Kebahagiaan Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kebahagiaan. Here they are! All 100 of them:

β€œ
kebahagiaan adalah kesetiaan.. setia atas indahnya merasa cukup.. setia atas indahnya berbagi.. setia atas indahnya ketulusan berbuat baik..
”
”
Tere Liye (Moga Bunda Disayang Allah)
β€œ
Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca; sebuah kebahagiaan.
”
”
Goenawan Mohamad
β€œ
Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
”
”
Salim Akhukum Fillah
β€œ
Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada sat pun tema untuk membagi kebahagiaan tersebut.
”
”
Tere Liye (Berjuta Rasanya)
β€œ
Secara mudah kebahagiaan itu ialah memiliki hati yang tenang dalam menghadapi apa jua ujian dalam kehidupan
”
”
Pahrol Mohamad Juoi
β€œ
Betapa tidak akan menguji ketabahan, jika sesuatu yang sudah seolah-olah seperti cinta masih juga tidak memberi jaminan kebahagiaan?
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Linguae)
β€œ
Kebahagiaan kita tidak terletak pada harta, tidak pada penampilan diri, tidak jugapada gemerlap perhiasan dan keindahan dunia. Ukuran kebahagiaan terkait erat pada hati dan ruh manusia yang mendamba ridha Tuhannya.
”
”
Ψ­Ψ³Ω† Ψ§Ω„Ψ¨Ω†Ψ§
β€œ
ada banyakcara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. salah satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. saat melihat gumpalan awan di angkasa. saat menyimak wajah-wajah lelah pulang kerja. saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit-langit kamar. dengan pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula. memberikan kebahagiaan utuh -yang jarang disadari- atas makna detik demi detik kehidupan.
”
”
Tere Liye (Sunset Bersama Rosie)
β€œ
Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar.
”
”
Tere Liye (Rindu)
β€œ
Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami.
”
”
Tere Liye (Hujan)
β€œ
Kebahagiaan dan rasa sedih itu terkadang tidak ada bedanya. sama-sama membuat tidak bisa tidur. Hanya saja rasa bahagia tidak membuat tubuh melakukan gerakan resah atau helaan napas panjang. Rasa gembira hanya membuat sesak.
”
”
Tere Liye
β€œ
Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidak cukup dengan membaca novel, membaca buku-buku, mendengar petuah, nasihat, atau ceramah. Para sufi dan orang-orang berbahagia di dunia harus bekerja keras, membangun benteng, menjauh dari dunia, melatih hati siang dan malam. Hidup sederhana, apa adanya, adalah jalan tercepat untuk melatih hati di tengah riuh rendah kehidupan hari ini. Percayalah, memiliki hati yang lapang dan dalam adalah konkret dan menyenangkan, ketika kita bisa berdiri dengan seluruh kebahagiaan hidup, menatap kesibukan sekitar, dan melewati kebahagiaan hidup, bersama keluarga tercinta.
”
”
Tere Liye
β€œ
Gue percaya definisi first love adalah rasa pertama, saat lo melihat jauh ke dalam mata seseorang, dan memutuskan bahwa masa depan dan kebahagiaan lo ada bersamanya.
”
”
Winna Efendi (Melbourne: Rewind)
β€œ
Kebahagiaan bukan soal harta, tetapi soal jiwa insani yang kehausan kasih dan cinta ILAHI.
”
”
Mohd Asri Zainul Abidin (Penawar Duka Pengubat Sengsara)
β€œ
Ramai orang berpandangan, Kita perlu bercinta untuk mengenal pasangan, Tanpa perkenalan, mustahil cinta bertandang, Tanpa percintaan, mustahil keserasian dikesan, Mereka sebenarnya terlepas pandang, Dalam Islam ada taaruf dalam tempoh RISIK dan bertunang, Yang melibatkan mahram bukan berdua-duaan, Taaruf itulah mendedahkan keserasian, Cuma takrif 'taaruf' dan 'serasi' dalam fikiran manusia berlainan, Islam mengajar manusia taaruf yang ada sempadan, Terpelihara dan terjaga dari kemaksiatan, Bukan taaruf melalui bercinta sakan, Islam mengajar serasi dengan ajaran Tuhan, Bukan serasi dengan kehendak pasangan, Cinta al-Rahman menjana kebahagiaan, Lantaran itulah, batasan-Nya tidak boleh dipermainkan. -Monolog Asiah Yusra-
”
”
Fatimah Syarha Mohd Noordin (Tautan Hati)
β€œ
Teman, cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yg kita miliki. Simpanlah semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yg mampu menghapusnya. Torehkan kenangan bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yg mampu melenyapkannya.
”
”
Irfan Toni Herlambang (Kekuatan Cinta)
β€œ
Mas, kan kita pernah berbahagia bersama ?" "Tentu, Ann." "Kenangkan kebahagiaan itu saja, ya Mas, jangan yang lain.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Bumi Manusia)
β€œ
Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari dirinya.
”
”
Ali bin Abi Thalib
β€œ
Karena aku tahu di ujung cinta ini tidak ada kebahagiaan, tapi aku tetap jatuh ke dalamnya.
”
”
Fenny Wong (Lapis Lazuli)
β€œ
Kebahagiaan akan terasa lebih manis, lewat sebuah perjuangan yang sepenuh hati.
”
”
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β€œ
Saat dunia berpaling darimu, maka buanglah dunia dan hempaskan agar kau tidak memerlukannya lagi. Kebahagiaan bisa dicari dari dagin-daging dan bercinta.
”
”
Bagus Dwi Hananto (Napas Mayat)
β€œ
Alangkah seringnya Mentergesai kenikmatan tanpa ikatan Membuat detik-detik di depan terasa hambar Belajar dari ahli puasa Ada dua kebahagiaan baginya Saat berbuka Dan saat Allah menyapa lembut memberikan pahala Inilah puasa panjang syahwatku Kekuatan ada pada menahan Dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh kejutan Coba saja Kalau Allah yang menghalalkan Setitis cicipan surga Kan menjadi shadaqah berpahala Buku ini dipersembahkan untuk mereka yang lagi jatuh hati atau sedang pacaran bersama doi yang dipenuhi hasrat nikah dini tapi belum bernyali yang sedang menjalani proses penuh liku dan yang ingin melanggengkan masa-masa indah pernikahannya...
”
”
Salim Akhukum Fillah (Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan)
β€œ
Siapa bilang, kebahagiaan seseorang itu terletak pada cinta? Kebahagiaan akan datang kalau kita tidak menghalang diri kita daripada mengecap kebahagiaan.
”
”
Syasyaja
β€œ
Kapan kita tahu bahwa kita pribadi yg tulus? Setiap kali kita bahagia melihat, mendengar kebahagiaan dan keberhasilan orang lain.
”
”
Helvy Tiana Rosa
β€œ
Kelak akan ada pelangi setelah hujan. Akan ada kebahagiaan setelah tangis yang panjang.
