β
Cinta sejati itu ngga pernah minta balasan apa-apa kecuali kesempatan untuk menjadi wadah dari keberadaan cinta itu sendiri.
Seperti dengan Tuhan misalnya, yang kadang terasa begitu baik, namun kadang bisa juga terasa tidak berpihak kepada kita (*kalau βjahatβ kedengaran terlalu provokatif). Tapi toh tetap kita diperintah untuk cinta kepadaNya sepenuh hati,kan.
Saat baik dicintai sih wajar. Gampang bagi kita mencintai hal-hal yang βterasa baikβ, tapi kalau yang βterasa jahat' ini, masak sih harus tetap dicintai juga.
Itu sih apalagi namanya kalau bukan sedang diminta untuk mengalami βcintaβ itu sendiri. Cuma disuruh mengalami yang namanya 'unconditional love', kalau 'Cinta tanpa syarat' kedengaran terlalu dangdut.
Kita sedang dikasih kesempatan untuk belajar sampai pada tahap
βunconditional loveβ itu. Buat apa? Ya buat dialami saja. Buat pernah-pernah aja gitu mas..
Lagipula, selalu merasa Tuhan itu baik, takutnya juga malah membuat kita jadi mudah berpaling ketika sewaktu-waktu Ia memberikan sesuatu yg kita anggap buruk. Kita jadi mudah kecewa, mudah marah dan mudah menyimpan dendam. Ndak bagus itu mas.
Tuhan itu seharusnya dicintai bukan hanya karena kebaikan dan hal-hal baik yang Ia berikan kepada kita aja, melainkan karena campur aduk dan carut marut segala sesuatu yang telah dan akan dihadirkannya untuk kita sepanjang hidup.
β
β