Doa Ibu Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Doa Ibu. Here they are! All 11 of them:

Ada banyak momen yang kukira mustahil kulalui dalam hidup, yang membuatku tertegun dan berpikir, “Jika aku bisa, pasti karena doa ibu dan ayahku.
Lucia Priandarini (Posesif)
Gak ada 1 orang ibu pun di dunia ini yang mau melihat anaknya menderita. Setiap bait doa dan tetes keringatnya hanya untuk melihat anaknya bahagia
LoveinParisSeason2
Ibu tak pernah menangis seperti itu. Sepanjang yang aku ingat. Tangisnya serupa guci keramik di rumah Yangkung yang tak sengaja aku pecahkan. Jatuh dan lalu hancur berkeping keping. Ia tak pernah kembali utuh seperti semula. Kita tak bisa hidup dengan kenangan kenangan buruk seperti itu. Sejak kapan perasaan ibu lebih penting dari perasaanku sendiri? Tapi aku tahu, aku semestinya menggugat mengapa pikiran serupa itu berkelebat di dalam benakku? Ibu bukanlah simbol yang harus diterjemahkan dengan kata kata. Ia adalah representasi dari hidup dan sekaligus kehidupan. Semestinya ia adalah perwujudan dari hidup itu sendiri. Betapa pun, aku tak bisa memikirkan makna kehidupan tanpa mengindahkan kehadiran ibu dalam hidupku. Tapi mengapa ibu tak selalu mewakili apa yang aku pikirkan? Ia tak selalu cantik, lembut dan penuh kasih sayang. Matanya terlihat sayu, sembab dan menanggung terlalu banyak kepedihan. Terlalu banyak mutiara yang tertumpah dari matanya. Seperti doa doa yang tak putus ia panjatkan. Apakah hanya dengan kesedihan kita bisa memaknai arti kebahagiaan yang sesungguhnya? Apakah orang mesti jatuh agar ia bisa tegak berdiri? Dan ibu mungkin teladan yang tak selalu bisa kita mengerti. Sebab dia membesarkan kita anak anaknya, lebih banyak justru dengan penderitaan penderitaannya sendiri.
Titon Rahmawan
Jangan beri aku apapun Meski itu perhatianmu Meski itu kasih sayangmu Meski itu air matamu Jangan beri aku kesedihanmu Jangan beri aku amarahmu Jangan beri aku dahagamu Jangan kau beri aku apapun Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda." Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu? Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih? Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu? Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu. Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit. Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja. Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu. Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.
Titon Rahmawan
Aku tak akan pernah mengeluarkan kata-kata buruk dan kasar sekalipun dia amat sangat menyakiti hatiku. Karena kata-kataku sekarang akan berubah menjadi doa. Dan doaku padanya tak akan terhijab suatu apapun. - Ibuku, di suatu momen
Dini Nuzulia Rahmah (Surat untuk Ayah & Ibu)
Telah kukirim warna warni pelangi itu bersama salam dari adikmu. Ternyata ia juga rindu berkelakar denganmu. Jadi baik baiklah engkau melihat dunia, Nak. Mungkin ia tak seindah taman bunga yang pernah Bunda ceritakan. Ada teman yang akan menyambutmu dengan senyum dan jabat tangan. Tapi mungkin, ada mata yang akan menatapmu dengan curiga. "Apa yang akan engkau perbuat di sini? Jangan kau curi apa yang aku punya!" Pandai pandailah engkau menyalin baris baris ingatan dari semua petuahku dulu. Seberapa penting dan bernilainya itu bagimu kini. Sebab, hanya cinta Bunda yang akan mengatarkanmu melewati hari hari hujan. Hari hari tanpa mimpi. Keras suara guntur dan kilat berkelebat. Tapi kau tak perlu takut Nak. Karena kau tak pernah sendirian. Ada Bunda yang akan membimbingmu melewati jalan kelok berliku. Jalan yang penuh tikungan dan tanjakan yang tersembunyi. Jalan yang mungkin tak selamanya lurus. Jalan yang akan membuatmu letih. Awalnya mungkin engkau akan mengeluh. Mungkin engkau akan menangis sesekali. Mungkin engkau akan merasa jengkel dan bahkan marah. Tapi biarlah perasaan perasaan itu mengalir seperti sungai. Karena akan selalu ada laut di hati Ibu, di hati Bundamu ini. Luas samudra yang akan menampung semua keluh kesahmu. Ada pesan pesan pendek yang akan menyapamu setiap pagi. Jadikan itu roti dan selai choco crunchy sarapan kegemaranmu. Akan ada bunga yang wangi semerbak yang di kirim dari kantor ayah untuk menceriakan pagi harimu. Ia mungkin tak banyak bicara menyuarakan