β
Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)
β
β
Pramoedya Ananta Toer (Child of All Nations (Buru Quartet, #2))
β
Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. MEngerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.
β
β
Tere Liye (Sunset Bersama Rosie)
β
Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ?
Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
β
β
Pramoedya Ananta Toer
β
Kemudian yang kamu perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras serta mulut yang selalu berdoa.
β
β
Donny Dhirgantoro (5 cm)
β
Aku tak ingin berakhir seperti mereka, saling mencintai. Lantas kehilangan dan kini mereka hanya mengenang dan merenung dari jauh.
β
β
Leila S. Chudori (Pulang)
β
Andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan. Kemudian kau akan membenak pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan di langit. Kau tidak tahu apa itu, karna ilmumu terbatas. Kau hanya yakin , bila tidak di kehidupan ini suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih mempesona dibanding menatap sepotong rembulan yang sedang bersinar indah.
β
β
Tere Liye (Rembulan Tenggelam Di Wajahmu)
β
Saya akan pikul rahsia itu jika engkau percayakan kepada saya dan saya akan masukkan ke dalam perbendaharaan hati saya dan kemudian saya kunci pintunya erat-erat. Kunci itu akan saya lemparkan jauh-jauh sehingga seorang pun tak dapat mengambilnya kedalam lagi.
β
β
Hamka (Di Bawah Lindungan Ka'bah)
β
Keputusan yang salah dari sebuah musyawarah, jauh lebih baik daripada pendapat pribadi, betapapun benarnya"
"Bersabarlah, dalam syuraa, juga dalam dekapan ukhuwah
β
β
Salim Akhukum Fillah (Dalam Dekapan Ukhuwah)
β
Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan.
β
β
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
β
Lebih jauh lagi, gue gak percaya pada kebetulan, gue percaya pada pertemuan yang dirancang diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang telah digambarkan. Dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling bersinggungan.
β
β
Raditya Dika (Marmut Merah Jambu)
β
Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh.
Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan.
Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.
β
β
Raditya Dika (Marmut Merah Jambu)
β
Sesuatu yang membuatmu pergi, pada saatnya akan menjadi sesuatu yang membawamu pulang kembali. Sesuatu itu berwujud satu, tetapi memiliki dua nama; βLukaβ dan βKenanganβ. Yang satu membuatmu ingin melangkah jauh, yang satunya lagi memaksamu untuk mendekat lagi. Tarik menarik antara mereka, biasa kau sebut: Cinta
β
β
Bernard Batubara (Kata Hati)
β
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri..
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan⦠sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
Keep our dreams alive, and we will survive..
[5cm]
β
β
Donny Dhirgantoro
β
Saya tak pernah tinggalkan awak. Walaupun awak jauh, saya dapat melihat awak. Walaupun awak jauh, saya dapat merasa kehadiran awak. Walau pun awak jauh, saya dapat mendengar awak. Saya sentiasa di sisi awak. Awak sentiasa di sisi saya, di siniβ¦
β
β
Melur Jelita (Awak Suka Saya Tak?)
β
Sesungguhnya, penulis yang bersemangat jauh lebih menjanjikan daripada penulis yang berbakat.
β
β
Mohammad Fauzil Adhim (Dunia Kata)
β
Tiap orang, sebagaimanpun kita mengenalnya, selalu jauh lebih dalam dari yang kita pikir.
β
β
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Jakarta Sebelum Pagi)
β
Hai dunia, menjauhlah dariku! Mengapa engkau datang padaku? Tak adakah orang lain untuk engkau dayakan? Adakah engkau sangat menginginkanku! Tipulah orang lain! Aku tak memiliki urusan denganmu! Aku telah menceraikanmu tiga kali, yang sesudahnya tak ada rujuk lagi. Kehidupanmu singkat, kegunaanmu kecil, kedudukanmu hina, dan bahayamu mudah berlaku! Ah, sayang. Sangat sedikit bekal di tangan, jalan begitu panjang, perjalanan masih jauh, dan tujuan sukar dicapai!" - Saidina Ali
β
β
Salim Akhukum Fillah (Dalam Dekapan Ukhuwah)
β
Gue percaya definisi first love adalah rasa pertama, saat lo melihat jauh ke dalam mata seseorang, dan memutuskan bahwa masa depan dan kebahagiaan lo ada bersamanya.
β
β
Winna Efendi (Melbourne: Rewind)
β
Ada kata yang merangkum kesetaraan, perhatian, & cinta!
Laki-laki & Perempuan
saling mengenal, saling memahami, saling bantu, bergandengan tangan (ups!), saling menanggung, & cekatan mendahulukan. Serasi..!
Lalu? Harusnya kau tahu bidadari bisa cemburu. Itu tantangan. Untuk mendekatkan sumbu potensi diri dengan nyala suci ruh keshalihan. Agar bidadari cemburu padamu? Bukan dengan tebar pesona fisik tentu. Karena pasti 'muke lu jauh' he..he..
Tak jua dengan memenjara diri antara dapur, kelambu & sumur, karena Allah & Rasul tak pernah bermaksud begitu.
β
β
Salim Akhukum Fillah
β
Jika sebush hubungan telah dalam, terkadang manusia menjadi peka untuk merasakan perubahan hati pasangannya, sekalipun berada di tempat jauh (48)
β
β
Ayu Utami (Manjali dan Cakrabirawa)
β
Setelah jatuh, aku memilih jauh. Tapi jarak, sepertinya memang dicipta untuk dibuat luruh.
β
β
Azhar Nurun Ala (Ja(t)uh)
β
Rasa cinta itu kadang semakin jernih ketika kita harus terpisah. Rasa cinta itu bisa tumbuh subur di tempat yang asing dan jauh. Rasa cinta itu tumbuh lewat jalan yang berliku, lewat kegelapan dan air mata. Rasa cinta yang seperti itu sejatinya akan menjadikan kita kuat.
β
β
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β
Jalan ke rumah sahabat tidak pernah jauh. Begitu pula jalan untuk menggapai mimpimu.
