Jauh Hati Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Jauh Hati. Here they are! All 42 of them:

Kemudian yang kamu perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras serta mulut yang selalu berdoa.
Donny Dhirgantoro (5 cm)
Saya akan pikul rahsia itu jika engkau percayakan kepada saya dan saya akan masukkan ke dalam perbendaharaan hati saya dan kemudian saya kunci pintunya erat-erat. Kunci itu akan saya lemparkan jauh-jauh sehingga seorang pun tak dapat mengambilnya kedalam lagi.
Hamka (Di Bawah Lindungan Ka'bah)
Sesuatu yang membuatmu pergi, pada saatnya akan menjadi sesuatu yang membawamu pulang kembali. Sesuatu itu berwujud satu, tetapi memiliki dua nama; “Luka” dan “Kenangan”. Yang satu membuatmu ingin melangkah jauh, yang satunya lagi memaksamu untuk mendekat lagi. Tarik menarik antara mereka, biasa kau sebut: Cinta
Bernard Batubara (Kata Hati)
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive.. [5cm]
Donny Dhirgantoro
Jika sebush hubungan telah dalam, terkadang manusia menjadi peka untuk merasakan perubahan hati pasangannya, sekalipun berada di tempat jauh (48)
Ayu Utami (Manjali dan Cakrabirawa)
Suara, nyanyian, musik, gunung, pantai, langit, padang pasir, laut yang membuat mereka indah sesungguhnya hal yang tidak kelihatan. Matahari juga tak bisa ditatap langsung oleh mata, tetapi yang membuatnya indah bukan hal yang bisa ditatap langsung oleh mata kan? Selalu ada sesuatu. Sesuatu yang misterius tetapi sangat bermakna. Itulah yang harus kau temukan… Keindahan bukanlah yang kau dengar atau lihat. Keindahan adalah yang kau rasakan. Jauh sampai ke dalam hati.
Fahd Pahdepie (Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan)
quote Quotable Quote “Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive..
Donny Dhirgantoro (5 cm)
Rahasia alam semesta jauh lebih mudah dimengerti dibandingkan hati seorang perempuan.
Erick Setiawan (Of Bees and Mist)
Membayangkan hidup tanpamu ternyata jauh lebih menakutkan ketimbang patah hati.
Christian Simamora (As Seen On TV)
Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yg kamu mau kejar… Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening. Biarkan… dia… menggantung… mengambang… 5 centimeter… di depan kening kamu… Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri… Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu… Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja… Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya… Serta mulut yang akan selalu berdoa
Donny Dhirgantoro
Kenapa begitu sakit ketika begitu sedih, Saat hati teriris sedikit demi sedikit dan rasa telah patah Tak lagi seumpama hujan turun dan basah tak seumpama siang panas dan kering. Hampa... Kenapa kita bertemu lagi? Aku telah rapuh jauh kedalam sunyi... .
Manhalawa
Hahaha... biar gaji habis, yang penting hati senang! Buat apa punya duit banyak kalo hati nggak senang. ... biar jauh terbentang jarak ini, tapi hati jangan sampai kauberi jarak, Pol...
Adenita (23 Episentrum)
Rachel anaknya jangkung, cantik, rambutnya pirang, dan tak kenal takut. Yah, jauh di dalam lubuk hati sih ia juga merasa tidak aman, cemas kalau-kalau ia tak bisa beradaptasi, dan tertekan karena harus hidup memenuhi standar tinggi yang ditentukannya sendiri. Tapi semua itu tersembunyi jauh di dalam. Jauh sekali, sehingga jika kau berusaha mencapainya, ia akan mencincangmu sebelum kau bahkan bisa mendekat.
Katherine Applegate
Aku percaya jika setiap hati memiliki bintangnya masing-masing. Yang bersinar terang dan membuat bahagia pemiliknya. Bintang-bintang itu adalah orang yang kita sukai. Namun di antara bintang-bintang tersebut, ada satu bintang yang paling terang. Jauh lebih terang sinarnya dari semua bintang yang ada. Bintang itu adalah pasangan resmi kita.
