk tetap waras terlalu keras, itu hanya akan membuatmu jadi tambah dekat pada kegilaan. Tetapi, kalau kau mencoba mempertahankan kewarasan tanpa berkonsentrasi, pikiranmu justru akan mengembara memikirkan hal-hal yang aneh dan gila, sehingga membuatmu nyaris stres. Triknya adalah mencoba menjaga keseimbangan di antara keduanya; membuat jarak dengan dirimu, berusaha netral.
”
”
Pittacus Lore (Six's Legacy (Lorien Legacies: The Lost Files, #1))
β€œ
Apa misalnya yang bisa diharapkan dari penduduk yang karena memang berpembawaan lembut dan penurut belum mengajukan keluhan setelah bertahun-tahun ditindas ketika mereka melihat kepergian residen satu demi satu karena cuti atau pensiun atau ditugaskan ke lain tempat tanpa pernah melakukan sesuatupun untuk memperbaiki penderitaan yang membebani mereka? Bukankah mereka yang merunduk akan kembali melenting? Bukankah ketidakpuasan yang sudah lama ditekan itu ditekan agar bisa disangkal akhirnya akan berubah menjadi kemarahan, keputuasaan, dan kegilaan? Tidak bisakah kau melihat jacquerie (pemberontakan petani) di ujung semuanya ini?
”
”
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
β€œ
kota-kota dan mukim diisi oleh kegilaan para manusia yang mencintai akal fikiran seperti emas paling berharga menjunjung dan menjulang hak kebebasan individu tanpa batas dan mencipta nabi-nabi baru dari dongeng-dongeng kota yang membawa sihir pencerahan palsu dari helang masalalu (Perjalanan 3)
”
”
S.M. Zakir (Perjalanan Sang Zaman)
β€œ
Alasan yang lebih mendasar yang melatarbelakangi al-Attas memilih istilah ta'dib adalah, adab berkaitan erat dengan ilmu, sebab ilmu tidak dapat diajarkan atau ditularkan kepada anak didik, kecuali jika orang tersebut memiliki adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Kemudian, konsep pendidikan Islam yang hanya terbatas pada makna tarbiah dan taklimat itu telah dimasuki pandangan hidup barat yang berlandaskan nilai-nilai dualisme, sekularisme, humanisme, dan sofisme, sehingga nilai-nilai adab menjadi kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai hikmah Ilahiah. Kekaburan makna adab tersebut mengakibatkan kezaliman, kebodohan, dan kegilaan. Kezaliman yang dimaksud di sini adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, sementara kebodohan adalah melakukan cara yang salah untuk mencapai hasil tujuan tertentu, dan kegilaan adalah perjuangan yang berdasarkan tujuan dan maksud yang salah.
”
”
Ahmad Alim
β€œ
Seorang manusia telah mati. Tetapi dunia di luar sana terus berputar seperti tidak terjadi apa-apa. Adakah yang lebih gila daripada ini? Inikah yang namanya mati sebagai martir? Kenapa kau diam saja? Lelaki bermata satu itu mati - untukmu. Kau seharusnya tahu. Kenapa keheningan ini terus berlanjut? Keheningan tengah hari. Dengung lalat-lalat - kegilaan ini, peristiwa kejam ini. Tetapi kau memalingkan muka seperti tak peduli.
”
”
Shūsaku Endō (Silence)
β€œ
Atau semua orang sesungguhnya sama mengandung gila? Tiap-tiap orang adalah gila di mata orang lain? Tiap-tiap orang menyimpan kegilaan yang hanya pada dirinya bisa didapat, yang hanya dari dirinya bisa orang lain lihat....
”
”
Henny Purnama Sari (69: Berkubang Liang (69, #1))
β€œ
Rumah baginya adalah tempat dia kembali dari seluruh kegilaan dunia. Tempat aman yang selalu meninabobokkannya saat dunia seolah memaksanya terjaga. Rumah di mana ada wanita yang dia cintai menyambut kepulangannya.
”
”
Desy Miladiana (Lose or Love Her Again)
β€œ
Cinta itu kegilaan yang di mengerti
”
”
Ayudhia Virga
β€œ
Begitu mereka melihat diri mereka, hanya berdua di rumah itu, mereka menyerah pada kegilaan dalam bercinta, seakan-akan mengejar waktu yang telah tersia-sia. Itu adalah nafsu dan gairah yang gila, menggusarkan, yang membuat tulang-tulang Fernanda gemetaran dari teror di dalam kuburannya dan mereka selalu saling menyenangkan.
