Chungking Express Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Chungking Express. Here they are! All 3 of them:

On May 1st, 1994, a woman wished me happy birthday. I'll remember her all my life for that greeting. If memory is also a tin, I hope it never expires. If it does, I hope it's in 10,000 years.
Chungking Express
But his expressed willingness to put his troops under American command was pure public relations. “We shall never agree to that,” Mao cabled Zhou in Chungking on January 25, 1945, and his reason harked back to Lenin’s theory of imperialism. It would put the party’s troops “under foreign command, turning them into a colonial army,” Mao said. America was the imperialist power, the Soviet Union the revolutionary one. And that is what mattered when it came to distinguishing between permanent friends and permanent enemies.
Richard Bernstein (China 1945: Mao's Revolution and America's Fateful Choice)
Nafsu, Kehati-hatian dalam Suasana Tepat untuk Bercinta (Shades of "In the Mood for Love, 2046, Lust, Caution, Infernal Affairs, Chungking Express, Hero & Neo-Noir.") Tony, setiap kali kau melintas di layar, dunia berhenti bernapas seolah kamera Wong Kar-wai telah mengikat denyut bumi pada nadi kecil di bawah matamu. Tapi aku hendak menulis tentang hal lain— tentang kota-kota yang menua atau tentang tubuh manusia yang gagal memahami keinginan— lalu kau muncul begitu saja, seperti bisikan neon yang memaksa ingatan mundur ke jalan-jalan sempit Hong Kong pada menit yang tak pernah diputar ulang. Bagaimana mungkin kau memikul begitu banyak kesepian, Tony? Kesepian yang licin seperti hujan, dan setajam bilah yang pernah kau selundupkan ke balik lengah sejarah. Setiap peran yang kaumasuki bukanlah karakter— melainkan lorong psikis yang kau bongkar dengan tangan hening. Chow Mo-Wan, yang menyembunyikan rahasia di lubang kuil Angkor Wat, Masih berjalan di belakangmu seperti bayangan yang tak rela mati. Aku ingin bicara denganmu, Leung bukan sebagai penulis, bukan sebagai penonton, tetapi sebagai seseorang yang tahu bagaimana rasanya menjadi rahasia yang tidak ingin disembunyikan. Aku membawa segelas bir, angin malam, dan suara klakson yang patah. Di meja kecil itu, kau hanya menatap; seolah seluruh sejarah ketidaksetiaan sedang berusaha menulis ulang dirinya sendiri di balik tajam sorot matamu. Chiu-wai, aku tak lupa bagaimana kau mencabik tubuh gadis itu dalam Lust, Caution: bukan dengan jemarimu, tetapi dengan kehampaan yang mematuhi logikanya sendiri. Aku benci padamu— sekaligus iri pada dingin pisau itu, pada caramu memegang nafsu sebagai alat penyiksaan. Mr. Yee, kau bilang: "Satu sudah mati. Separuh otaknya hilang. Saya mengenali yang lainnya." Dan aku tahu, bahkan tanpa kamera, kau tetap akan tersenyum dengan keanggunan seorang pembunuh yang terlalu elegan untuk merasa bersalah. Namun ketika kau berlari menembus lampu-lampu jalan raya untuk menyelamatkan sekelebat hidup yang terlihat rapuh, seolah kematian pun ragu menelanmu. Adegan itu indah— indah karena dunia sesaat lupa bahwa kau tidak pernah benar-benar ingin hidup. Kau tahu, Tony, aku masih mengikutimu ke kedai mie yang tua itu. Aku memilih kursi paling belakang, mendengar sumpit menemukan mangkukmu seperti dentang jam yang menunda takdir. Kau berbicara lewat telepon kepada perempuan yang bukan istrimu dan tanpa sadar menghidupkan kembali dosa-dosa yang lupa kau kubur. Aku melihatmu di meja mahyong. Aku tahu ekspresi wajah pemain curang. Dan kau, Leung— kau bukan Dewa Judi Ko Chun, meski dunia ingin percaya bahwa keberuntunganmu datang dari langit, bukan dari kehancuran batin yang luar biasa detail. Aku seharusnya membunuhmu waktu itu, waktu kau telanjang dan tertidur bersama istriku dalam mimpi yang kau curi. Tubuh kalian basah, sunyi, dan terlalu jujur. Tapi aku tidak jadi melakukannya. Bukan karena kau tak layak mati— melainkan karena aku ingin melihat apa yang tersisa dari cahaya ketika ia melewati matamu. Apa itu keberanian, Tony? Apa itu kehati-hatian? Apa itu keinginan yang terus mengintai di balik sutra, kain, dan rahasia? Kau tak akan bisa menjawab. Kau hanya bisa hidup dalam kilau film yang selalu menunda tamat, karena realitas terlalu sempit untuk menampung duka yang kau bawa. Dan aku, aku akan terus membuntutimu dari film ke film, dari kehidupan ke kehidupan, menunggu saat kau sadar bahwa yang kukagumi bukanlah dirimu— tetapi kehancuranmu yang tak pernah berakhir. (2024 - 2025)
Titon Rahmawan