”
”
Robin Wijaya (Dongeng Patah Hati)
β€œ
Setiap hari ada senja, tapi tidak setiap senja adalah senja keemasan, dan setiap senja keemasan itu tidaklah selalu sama…. Aku selalu membayangkan ada sebuah Negeri Senja, dimana langit selalu merah keemas-emasan dan setiap orang di negeri itu lalu lalang dalam siluet. Dalam bayanganku Negeri Senja itu tak pernah mengalami malam, tak pernah mengalami pagi dan tak pernah mengalami siang. Senja adalah abadi di Negeri Senja, matahari selalu dalam keadaan merah membara dan siap terbenam tapi tak pernah terbenam, sehingga seluruh dinding gedung, tembok gang, dan kaca-kaca jendela berkilat selalu kemerah-merahan. Orang-orang bisa terus-menerus berada di pantai selama-lamanya, dan orang-orang bisa terus-menerus minum kopi sambil memandang langit semburat yang keemas-emasan. Kebahagiaan terus-menerus bertebaran di Negeri Senja seolah-olah tidak akan pernah berubah lagi….
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Jazz, Parfum, dan Insiden)
β€œ
Pagi kau bahagia, siangnya kau merasa tersiksa. Detik ini bahagia, sedetik kemudian merasa nelangsa. Tidak ada bahagia berumur selamanya. Kecuali engkau anggap segala hal adalah kebahagiaan. Senangmu juga susahmu.
”
”
Tasaro G.K. (Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta)
β€œ
Memang tak enak untuk mengingat-ingat bahwa kebahagiaan sering perlu uang yang terkadang amis dan tenaga kasar yang keringatnya berbau aneh. Kebahagiaan sering perlu sejumlah tetangga, yang tak jarang lebih miskin.
”
”
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 3)
β€œ
Aku sangat bangga karena aku bisa mendefinisikan sendiri apa itu kesuksesan dan kebahagiaan versi pribadi. Dan aku sudah membuktikan, kesuksesan bisa didapat, kebahagiaan bisa selalu dirasa, kalau kita tahu caranya bersyukur.
”
”
Gita Savitri Devi (Rentang Kisah)
β€œ
Kamu sering bertanya: Apakah kegembiraan hidup? Sebuah pesta? Sebotol bir? Sepotong musik jazz? Semangkok bakso? Sebait puisi? Sebatang rokok? Seorang istri? Ah ya, apakah kebahagiaan hidup? Selembar ijazah? Sebuah rumah? Sebuah mobil? Walkman? Ganja? Orgasme? Pacar? Kamu selalu bertanya bagaimana caranya menikmati hidup.
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Matinya Seorang Penari Telanjang)
β€œ
Demikian pula halnya, hanya ketidakbahagiaan yang memiliki makna. Itulah sebabnya mengapa kita merasa terpaksa membicarakannya dan punya banyak kata untuk melukiskannya. Kebahagiaan tidak membutuhkan kata-kata.
”
”
Eric Weiner (The Geography of Bliss: One Grump's Search for the Happiest Places in the World)
β€œ
Apakah kebahagiaan? Di manakah dapat aku temukan kebahagiaan? dan sejauh pencarianku atas makna kebahagiaan itu, aku hanya dapat merumuskannya dalam tiga laku manusia: Ingat, Ikhtiar, Ikhlas.
”
”
Titon Rahmawan (Turquoise)
β€œ
Apalagi yang bisa ditambahkan pada kebahagiaan seseorang yang sehat, tidak berhutang dan hati nuraninya bersih?
”
”
Adam Smith
β€œ
Bukan untuk siapa–siapa kupikir. Mungkin aku melakukannya untuk diriku sendiri pada akhirnya. Karena aku menikmatinya, menikmati melayani dan melihat senyum kebahagiaan orang – orang di sekitarku.
”
”
Dian Nafi (Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku)
β€œ
Barangkali karena sebagian kebahagiaan tak bisa diulang, kita menjadi pecinta rekaman, pengagum kenangan. Barangkali karena kita tak punya kuasa memaku waktu, kita mengenang keindahan yang kita jumpai dalam gambar-gambar, dalam kata-kata - rentetan aksara yang bisa kapan saja kita baca. Maka jangan salahkan siapa-siapa bila diam-diam aku menyimpan gambarmu. Jangan salahkan siapa-siapa bila terlalu banyak sirat namamu dalam puisi-puisiku.
”
”
Azhar Nurun Ala (Tuhan Maha Romantis)
β€œ
Dia adalah segalanya bagiku. Apa pun yang datang darinya adalah satu satunya sumber kebahagiaanku. Tak ada yang dapat merenggutnya dariku. Bahkan maut sekalipun tak akan mampu memisahkan jiwa kami. - Harsimran Tapasvi, Tawanan Kepedihan
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ajarkan aku menjadi naif. Senaif dirimu yang masih bisa tertawa. Senaif kebahagiaan kita berdua. Karena setiap detik dikala kenyataan mulai bersinggungan. Aku rasakan sakit yang nyaris tak tertahankan. Atau ajarkan aku menjadi penipu, apabila ternyata kau merasakan sakit di dalam tawamu.
”
”
Dee Lestari
β€œ
Menjauh untuk menjaga." Sampai pada baris tulisanku yang kesekian ini, aku masih belum bisa menerima konsep itu. Seperti konsep β€˜rela menunggu untuk kebahagiaan’. Lagi-lagi, entahlah. Barangkali karena aku terlalu merindukanmu, hingga bahkan aku tak rela menunggu, terlebih lagi membuatmu menunggu.
”
”
Azhar Nurun Ala (Ja(t)uh)
β€œ
Cinta semestinya membawa kebahagiaan dan melengkapi ruang-ruang jiwa yang kosong, atau mengisinya dengan membiarkan penghuni lamanya pergi, dan bukannya berdesak-desakan dan berebut tempat di dalamnya.
”
”
Dian Nafi (Mayasmara (Mayasmara, #1))
β€œ
kini dia berusaha menerjemahkan cinta ke arah yang berbeda. Cinta yang mendahulukan kebahagiaan orang yang dikasihi, bukan cinta yang semata ingin memiliki. Sekalipun untuk itu, dia harus membayarnya dengan kesepian dan rasa kehilangan sepanjang hidupnya.
”
”
Dian Nafi (Luv: Untuk Cinta Yang Selalu Menunggu)
β€œ
Oto-san pernah bilang, kesedihan ada untuk dilepaskan, bukan untuk disimpan. Untuk setiap kesedihan, akan ada kebahagiaan baru yang dapat menggantikannya.
”
”
Winna Efendi (Tomodachi (SCHOOL, #2))
β€œ
.. bahwa saat kau memikirkan kebahagiaan orang lain, kau juga berbuat baik untuk dirimu sendiri.
”
”
Prisca Primasari (Evergreen)
β€œ
Mencintai seseorang memang akan membuatmu merasakan rasa sakit dua kali lipat namun juga akan membuatmu merasakan kebahagiaan dua kali lipat daripada (ketika) dirimu....sendirian.
”
”
Adam Aksara (Blessed Heart)
β€œ
Sesuatu untuk dikerjakan, seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk diharapkan. Itulah kebahagiaan.