Satria Nova (Bintang Hati)
TanganNya tidak pernah terlalu pendek untuk menjangkau kita...kupingNya tidak pernah terlalu bising sehingga tidak bisa mendengar seruan kita...& mataNya tidak pernah berada terlalu jauh sehingga tidak bisa memperhatikan kita... Tapi,seringkali hati kita yg terlalu kecil untuk menyadari keberadaanNya...& pikiran kita yg terlalu sempit untuk mengakui kekuasaanNya atas semua masalah kita... *nite all..yesaya 55:8
Ferawati
Ada begitu banyak kemalangan, namun dari semua itu kebodohanlah yang tinggal menetap. Orang-orang bodoh melihat, mendengar dan merasakan seperti orang-orang lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki pemahaman atas diri sendiri dan keadaan di sekelilingnya. Berusaha memahami si bodoh adalah suatu tindakan yang sia-sia, pada akhirnya tanggapan mereka hanya akan membangkitkan amarah dan kejengkelan. Kebodohan serupa botol yang memiliki lubang di dasarnya, Seberapa pun banyaknya kebaikan dan pengetahuan yang kita tuang ke dalamnya ia akan berlalu dengan sia-sia. Mereka yang termasuk ke dalam golongan orang-orang bebal adalah mereka yang menukar sahabatnya dengan uang, dan menggantikan saudaranya dengan kilau emas dan permata. Hati orang bodoh ada dalam lidahnya dan dengan hal itu ia menggembar-gemborkan kelebihannya yang tak lain adalah sebuah omong-kosong. Sebaliknya, lidah orang bijak ada adalam hatinya dan ia memeliharanya dengan sangat hati-hati agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak perlu. Dan bahkan, hidup orang bebal jauh lebih buruk dari kematian. Orang-orang bebal dan dungu hanya akan menjadi beban bagi kehidupan, karena seumur hidup mereka tak pernah mau belajar. Kebodohan adalah batu pejal yang dibuang orang ke dalam sungai karena menghalangi orang yang akan lewat. Kebodohan punya banyak nama dan mereka menunjukkan wajahnya dalam berbagai wujud. Aku dapat menyebutkan sejumlah di antaranya, yaitu: egoisme dan keras-kepala, bebal dan degil, sikap anarkhi yang membabi buta, sikap acuh-tak acuh dan ketidak-pedulian, pembenaran diri sendiri, tak mau mendengar nasehat, dan kecerobahan yang tak terobati.
Titon Rahmawan
Saat kita harus menghadapi kekuatan alam, kita akan belajar untuk mempercayai. Bukan percaya begitu saja. Manusia bisa jauh lebih berbahaya daripada binatang liar. Kita pasti bisa mengetahui siapa yang bisa kita percayai. Kita harus tahu siapa yang akan menyelamatkan kita, jika kita terjebak bahaya dan siapa yang bisa kita beri senjata dan siapa yang membuat kita merasa aman saat membelakanginya. Yang paling penting, kita harus tahu siapa yang bisa kita ajak berbicara dari hati ke hati, tanpa dikhianati dan dilaporkan, semua hampa diluar sana...Jika kita tidak bisa berbicara kepada siapapun, kita pasti akan gila.
Diane Wei Liang
Semakin jauh engkau kutinggalkan Semakin mendekat pula terasa engkau di hati
A.D. Rahman Ahmad
Ketika Tuhan menyentuh hati kita, Ia akan benar-benar menyentuh bagian terdalam hati kita, jauh dari apa yang pernah tersentuh oleh manusia.
Bennyvck
yang menjauh dari ceruk hati saat kita jatuh dan saling jauh bukanlah rindu. meski pemalu, ia betah dan tak butuh lagi ruang lain dari orang lain.
Alfin Rizal (Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu)
Ada satu waktu di mana orang berjalan bermil mil untuk mendapatkan air. Sedang yang lain mesti menggali berkilo meter dalamnya untuk menemukan sumbernya. Tapi, bukankah ada mata air di dalam setiap hati, dan telaga jernih di dalam setiap pikiran? Mereka yang bijak tahu bagaimana mereka bisa minum tanpa harus membuang energi dengan percuma dan sia-sia. Mereka yang bijak tahu di mana letak samudra kebenaran yang sesungguhnya. Bukan jauh di luar sana, melainkan dekat di dalam diri mereka sendiri.