β
β
Prisca Primasari
β
Apabila buku tu cakap tentang kita meletak label dan stereotaip ke atas bab agama. Yang membuatkan orang bukan Muslim itu sendiri jauh daripada Islam. Bukan yang bukan Islam aje, yang Islam tapi tak berapa nak faham Islam pun terasa nak jauh daripada Islam. Sebab bab label-melabel dan stereotaip tu la. Dan ironi apabila kadang-kadang penyebab tu adalah yg namanya Muslim yang faham Islam itu sndiri.
β
β
Hlovate (Anthem)
β
Bagiku waktu selalu pagi. Di antara seluruh potongan 24 jam sehari, bagiku pagi adalah waktu terindah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan, ketika harapan-harapan baru merekah seiring kabut yang mengambang di pesawahan hingga nun jauh di kaki gunung
β
β
Darwis Darwis
β
Jawanisme dan kolonialisme Jawa sudah bertindak jauh lebih brutal terhadap penduduk yang tinggal di Negara kepulauan yang luas ini daripada yang dulu dilakukan oleh penguasa penjajah asing .
β
β
Pramoedya Ananta Toer (Saya Terbakar Amarah Sendirian!)
β
Kita tidak mungkin mundur hanya karena tahu lawan jauh lebih kuat.
β
β
Khrisna Pabichara (Sepatu Dahlan)
β
Suara, nyanyian, musik, gunung, pantai, langit, padang pasir, laut yang membuat mereka indah sesungguhnya hal yang tidak kelihatan. Matahari juga tak bisa ditatap langsung oleh mata, tetapi yang membuatnya indah bukan hal yang bisa ditatap langsung oleh mata kan? Selalu ada sesuatu. Sesuatu yang misterius tetapi sangat bermakna. Itulah yang harus kau temukan⦠Keindahan bukanlah yang kau dengar atau lihat. Keindahan adalah yang kau rasakan. Jauh sampai ke dalam hati.
β
β
Fahd Pahdepie (Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan)
β
Dalam urusan apapun, penting sekali memiliki ilmunya. Maka, tuntutlah ilmu setinggi mungkin, rengkuh dia dari tempat-tempat jauh, kumpulkan dia dari sumber-sumber terbaik, guru-guru yang tulus, agar terang cahaya kalian, terang oleh ilmu itu.
β
β
Tere Liye (Amelia)
β
...lelaki pendiam sesungguhnya memiliki rasa kasih sayang yang jauh berlebihan berbanding lelaki yang berlagak disiplin dan merepek sahaja mulutnya.
β
β
Andrea Hirata
β
...rasanya aku memahami segala sesuatu jauh lebih baik setelah aku sakit. Seolah-olah dunia ini terlihat lebih jelas ketika kita berada di tepiannya - Cecilia dan Malaikat Ariel
β
β
Jostein Gaarder
β
Tiap orang harus berani mengembara, mematangkan diri, memetik tiap pengalaman menjadi guru, yang akan memberi makna hidup lebih dalam, dan boleh pulang kelak, bila ia sudah cukup paham akan apa arti hidup. Dan itu semua hanya akan diperoleh di tempat yang jauh dari kampung halaman, yang tak pernah punya janji masa depan.
β
β
Mohamad Sobary (Sang Musafir)
β
Hidup itu lucu ya,
Yang dicari, hilang.
Yang dikejar, lari.
Yang ditunggu, pergi.
Sampai hari kita lelah dan berserah, saat itu semesta bekerja.
Beberapa hadir dalam rupa yang sama, beberapa jauh lebih baik dari rencana.
Sang Pencipta baik sekali ya.
β
β
Marchella FP
β
Rahasia alam semesta jauh lebih mudah dimengerti dibandingkan hati seorang perempuan.
β
β
Erick Setiawan (Of Bees and Mist)
β
quote
Quotable Quote
βMimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri..
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan⦠sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
Keep our dreams alive, and we will survive..
β
β
Donny Dhirgantoro (5 cm)
β
Ia tidak ingin mendengarnya. Ia tidak mau mengakuinya, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya ia tahu ia merasakan hal itu. Tetapi itu perasaan terlarang baginya. Ia tidak boleh merasakannya. Tidak boleh memikirkannya. Lebih mudah bersikap seolah-olah perasaan itu tidak nyata. Jadi itulah yang ia lakukan.
β
β
Ilana Tan (Sunshine Becomes You)
β
Sungguhkah dia bernama Mimpi? Dia yang terus menyuruhku pergi jauh-jauh, mengingatkan bahwa aku adalah pemberani yang mengejar cita-cita tinggi? Apakah ini sungguhan Mimpi? Bukankah ini hanyalah sebuah pelarian, yang didasari akan ketakutan terhadap realita?
β
β
Agustinus Wibowo (Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan)
β
Saya pikir rindu hanya bisa diaplikasikan ketika jauh dan berjarak. Karena ketika kemudian bertemu itu sudah tidak relevan lagi.
β
β
Ariel Seraphino
β
Jagat begitu dalam, jagat begitu diam.
Aku makin jauh, makin jauh
Dari bumi yang kukasih.
β
β
Subagio Sastrowardoyo (Dan Kematian Makin Akrab: Pilihan Sajak)
β
Banyaknya kesibukan seringkali membuat kita lupa bahwa ada banyak hal yang jauh lebih penting dari sekadar kesibukan itu sendiri.
β
β
Titon Rahmawan
β
Peristiwa itu mengingatkan kembali bahwa maut itu bisa datang kapan saja, di mana saja. Bisa jadi ketika jauh dari orang-orang yang kita cintai. Tanpa berpamitan dulu.
β
β
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β
Apakah kau berani melepaskannya Darren? Kau bahkan tidak tahan jauh-jauh darinya, aku ragu kau berani membuatnya jauh dariku, karena itu sama saja menjauhkannya darimu."
~Lucas
β
β
Santhy Agatha (From The Darkest Side)
β
Membayangkan hidup tanpamu ternyata jauh lebih menakutkan ketimbang patah hati.
β
β
Christian Simamora (As Seen On TV)
β
Justeru, aku manusia
jiwa ini
tidak akan cukup
dengan bulan, terisi di kolam.