”
”
Immanuel Kant
β€œ
Sehingga aku kadang melupakan kebahagiaanku sendiri. Sama seperti berbelas tahun lalu saat aku mengorbankan diriku sendiri demi membuat bapak ibu kandungku senang dan ridlo.
”
”
Dian Nafi (Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku)
β€œ
kebahagiaan adalah sesuatu yang berlipat ganda ketika dibagi
”
”
Paulo Coelho
β€œ
Kebahagiaan yang tidak ada habis-habisnya akan membosankan. Itulah sebabnya kita mengalami pasang surut dalam hidup ini.
”
”
Molière
β€œ
Syukurilah semua pemberian-Nya. Baik kesedihan maupun kebahagiaan, semua itu adalah pembaik bagi kehidupan kita.
”
”
Irin Sintriana
β€œ
Kamu tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain dengan sesuatu yang bahkan sangat membahagiakanmu
”
”
Asma Nadia (Love Sparks In Korea (Jilbab Traveler))
β€œ
Kebanggaan terbesar bagi ibunya adalah kebanggaan terhadap keberhasilannya sendiri sebagai seorang ibu. Begitupun sebaliknya, kebanggaan terbesarnya adalah menyaksikan kebahagiaan ibu.
”
”
Djenar Maesa Ayu (Mereka Bilang, Saya Monyet!)
β€œ
GlΓΌcklich ist einer, der sich bei Sonnenuntergang ΓΌber dia aufgehenden Sterne freut. (Kebahagiaan adalah suatu perasaan, seperti kegembiraan menyambut hadirnya bintang-bintang manakala matahari terbenam) Terjemahan bebas: Disebut kebahagiaan bila kita masih dapat mensyukuri hal-hal kecil disaat segala kegemerlapan telah berlalu
”
”
Adalbert Ludwig Balling
β€œ
Aku seorang pekerja sejati, Aku makan dari hasil kerjaku, Membeli pakaian dengan uang sendiri, Aku tidak membenci orang lain, Tidak iri pada kebahagiaan orang lain, dan senang menyaksikan kesejahteraan orang lain.
”
”
William Shakespeare
β€œ
Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak,kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang,pangkat, jabatan, semua itu hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh berkepanjangan." " Berbeda halnya jika kau punya mata air sendiri di dalam hati. Mata air dalam hati itu konkret, Dam. Amat terlihat. Mata air itu menjadi sumber kebahagiaan tak terkira. Bahkan ketika musuh kau mendapatkan kesenangan, keberuntungan, kau bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut berbahagia, karena hati kau lapang dan dalam. Sementara orang-orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapatkan nasib baik, dia dengan segera iri hati dan gelisah.Padahal apa susahnya ikut senang.
”
”
Tere-Liye
β€œ
Kebahagiaan itu harus diperjuangkan, bukan dengan cara mengemis minta belas kasihan, rendah diri, dan pasrah nasib! Begitu nasihat Mamanya.
”
”
Gola Gong (Balada Si Roy 1: Joe)
β€œ
Kupikir orang tidak akan bisa membuat komitmen sebelum benar-benar jatuh cinta. Sekarang aku tahu, kita tidak akan bisa mencintai dengan tulus sebelum membuat komitmen.” β€œInilah kesempatan terakhirku dalam cinta, bukan karena aku sudah terlalu tua untuk menjalin cinta dengan orang lain, tetapi karena sudah waktunya berhenti. Berhenti berlari, mengejar sasaran bergerak yang kusebut kebahagiaan itu, dan merasa berbahagia dengan apa yang sudah kumiliki.
”
”
Kate Kerrigan
β€œ
Seperti kendi berisi air yang bisa menghilangkan dahaga semua orang yang lewat. Menurutku, tidak ada kebahagiaan serupa itu. Kebahagiaan karena dibutuhkan, kebahagiaan karena dicintai, karena rasa syukur, karena tidak ada yang lebih berharga selain daripada sebuah pemberian yang tulus. Sebuah pemberian yang tidak mungkin ditolak.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Tapi kadang dia bisa juga lembut, "Kalau kamu memberi sesuatu yang tidak ternilai. Percayalah, kembalinya kepadamu juga bakal tidak ternilai. Ketika kamu memberi dan kamu tidak memikirkannya. Kamu melakukannya begitu saja sebagai dorongan niat yang tulus. Bukankah itu juga memberimu kebahagiaan? Sesederhana itu. Apa yang kamu beri, bakal kamu terima kembali. Saat kamu terpanggil, kamu memberi prioritas. Kamu tahu, apa artinya itu buat kami, Honey.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Lo tahu nggak kenapa tempat ini gue bilang tempat kebahagiaan semu?" Gue menggeleng "Karena menurut gue orang-orang yang sedang menaiki berbagai wahana ini sebenarnya sedang setengah mati ketakutan." Dia memeluk kakinya. "Mereka sebenarnya sedang setengah mati ketakutan dan berusaha menutupinya dengan ketawa.
”
”
Nilam Suri (Camar Biru: Cinta Tak Selalu Tepat Waktu)
β€œ
Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang tertindas oleh hukum yang lalim, dengan faham yang keliru tentang benar dan salah, tentang baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah derita dan berjuanglah tetapi bekerjalah untuk sesuatu yang kekal.
”
”
Sulastin Sutrisno (Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya)
β€œ
Dia mampu berikan segalanya pada you, dari semanis-manis kebahagiaan sampailah sepahit-pahit kehidupan.
”
”
Aisya Sofea (Sehangat Asmara)
β€œ
Hidup tidak cukup panjang jika kebahagiaan ditutup dengan kekikiran. Dunia tidak cukup lebar jika ia dibatasi dinding ketamakan
”
”
Ach. Nurcholis Majid (Ta'jil)
β€œ
Andai inginkan kebahagiaan setahun, semailah benih; andai inginkan kebahagiaan sepuluh tahun, tanamlah pokok dan andai inginkan kebahagiaan seratus tahun, didiklah manusia.
”
”
Pepatah Lama Cina
β€œ
Mungkin kebahagiaan adalah ini: tidak merasa Anda harus berada di suatu tempat lain, melakukan sesuatu yang lain, menjadi orang lain.
”
”
Eric Weiner (The Geography of Bliss: One Grump's Search for the Happiest Places in the World)
β€œ
Yang terbaik adalah menjadi setengah bijak, tidak terlalu bodoh dan terlalu pandai. Orang pandai yang pengetahuannya dalam jarang merasakan kebahagiaan di hatinya.
”
”
Jesse L. Byock (The Prose Edda: Norse Mythology (Penguin Classics))
β€œ
Kebahagiaan, kata sang kakak, tak mengorbankan orang lain.
”
”
Dian Iriana (Pearl: Kau Takkan Tersentuh Kutukan)
β€œ
Benar. Kita tak pernah lagi menjumpai kebahagiaan yang setara dengan kebahagiaan masa kanak-kanak kita." Pablo mengangguk sedih.
”
”
John Steinbeck (Tortilla Flat)
β€œ
Tuhan mengkreasikan setiap peristiwa lewat skenario yang rumit namun menakjubkan. Dia telah menyiapkan rumah kebahagiaan ditengah-tengah halaman kesabaran.