perasaannya, tapi ketahuilah Nak, bahkan di tengah kesibukannya ia tak pernah berhenti memikirkanmu. Sesekali ia berhenti mengajar, hanya untuk mengirim pesan padaku, "Adakah kabar dari putri kesayangannya hari ini?" Bahkan ia tak sabar menunggu datangnya akhir pekan, agar ia leluasa berbicara denganmu dari hati ke hati. Sebab ia tahu, betapa harimu kadang mendung kadang hujan. Dan ketika mati lampu, matanya seperti menerawang di dalam gelap. Dengan setengah berbisik ia bicara kepada Bunda, seandainya saja ia bisa jadi pelita yang menyala untukmu sepanjang hari. Saat malam datang mengendap dan adikmu lelaki telah lama mendengkur, Bunda acap mendengar suara ayahmu seperti mendesah di dalam mimpi. Ia menangis terbata menyebut nyebut namamu. Bunda tak hendak membuatnya terjaga. Sebab tangis itu seperti juga doa. Seperti kerinduan laut yang tak bertepi. Seperti cerah langit merah jelang subuh dini hari. Kamu bisa menyebutnya sebagai cinta. Itulah cinta yang menambatkan hati bunda ke pelukan ayahmu. Ia seperti senyap pawana yang menyelinap di malam buta dan berusaha masuk lewat jendela kamarmu. Ia mungkin tak akan berucap sepatah kata pun. Ia hanya akan menatapmu sejenak. Memastikan engkau tidur terlelap. Ia mungkin cuma ingin tahu, apakah selimut yang kamu pakai cukup tebal dan hangat membungkus tubuhmu. Apakah AC di kamarmu menyala terlalu dingin? Apakah senyum manis menghias wajahmu dan membawamu bermimpi tentang surga? Ketahuilah Nak, itu adalah kerinduan kami dan perasaan perasaan lain yang tak terlukiskan.
Titon Rahmawan
Pada kedua telapak tangan ibu, yang selalu terangkat setiap kali mengucap doa, nama anak-anaknya akan selalu ada pada urutan pertama. Selalu lebih dulu disebut sebelum mengatakan harap untuk dirinya sendiri. Semua keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup kita tidak akan terjadi tanpa doa ibu.
Ika Vihara (A Wedding Come True)
Hal paling menyedihkan ketika ditinggal ibu adalah saat menyadari bahwa mulai saat itu tak ada lagi doa ibu yang menemani
Indah Esjepe
Tak ada doa yang tak didengar, tak ada doa yang tak sampai. Doa tulus tak pernah putus
Indah Esjepe
TERJAMIN DAN TERPERCAYA! PESAN KLIK 85718837258, Aqiqah Limo Depok Timur, Limo Depok Aqiqah Center, Aqiqah Cilodong Limo Depok, Aqiqah Cimanggis Limo Depok, Aqiqah Citayam Limo Depok Jika anda menemukan kami jangan sungkan untuk konsultasi sekarang juga, karena kami adalah penyedia layanan kambing aqiqah berpengalaman terbaik di Kota Depok KATERING Kambing AQIQAH, juga BANDAR kambing Aqiqah BERPENGALAMAN di Kota Depok KATERING KAMBING AQIQAH USAHA MANDIRI DO'A IBU Jl. Shaleh RT 003 RW 010 Parungbingung, Rangkapanjaya Baru, Pancoran Mas Kota Depok, Jawa Barat Bapak Niko 0857-1883-7258 CALL/WA
jasalay[ananaqiqah
Doa Seorang Ibu di Tengah Amuk Peperangan Ya Allah ya Rabb Hari ini mereka membombardir rumah-rumah kami dengan amarah dan kebencian. Hari ini mereka meluluh- lantakkan sawah dan ladang gandum gantungan hidup kami dengan dendam kesumat. Mata dibalas mata gigi dibalas gigi. Apakah dengan seijin-Mu kami harus menerima dahsyat petaka ini? Apakah dengan ridho-Mu mereka layak menimpakan bencana ke atas kepala kami? Sekiranya kesalahanlah yang telah kami perbuat, maka berikanlah kami keiklasan untuk menerimanya sebagai hukuman. Sekiranya dosa kamilah yang jadi penyebab, maka karuniakanlah petunjuk dan ampunan-Mu agar kami terhindar dari mara bahaya. Biarlah hari ini kami jemput raga anak-anak kami yang terkapar di antara reruntuhan bangunan dan pecahan puing-puing. Biarlah kami kuburkan jasad-jasad saudara kami yang telah mati, agar mereka layak menghadap ke haribaan-Mu. Tapi demi keagungan nama-Mu susutlah air mata kami, karena hanya Engkaulah satu-satunya tempat bagi kami berserah diri. Sekiranya saja masih ada rasa kemanusiaan di bumi di mana tempat kami tinggal. Sekiranya kami pantas untuk setia mengharapkan belas kasih-Mu. Maka berilah kami kedamaian untuk hidup bersama sebagai saudara. Sebab demikianlah yang telah Engkau janjikan dulu kepada Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Sebagaimana pengharapan dan rasa syukur senantiasa hidup di dalam hati manusia yang hidup dan taat bersujud di hadapan kemuliaan nama-Mu, maka lindungilah kami, seluruh anak cucu keturunan Adam.
Titon Rahmawan