Aku ingin juga
menatap bintang
di tempat lain.
(Dunia Ini Panjang, Jauh)
β
β
Rosli K. Matari (Matahari Itu Jauh)
β
Jauh lebih menyenangkan merasa bahwa Tuhan mendengarkanmu dan mengatakan tidak, ketimbang merasa tak ada siapa pun yang mendengarkanmu
β
β
Mitch Albom (Have a Little Faith: a True Story)
β
melupakan satu kesalahan orang lain jauh lebih baik dari pada mengingat seribu kebaikan diri sendiri
β
β
Alfian Malik
β
Mungkin memohon sesuatu yang sudah tentu tidak terwujud akan jauh lebih mudah.
β
β
Yoru Sumino (I Want to Eat Your Pancreas)
β
Entah kenapa aku suka sekali dengan langit..
langit itu indah.
langit itu jauh.
langit itu mimpi.
seperti kamu misalnya..
β
β
yasardysoepatma
β
Kadang kita perlu jauh, untuk tau arti dekat. Kadang kita perlu tau letihnya mengejar, untuk memahami makna jalan bersama.
β
β
Rohmatikal Maskur
β
Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu,
apa yg kamu mau kejarβ¦
Kamu taruh di sini⦠jangan menempel di kening.
Biarkanβ¦
diaβ¦
menggantungβ¦
mengambangβ¦
5 centimeterβ¦
di depan kening kamuβ¦
Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu.
Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,
kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri,
kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah.
Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh,
bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu,
segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diriβ¦
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu.
Danβ¦
sehabis itu yang kamu perluβ¦
Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari bajaβ¦
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanyaβ¦
Serta mulut yang akan selalu berdoa
β
β
Donny Dhirgantoro
β
Bahwa ada orang yang mampu menutupi lubang hatimu, tetapi barangkali mereka mungkin bukan yang datang dengan segala kesamaan. Bahwa di seberang perbedaan yang kau sangka jauh, ada yang mampu menyeberanginya untukmu.
Manusia bisa, mencintai manusia lain sebesar itu.
β
β
Morra Quatro (What If)
β
Perjalanan kita mungkin masih jauh sekali. Tentu saja bukan perjalanan kapal ini yang kumaksud. Meski memang perjalanan ke Pelabuhan Jeddah masih berminggu-minggu. Melainkan perjalanan hidup kita. Kau masih muda. Perjalanan hidupmu boleh jadi jauh sekali, Nak. Hari demi hari, hanyalah pemberhentian kecil. Bulan demi bulan, itu pun sekedar pelabuhan sedang. Pun tahun demi tahun, mungkin itu bisa kita sebut dermaga transit besar. Tapi itu semua sifatnya adalah pemberhentian semua. Dengan segera kapal kita berangkat kembali, menuju tujuan paling hakiki.
Maka jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya, hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka, jangan rusak kapal kehidupan milik kita, hingga dia tiba di pelabuhan terakhirnya.
β
β
Tere Liye (Rindu)
β
Pendidikan pada diri seorang anak sesungguhnya dimulai jauh sebelum anak tersebut memiliki tubuh dan kesadaran manusiawinya
β
β
Miranda Risang Ayu (Cahaya rumah kita: Renungan batin seorang ibu muda tentang anak, wanita, dan keluarga)
β
Menjadi diri sendiri jauh lebih mudah ketimbang menjadi diri orang lain
β
β
Mega Elisa
β
Selamat malam kamu yang tak dekat dan tak jauh, yang menyelusup sampai ke mimpi sepi.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Berlimpahnya penderitaan di negeri sendiri telah mengalahkan perasaan simpatimu terhadap apa yang terjadi di tempat jauh.
β
β
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
β
Manusia dengan naluri anjing jauh lebih rendah daripada anjing.
β
β
Djenar Maesa Ayu (Mereka Bilang, Saya Monyet!)
β
Yang bilang hidup sendiri jauh lebih bahagia
biasanya punya cerita sedih yang selama ini dia simpan sendiri.
β
β
Christian Simamora (Burn Baby Burn)
β
yang menghulur salam dari jauh itulah pulau
yang menggenggam salam dari dekat adalah semenanjung
yang gementar ditiup angin itulah pulau
yang resah di bawah bulan adalah semenanjung
(Singapura, I)
β
β
T. Alias Taib (Opera)
β
Egoisme adalah pencerminan harkat diri yang rendah. Manusia egois cenderung menuntut orang-orang di sekelilingnya untuk memenuhi segala apa yang ia butuhkan jauh melebihi apa yang sanggup ia terima, karena secara emosional mereka gagal memperoleh pemuasan dari dirinya sendiri.
β
β
Titon Rahmawan
β
Justru karena cinta, kamu memelihara dirimu dan dirinya agar tetap mulia. Bila ia mendekat, tetaplah duduk. Karena itu yang menjaga emosi agar tak meletup. Bila ia menjauh, jangan dekati dia sebelum waktunya. Sabar itu jauh lebih istimewa. Atau kalau tak tahan lagi, segeralah datang ke rumah orang tuanya! Itu lebih mulia.
β
β
Ahmad Fuady (Negeri Sukun)
β
Sekarang, aku belajar satu hal; aku tidak perlu pergi jauh-jauh untuk menemukan apa yang aku cari. Karena orang yang kucari selama ini sudah berdiri setia di sampingku, menanti kepastian, tapi aku sempat tidak menyadarinya. Aku menyayangimu, dan perasaan ini jauh lebih kuat dari cinta.
β
β
Alvi Syahrin (Swiss: Little Snow in ZΓΌrich)
β
Kesedihan dalam diri sendiri semestinya mengajarkan kita untuk berempati, bahwa ada kesedihan kesedihan orang lain yang mungkin jauh lebih besar dari kesedihan kita, yang kita bahkan tak sanggup menanggungnya.