”
”
firman nofeki
β€œ
Yang perlu kau lakukan adalah percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kebahagiaan tak pernah terlalu jauh dari jangkauan, Tomo. Kalau kau percaya, ia akan datang dengan sendirinya.
”
”
Winna Efendi (Tomodachi (SCHOOL, #2))
β€œ
Kadang ada fase hidup di mana kita tidak bisa mendapatkan kebahagiaan. Pilihan yang tersisa hanyalah rasa sakit. Maka manusia belajar memilih mana yang tidak lebih sakit daripada lainnya.
”
”
Devania Annesya (Queen: Ingin Sekali Aku Berkata Tidak)
β€œ
Tuhanku Yang Maha Penyayang, ...Aku selalu merasa kurang, tak pandai, paling tak beruntung, dan terkadang batinku bertanya mengapa Engkau tak adil kepadaku. Aku sadar bahwa menyalahkan-Mu itu salah, dan karenanya Tuhanku maafkanlah aku. Tuhan, rahmatilah aku dengan kemandirian yang cukup untuk diriku sendiri, dan agar yang kulebihkan adalah untuk kebahagiaan sesama. Aamiin
”
”
Mario Teguh
β€œ
Orang kerap kali tak bernalar, tak logis, dan egois. Biar begitu maafkanlah mereka. Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif yang egois. Biar begitu, tetaplah bersikap baik. Bila engkau mendapat sukses, engkau mungkin bakal pula mendapat teman-teman palsu dan musuh. Biar begitu, tetaplah meraih sukses. Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu. Biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang. Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam. Biar begitu, tetaplah membangun. Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri. Biar begitu, tetaplah berbahagia. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini sering bakal dilupakan orang keesokan harinya. Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan. Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup. Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.
”
”
Mother Teresa
β€œ
Bukan dunia di luar dirimu yang bisa membuat hidupmu bahagia, melainkan penerimaan dan sikapmu pada dirimu sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan dirimu menanggung penderitaan dan kesusahan. Dan demikian pula, tidak ada orang lain yang bertanggung jawab atas kebahagianmu selain dari dirimu sendiri. Sebab surga atau neraka itu hadir bukan sekedar sebagai sebuah ganjaran, melainkan sebagai konsekuensi dari pilihan hidup kita sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Manusia selalu ingin hidup mereka tanpa masalah. Itu wajar saja. Tapi tanpa masalah, kita nggak akan tau seberapa kuatnya kita. Kalo nggak pernah merasakan kesedihan, kita nggak akan mensyukuri kebahagiaan. Dan terkadang, kondisi yang kita anggap buruk banget, sebenarnya nggak sejelek yang kita sangka.
”
”
Lexie Xu
β€œ
Ada banyak orang yang tidak mendapat kebahagiaan setiap kali mereka pulang ke rumah. Itu bukanlah suatu hal yang aneh, karena mereka tidak menjadikan rumah sebagai pusat atau sumber kebahagiaan. (Logika sederhananya) tidaklah mungkin kita mengharap sesuatu dari apa yang tidak kita anggap sebagai sebuah prioritas.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Dunia takkan pernah peduli dengan capaian akademis seseorang. Kehidupan hanya akan mencatat sejarah tentang mereka yang mengasah diri, meletakkan kebahagiaan orang lain sebagai tujuan hidup, serta melakukan sesuatu bagi masyarakat banyak.
”
”
Yusran Darmawan (Kopi Sumatera di Amerika)
β€œ
Kau punya segalanya dalam dirimu. Kau punya hal paling mulia: perasaan bahagia. Tak usah berharap pada seorang laki-laki untuk membuat hidupmu bahagia. Karena itu, banyak wanita melakukan kesalahan. Temukanlah kebahagiaan dalam dirimu sendiri.
”
”
Albert Camus (Mati Bahagia)
β€œ
Cinta itu tempat di mana kalian bisa leluasa mencari dan menemukan harkat diri kalian sendiri. Lebih dari siapa pun, Ia selalu ada saat kamu membutuhkan. Ia menopang dan mendukungmu, namun tidak mengintimidasi dan membebanimu. Ia tidak menilai segala sesuatu dari dirinya sendiri. Namun ia selalu mendahulukan kepentinganmu, harapanmu, kebutuhanmu. Ia mengarahkanmu meraih nilai nilai luhur yang kamu perjuangkan. Ia siap berkorban demi memberimu keberhasilan dan kebahagiaan. Dan pada saatnya nanti, kalian bisa berbagi suka dan duka, tangis dan tawa, kesedihan dan keceriaan. Karena ia telah menjadi bagian dari dirimu sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Jika ARMY dan pendengar musik BTS mengubah pandangannya, menyembuhkan luka hatinya, menjadikannya lebih bahagia meski itu hanya 0,001% saja, itu membuat keberadaan BTS lebih berarti.
”
”
Lea Yunkicha (BTS X ARMY In the Love Maze)
β€œ
Aku tahu, tidak ada seorang pun yang akan merendahkanku. Tidak ada seorang pun yang melihatku tidak berharga. Seperti yang Scott ucapkan. Justru, karena aku berani menentukan pilihan, dan aku berani menyatakan sikap. Apa yang aku rasakan itulah yang terpenting. Aku tidak menggantungkan hidupku pada apa yang orang lain pikirkan. Siapa yang bisa merenggutkan kegembiraan itu dari diriku? Mereka hanya mungkin mengirikan kebahagiaanku dan cemburu pada keberuntunganku karena aku lebih dicintai. Walaupun menurut mereka aku tidak sepadan karena aku tidak berharta, tidak berpangkat dan tidak memiliki sesuatu yang pantas untuk aku banggakan. Mereka tahu, bukan semua itu yang membuatku lebih baik dan lebih berharga. Mengapa Tuhan membuat hidupku lebih bermakna, sebab aku tidak mengukur kebahagiaan dari apa yang aku miliki saat ini. Melainkan dari apa yang bisa aku berikan untuk orang lain. Dan tidak ada pemberian yang lebih berarti selain daripada cinta, perhatian dan kasih sayang itu sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Rahasia cinta itu sebenarnya sederhana," ucap papa padaku, "Berusahalah menjadi orang yang tepat bagi orang yang kamu cintai. Ketika kamu berusaha untuk menjadi orang yang tepat, maka kamu tak lagi memikirkan dirimu sendiri. Kamu curahkan energimu sepenuhnya untuk membuat orang yang kamu cintai itu merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Dan ketika seseorang merasa bahagia, maka tanpa ia sadari ia akan terikat kepadamu. Sebab di mana ada kebahagiaan di situlah cinta bertumbuh. Di mana ada cinta di situlah kebahagiaan bersemi. Di dalam keajaiban cinta itulah kebahagiaan besemayam. Dengan memberi, maka kamu akan menerima. Semakin banyak kamu memberi, sebanyak itu pulalah kamu akan menerima. Jadi, jangan beri ia alasan untuk menyakitimu, untuk menolakmu atau bahkan meninggalkanmu. Namun sebaliknya, beri dia alasan mengapa ia harus mencintaimu setiap hari, setiap saat. Sebab cinta itu mesti diperbaharui dari waktu ke waktu. Agar dengan demikian, posisimu di dalam hatinya tidak akan pernah tergantikan
