Kecewa Hidup Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kecewa Hidup. Here they are! All 15 of them:

β€œ
Kamu seorang Muslimah. Kecewa seumur hidup bukanlah cara hidup Islam kerana Allah melarang hamba-hambaNya hidup berputus asa
”
”
Ramlee Awang Murshid
β€œ
Bacalah banyak buku tanpa mengerti artinya. Bermainlah tanpa takut sakit. Tonton televisi tanpa takut jadi bodoh. Bermanja-manjalah tanpa takut dibenci. Makanlah tanpa takut gendut. Percayalah tanpa takut kecewa. Sayangilah orang tanpa takut dikhianati. Hanya sekarang kamu bisa mendapatkan semua itu. Rugi, kalau kamu tidak memanfaatkan saat-saat ini untuk hidup tanpa rasa takut.
”
”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Di Tanah Lada)
β€œ
Hidup ini seringkali tidak adil tuan-tuan. Kau sedih, kecewa dan kau jatuh. Tapi tahukah kau ketidakadilan itu membuat kau lebih berfikir?
”
”
Adrie
β€œ
aku mau hidup; tanpa hati
”
”
Adrie
β€œ
Perjalanan kita mungkin masih jauh sekali. Tentu saja bukan perjalanan kapal ini yang kumaksud. Meski memang perjalanan ke Pelabuhan Jeddah masih berminggu-minggu. Melainkan perjalanan hidup kita. Kau masih muda. Perjalanan hidupmu boleh jadi jauh sekali, Nak. Hari demi hari, hanyalah pemberhentian kecil. Bulan demi bulan, itu pun sekedar pelabuhan sedang. Pun tahun demi tahun, mungkin itu bisa kita sebut dermaga transit besar. Tapi itu semua sifatnya adalah pemberhentian semua. Dengan segera kapal kita berangkat kembali, menuju tujuan paling hakiki. Maka jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya, hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka, jangan rusak kapal kehidupan milik kita, hingga dia tiba di pelabuhan terakhirnya.
”
”
Tere Liye (Rindu)
β€œ
Hidup selalu menawarkan kepastian dengan peluang yang sama bagi tiap manusia, 50:50. Bahagia atau sedih, puas atau kecewa, mencoba atau menyesal, gagal atau berhasil.
”
”
Lucia Priandarini (11:11)
β€œ
Aku tidak bisa memberikan apa-apa pada seseorang atau setiap orang lain. Yang dapat kuberikan hanya kepercayaan. Kepercayaan pada diriku sendiri tentu. Kepercayaan akan hidupku. Dengan mempercayai diriku sendiri kupikir aku akan mengurangi kepedihan yang akan kualami dan kuderita dari hidupku. Lagi pula jika kita mau berpikir kalau setiap orang hanya mengharapkan dari dirinya sendiri, tidak tergantung pada orang lain, tidak akan ada kekecewaan di dunia ini. Kekecewaan pada hidup maksudku. Jika setiap orang menghendaki dari dirinya sedikit saja, tidak akan ada kekecewaan. Karena kekecewaan itu datangnya dari mengharap kepada orang lain.
”
”
The Eng Gie
β€œ
Betapa banyaknya ketidakadilan di duni ini. Tidak hanya di Inodnesia tetapi di mana-mana di seluruh dunia. Di Guatemala, di Vietnam, di AS, di Rusia, di Ceko, di Afrika, dll. Seolah-olah dunia ini adalah tumpukan sampah dari nafsu dan ketamakan manusia. Kadang-kadang saya berpikir apakah tidak lebih baik meledakan dunia ini agar supaya semuanya berakhir. Tetapi di samping semua itu kita juga melihat manusia-manusia yang bergulat untuk suatu cita-cita. Sebagian mereka berhasil dan jadi orang terhormat Gandhi, Kennedy, tetapi berjuta-juta tenggelam dalam 'sampah-sampah' dan hilang ditelan waktu. Tetapi yang lebih menyedihkan adalah mereka yang menemui kekecewaan-kekecewaan dan kemudian dipenuhi oleh rasa benci pada lawan-lawannya. Bertekad menghancurkan dunia 'lawan' dan kejam terhadapnya. Semuanya. Saya kira idealis-idealis besar apakah dia communist-facist-black power dan lain-lainnya dibakar oleh suatu cita-cita yang sama. Kemuakan pada kemesum-kemesuman dunia dan cinta pada mereka yang tertindas. Berapakah di antara mereka yang tetap bertahan dalam kegagalan? Saya tak tahu masa depan saya. Sebagai orang yang berhasil? Sebagai orang yang gagal terhadap cita-cita idealisme? Lalu tenggelam dalam waktu dan usia? Sebagai orang yang kecewa dan lalu mencoba menteror dunia? Atau sebagai seorang yang gagal tetapi dengan penuh rasa bangga tetap memandang matahari yang terbit? Saya ingin mencoba mencintai semua. Dan bertahan dalam hidup ini.