β
β
Titon Rahmawan
β
Kenyataanya ilmu diet barat menciptakan masalah-masalah yang jauh lebih banyak daripada memecahkannya
β
β
Masanobu Fukuoka (The One-Straw Revolution)
β
Cintailah cinta ketika cinta itu ada di sisimu. Jauhilah cinta ketika cinta mulai menyakitimu
β
β
Dian Nafi (Sarvatraesa: Sang Petualang (Mayasmara, #3))
β
Kepastian, seburuk apa pun itu, tentu jauh lebih baik dibanding desas-desus.
β
β
Puthut EA (Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh)
β
Bukankah jauh lebih mudah menjadi diri sendiri daripada menjadi seperti orang lain, lalu mengapa banyak orang masih suka berpura-pura?
β
β
Titon Rahmawan
β
Untuk apa jauh-jauh lagi mencari, sementara dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup: bahagia bersamamu.
β
β
Moammar Emka
β
Kejujuran tak selamanya melegakan. Adakalanya kejujuran jauh lebih menyedihkan dan mengerikan dari kebohongan
β
β
Rhein Fathia (Gloomy Gift)
β
Kurasa ini menjadi alasan mengapa penyair romansa pada umumnya menjadikan pahlawan mereka sebagai setan atau malaikat. Hitam dan putih mudah digambarkan, tapi jauh lebih sulit menghasilkan variasi di antara kedua ekstrem ini, ketika kejujuran harus dihargai, dan kedua sisinya tidak berwarna terlalu gelap atau terlalu terang.
β
β
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
β
Jangan pernah menyesali apa yang telah dilenyapkan oleh waktu, ia tidak akan pernah kembali, ia tidak akan pernah kita jumpai lagi karena apa yang telah dilenyapkan oleh waktu sungguh telah berada pada sebuah tempat yang sangat jauh....
β
β
Adi Toha (Valharald)
β
.... Dan semua itu berjalan dari detik ke detik, hari ke hari. Akhirnya orang jadi biasa juga dengan keadaannya. Dan mereka, yang tidak kena kerja paksa, tidur sehari-harian, atau berjalan-jalan mengedari pelataran dalam yang sempit itu, mengelamun, berangan-angan. Ya itu pun berjalan saja dan berjalan saja. Kadang-kadang orang tak sempat menginsyafi apa sesungguhnya yang telah dialami sehari-harian. Tapi dengan pasti hidupnya telah gompal sejam demi sejam. Kadang-kadang orang tidak sempat mengenangkan hari-depannya. Orang lebih suka memikirkan hal-hal yang dekat-dekat: makan, buang air, nyanyi, mengobrol tak berkeputusan, memaki-maki, atau mengaduh dengan tiada maksud. Atau-orang memikirkan sesuatu yang jauh, yang besar, yang takkan tercapai oleh tenaga dan tangan manusia-terutama sekali manusia yang dipenjarakan.
Kemudian..
Kemudian semua berjalan saja. Berjalan saja. Berjalan saja. Juga umur manusia berjalan mendekati akhirnya. Juga balatentara kedua belah pihak berjalan mendekati keruntuhan atau kemenangannya. Dan tak ada tangan manusia yang kuasaa membatalkan proses itu ...
β
β
Pramoedya Ananta Toer (Mereka Yang Dilumpuhkan)
β
Mengapa mereka mencari kerja jauh dari tempat menguburkan orang tua mereka? Mengapa mereka kabur dari desa tempat mereka disunat? Mengapa mereka lebih menyukai kesejukan pohon yang tumbuh di sana dari pada naungan hutan kita?
β
β
Multatuli (Max Havelaar, or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company)
β
Kalau ada orang yang datang kepadamu dan bilang dia akan membuatmu jadi lebih kaya, bantingkan saja pintu di depan hidungnya. Tapi kalau orang itu bilang ia akan membuatmu lebih pintar dan maju, suruh dia masuk. Kita boleh menolak uang karena bisa saja ada setan yang bersembunyi di situ. Namun hanya orang bodoh yang menolak diberi ilmu cuma-cuma. Ilmu itu jauh lebih berharga daripada uang, Nak. Ingat itu
β
β
Anindita S. Thayf
β
Sedikit pengetahuan yang dilaksanakan jauh lebih berharga daripada banyak pengetahuan tapi tidak digunakan.
β
β
Kahlil Gibran
β
Aku dulu bukan orang yang baik, aku menyakiti banyak orang dan membuat mereka kecewa.β Rafael bergumam pelan, tatapannya menerawang jauh, βTetapi kemudian ada sebuah peristiwa yang menghantamku. Dan membuat aku berbalik arah.β
~Rafael Alexander
β
β
Santhy Agatha (Unforgiven Hero)
β
jika aku tak lagi ada, kekasih
maka tenangkanlah isak hujan yang menangisi kepergianku
biar tak terbentang sebuah lautan diatas tanah pusara
walau beribu bahkan berjuta samudera air garam
tak akan sanggup mengasinkan pahit kepedihan
perahu umur yang berlayar jauh
pun telah tertambat jangkar maut sa'at menepi
di satu hari
β
β
firman nofeki
β
aneh apabila difikirkan. semakin engkau jauh daripada apa yang engkau sayang, semakin engkau lari daripada sesuatu yang engkau tahu dan kenal, maka rasa rindu itu akan menjadi semakin kuat. itulah masanya engkau tenggelam dalam kepasrahan. dan engkau tidak mahu apa-apa kecuali masa itu diputar semula agar engkau dapat kembali pada segala-galanya yang telah tiada. tetapi semua orang tahu, bahawa tidak ada sesiapa yang dapat kembali ke zaman silam. lalu engkau akan kecewa.
β
β
John Norafizan (Odisi Bulan Biru)
β
Membangun ekosistem belajar jauh lebih penting daripada sibuk dengan teknik-teknik belajar yang kini marak sebagai komoditi sekolah bagi para siswa dan orang tua yang keblinger pada dorongan 'kesuksesan'.
β
β
Toto Rahardjo (Sekolah Biasa Saja: Catatan Pengalaman Sanggar Anak Alam (SALAM))
β
Bersabarlah! Jangan terlalu mengharapkan sesuatu itu berlangsung seperti yang kita mahukan. Tetapi bersabarlah dengan takdir yang ditentukan sehingga kita mampu berasa tenang dan tenteram.