Titon Rahmawan
Penjual nasi tim sudah mulai membuka pintunya. Dari dalam, keluar buar harum yang sedap. Orang-orang yang pulang dari Missa pertama seringkali singgah ke situ. Mengherankan, tidak ada seorangpun yang teringat untuk berkhotbah terhadap laki-laki setengah tua itu beserta isteri dan anak menantunya. Siapa tahu mereka akan tertarik dan ikut masuk gereja. Namun orang-orang mungkin akan cemas juga: kalau mereka berbondong-bondong menghadiri Missa boleh jadi tidak akan ada nasi tim kalau mereka pulang. Atau: nasi tim itu terlalu enak, membuat orang lupa melakukan sesuatu yang ingin dilakukannya. Bagaimanapun, itulah mereka. Dari hari ke hari, sejak puluhan tahun, dengan setia membuka satu per satu papan-papan di muka rumah pada jam enam pagi. Sebuah meja dan sebuah tungku dikeluarkan. Di atasnya terdapat sebuah panci kaleng, setinggi setengah meter, tempat memasak nasi tim itu. Kemudian mangkuk-mangkuk dikeluarkan dan diletakkan di atas meja. Menantu perempuan memasang taplak-taplak meja seperti yang telah dilakukan sejak ia menikah. Anak laki-laki memeriksa apakah tungku itu cukup arangnya. Sedangkan laki-laki setengah tua itu mulai memotong-motongayam rebus dibantu isterinya yang turut memeriksa kalau-kalau ada bumbu-bumbu yang kurang. Setiap pagi, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, itulah kerja mereka. Anak laki-laki setelah tamat sekolah, tidak mempunyai tujuan lain kecuali belajar mewarisi keahlian masak ayahnya untuk kemudian menggantikannya setelah dia mati. Orang-orang yang sederhana, yang tidak perlu jauh-jauh dalam mencari bahagia. Mereka sudah lama menemukannya: dalam hati mereka sendiri. Monik melirik ke arah warung itu, Dilihatnya laki-laki setengah tua itu. Dilihatnya isterinya. Mereka betul. Mereka tidak perlu ke gereja. Tuhan sudah ada dalam hati mereka.
Marga T.
Dalam setiap diri manusia selalu ada suatu bentuk ketakutan untuk tidak dicintai, terbuang, dan terlupakan. Ia munafik kalau hal tersebut tidak terselip dalam hatinya. Jauh dalam lubuk hati Renatha masih tersembunyi ketakutan bahwa ia akan menghabiskan sisa hidup seorang diri, menua, dan akhirnya terlupakan.
Devania Annesya (Muse)
Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
Seorang bijak pernah memberikan nasihat serupa ini pada diriku: Bila engkau masih mencari dan belum berhasil menemukan makna kebahagiaan sejati, maka engkau tak perlu berkecil hati. Karena barangkali, engkau terlalu jauh mencari hingga kemudian tersesat. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kebahagiaan sejati tidak berada dalam harapan-harapan yang muluk, dalam angan-angan yang tak terselami atau tersembunyi di tempat yang jauh. Mereka yang telah menemukan tahu, bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu berada tak jauh dari sisi kita. Ia bahkan ada di dalam hati kita. Yaitu pada penerimaan kita atas kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Pada setiap hikmat dan kebajikan yang dengan tekun kita tabur dan tanpa kita sadari kemudian kita diberi kesempatan untuk menuainya. Juga pada setiap kesediaan kita berbagi dengan orang-orang yang berkesusahan, pada keiklasan kita memberi kepada mereka yang membutuhkan, pada setiap penghiburan yang kita bebatkan pada luka-luka orang yang sakit dan menderita. Serta seulas senyum yang senantiasa tersungging di wajah kita saat menyambut datang dan berlalunya hari-hari. Pada saat serupa itulah kita akan merasakan makna sesungguhnya dari kebahagiaan sejati.
