Kawan Baik Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kawan Baik. Here they are! All 8 of them:

β€œ
Kalau yang memuji itu teman baik, itu biasa. Kalau yang mencela itu musuh, juga biasa. Tapi kalau yang memuji itu musuh, dan yang mencela itu kawan, itu menyebabkan saya berpikir-pikir.
”
”
A.A. Navis
β€œ
Kawan-kawan baik di sekolah maupun di bangku kuliah sebaiknya tidak lupa. Bahwa nilai yang tinggi dalam sebuah ujian hanyalah hasil transformasi daya rekam ingatan; bukan nilai dari pertumbuhan pemikiran. Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.
”
”
Lenang Manggala, Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia
β€œ
Baik sekali menjadi kaya, baik sekali menjadi kuat, tetapi lebih baik lagi menjadi orang yang dicintai banyak kawan.
”
”
Euripides
β€œ
Seorang tukang tak akan bisa membikin gedung, kalau alatnya seperti semen, batu tembok dan lain-lain tidak ada. Seorang pengarang atau ahli pidato, perlu akan catatan dari buku musuh, kawan ataupun guru. Catatan yang sempurna dan jitu bisa menaklukan musuh secepat kilat dan bisa merebut permufakatan dan kepercayaan yang bersimpati sepenuh-penuhnya. Baik dalam polemik, perang-pena, baik dalam propaganda, maka catatan itu adalah barang yang tiada bisa ketinggalan, seperti semen dan batu tembok buat membikin gedung. Selainnya dari pada buat dipakai sebagai barang bahan ini, buku-buku yang berarti tentulah besar faedahnya buat pengetahuan dalam arti umumnya.
”
”
Tan Malaka (Madilog)
β€œ
Penilaian dari lawan jauh lebih baik ketimbang penilaian dari kawan. Lawan akan menyampaikan kelemahan-kelemahanku sehingga aku mampu memperbaiki diri, ketimbang kawan yang hanya menyampaikan kebaikan-kebaikanku sehingga aku lalai untuk membenahi diri.
”
”
Evan S. Parusa
β€œ
Aku merasa beruntung karena aku lahir dan tumbuh dalam situasi di mana aku tidak selalu dapat memiliki apa yang aku inginkan. Aku memang tidak punya fasilitas yang istimewa tetapi aku memiliki orang tua yang luar biasa yang siapΒ  mendukungku kapan saja. Aku merasa beruntung karena aku memiliki masa kanak kanak yang penuh warna dan penuh kegembiraan meski tidak diliputi kemewahan. Aku merasa beruntung karena aku dipaksa belajar giat untuk mencapai semua cita cita dan harapanku. Aku sungguh beruntung karena diajar oleh guru guru yang hebat dan penuh pengabdian. Aku sangat beruntung karena aku harus jatuh berkali kali sebelum aku sanggup berdiri. Aku sungguh beruntung karena aku pernah mengalami masa masa di mana orang tidak mengenal komputer,Β  tehnologi modern, gadget, media sosial dan juga internet tapi aku tetap baik baik saja. Aku betul betul beruntung karena aku telah mengalami berbagai kesulitan di dalam hidup namun aku tidak pernah menyerah. Aku memang beruntung meskipun aku pernah gagal total dalam banyak hal namun aku tidak dibiarkan sendirian menjalaninya. Aku memang beruntung karena dikaruniai banyak teman dan dari mereka aku belajar banyak tentang arti persahabatan. Aku sangat beruntung karena aku punya kawan sejati yang siap menghibur hatiku dikala aku sendiri dan kesepian. Aku sungguh beruntung karena aku tidak menyia nyiakan waktu dan membiarkan hidupku berjalan tanpa tujuan. Aku luar biasa beruntung karena aku memiliki keluarga yang saling perduli, yang penuh dengan cinta, perhatian dan kasih sayang. Aku sangat beruntung karena aku punya waktu untuk mensyukuri semua nikmat yang sudah Tuhan berikan kepada diriku hingga detik ini.