β
β
Dhiya Zafira (Jauh Kau Pergi)
β
jika kau telah berhasil menggapai mimpimu yg menggantung setinggi bintang di langit, jangan lupa menginjakkan kakimu kembali ke bumi. Biar kukatakan sebuah realita kepadamu, '' jatuhnya orang-orang besar karena kesombongan''. di langit apa yg ada di bumi memang terlihat begitu kecil, namun jauh di bumi kau tak beda jauh hanya tampak kerdil seperti sebutir pasir, bahkan lebih kecil.
β
β
firman nofeki
β
Dia tidak suka melihat ia mabuk. Lewat suara Manusya, Dia menasihati kalau Manusya jauh lebih kelihatan cantik kalau tidak mabuk. Jika Manusya mabuk, mulut Manusya jauh lebih kotor dari Kali Ciliwung. Kelakuan Manusya benar-benar seperti pelacur. Bahkan Dia dengan sangat yakin menganalisa, rasa percaya dirilah yang memicu Manusya untuk selalu minum.
β
β
Djenar Maesa Ayu
β
Mungkin ia tak menyadari, tapi aku masih saja memandang dari sisi lain yang tak terlihat. Cukup tahu.
β
β
Isyana G.
β
Rachel anaknya jangkung, cantik, rambutnya pirang, dan tak kenal takut. Yah, jauh di dalam lubuk hati sih ia juga merasa tidak aman, cemas kalau-kalau ia tak bisa beradaptasi, dan tertekan karena harus hidup memenuhi standar tinggi yang ditentukannya sendiri. Tapi semua itu tersembunyi jauh di dalam. Jauh sekali, sehingga jika kau berusaha mencapainya, ia akan mencincangmu sebelum kau bahkan bisa mendekat.
β
β
Katherine Applegate
β
KHASIDAH KHAFI
Sungguh di dalam atmaku yang paling debu, aku tak layak mendamba dirimu sebagai kekasih hatiku.
Karena engkau kelopak angsoka tumbuh kejora di mataku, dalam bius pesonamu aku tidur dan terlelap.
Sementara debu, tak kutahu dengan apa aku harus nyatakan diriku kepadamu? Dalam balut ungu kelam sayapmu kau sembunyikan rembulan.
Adakah kupahami engkau di balik hijau sihir kata-kata? Adakah kutangkap dirimu dalam misteri hitam sebait puisi?
Seperti lenitrik sungai Alkausar menjangkau jerau jantungmu. Mengalunkan barzanji jauh ke dalam lubuk hatiku.
Sekiranya ia mencipta rimbun semak lantana, perih luka atau sepoi pawana. Aku insaf, aku tak pernah memintamu jadi halimun atau kelam bayang-bayang.
Ia yang dengan sengaja menyamarkan dirimu dari cerlang bintang atau benderang wajah mentari.
Betapa cinta di ujung lidahku luluh untuk apa yang mungkin tak terucap. Biarlah engkau tetap menjadi apa yang tak mungkin aku mengerti.
Yang tak terganti oleh rangkaian kata atau untaian sajak. Saat hasrat hati menembus nisbi ruang dan waktu.
Merengkuh, mencekau sunyi, mengemas rindu atau redam masa lalu. Menjadi mekar mawar ahmar atau jingga semburat fajar.
β
β
Titon Rahmawan
β
dari tembok tua dan rumah bisu penuh anggota
keluarga: ayah, ibu, kakek,nenek, bayi-bayi
menggelantung kera dengan bau dupa yang
lapar. Dari sorga yang tak mungkin dicapai
kecuali kau Buddha Gautama. Dari Yesus
yang tangannya terkulai dipasak dan menangis
merasa ditinggalkan bapaknya. Dari
Muhammad yang kedinginan menggigil dalam
selimut di goa sunyi berharap ada laba-laba
membikin pintu bagi rumah barunya. Dari
cintaku padamu yang tak pernah renta. Dari itu
semuaβ
kata-kata terus terumbar, jauh melayang
melewati pasar modern jam 5 pagi.
β
β
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
β
Apakah arti relasi dengan orang terdekat atau teman hidup? Sebagian orang mengartikannya sebagai pendamping hidup dalam melewati suka dan duka, membina satu hubungan rumahtangga yang harmonis, bersama-sama meraih kesejahteraan keluarga. Aku pun demikian. Namun lebih jauh lagi, teman hidup bagiku adalah partner perjuangan. Sebuah relasi bisa saling memberi ruang bagi semangat positif masing-masing. Sejak berpacaran dengan Alva, dan memiliki niat serius untuk masuk ke jenjang pernikahan, aku tahu permulaan apa yang harus kami buat. Yang harus kami bina adalah melatih diri kami untuk menjadi "pembentuk" sukses satu sama lain. Dan pada akhirnya, menjadi sukses bersama. Relasi kami jangan saling mengubur potensi masing-masing, atau lebih parah lagi melumpuhkan hasrat untuk berkembang.
β
β
Alberthiene Endah (Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar)
β
Apakah... apakah kau juga mencintaiku, Elena?"
Elena tertegun dengan pertanyaan itu. Jauh di dalam hatinya dia sudah tahu jawabannya. Ya. Dia mencintai Rafael, dia sangat mencintai suaminya ini. Dan Rafael sudah berkali-kali menyatakan mencintai Elena. Amat sangat tidak adil kalau Elena tidak mau mengungkapkan perasaannya kepada suaminya. Mungkin inilah saat yang tepat....
"Ya..." Elena menjawab pelan, jantungnya berdebar, "Ya... Aku juga mencintaimu, Rafael...
β
β
Santhy Agatha (Unforgiven Hero)
β
Ada begitu banyak kemalangan, namun dari semua itu kebodohanlah yang tinggal menetap. Orang-orang bodoh melihat, mendengar dan merasakan seperti orang-orang lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman atas diri sendiri dan keadaan di sekelilingnya.