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Aku adalah airmata yang terlahir dari rahim ibuku. Aku bukanlah kebahagiaan yang terucap dari kehendak Tuhan. Kehendak yang tidak pernah aku ketahui atau sadari keberadaannya. Aku tak pernah menjelma menjadi sungai, danau atau bahkan laut. Aku bukanlah bianglala yang terlukis dari tangan keindahan. Bukan pula keajaiban matahari yang terbit di pagi hari. Aku adalah burung bulbul yang mati mengenaskan di atas pohon kesedihan. Aku adalah cacing yang dipatuk ayam dipekarangan. Aku adalah luka yang tergores di kulit pohon di halaman kelas lima. Aku adalah kesendirian yang duduk di aula sekolah di sore hari. Bola basket yang memantul ke lantai dan tidak pernah masuk ke dalam keranjang. Sapu ijuk yang tiba tiba beruban karena usia. Aku adalah serangkaian kata tanya yang tak pernah menemukan jawaban. Aku adalah laki laki yang terpenjara oleh ilusi dan pikiran pikiran liarnya sendiri. Aku adalah 0, angka yang terasingkan dari seluruh bilangan cacah. Ia adalah id yang menolak rasa sakit dan menjadikan dirinya kuda binal yang ditunggangi oleh nafsunya sendiri. Ia tak bisa memikirkan hal lain selain rasa lapar yang terpancar dari puting ibunya. Akan tetapi, ia juga adalah seorang serdadu yang kalah perang dan tak tahu arah jalan pulang. Ia adalah aku, air mata yang terlahir dari rahim ibuku.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ibu tak pernah menangis seperti itu. Sepanjang yang aku ingat. Tangisnya serupa guci keramik di rumah Yangkung yang tak sengaja aku pecahkan. Jatuh dan lalu hancur berkeping keping. Ia tak pernah kembali utuh seperti semula. Kita tak bisa hidup dengan kenangan kenangan buruk seperti itu. Sejak kapan perasaan ibu lebih penting dari perasaanku sendiri? Tapi aku tahu, aku semestinya menggugat mengapa pikiran serupa itu berkelebat di dalam benakku? Ibu bukanlah simbol yang harus diterjemahkan dengan kata kata. Ia adalah representasi dari hidup dan sekaligus kehidupan. Semestinya ia adalah perwujudan dari hidup itu sendiri. Betapa pun, aku tak bisa memikirkan makna kehidupan tanpa mengindahkan kehadiran ibu dalam hidupku. Tapi mengapa ibu tak selalu mewakili apa yang aku pikirkan? Ia tak selalu cantik, lembut dan penuh kasih sayang. Matanya terlihat sayu, sembab dan menanggung terlalu banyak kepedihan. Terlalu banyak mutiara yang tertumpah dari matanya. Seperti doa doa yang tak putus ia panjatkan. Apakah hanya dengan kesedihan kita bisa memaknai arti kebahagiaan yang sesungguhnya? Apakah orang mesti jatuh agar ia bisa tegak berdiri? Dan ibu mungkin teladan yang tak selalu bisa kita mengerti. Sebab dia membesarkan kita anak anaknya, lebih banyak justru dengan penderitaan penderitaannya sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Mengapa setelah semua pengorbananku, aku harus menerima pengkhianatan ini?
”
”
Dian Nafi (Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku)
β€œ
Aku tidak menghindari apa pun. Aku mencoba, aku mencari dan aku berusaha. Kadang menemukan, kadang tidak. Kadang berhasil, namun lebih sering gagal. Ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Tapi aku tidak berhenti. Kalau pun harus berhenti, hanya untuk memastikan bahwa aku akan tetap baik baik saja. Aku menikmatinya. Perjalanan ini, betapa pun berat selalu ada sisi yang menyenangkan. Apa pun yang sudah aku lalui, tak akan membuatku surut. Yang aku tahu pasti, aku merasa bahagia.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kesedihan telah memaksaku berdiri di ambang kehancuran. Seperti jurang menganga yang setiap hari menelan kemarahanku. Namun aku tidak sedang mengetuk pintu rumah orang hanya untuk meminta belas kasihan. Seperti ibu, aku telah jadi sebatang pohon yang keras kepala. Aku merasa memiliki batang yang kuat dan akar yang kokoh. Walau terkadang, aku masih tergiur untuk menjadi sesuatu yang lain; seperti menara gereja, atau mungkin gapura di pinggir jalan. Ini bukan analogi dari apa yang orang lihat. Karena, tak semua orang bisa memahami kesendirian dan kesedihan orang lain. Walau mungkin orang bisa saja merasakan kehadiran Tuhan saat mereka melihat menara gereja. Dalam sebuah gapura aku melihat gerbang menuju pintu rumah ibu. Ia adalah kerinduan yang tak henti hentinya mengalir. Seperti tetesan hujan yang menitik dari atap yang bocor. Tidak ada satu hal pun yang berubah, kecuali barangkali diriku sendiri. Demikianlah, aku masih berkutat dengan keresahanku sendiri. Memimpikan laki laki perkasa itu terbang ke bulan, menunggangi seekor kuda yang tak lain adalah egonya sendiri. Aku tahu, kesedihan hanya akan memaksaku menjadi orang yang akan aku sesali. Hidup tidak selalu menawarkan kemewahan atau kebahagiaan. Aku hanya ditakdirkan untuk memilih. Dan semoga Tuhan hadir dalam diriku, walau cuma serupa sebatang lilin, dengan kerdip cahaya yang lemah.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Satu pendurhaka dapat hancurkan seluruh kebahagiaan tiap orang, seluruh bangsa. Benar! Tapi keselamatan tiap orang, seluruh bangsa, cuma dapat dilaksanakan oleh semua orang. Pelaksanaan ini mungkin kalau ada persatuan, kerukunan, persaudaraan. Hati-hati, hati-hatilah, satu orang bisa hancurkan kita semua. Tapi kesejahteraan kita harus diciptakan oleh semua, kita bersama-sama. Ya, itu gotong royong kan?