Titon Rahmawan (Turquoise)
Rindu aku tau, aku tak mengerti Yang ku tau dia selau menghantui Dan tidak pernah bisa berhenti Bernostalgia menyelimuti sang hati Tentang Waktu tentang Kamu Terpaku menunggu dan terus membelenggu Mengharap temu enggan menjemu Ku selip rindu di awan langit biru Dan apabila menghitam, lunturlah tetesan hujan Membasahi alam dan mengguyur bulir-bulir kesan Deras kian menghantam, menguatkan rasa pada kerinduan Hanyut terseret kelam, menanti pelangi di atas awan Indah bayang-mu menghias mentari Senyum wajahmu melukiskan pelangi Ingin kau peka dengan rasa ini Karena aku tak ingin kau pergi Tapi aku rindu jika jauh Bagai langit sepih tanpa awan Karena kau pelangi setelah hujan Cinta-mu indah takan pernah aku lupakan For Dysa
Murfadhillah
Jkt 20/12/2012 Bulan ini bulan desember,spt juga desember thn2 sebelumnya pada bulan ini umat kristiani mempunyai hari besar semacam tradisi tahunan yaitu yg di sebut "Natal" atau Natale (italia) atau Christmas,dan sebagai penganut kirstiani sejak lahir saya selalu menikmati bulan2 desember spt ini tiap tiap tahunnya,saya selalu menikmatinya didalam hati saya,apalagi saat saya masih kanak kanak dulu,karena natal identik dengan hadiah untuk anak2,desember adalah menjadi bulan yg paling saya tunggu2 karena pada bulan itu akan ada sebuah kado yang menunggu saya pd bulan itu,akan ada gemerlap cahaya lampu pohon dan hiasan hiasan natal lainnya,saya akan memakai baju baru juga saya akan tampil dipanggung gereja memainkan fragmen dan drama natal bersama anak2 lainnya yang juga memakai baju baru yg menambah kesan natal semakin saya tunggu, Saya lahir di Indonesia saya tinggal di Indonesia saya bersekolah di Indonesia,negara yg mempunyai beragam agama yg mana agama2 itupun mempunyai Hari besar nya masing2,sejak masih kanak2 saya selalu terharu ketika melihat org lain berdoa entah dengan memakai tata cara agama apa mereka berdoa yg jelas saya selalu merasa ada suatu hal yg berbeda dlm hati saya ketika melihat org berdoa itu,saya bersahabat dgn beberapa teman saya orang2 keturunan yg beragama Budha,sy juga punya beberapa sahabat org Bali dan keturunan India yg beragama Hindu,walaupun jumlah mereka tidak sebanyak sahabat2 saya dari kaum Muslim,Muslim adalah mayoritas di negri ini otomatis muslimlah yg hampir 90% dari mereka setiap harinya berinteraksi dengan saya, lebih dalam lagi saya pun mempunyai banyak family sedarah dari kakek saya yg beragama muslim,tidak heran kalau sy pun menikmati hari raya Idul fitri,dan tidak jauh berbeda dengan natal momen Lebaran adalah menjadi hari yg saya tunggu2 juga, karena setiap tahunnya saya akan berkumpul dgn sanak family dan kerabat merasakan ketupat lebaran dan opor ayamnya juga saya bisa meminta maaf dan bersalaman dengan orang yg pernah bertengkar dengan saya dengan ucapan minal aidin walfaidzin,luar biasa hubungan batin saya dengan muslim sepertinya suatu hal yg tidak bisa terpisahkan,tetapi diluar daripada itu semua terjadi dilema dalam hidup saya ketika saya menyaksikan hal2 lain yg "mengusik mesranya hubungan saya dengan muslim,di saat yg sama berita di media masa sebegitu hebatnya memberitakan hal yang menumbuhkan opini2 perpecahan yang semakin hari semakin jauh dari kata "damai" dimana pandangan yg berbeda tentang Tuhan adalah menjadi alasan untuk pendidikan perang! sehingga seolah olah memaksa manusia siaga satu dan siap untuk membenci saat ada kaum yg berbeda dengan mereka,saya muak dengan ini, Keperdulian saya dgn keharmonisan keduanya Membuat saya tertarik utk "mencari tau tentang isi dari kedua agama ini,dgn hati yg bertanya tanya ada apa sebenarnya yg terjadi di dalamnya?,dengan segala keterbatasan saya bertahun tahun saya mencoba mencari titik temu antara perbedaan dan persamaan antara kristen dan islam,rasa ingin tau saya yg membuat saya sedikit demi sedikit menggali keduanya mulai dari sisi sejarah,segi terminologi,sisi tafsir2 atau doktrin (aqidah) nya,dgn mencari sumber2 yg akurat atau dengan cara bertanya,berdiskusi dll,sy tidak terlalu tau apa tujuan dan visi saya tapi yg jelas saya tertarik untuk mengetahuinya dan kadang saya lelah!saya merasa terlalu jauh memikirkan ini semua,saya merasa agama yg seharusnya memproduksi kedamaian dan cinta thd sesama malah membuat saya pusing dan muak karna saya koq malah pusing memikirkan konflik2 dan benturan2 yg justru disebabkan oleh agama itu sendiri Seiring berjalannya waktu pemahaman saya terhadap natal dan bulan desember itupun mulai terpisah,saya sudah mempunyai pemahaman sendiri mengenai natal,Desember hanyalah salah satu bulan dari 12 bulan yg ada,tetapi damai natal itu sendiri harus berada dalam sanubari dan jiwa dan roh saya setiap hari, "Selamat Natal Damai Selalu Beserta Kita Semua" Amien.........