Berusaha memahami si bodoh adalah suatu tindakan yang sia-sia, pada akhirnya tanggapan mereka hanya akan membangkitkan amarah dan kejengkelan.
Kebodohan serupa botol yang memiliki lubang di dasarnya, Seberapa pun banyaknya kebaikan dan pengetahuan yang kita tuang ke dalamnya ia akan berlalu dengan sia-sia.
Mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang bebal adalah mereka yang menukar sahabatnya dengan uang, dan menggantikan saudaranya dengan kilau emas dan permata.
Hati orang bodoh ada dalam lidahnya dan dengan hal itu ia menggembar-gemborkan kelebihannya yang tak lain adalah sebuah omong-kosong. Sebaliknya, lidah orang bijak ada adalam hatinya dan ia memeliharanya dengan sangat hati-hati agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak perlu.
Dan bahkan, hidup orang bebal jauh lebih buruk dari kematian. Orang-orang bebal dan dungu hanya akan menjadi beban bagi kehidupan, karena seumur hidup mereka tak pernah mau belajar.
Kebodohan adalah batu pejal yang dibuang orang ke dalam sungai karena menghalangi orang yang akan lewat.
Kebodohan punya banyak nama dan mereka menunjukkan wajahnya dalam berbagai wujud. Aku dapat menyebutkan sejumlah di antaranya, yaitu: egoisme dan keras-kepala, bebal dan degil, sikap anarkhi yang membabi buta, sikap acuh-tak acuh dan ketidak-pedulian, pembenaran diri sendiri, tak mau mendengar nasehat, dan kecerobahan yang tak terobati.
β
β
Titon Rahmawan
β
Saat kita harus menghadapi kekuatan alam, kita akan belajar untuk mempercayai. Bukan percaya begitu saja. Manusia bisa jauh lebih berbahaya daripada binatang liar. Kita pasti bisa mengetahui siapa yang bisa kita percayai. Kita harus tahu siapa yang akan menyelamatkan kita, jika kita terjebak bahaya dan siapa yang bisa kita beri senjata dan siapa yang membuat kita merasa aman saat membelakanginya. Yang paling penting, kita harus tahu siapa yang bisa kita ajak berbicara dari hati ke hati, tanpa dikhianati dan dilaporkan, semua hampa diluar sana...Jika kita tidak bisa berbicara kepada siapapun, kita pasti akan gila.
β
β
Diane Wei Liang
β
Pengalaman menonton sepak bola di negeri orang memberiku penghayatan yang lebih dalam tentang arti mencintai PSSI dan makna mencintai tanah air. Berada di antara masyarakat yang asing, nun jauh dari kampung sendiri, menyadarkanku bahwa Indonesia, bangsaku, bagaimanapun keadaannya, adalah tanah mutiara di mana aku telah dilahirkan. Indonesia adalah tangis tawaku, putih tulangku, merah darahku, dan indung nasibku. Tak ada yang lebih layak kuberikan bagi bangsaku selain cinta, dan takkan kubiarkan lagi apapun menodai itu, tidak juga karena ulah para koruptor yang merajalela, biarlah kalau tidur mereka didatangi kuntilanak sumpah pocong.
β
β
Andrea Hirata (Sebelas Patriot)
β
Coba kau pikirkan baik-baik. Kondisi semua orang sama saja. Sama seperti ketika kita naik pesawat rusak. Tentu saja di situ ada orang yang bernasib baik dan bernasib buruk. Ada yang tangguh, ada juga yang lemah; ada yang kaya, ada pula yang miskin. Hanya saja, tidak ada orang yang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada orang lain. Semua orang sama. Orang yang memiliki sesuatu selalu khawatir, jangan-jangan apa yang dia miliki sekarang akan hilang, sedangkan orang yang tidak memiliki apa-apa selalu cemas, jangan-jangan selamanya aku akan tetap menjadi orang yang tidak punya apa-apa. Semua orang sama! Karena itu, manusia yang menyadari hal itu lebih cepat harus berusaha menjadi sedikit lebih tangguh. Sekadar pura-pura pun tidak apa. Betul kan? Di mana pun tidak akan ada manusia yang tangguh. Yang ada hanyalah manusia yang pura-pura tangguh.
β
β
Haruki Murakami (Hear the Wind Sing (The Rat, #1))
β
Adalah garis panjang di mana kita terbiasa menghitung hari. Bagaimana sebatang buluh bertambah panjang dari waktu ke waktu dan ia jadi semakin bertambah tinggi. Saat hari berganti, umurnya kian bertambah. Tanpa ia sadari ia pun semakin menua.
Demikianlah, kita menemukan betapa berharganya hidup sebagai sebuah paradoks. Ia seperti sebatang lilin yang kita nyalakan di atas sepiring kue, kian memendek sebelum akhirnya padam.
Sebab hidup bukan cuma sebatas cerita sukacita atau kisah roman yang membahagiakan. Ia kadang tak punya makna apa apa. Seperti rutinitas yang kita jalani sehari hari dan tak menjadikannya istimewa.
Lalu Nak, apa yang bisa kau pelajari dari hidupmu? Dari hari hari yang telah engkau lalui? Tak selamanya akan kau temukan pohon rindang yang teduh, atau tempat singgah yang menyenangkan. Tak akan kau temukan teman teman yang baik dan ramah atau rengkuh tangan Bunda yang akan selalu menghangatkan tubuhmu.
Jadi janganlah engkau sia siakan waktu, hanya untuk membuang buang waktumu dengan percuma. Sibuk menghitung hariΒ hanya demi untukΒ mengulang ragu dan juga kejemuan.
Sebab kebahagiaan tidak datang dari tempat yang jauh, ia tidak bersembunyi di tempat yang engkau cari. Ia ada di dalam lipatan sakumu. Ia ada di dalam genggaman tanganmu. Ia ada di dalam dirimu sendiri. Tepatnya di dalam hatimu.
Karena itu, jadikanlah dirimu bahagia karena kau tahu bagaimana memberi arti pada hari hari yang engkau lewati. Buatlah hidupmu bermakna, karena kau meniatkannya demikian.