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Sekali Peristiwa di Banten Selatan)
β€œ
Ini situasi psikologis yang mungkin tidak disadari oleh kebanyakan orang. Pada saat seseorang menginginkan atau mengharapkan sesuatu, ia hanya berpikir untuk dirinya sendiri. Namun ketika keinginan itu tidak tercapai, maka dengan mudah ia akan jatuh ke dalam kekecewaan. Tapi seandainya ia berpikir dengan perspektif yang berbeda, coba bayangkan hal apa yang bisa kita lakukan atau berikan untuk membuat orang lain gembira, merasa lebih baik dan kita melakukan semua itu dengan ikhlas, maka tidak ada kekecewaan yang akan datang menghampiri. Tidak ada sedikit pun keraguan tentang hal itu, karena siapa orang yang hendak menolak sebuah pemberian yang tulus? Ketika kita meletakkan segala pengharapan pada diri sendiri, pada pikiran yang cenderung egois, maka bersiaplah untuk menghadapi penolakan yang akan melahirkan kekecewaan. Namun bila kita melakukannya untuk orang lain. Dengan spirit memberi, maka berkah kebahagiaan akan mengganjar keikhlasan hatimu dengan berkali lipat.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ada luka sumbing serupa gempil bibir poci di hati semua orang. Cacat yang berusaha keras mereka sembunyikan dari dunia. Tapi tak semestinya kita mengenakan topeng hanya demi menutup secebis luka. Tak semua hal mesti kita cerna dengan tatapan mata curiga serupa itu. Maka dari itu, coba dengarkan apa kata Bundamu ini, Nak. Manusia tak perlu harus jadi sempurna agar ia dihargai. Sebagaimana keindahan bisa muncul dari hal kecil dan sederhana. Termasuk apa yang tampak pada selembar kain batik yang lusuh atau cangkir teh yang somplak ujungnya. Kita bisa belajar dari kintsugi, menjadi bijak tanpa harus bergegas menjadi tua; bagaimana menorehkan pernis emas pada sebuah cawan tembikar yang terlanjur retak. Betapa sesungguhnya, sebuah guci porselen yang jatuh, pecah dan bahkan rusak tak berarti kehilangan semua nilai yang dimilikinya. Ketidaksempurnaan tidak akan mengecilkan arti dirimu. Sebab hanya ketangguhanmu melewati bukit penderitaanlah yang akan membuatmu menemukan cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya. Bagaimana kamu bisa belajar menghargai kekurangan pada diri sendiri. Bagaimana kamu bisa menerima kesalahan dan bahkan kegagalan. Sebagaimana alam memaknai wabi sabi, ketidak sempurnaan bukan sesuatu yang harus ditolak atau disangkal. Ia mesti disambut sebagai air telaga yang jernih, kesegaran embun di pagi hari, atau aroma petrichor di musim penghujan. Setiap kali engkau jatuh dan menjadi rapuh, engkau bisa merangkaikan kembali serpihan serpihan hatimu. Tak akan pernah kehilangan tujuan yang engkau perjuangkan. Sebab setiap bekas luka seperti juga keringat dan airmata, adalah permata yang lahir dari segenap jerih payahmu. Ia terlalu berharga untuk kamu sia siakan. Manik manik gemerlap yang dapat engkau rangkai menjadi perhiasan unik nan cantik yang akan selamanya jadi milikmu. Jangan pernah takut terantuk batu. Jangan sekalinya jeri dicerca burung. Jangan merasa ngeri terempas badai. Sebab saat nanti engkau sampai ke puncak, kau akan bisa melihat dunia sebagai miniatur lanskap yang permai dan elok untuk dikenang. Karena demikianlah semestinya hidup, ia adalah keindahan yang tercipta dari kekurangan dan ketidaksempurnaan diri kita.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Teruntuk kamu "teman"ku Awalnya… Aku yang tak pernah berencana mengenalmu Namun… Aku tak pernah menyesal mendengar kisahmu bersama yang bukan aku Bahkan menatap kesedihan dan kebahagiaan lewat matamu Adalah hal yang kini tengah kurindu Aku berbohong jika hatiku berkata β€œAku telah tau konsekuensi terlalu dalam memasuki hidupmu, jadi aku tidak akan jatuh” Karena nyatanya berada didekatmu sama halnya dengan menggali sebuah lobang Dan menatapmu adalah caraku menjatuhkan diri dari lobang yang telah kugali Kuakui, aku yang terlalu bertingkah seakan aku kuat akan segalanya Sehingga ada hal yang membuatku sadar kuatku hanya bualan kata Jatuhku… Dan Pergimu…
”
”
ninanind
β€œ
Jangan beri aku apapun Meski itu perhatianmu Meski itu kasih sayangmu Meski itu air matamu Jangan beri aku kesedihanmu Jangan beri aku amarahmu Jangan beri aku dahagamu Jangan kau beri aku apapun Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda." Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu? Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih? Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu? Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu. Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit. Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja. Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu. Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Apa yang kau lihat di layar yang berpendar ini, Kay? Serupa senja yang tumbuh dari sebatang pohon di sebuah tempat yang kau bayangkan seperti surga. Cahaya lampu itu menyapu wajahmu dengan warna lembayung dan berkilau seperti sayap kupukupu. Tapi tak ada apapun yang kutemukan pada seri wajahmu selain nafsu yang tertahan dan seulas senyum kemesuman. Persis di puncak penantian dari segala perhatian yang tertuju pada dirimu. Mata yang tak pernah menyadari, bahwa mereka tengah tersesat dalam raga belia yang entah milik siapa. Pada aura kemudaan yang berasa sia sia. Benarkah, telah kau reguk semua kebahagiaan dari wajah wajah tolol yang ditunggangi oleh nafsu alter egonya? Atau barangkali, telah habis kau hirup wangi dari kelopak mawar hitam yang tumbuh di ranjangmu setiap pagi? Sudah lama sekali rasanya waktu berlalu. Seperti ketika kau masih suka nongkrong di cafe sambil meneguk cappucino dari cangkir yang perlahan mulai retak. Sementara laju usia terus mengalir dari tenggorakanmu yang bening bagai pualam. Waktu meninggalkan jejak buta di dalam hand phonemu. Menyisakan tatap mata orang orang yang tak lagi mampu memahami atau menafsirkan apa yang tengah engkau lakukan. Bukankah, mereka tak lagi melihatmu sebagaimana adanya dirimu saat ini atau sepuluh tahun dari sekarang. Tak satu pun dari mereka yang percaya, bahwa saat itu usiamu masih belum lewat dua puluh tahun. Mereka hanya mendamba merah muda anggur kirmizi yang tumbuh di dadamu. Tetapi tak ada satu pun telinga yang sanggup melawan sihir dari gelak tawamu yang terdengar getir. Mata mata bodoh yang tak sanggup melupakan bayangan pisang yang dengan brutal kau kunyah sebagai kudapan di tengah jeda pertunjukan. Benarlah, hidup tak seperti kecipak ikan di dalam aquarium transparan yang tertanam di dinding. Atau air kolam di pekarangan yang seakan menjelma jadi bayangan jemari yang tak henti menggapai gapai. Menjadi gelembung gelembung kekhawatiran yang seakan tak sanggup memahami makna puisi yang sengaja ditulis untuk mengabadikan namamu. Ketauilah Kay, taman yang kau bayangkan itu bukanlah surga yang sesungguhnya. Di sana tak ada sungai keabadian atau pangeran tampan yang sengaja menunggu kehadiranmu. Yang ada cuma kelebat kilat dan hujan airmata hitam. Mengucur seperti lendir laknat yang mengalir dari hidungmu saat kau meradang karena influensa. Di sana tak ada satu hal pun yang menyenangkan, Kay. Hanya sedikit saja tersisa hal hal yang busuk dan menjijikkan, sebagai satu satunya bahan obrolan untuk perintang waktu.