”
”
Soe Hok Gie (Catatan Seorang Demonstran)
β€œ
Cinta sejati itu ngga pernah minta balasan apa-apa kecuali kesempatan untuk menjadi wadah dari keberadaan cinta itu sendiri. Seperti dengan Tuhan misalnya, yang kadang terasa begitu baik, namun kadang bisa juga terasa tidak berpihak kepada kita (*kalau β€˜jahat’ kedengaran terlalu provokatif). Tapi toh tetap kita diperintah untuk cinta kepadaNya sepenuh hati,kan. Saat baik dicintai sih wajar. Gampang bagi kita mencintai hal-hal yang β€˜terasa baik’, tapi kalau yang β€˜terasa jahat' ini, masak sih harus tetap dicintai juga. Itu sih apalagi namanya kalau bukan sedang diminta untuk mengalami β€˜cinta’ itu sendiri. Cuma disuruh mengalami yang namanya 'unconditional love', kalau 'Cinta tanpa syarat' kedengaran terlalu dangdut. Kita sedang dikasih kesempatan untuk belajar sampai pada tahap β€˜unconditional love’ itu. Buat apa? Ya buat dialami saja. Buat pernah-pernah aja gitu mas.. Lagipula, selalu merasa Tuhan itu baik, takutnya juga malah membuat kita jadi mudah berpaling ketika sewaktu-waktu Ia memberikan sesuatu yg kita anggap buruk. Kita jadi mudah kecewa, mudah marah dan mudah menyimpan dendam. Ndak bagus itu mas. Tuhan itu seharusnya dicintai bukan hanya karena kebaikan dan hal-hal baik yang Ia berikan kepada kita aja, melainkan karena campur aduk dan carut marut segala sesuatu yang telah dan akan dihadirkannya untuk kita sepanjang hidup.
”
”
Ayudhia Virga
β€œ
Perasaan-Perasaan yang Tak Kau Sadari Sudah lama engkau bersembunyi dari rasa sakitmu sendiri. Bentang langit luas yang susah-payah kau simpan ke dalam gelas. Engkau tidak sedang menyusun riwayat dari perasaan-perasaan yang tak engkau sadari. Sebuah manifestasi; perwujudan kebencian kepada matahari dan ketidakpedulian kepada dunia. Bagaimana sikap diammu bisa menjawab semua pertanyaan itu? Coba katakan padaku, berapa lama sudah engkau menutup diri dari sekelilingmu? Dari orang-orang yang selama ini peduli dan mengindahkan dirimu. Sebaliknya, engkau melihat mereka hanya melulu lewat tajam pisau curiga yang bisa sewaktu-waktu menikam punggungmu. Seperti paku yang tak menghiraukan palu yang mengetuknya ke dinding. Mereka yang datang hendak mengobati rasa sakitmu, menghalau gundahmu, atau sekadar untuk menanyakan kabar. Bukankah burung gereja itu sengaja mengetuk jendela dengan paruhnya hanya untuk mengucap salam? Dan kucing-kucing liar itu menyentuh kakimu dengan bulunya sebagai pernyataan kasih sayang. Mereka tak datang untuk mempertanyakan amarah dan rasa kecewa yang terlanjur engkau sembunyikan. Tak pernah ada halangan buat semesta untuk menerima hadirmu kembali. Semudah mereka memberikan perhatian dan menyatakan rasa cintanya kepadamu lewat hal-hal yang bersahaja; desau angin, gemercik air, hangat mentari, gersik pasir atau guyuran hujan yang kepagian. Akan tetapi, jawaban apa yang engkau beri? Apakah engkau selalu menyambut pagi dengan sepenuh hati? Dan menerima uluran tangan rembulan dengan sebuah senyuman? Mungkin saja, bagimu hidup memang tak sesederhana itu. Kau tak menganggap hari-hari yang kau jalani sebagai rangkaian pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Hidup tak menghadirkan sesuatu yang wajib kau pahami. Sudah terlalu lama engkau berhenti untuk merasa peduli. Sudah lama engkau bahkan tak memikirkan hal lain selain dirimu sendiri. Seperti dendam yang terlanjur membutakan matamu. Aku tak tahu lagi, bagaimana mesti menerangi kegelapan yang mengungkung jiwamu? Membiarkan dirimu dirundung perasaan yang tak kunjung bisa aku mengerti. Menyia-nyiakan waktu dan semua perhatian yang membuat duniamu mengabur dalam khayalan. Dunia yang tercipta dari ilusi rasa takutmu sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Sepanjang hidupnya dia berharap perempuan yang dicintainya bersedia membenturkan kepala ke tembok demi dirinya, meraung kecewa atau melompat-lompat kegirangan di apartemennya. Dia membatin bahwa Laura dan Brigitte sama-sama berada pada sisi keberanian dan kesintingan. Tanpa setitik kesintingan, hidup tidaklah berharga untuk dijalani. Biarlah Laura menuruti kata hatinya! Buat apa kita mebolak-balik tindakan kita di atas penggorengan rasio seperti kue panekuk?
”
”
Milan Kundera (Immortality)
β€œ
Orang yang hidup hanya diikat oleh mencari sesuap nasi, bukan diikat oleh keenakan mengerjakan pekerjaan, amat sukarlah mersakan bahagia, tetapi kian lama kian mundur tenaganya, dan kian kecewa hatinya.
”
”
Hamka (Tasauf Modern)
β€œ
Mati adalah nyata hidup adalah pintasan, jangan takut kehilangan jangan berhenti berharap. Manusia banyak kecewanya, jangan ambisius sama bahagia, carilah nyaman pada tempatnya.
”
”
Anjung M. Prayoga
β€œ
Kamu harus hidup dengan filosofi Jawa: sabar, ikhlas, dan narima. Tetapi hidup sabar, ikhlas, dan narima itu jangan hanya direntangkan sebagai pedoman hidup atau ilmu pengetahuan hidup saja. Harus kamu latih berulang-ulang sehingga kamu betul-betul sabar tidak bisa marah, ikhlas tidak pernah merasa kehilangan, narima tidak pernah mengeluh akibat kecewa akan nasib maupun takdirmu.
”
”
Suparto Brata (Tak Ada Nasi Lain)
β€œ
Kau akan tau bagaimana rasanya kecewa, ketika kau sadar bahwa semua yang kau lakukan itu sia-sia.
”
”
Robi Aulia Abdi