Sebab kita tidak dilahirkan untuk melihat waktu berlalu.
Masa hidup kita terlalu singkat kalau cuma untuk disesali. Sekiranya kau diberi kesempatan untuk mendapat sebuah penilaian, mungkin kau akan cukup beruntung mendapat nilai 70. Tapi bila kau tahu arti kata bersyukur, maka mungkin saja kau akan dapat 80 atau bahkan 90.
Tapi kebanggaan apa yang engkau peroleh setelah lewat semua penderitaan dan kesulitan? Bukankah pada ujungnya semuanya akan berakhir, dan pada waktunya nanti, kita semua akan berpulang?
β
β
Titon Rahmawan
β
Di taman itu, bau laut tertutupi aroma daun-daun yang gugur dan mati. Kalian tahu, kematian selalu membuatku memikirkan Kesepian. Ketika Nenek mati, aku merasa ribuan Kesepian mendatangi pemakaman. Satu per satu dari mereka meminta untuk menumpang di rumahku, tidur di tempat tidurku. Ketika aku melarang, mereka justru menentang. Mereka kemudian mengambil alih singgasana secara paksa. Bertahun-tahun mereka menguasai rumahku. Sampai akhirnya aku lari ke sini.
Namun, dengan orang ini aku tahu Kesepian akan segera memerah, menguning, mencokelat, dan akhirnya tanggal pelan-pelan, seperti daun-daun. Mungkin aku tak akan bertemu para Kesepian itu lagi. Mungkin angin akan membawa mereka terbang jauh. Mungkin juga jauh sekali. Semoga mereka tidak mendarat di halaman rumah seseorang yang sebatang kara. Semoga.
β
β
Norman Erikson Pasaribu (Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu)
β
Kesedihan seperti telaga yang hening di dinding ibu. Dinding yang terisak dan mengukir lagi masa kecilku. Seberapa sepinya aku saat itu? Sungguh. Aku tak mengerti, mengapa kubuat dinding itu menangis? Ia sudah seperti rumah bagiku. Tempat aku tidur dan terlelap di malam hari. Tempat aku bermain dengan kesendirianku. Lalu, mengapa aku buat ia menangis?
Ada hal hal yang ingin kulupa dari waktu kecilku sendiri. Detik detik yang tidak berarti. Kemarahan yang perlahan hangus dan lalu mengabu dalam hatiku. Walau kini, ia sudah bukan lagi api. Ia sudah menjadi dingin. Tapi, mengapa luka itu masih saja ada di sana?
Bukankah aku laki laki yang dibesarkan oleh dinding ibuku? Lalu, mengapa aku berpaling daripadanya? Mengapa aku kenakan topeng itu, hanya untuk melihat ia tersenyum? Aku sudah menjadi lelaki yang lain. Lelaki yang bukan kanak kanak yang ia besarkan dulu. Ada banyak topeng yang kini aku kenakan. Salah satunya adalah kesendirian, yang lain adalah amarah.
Aku tahu, aku telah membuatnya bersedih. Dinding itu telah lama menjelma jadi sebatang pohon dengan kulit yang renta, mengelupas di banyak tempat. Rantingnya mulai merapuh dan daun daunnya yang gugur, berserakan di mana mana. Ia bukan lagi pohon yang dulu biasa aku panjat. Bukan, ia tidak sedang menjadi pohon yang lain. Melainkan diriku. Akulah yang kini berubah. Seperti langit biru yang mendadak kelam. Seperti mendung yang menaungi hati yang tak hentinya menangis.
Apakah untuk menjadi seorang lelaki, aku harus mengorbankan perasaan perasaanku sendiri? Apakah untuk menjadi seorang lelaki aku harus meninggalkan masa kecilku hanya untuk mendengarkan suara suara orang lain; hardikan, umpatan, cemoohan dan teguran teguran yang seringkali menyakitkan hati.
Aku sudah lama sekali tenggelam, mungkin sejak terakhir kali aku terlelap di bawah pohon ibu. Pohon di mana dulu jadi tempatku bernaung. Pohon itu masih ada di sana, sunyi dan sendiri. Berasa jauh tapi pun dekat. Aku terkadang ingin menyentuhnya, seperti aku menyentuh dinding ibu untuk pertama kali. Tapi aku tahu, aku sudah bukan yang dulu lagi. Dan ibu seperti rumah yang merindukan kehadiranku. Ia ingin aku pulang padanya. Tapi entahlah, apakah besok masih cukup ada waktu untukku untuk menjadi diriku sendiri?
β
β
Titon Rahmawan
β
Akan tetapi, di situlah letak paradoksnya. Kita tak bisa menghakimi pengalaman tanpa sebuah penalaran. Tanpa berpikir, betapa busuk dan hancurnya hidup seseorang. Betapa tersiksanya batin pengidap paraphilia. Terasingkan oleh kondisi yang melatari dorongan, fantasi, perilaku seksual yang berulang dan intensif. Terjebak oleh keterlibatan yang mendalam terhadap objek, aktivitas dan situasi yang menimbulkan distress. Oleh beban perasaan hina dan tercela. Kisah di balik petualangan para penjahat kelamin. Rahasia batin para pelacur. Kesenangan dan penderitaan tersembunyi para pencuri lihat, eksibisionis, bestialis, gay, lesbian, froteuris, pedofilia, pelaku hubungan yang dianggap menyimpang. Mereka yang sudah terlanjur ditenggelamkan oleh ejekan, cemoohan, hujatan dan hinaan yang tak kurang kasarnya. Pastilah orang menolak tanggung jawab atas apa yang tidak mereka perbuat. Orang lebih suka pergi menjauh. Menanggalkan simpati. Menghapus kemanusiaan. Tapi memang demikianlah, jauh lebih mudah untuk menilai daripada mencoba menyelami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Haruskah nilai nilai kemanusiaan dibenturkan dengan agama, etika dan moralitas?