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Seperti dinding kamar yang retak dan mulai berlumut, pagar besi yang merapuh oleh noda karat dan daun daun mangga yang luruh di pekarangan rumah, demikianlah kita membaca kehidupan. Begitu banyak kata yang seringkali susah untuk ditafsir seperti "nasib", "kebahagiaan" dan "kesempurnaan". Entah mengapa, Bunda masih berasa gamang saat berjalan di atas tangga batu yang menuju ke ruang tamu di rumah barumu. Serasa mendengar dering suara alarm yang bergelayut di dalam mimpi. Menyibak kabut dan pagi juga. Bukankah kadang kadang kita merasa larut dalam kesunyian, meski riuh jalan raya bersicepat melawan waktu? Meninggalkan jejak langkah dalam segala ketergesaannya. Memaksa kita memungut semua peristiwa yang berhamburan di atas trotoar. Memaksa semua orang menitikkan air mata. Mengapa dalam momen momen serupa itu, kebersamaan dengan orang yang kita cintai justru berasa semakin berarti? Mengapa justru di tengah keramaian, kita bisa merasa begitu kesepian? Begitulah, jarum jam berputar di sepanjang perjalanan berusaha keras mengabadikan semua peristiwa. Mentautkan satu angle dengan angle yang lain, memotret semua kejadian dari mata seekor jengkerik. Menatap tak berkedip gedung gedung megah yang angkuh berdiri, serupa monster monster yang siap merengkuh apa saja; Lautan manusia berjejal keluar dari bandara, kerumunan lalat di atas tumpukan sampah di pasar, kelejat pikiran yang berlari lari mengejar matahari, kebimbangan yang tergugu di pojok terminal, harapan yang terkantuk kantuk di dalam bus kota dan seringai kerinduan akan masa depan yang belum pernah mereka lihat. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka kejar, Nak? Sementara ada ribuan etalase dan pintu pintu mall yang terbuka dan tertutup setiap kali. Serupa mulut lapar menganga yang rakus mengunyah dan menelan semua kecemasan dan kegalauan yang bersliweran di balik pendar neon papan reklame. Bagaimanakah mereka -orang orang tanpa identitas ini- bisa menafsirkan takdir, relativitas waktu, dan mungkin juga mimpi?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Saat sawah sudah panen dan longsongan padi ditinggalkan begitu saja hingga menggunung, kita semua akan segera menyambutnya dengan gembira. Mencari kadal rumput di belukar sisa panen itu. Atau sekadar mengamatinya sebagai gunung ajaib yang mesti kita lindungi beberapa saat sebagai bagian dari kegembiraan. Sungguh riang tak kenal waktu. Aku, Dodo, Danil, Rudy dan engkauβ€” bersama-sama membuka cahaya kebahagiaan dari senja sore. Bukan tidak ada yang berarti di sana. Di senja itu, makna bisa kita temukan. Waktu yang dipanggil cuit burung di atas langit, menandakan petang datang. Permainan mesti usai sejenak dan disambung selepas magrib. Kawan-kawan meggamit setang sepeda masingmasing; menuntunnya keluar pematang dan pelan mengayun pedal. Langit oranye di belakang mereka memancarkan kehangatan sore.
”
”
Bagus Dwi Hananto (Lintasan Waktu)
β€œ
Adalah garis panjang di mana kita terbiasa menghitung hari. Bagaimana sebatang buluh bertambah panjang dari waktu ke waktu dan ia jadi semakin bertambah tinggi. Saat hari berganti, umurnya kian bertambah. Tanpa ia sadari ia pun semakin menua. Demikianlah, kita menemukan betapa berharganya hidup sebagai sebuah paradoks. Ia seperti sebatang lilin yang kita nyalakan di atas sepiring kue, kian memendek sebelum akhirnya padam. Sebab hidup bukan cuma sebatas cerita sukacita atau kisah roman yang membahagiakan. Ia kadang tak punya makna apa apa. Seperti rutinitas yang kita jalani sehari hari dan tak menjadikannya istimewa. Lalu Nak, apa yang bisa kau pelajari dari hidupmu? Dari hari hari yang telah engkau lalui? Tak selamanya akan kau temukan pohon rindang yang teduh, atau tempat singgah yang menyenangkan. Tak akan kau temukan teman teman yang baik dan ramah atau rengkuh tangan Bunda yang akan selalu menghangatkan tubuhmu. Jadi janganlah engkau sia siakan waktu, hanya untuk membuang buang waktumu dengan percuma. Sibuk menghitung hariΒ  hanya demi untukΒ  mengulang ragu dan juga kejemuan. Sebab kebahagiaan tidak datang dari tempat yang jauh, ia tidak bersembunyi di tempat yang engkau cari. Ia ada di dalam lipatan sakumu. Ia ada di dalam genggaman tanganmu. Ia ada di dalam dirimu sendiri. Tepatnya di dalam hatimu. Karena itu, jadikanlah dirimu bahagia karena kau tahu bagaimana memberi arti pada hari hari yang engkau lewati. Buatlah hidupmu bermakna, karena kau meniatkannya demikian. Sebab kita tidak dilahirkan untuk melihat waktu berlalu. Masa hidup kita terlalu singkat kalau cuma untuk disesali. Sekiranya kau diberi kesempatan untuk mendapat sebuah penilaian, mungkin kau akan cukup beruntung mendapat nilai 70. Tapi bila kau tahu arti kata bersyukur, maka mungkin saja kau akan dapat 80 atau bahkan 90. Tapi kebanggaan apa yang engkau peroleh setelah lewat semua penderitaan dan kesulitan? Bukankah pada ujungnya semuanya akan berakhir, dan pada waktunya nanti, kita semua akan berpulang?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Sebab kebahagiaan itu seringkali tidak seperti apa yang orang pikirkan, bisa bekerja di negeri orang dan jauh dari rumah. Mereka mungkin saja melihat, betapa hebat dan luar biasa apa yang sudah aku lakukan untuk keluargaku. Tapi mereka tidak melihat, bagaimana aku harus berjuang sendirian di sini. Bangun pagi pagi membersihkan dapur, kamar mandi, mencuci piring, mengumpulkan dan lalu membuang sampah, mencuci pakaian, membersihkan perabotan, pergi belanja, memasak lalu melakukan ini itu menjalankan perintah majikan yang seolah tiada habisnya. Di saat saat seperti itu, aku berasa ingin segera balik pulang rumah. Rindu, teringat bapak, ibu dan saudara saudara yang aku cintai di kampung. Memikirkan kebahagiaan, yang entah kenapa justru aku tinggalkan demi bersusah payah di tempat yang jauh dan asing ini. Memikirkan setiap uang yang terkumpul dari hasil jerih payahku. Kebahagiaan keluarga yang harus aku tebus dengan cucuran keringatku.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta.... Requiescat in pace et in amore, Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih.... Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi? Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlaluΒ  tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian. Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup? Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri. Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri. Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Seorang bijak pernah memberikan nasihat serupa ini pada diriku: Bila engkau masih mencari dan belum berhasil menemukan makna kebahagiaan sejati, maka engkau tak perlu berkecil hati. Karena barangkali, engkau terlalu jauh mencari hingga kemudian tersesat. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kebahagiaan sejati tidak berada dalam harapan-harapan yang muluk, dalam angan-angan yang tak terselami atau tersembunyi di tempat yang jauh. Mereka yang telah menemukan tahu, bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu berada tak jauh dari sisi kita. Ia bahkan ada di dalam hati kita. Yaitu pada penerimaan kita atas kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Pada setiap hikmat dan kebajikan yang dengan tekun kita tabur dan tanpa kita sadari kemudian kita diberi kesempatan untuk menuainya. Juga pada setiap kesediaan kita berbagi dengan orang-orang yang berkesusahan, pada keiklasan kita memberi kepada mereka yang membutuhkan, pada setiap penghiburan yang kita bebatkan pada luka-luka orang yang sakit dan menderita. Serta seulas senyum yang senantiasa tersungging di wajah kita saat menyambut datang dan berlalunya hari-hari. Pada saat serupa itulah kita akan merasakan makna sesungguhnya dari kebahagiaan sejati.