”
”
Gabriel GarcΓ­a MΓ‘rquez (One Hundred Years of Solitude)
β€œ
Awal dari segala kejahatan adalah keserakahan dan awal dari kegilaan adalah ketersiksaan.
”
”
Ruwi Meita (Rumah Lebah)
β€œ
Seperti halaman pembuka buku yang berulang kali kita baca, apakah bagimu hidup sungguh-sungguh berasa hampa? Seperti langkah yang tak memiliki jejak kaki, seberapa centang-perenang dunia yang kita tinggali? Meskipun ada banyak hal yang jauh lebih penting dari tragedi Yunani. Sudah beberapa waktu orang tak lagi mengenal Dionisos. Kita tak selalu larut dalam pesta anggur kegilaan, ritual pemujaan jiwa atau tenggelam dalam percakapan filosofis antara hidup dan mati. Persahabatan kita adalah timbunan lumpur sepanjang pematang sawah, yuyu gembur yang merayap di selokan, merah hitam biji saga, permainan bola di tengah derasnya hujan atau aliran sungai keruh tempat di mana kita berenang sambil bersenang-senang. Namun setelah persimpangan jalan itu, kita tak lagi melihat dunia dari mata Hamlet atau Macbeth. Nyatanya, itu adalah suratan nasib yang menyatukan dan sekaligus memisahkan jarak di antara kita berdua. Kita telah mengarungi perjalanan waktu dalam sebuah rangkaian cerita dan sekumpulan nama-nama; Dari Agatha Cristhie hingga O. Henry, dari Shakespeare hingga Hemingway, dari Tolstoy hingga Dostoevsky, dari Kawabata hingga Murakami, dari Sartre hingga Derrida. Waktu meluber dalam kemabukan kata-kata. Engkau yang tak henti membuatku merenung, sementara aku cuma bisa memaksamu tertawa. Begitulah kita lewatkan hari-hari demi membunuh sepi. Sampai kemudian, seperti sepasang kekasih - ajal memisahkan. Kalaupun sungguh, hidup adalah sebuah tragedi. Aku tak tahu mengapa engkau mesti mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini? Kelabu asap knalpot itu berasa menyesakkan dada. Cekikan tangan kematian yang akan terus menghantui pikiranku bertahun-tahun lamanya. Kepastian takdir yang mempertemukan. Takdir pula yang menceraikan. Adakah engkau lebih mencintai maut daripada kehidupan? Adakah engkau telah menemukan kebahagiaan yang engkau cari?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Pemberontakan Omong kosong apa ini? Kita tidak berada di sini saat ini. Setidaknya, kita tidak berharap demikian. Berusaha keluar dari apa yang orang pikir tentang diri mereka sendiri. Semua kesia-siaan ini. Bumi yang kita pijak perlahan terbakar. Apakah pernyataan serupa itu yang ingin engkau tulis? Engkau teriakkan? Apakah ini akan berakhir dengan sia-sia? Pemberontakan hasrat. Tak ada kesucian atau kebenaran yang setengah jadi. Semua omong kosong itu adalah palsu. Kebencian yang di tanam orang dari ketidakpercayaan mereka sendiri. Pertentangan jiwa, pergumulan batin, atau apalah namanya. Kemana mereka akan pergi? Setelah bertahun - berabad menunggu. Apakah kita akan menemukan jalan atau selamanya bakal tersesat? Terlalu lama kita tertidur dalam ilusi kegilaan ini. Angkara murka ini. Segala hal yang tak kita yakini kebenarannya. Semua orang mencari kebenaran mereka masing-masing. Saling acuh dan tak peduli. Apakah kita merasa beruntung dengan kebodohan kita? Dengan segala kenaifan kita? Menerima semuanya tanpa sanggup melawan? Apakah kita telah dibutakan oleh realitas semu, yang tak menyentuh harkat hidup kita yang paling hakiki? Kebenaran seperti apa yang masih kita perdebatkan? Kesejatian apa yang masih kita cari? Kalian yang berasa papa, yang masih terkungkung oleh penderitaan. Bangkitlah! Hiduplah! Angkatlah bebanmu sendiri! Sekiranya engkau belum mampu meringankan beban orang lain.
”
”
Titon Rahmawan