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Mama, Mama pernah berbahagia?" "Biar pun pendek dan sedikit setiap orang pernah, Ann." "Berbahagia juga Mama sekarang?" "Yang sekarang ini aku tak tahu. Yang ada hanya kekuatiran, hanya ada satu keinginan. Tak ada sangkut-paut dengan kebahagiaan yang kau tanyakan. Apa peduli diri ini berbahagia atau tidak? Kau yang kukuatirkan. Aku ingin lihat kau berbahagia." Aku menjadi begitu terharu mendengar itu. Aku peluk Mama dan aku cium dalam kegelapan itu. Ia selalu begitu baik padaku. Rasa-rasanya takkan ada orang lebih baik. "Kau sayang pada Mama, Ann?" Pertanyaan, untuk pertama kali itu diucapkan, membikin aku berkaca-kaca, Mas. Nampaknya saja ia terlalu keras. "Ya, Mama ingin melihat kau berbahagia untuk selama-lamanya. Tidak mengalami kesakitan seperti aku dulu. Tak mengalami kesunyian seperti sekarang ini: tak punya teman, tak punya kawan, apalagi sahabat. Mengapa tiba-tiba datang membawa kebahagiaan?" "Jangan tanyai aku, Ma, ceritalah." "Ann, Annelies, mungkin kau tak merasa, tapi memang aku didik kau secara keras untuk bisa bekerja, biar kelak tidak harus tergantung kepada suami, kalau ya, moga-moga tidak, kalau-kalau suamimu semacam ayahmu itu." Aku tahu Mama telah kehilangan penghargaannya terhadap Papa. Aku dapat memahami sikapnya, maka tak perlu bertanya tentangnya. Yang kuharap memang bukan omongan tentang itu. Aku ingin mengetahui adakah ia pernah merasai apa yang kurasai sekarang. "Kapan Mama merasa sangat, sangat berbahagia?" "Ada banyak tahun setelah aku ikut Tuan Mallema, ayahmu." "Lantas, Ma?" "Kau masih ingat waktu kau kukeluarkan dari sekolah. Itulah akhir kebahagiaan itu. Kau sudah besar sekarang, sudah harus tahu memang. Harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sudah beberapa minggu ini aku bermaksud menceritakan. Kesempatan tak kunjung tiba juga. Kau mengantuk?" "Mendengarkan, Ma." "Pernah Papamu bilang dulu, waktu kau masih sangat, sangat kecil, seorang ibu harus menyampaikan kepada anak perempuannya semua yang harus dia ketahui." "Pada waktu itu..." "Pada waktu itu segala dari Papamu aku hormati, aku ingat-ingat, aku jadikan pegangan. Kemudian ia berubah, jadi berlawanan dengan segala yang pernah diajarkannya. Ya, waktu itu mulai hilang kepercayaan dan hormatku padanya." "Ma, pandai dulu Papa, Ma?" "Bukan saja pandai, tapi juga baik hati. Dia yang mengajari aku segala tentang pertanian, perusahaan, pemeliharaan hewan, pekerjaan kantor. Mula-mula diajari aku bahasa Melayu, kemudian membaca dan menulis, setelah itu juga bahasa Belanda. Papamu bukan hanya mengajar, dengan sabar juga menguji semua yang telah diajarkannya. Ia haruskan aku berbahasa Belanda dengannya. Kemudian diajarinya aku berurusan dengan bank, ahli-ahli hukum, aturan dagang, semua yang sekarang mulai kuajarkan juga kepadamu." "Mengapa Papa bisa berubah begitu Ma?" "Ada, Ann, ada sebabnya. Sesuatu telah terjadi. Hanya sekali, kemudian ia kehilangan seluruh kebaikan, kepandaian, kecerdasan, keterampilannya. Rusak, Ann, binasa karena kejadian yang satu itu. Ia berubah jadi orang lain, jadi hewan yang tak kenal anak dan istri lagi." "Kasihan Papa." "Ya. Tak tahu diurus, lebih suka menggembara tak menentu.
”
”
Pramoedya Ananta Toer
β€œ
Ada kebahagiaan istimewa yang hanya bisa kita dapatkan dari pasangan hidup, Nada. Dari orang yang kita cintai dan mencintai kira. Kebahagiaan itu tidak bisa digantikan oleh orang lain, baik orangtua, saudara, kawan yang paling dekat sekalipun.
”
”
Irene Dyah (Love in Marrakech)