β
β
Titon Rahmawan
β
Sebab kebahagiaan itu seringkali tidak seperti apa yang orang pikirkan, bisa bekerja di negeri orang dan jauh dari rumah. Mereka mungkin saja melihat, betapa hebat dan luar biasa apa yang sudah aku lakukan untuk keluargaku. Tapi mereka tidak melihat, bagaimana aku harus berjuang sendirian di sini. Bangun pagi pagi membersihkan dapur, kamar mandi, mencuci piring, mengumpulkan dan lalu membuang sampah, mencuci pakaian, membersihkan perabotan, pergi belanja, memasak lalu melakukan ini itu menjalankan perintah majikan yang seolah tiada habisnya. Di saat saat seperti itu, aku berasa ingin segera balik pulang rumah. Rindu, teringat bapak, ibu dan saudara saudara yang aku cintai di kampung. Memikirkan kebahagiaan, yang entah kenapa justru aku tinggalkan demi bersusah payah di tempat yang jauh dan asing ini. Memikirkan setiap uang yang terkumpul dari hasil jerih payahku. Kebahagiaan keluarga yang harus aku tebus dengan cucuran keringatku.
β
β
Titon Rahmawan
β
Waktu, bukan gugur daun daun yang meninggalkan jejak luka pada ranting yang ditinggalkannya. Juga bukan duri yang menusuk jari dan kemudian meneteskan darahnya ke rerumputan. Engkau tak semestinya menyematkan bekas hangat bibirmu di bibirku lalu pergi dan tak pernah kembali. Adakah cinta yang serupa itu?
Masih basah trotoar itu oleh jejak sepatu hujan yang mengenangkan pertemuan kita di alun alun kota. Meski sewindu telah berlalu dan mengubah semua perasaan tersembunyi di dalam lipat sapu tanganmu. Bukankah masih tertera namaku di sana? Tapi sepertinya hujan sudah mengguyur habis semua pikiran, perasaan dan pertanyaan tentang kita.
Tak ada lagi kita. Melainkan aku sendiri saja. Berjalan di atas sepatu hujan, menyusuri jalan jalan lengang di tengah kota. Kota kita yang sunyi. Membaca dinding dinding terjal yang membatasi pandangan. Hanya jarak yang tak lagi menyerupai jembatan yang justru memisahkan engkau dariku. Aku di Utara dan kau jauh di Selatan.
Jembatan yang dulu kita bangun dari pengharapan dan juga mimpi, terlanjur runtuh ke dalam jurang yang tak terselami oleh kata kata dan tak termaknai oleh puisi. Seperti lukisan pagi yang dulu pernah kukirimkan kepadamu, telah kau buang entah kemana? Dan cinta. Adakah cinta yang seperti itu?
β
β
Titon Rahmawan
β
Penjual nasi tim sudah mulai membuka pintunya. Dari dalam, keluar buar harum yang sedap. Orang-orang yang pulang dari Missa pertama seringkali singgah ke situ. Mengherankan, tidak ada seorangpun yang teringat untuk berkhotbah terhadap laki-laki setengah tua itu beserta isteri dan anak menantunya. Siapa tahu mereka akan tertarik dan ikut masuk gereja. Namun orang-orang mungkin akan cemas juga: kalau mereka berbondong-bondong menghadiri Missa boleh jadi tidak akan ada nasi tim kalau mereka pulang. Atau: nasi tim itu terlalu enak, membuat orang lupa melakukan sesuatu yang ingin dilakukannya.
Bagaimanapun, itulah mereka. Dari hari ke hari, sejak puluhan tahun, dengan setia membuka satu per satu papan-papan di muka rumah pada jam enam pagi. Sebuah meja dan sebuah tungku dikeluarkan. Di atasnya terdapat sebuah panci kaleng, setinggi setengah meter, tempat memasak nasi tim itu. Kemudian mangkuk-mangkuk dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Menantu perempuan memasang taplak-taplak meja seperti yang telah dilakukan sejak ia menikah. Anak laki-laki memeriksa apakah tungku itu cukup arangnya. Sedangkan laki-laki setengah tua itu mulai memotong-motongayam rebus dibantu isterinya yang turut memeriksa kalau-kalau ada bumbu-bumbu yang kurang.
Setiap pagi, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, itulah kerja mereka. Anak laki-laki setelah tamat sekolah, tidak mempunyai tujuan lain kecuali belajar mewarisi keahlian masak ayahnya untuk kemudian menggantikannya setelah dia mati. Orang-orang yang sederhana, yang tidak perlu jauh-jauh dalam mencari bahagia. Mereka sudah lama menemukannya: dalam hati mereka sendiri.
Monik melirik ke arah warung itu, Dilihatnya laki-laki setengah tua itu. Dilihatnya isterinya. Mereka betul. Mereka tidak perlu ke gereja. Tuhan sudah ada dalam hati mereka.
β
β
Marga T.
β
Seorang bijak pernah memberikan nasihat serupa ini pada diriku: Bila engkau masih mencari dan belum berhasil menemukan makna kebahagiaan sejati, maka engkau tak perlu berkecil hati. Karena barangkali, engkau terlalu jauh mencari hingga kemudian tersesat. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kebahagiaan sejati tidak berada dalam harapan-harapan yang muluk, dalam angan-angan yang tak terselami atau tersembunyi di tempat yang jauh. Mereka yang telah menemukan tahu, bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu berada tak jauh dari sisi kita. Ia bahkan ada di dalam hati kita. Yaitu pada penerimaan kita atas kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Pada setiap hikmat dan kebajikan yang dengan tekun kita tabur dan tanpa kita sadari kemudian kita diberi kesempatan untuk menuainya. Juga pada setiap kesediaan kita berbagi dengan orang-orang yang berkesusahan, pada keiklasan kita memberi kepada mereka yang membutuhkan, pada setiap penghiburan yang kita bebatkan pada luka-luka orang yang sakit dan menderita. Serta seulas senyum yang senantiasa tersungging di wajah kita saat menyambut datang dan berlalunya hari-hari. Pada saat serupa itulah kita akan merasakan makna sesungguhnya dari kebahagiaan sejati.
β
β
Titon Rahmawan (Turquoise)