Louis Ray Michael
Saya paham Nyonya penasaran dengan cara saya mengajar, tapi berdasarkan pengalaman saya, setiap ada sang ibu di sekitarnya, anak-anak akan berusaha menyenangkan Ibu mereka. Karena itu, kualitas belajar mereka akan menurun. Kasus ringannya seperti mereka tidak berani mengungkapkan isi hati dengan jujur. Kasus yang lebih parah, mereka jadi sok tahu padahal tidak tahu apa-apa, semua karena takut ibu mereka marah. Bukankah Nyonya rela mengupah guru les supaya anak Nyonya punya mutu pendidikan yang lebih baik? Jadi mohon maaf, apakah boleh minta Nyonya untuk pindah ke tempat yang agak jauh?
Wu Xiaole (On Children)
Ketika Si masih bayi, jaraknya dengan Hans sejauh batas lautan dan daratan. Saat anak gadis itu jadi remaja, jauh bukan lagi bicara jarak, melainkan tentang seorang anak yang rindu ayahnya pulang ke rumah dengan mengikutsertakan hati dan pikirannya yang utuh. - Piring Bahagia Si dan Bi
Dian Pertiwi Josua
Bangunlah. Hadapi semuanya dengan senyuman. Nescaya hati akan berasa tenang. Jangan terganggu dengan virus-virus kecil yang cuma mahukan perhatian.
Suhana Amiril (Allah Tidak Pernah Jauh)
Berilah aku satu kata puisi daripada seribu rumus ilmu penuh janji yang menyebabkan aku terlontar kini jauh dari bumi yang kukasih. Angkasa ini bisu angkasa ini sepi tetapi aku telah sampai pada tepi di mana aku tak mungkin kembali ciumku kepada istriku kepada anak dan ibuku. Dan salam kepada mereka yang kepadaku mengenang jagat begitu dalam, jagat begitu diam aku makin jauh, makin jauh dari bumi yang kukasih hati makin sepi, makin gemuruh bunda, jangan membiarkan aku sendiri
Subagio Sastrowardoyo
Aku kepengen jalan berdua lagi sama kamu setelah kita sama-sama di Jakarta nanti. Like, dating you properly, Mikela Chalid.” Dia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. “Aku ingin kenal kamu lebih jauh, lebih dalam. Aku ingin tahu lebih dari sekadar makanan favorit, warna favorit, atau hobimu. Aku ingin tahu bagaimana caranya membahagiakanmu, apa yang mesti aku hindari supaya nggak membuatmu menangis. Aku ingin tahu cerita-cerita remeh setelah lulus sekolah. Aku ingin mendengar masa-masa buruk yang membuatmu down, atau ketika kamu patah hati. Aku ingin tahu rahasiamu, isi hatimu. Cinta pertama dan patah hati terakhirmu. Aku ingin tahu semuanya dan tak berencana mundur selangkah pun.” “....” “Because if I date you, I want it to last.” Miki menemukan sesuatu di mata Jeron, lidah-lidah api semangat yang dia nggak yakin bisa padam dengan mudah. “If I date you, I’m dating you with a purpose.
Christian Simamora (Crying In My Porsche #CIMP)
Seperti pagi yang senantiasa menyajikan cahaya untuk langit Begitulah rasaku terbit Kicau-kicau permai Alunan-alunan rindu di setiap musim yang menyebutmu, aku ada Berusaha menyatukan pelangi yang diderai hujan kemaren sore Mungkin kisah kita masih puisi-puisi lugu yang mengendap di punggung-punggung kertas Syair-syair bisu yang tercipta dari jemari bertaut dengan kecemasan Ia belum memiliki panggung untuk menunjukkan jati diri Hanya gigil hati tak bernama yang dipeluk doa-doa Apakah kita bertemu untuk tinggal? Sebab tamu tidak pernah menetap Hanya datang sesaat, mengetuk pintu hatimu hanya untuk kepentingannya belaka Waktu tidak pernah memanipulasi keadaan Juli dimusim hujan kala itu Semua adalah keadaan yang telah direkam semesta Bahkan jauh sebelum kita ada Aku mungkin adalah cerita yang tak pernah kau impikan di diarymu sebelumnya Dan kau adalah bahasa yang acap kusebut dalam doa Yang belum mampu aku defenisikan untuk sebuah nama
firman nofeki
Terkadang ketika seseorang patah hati and being miserable, they tend to pity themselves. Lupa kalau sebenarnya mereka jauh lebih berharga dari yang mereka pikir. Radit
Ayunita Kuraisy (Retrocession)
Bersahabat tidak berarti harus selalu bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Kadang-kadang bersahabat adalah tentang tetap saling menjaga dan mendukung ketika jauh. Bersahabat adalah tentang tetap bisa bertemu tanpa canggung dan seperti tidak pernah berjauhan. Bersahabat itu soal hati, bukan soal fisik.