”
”
Titon Rahmawan (Turquoise)
β€œ
Bahagia itu persepsi. Bahagia tidak menunggu punya kekayaan, punya anak yang sehat dan pintar, punya pasangan yang sempurna, dan keluarga yang sempurna. Kebanyakan orang berpikir bahwa untuk bahagia, mereka harus mendapatkan lebih dulu apa yang mereka inginkan. Kalau tidak mendapatkannya, mereka tidak bisa bahagia. Itu sebabnya banyak orang yang tidak berhasil bahagia. Kamu tahu kenapa? Karena mereka tidak berusaha untuk menjadi bahagia. Mereka ingin hidup bahagia, tapi yang mereka lakukan cuma menunggu. Menunggu kebahagiaan itu datang dengan tiba-tiba sebagai sebuah keajaiban, seperti menunggu uang jatuh dari langit tanpa bekerja. Saat dia gagal mendapatkan kebahagiaan di suatu tempat, dia akan lari ke tempat lain, berharap bertemu orang-orang baru dan bermimpi akan mendapatkan kebahagiaan baru dari seseorang. Kebahagiaan tidak datang dari orang lain. Kebahagiaan itu datang dari diri sendiri. Sesederhana itu.
”
”
Shofi Annisa (Brother)
β€œ
Kita bercakap sepanjang sore itu dan berharap gerimis hujan akan berjatuhan dari langit. Agar kerinduan dapat melekapkan tubuhnya di dalam pelukan kita masing masing. Aku ingin menggandeng tanganmu sebagaimana angin meniup dan membelai anak-anak rambutmu. Aku menduga kau juga ingin melakukannya sebagaimana kebahagiaan seolah membuncah dari setiap langkah kaki kita. Apakah kita akan saling menunggu dingin hembusan angin merebak di dalam sesat pikiran hingga membuat tubuh kita menggigil? Atau hanya aku sendiri yang tengah berandai-andai? Sekiranya saja tanganku adalah ritmis gerimis yang mendadak turun dan berniat hendak memeluk tubuhmu. Kalau saja bibirku adalah gumpalan awan kelabu yang berarak di langit dan seperti ingin membulatkan keberanian demi mencium bibir indahmu. Seandainya tubuh kita menyatu dalam degup hujan yang rinai ini dan hasrat kita melebur dalam dekapan waktu yang menjadikannya kenangan abadi. Tapi harapan mendadak saja ingkar dari kenyataan seperti gelegar halilintar di kejauhan. Apakah salah telingaku mendengar desah bisikanmu? Melihat bagaimana bibirmu gemetar saat mengucapkan kata-kata perpisahan. Gugur daun-daun dan kelam malam perlahan datang beringsut memayungi hati kita. Lalu, siapa yang akan mencatat waktu dan mengabadikan sisa peristiwa sesudah ini? Bulan meremang oleh nyeri dukanya sendiri. Akankah tasbih yang baru saja aku berikan padamu akan jadi tandamata terakhir di antara kita? Apakah aku mesti menyimpan sapu tangan yang kini basah setelah menyusut air matamu? Cuma ada gelap yang kini jatuh sempurna. Gulita yang menanggalkan satu demi satu peristiwa yang dulu pernah hadir bersama. Hilang musnah dari seluruh penggal ingatan.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Seperti kau tahu Nak, langit akan menjatuhkan banyak sekali kejadian dan peristiwa, sebagian untuk diingat dan sebagian lagi untuk dilupakan. Ada yang baik dan ada pula yang tak baik. Ada yang menyenangkan ada pula yang tidak menyenangkan. Bisa jadi, mereka akan menyapamu dengan tawa dan kegembiraan. Persis seperti setumpukan lego yang engkau mainkan waktu engkau masih kecil dulu. Setiap sentuhanmu akan mengubah potongan kardus dan balok balok kecil itu menjadi istana, menjadi benteng, menjadi menara, menjadi masjid dan juga gereja. Bukankah tidak ada kegembiraan yang melebihi kegembiraan serupa itu, Nak? Tapi tak setiap sentuhan akan menghasilkan keajaiban keajaiban kecil serupa itu. Ada berapa banyak jejak yang sudah lama kau tinggalkan di halaman rumah? Berbulan bulan Bunda mesti menunggu langkah pertamamu. Ada kecemasan dan kekhawatiran saat mengusap dahimu yang berkeringat. Seperti doa yang belum didengar Tuhan meski Bunda tahu, Ia hanya ingin Bunda belajar bersabar. Mirip dengan sebuah kisah dari Rusia tentang seorang pria yang terpenjara, seorang penunggang nasib celaka yang menunggu waktu kapan ia hendak dibebaskan. Mungkin kesabaran memang harus diuji dengan cara serupa itu, meski sebenarnya ia tidak bersalah. Keajaiban tidak selalu terjadi dalam waktu satu atau dua hari, tapi mungkin butuh waktu bertahun tahun lamanya. Jadi demikianlah Nak, Ia sungguh Maha Tahu tapi Ia sengaja menunggu waktu yang tepat. Banyak orang akan berlalu lalang di hadapanmu, membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesibukan. Lupa, bahwa ada yang lebih berharga dari kesibukan itu sendiri. Kamu mungkin akan demikian juga. Bergegas setiap pagi menjemput waktu. Berkeras memaknai kata kerja. Tak punya waktu lagi untuk kesibukan lain seperti mencuci, memasakΒ  mie instan atau sekedar minum teh. Tak terbayangkan betapa sibuknya Tuhan saat ini, Ia mesti melihat, mendengar dan melakukan apa saja. Namun bukankah Ia masih menyempatkan diri untuk mencintai dan melakukan hal hal yang sederhana. Seperti bermain dengan burung burung di taman, atau menemani rumput rumput yang tidur rebahan di pinggir sungai. Ia masih suka mendengar orang menyanyikan lagu pujian di gereja atau menyimak santri santri yang sedang mengaji di musala. Ia tetap membiarkan dirinya sibuk, tapi tak pernah melupakan kegembiraan. Ia selalu menambahkan makna baru pada kata sifat dan juga kata kerja. Rutinitas mungkin hanya sebuah kebiasaan, ia menjebak kita dengan sebuah pola yang sama. Jadilah seperti apa yang engkau mau, tapi jangan pernah lupa untuk membuat dirimu sendiri bahagia.
”
”
Titon Rahmawan