Fakhrisina Amalia (Represi)
Aku terjatuh dalam lubang yang curam, Disana ku habiskan seluruh sepenuh Aku mati di duri yang menikam Ku lepas nafas jiwa pergi jauh... Aku kau dan kita Sejauh tak bersua menikam di dada Sedekat tak memandang sinis lirikan Sudah... Sudahlah menghilang Kabur tak terlihat Hampa... Dingin, Diam, Hening dan Sunyi ? Kita, ... bertemu lagi.!
Manhalawa
tanpa matahaRi Malam berjalan sangat lambat menandakan siksa hati yang lama dan perih seraya tetap memaksa otak menangkap kegetiran itu melalui bayangan masa lalu yang jelas tertelan sangat jauh... Secara jelas bobot penyesalan makin berat dan membesar, menghilangkan kesadaran tentang bagaimana langkah kecil telah mampu merobohkan bangunan yang didasari oleh perasaan memiliki Kemampuanku melemah seiring redupnya semangat menanyakan apa yang sedang berubah sekarang karena membayangkan saja telah terasa begitu menakutkan untuk kuhadapi. Menahan adalah pilihan terbaik Apakah kamu merasakan hal yang sama denganku? Lalu kuusap pelan air bening dari sudut mataku..... Malam masih enggan... _wasiman waz
WAZ
Pahit Secangkir Kopi Aneh, betapa banyak manusia sibuk mencari musuh, seakan hidup ini adalah medan perang di mana setiap tatapan harus dicurigai, setiap senyum harus dicatat sebagai strategi, dan setiap kata adalah panah yang siap melukai. Padahal, hidup sudah cukup keras tanpa kita menambah lawan di dalamnya. Ironi ini nyata: kita sering lebih mudah membenci daripada menghargai. Orang membenci karena merasa kita terlalu tinggi atau terlalu rendah, terlalu pintar atau terlalu bodoh, terlalu kaya atau terlalu miskin. Benci, rupanya, tidak butuh alasan yang masuk akal—ia hanya butuh cermin untuk menampilkan kekurangan diri pada wajah orang lain. Tapi, bukankah pertemanan jauh lebih berharga daripada permusuhan? Skill bisa dipelajari, ilmu bisa dicari, uang bisa dicetak, tapi relasi—ia adalah emas cair yang mengalir di dalam nadi kehidupan. Sejenius apapun dirimu, selalu ada alasan untuk gagal jika berdiri sendirian. Sebab kepercayaan hanya tumbuh dari mereka yang mengenalmu, bukan sekadar dari kecerdasanmu. Keahlianmu menjadi sia-sia bila tidak ada yang tahu keberadaanmu. Sementara ada pintu-pintu rahasia di dunia ini yang hanya bisa dibuka oleh pemegang kunci—dan mereka itu adalah relasi, pertemanan, jaringan yang kau jalin dengan tangan dan hatimu sendiri. Circle-mu adalah cermin yang memantulkan bayanganmu. Siapa yang ada di sekelilingmu menentukan bagaimana dunia menilai keberadaanmu. Kerap kali kita kalah bukan karena kurang pintar, kurang terampil atau kurang beruntung, melainkan karena terlalu kaku berjalan sendirian. Sementara mereka yang biasa saja, yang ilmunya seadanya, justru melesat jauh karena pandai bergaul, merawat jaringan pertemanan, menyulam simpul-simpul koneksi, dan menabur benih simpati. Pertemanan adalah investasi jangka panjang. Ia membentuk mata air yang suatu hari akan mengalir balik kepadamu. Teman yang tulus akan menjadi tiang penopang di saat badai datang, menjadi pilar penyangga di saat engkau jatuh, dan menjadi cermin yang memantulkan wajahmu apa adanya. Namun berhati-hatilah: tidak semua tangan yang terulur adalah tangan yang ingin menolong. Ada pertemanan yang sejatinya racun, circle beracun yang menyeretmu ke jurang lebih dalam. Bijaklah memilih siapa yang akan duduk di mejamu, siapa yang akan mendengar ceritamu, siapa yang akan bersorak ketika engkau menang, bukan hanya bersorak ketika engkau kalah. Membangun pertemanan bukan soal berapa banyak nama di daftar kontakmu, melainkan berapa banyak hati yang benar-benar bisa kau sentuh. Bukan tentang siapa yang datang saat pesta, tapi siapa yang bertahan saat petaka. Pada akhirnya, membenci itu murah—cukup dengan asumsi, cukup dengan prasangka. Tapi berteman itu mahal—ia butuh kepercayaan, kesetiaan, dan keberanian untuk meruntuhkan ego, untuk berkorban, untuk menahan diri. Maka pilihlah, engkau ingin dikenang sebagai pembuat tembok atau sebagai pembangun jembatan? Karena dunia ini tak pernah kekurangan musuh, tapi selalu haus akan jabat tangan sahabat. Seribu tangan yang saling menggenggam tak sebanding dengan satu tangan yang menusuk dari belakang. Seribu senyum sahabat mampu menyembuhkan, tetapi satu rasa dengki di hati bisa meracuni. Sahabat adalah jembatan, musuh adalah jurang—dan pilihan kita menentukan, apakah kita akan menyeberang dengan selamat atau justru akan terperosok di dalamnya? Segelas kopi mungkin terasa pahit, tetapi ketika kita duduk bersama, tawa dan cerita menjadikannya lebih manis daripada gula. Kopi tanpa gula pun tetap bisa dinikmati, sebab persahabatanlah yang menambah rasa. Persahabatan sejati ibarat kopi hitam: sederhana, jujur, kadang pahit—namun selalu membuat kita ingin kembali. Di meja yang sama, segelas kopi menyatukan perbedaan, menjembatani jarak, dan menghangatkan hati. Sebab manisnya gula tak ada artinya bila diminum sendiri; bahkan pahitnya kopi pun terasa nikmat bila diteguk bersama sahabat sejati. Semarang, September 2025
Titon Rahmawan
Cinta Ayah & Cinta Ibu Cinta ayah tak pernah selembut cinta ibu. Cinta ibu sering digambarkan seperti matahari: terang, hangat, selalu tampak berseri. Ia memberi tanpa henti, mengasuh, mendidik, memeluk dengan sabar, hingga anak-anak tahu—kasih itu punya wajah perempuan. Tapi cinta ayah? Ia seperti akar pohon: diam dan tersembunyi di dalam tanah, tidak terlihat, sering dilupakan, namun tanpanya batang takkan pernah berdiri, daun takkan pernah hijau, buah takkan pernah ranum. Ayah rela jadi bayangan, agar ibumu bisa menjadi cahaya. Ia rela jadi garam, tak terlihat di meja makan, tapi tanpa dirinya masakan akan berasa hambar. Seringkali, anak-anak hanya tahu cerita ibu— tentang sakit melahirkan, tentang malam-malam panjang penuh tangisan. Mereka lupa ada ayah yang menahan kantuk di luar rumah, berpeluh sepanjang hari, agar air susu bisa terus mengalir di rumah kecil itu. Ada ibu yang, karena luka hatinya, menyebut ayah tak berguna di telinga anak-anaknya. Dan kata-kata itu tertanam seperti duri, membuat anak memandang ayahnya dengan mata curiga. Padahal, ayah itulah yang senantiasa paling siaga setiap kali keluarga diancam bahaya. Cinta ayah tidak selalu manis, ia sering kaku, dingin, bahkan terasa jauh. Ia mungkin pernah memukulmu bila kau khilaf, tapi melarangmu untuk menangis. Bukan karena ia tak peduli, tapi karena ia memikul beban yang tak pernah ia bagi. Ia lebih banyak diam, karena di balik diamnya ada seribu doa yang tak terdengar telinga. Ibu mungkin pernah berkata, “Jangan cari suami seperti ayahmu.” Tapi ayah, meski sering diremehkan, masih bisa berkata dengan rendah hati: “Berbaktilah pada ibumu. Karena surga ada di telapak kakinya.” Betapa ironisnya: ayah yang disalahkan, tetap mengajarkan anaknya untuk tetap mencintai ibunya. Dan dari situ kita tahu, cinta ayah bukan sekadar tentang dirinya, melainkan tentang keluarga—baginya, keluarga adalah segalanya. Mungkin kau tidak akan pernah melihatnya menangis di hadapanmu, tapi lututnya bisa gemetar saat tak mampu lagi bekerja. Ia mungkin tak pandai berkata manis, tapi ia adalah tameng pertama ketika badai menerjang. Ia mungkin jarang di rumah, tapi tiap rupiah yang ia bawa pulang adalah cara bagaimana ia berkata: “Aku ingin kau bahagia, dan hidupmu jauh lebih baik dariku.” Ayah adalah hujan yang datang malam-malam, mengisi sumur tanpa disadari. Ayah adalah batu pijakan di sungai deras, yang kau injak untuk menyeberang, meski batu itu sendiri tenggelam di dalam derasnya arus. Maka bila kau mencintai ibumu, jangan lupa untuk menghormati ayahmu. Karena di balik masakan lezat ibumu, ada tetes keringat ayahmu. Di balik rumah yang melindungimu dari panas dan hujan, ada tulang punggung ayahmu yang menahan beban. Ayah bukanlah dewa, ia bisa rapuh, bisa sakit, bisa salah, bisa jatuh. Namun justru karena itu, cinta ayah adalah cinta yang paling manusiawi: tak sempurna, tapi tetap setia. Tak tampak, tapi sungguh nyata.
Titon Rahmawan
Dalam setiap kebudayaan, langit dan dorongan religius terhubung erat. Saya berbaring di padang terbuka dan langit seolah-olah mengelilingi saya. Saya dibuat takjub oleh skalanya. Langit begitu luas dan jauh sehingga saya merasa tidak berarti. Namun, saya tidak merasa ditolak olehnya. Saya adalah bagian dari langit itu—memang, bagian yang sangat kecil, tetapi semua hal menjadi kecil jika dibandingkan dengan keagungan yang luar biasa itu. Dan ketika saya memusatkan perhatian pada bintang-bintang, planet-planet, dan pergerakannya, saya merasakan sensasi yang tak terbantahkan bahwa semua ini laksana sebuah mesin, sebuah jam mekanis, dengan presisi elegan yang bekerja dalam skala yang, setinggi apa pun cita-cita kita, tetap membuat kita merasa kecil dan rendah hati.
Carl Sagan (Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space)
Ketika makan malam selesai, sang saudagar berkata dengan nada bangga, “Guru, lihatlah semua ini — rumahku, perusahaanku, hartaku yang berlimpah. Katakan padaku, apa lagi yang harus kulakukan agar dunia mengagumiku lebih dari ini semua?” Sang guru tersenyum samar. “Apakah engkau ingin dikagumi, atau ingin dihargai?” Saudagar itu terdiam sejenak. “Apa bedanya?” “Yang dikagumi mengundang iri hati dan kecemburuan, yang dihargai menumbuhkan respek dan rasa hormat. Yang dikagumi seringkali hidup dalam panggung sandiwara, sementara yang dihargai hidup dalam keheningan yang jauh lebih bermakna.
Titon Rahmawan
Adarusa Hapaheman yang merubuhkan pohon itu adalah kerabat dekatmu Batu yang dulu kaupungut dari sungai dan membawanya ke tepi Jejak yang ia tinggalkan di atas tanah tegalan yang kekeringan Dan janji yang tak terbeli. Istrinya adalah sekuntum mawar yang layu sebelum waktunya Sandyakala yang mendadak tua setelah melahirkan 3 ekor anak burung; Seekor burung gagak Seekor burung prenjak Dan seekor merpati yang pemalu namun baik hati. Mereka tak pernah terbang terlalu jauh dari sarang itu. Sarang yang bukan miliknya Rumah yang tak pernah ia dirikan untuk keluarga. Karena ia hanyalah seekor adarusa. Tak ada yang dimilikinya sendiri kecuali hutang-hutang masa lalu; Tanah yang tak pernah ia cangkul. Benih yang tak pernah ia tanam. Adakah kemarahan semacam itu akan terpendam selamanya? Seekor pejantan lancung yang hanya bisa datang saat ia lapar Dan lalu pergi hanya untuk memenuhi egonya sendiri. Ia telah menjadi beban bagi masa silam Dan batu yang kian hari kian memberati Sayap-sayap kelam yang tak mampu terbang lagi. Telah tua ia sekarang Masih dengan tabiat yang sama Watak yang sepertinya hendak ia bawa mati Langit sekarat menunggu waktu Segala apa yang ia punya, hanyalah luka Bukan nama atau harta untuk diwariskan. Takdir dan nasib buruk serupa suara guntur di kejauhan. Ia adalah hapaheman yang merubuhkan pohon Tempat di mana sarang itu berada. Sarang yang ditinggali istri dan tiga anak-anaknya. November 2025
Titon Rahmawan, dkk