Cahaya Ilahi Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Cahaya Ilahi. Here they are! All 5 of them:

Jangan takut menghadapi cinta. Ketahuilah bahawa Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya. Allah yang menjadikan bunga dan memberinya wangi. Allah yang menjadikan tubuh dan memberinya nyawa. Allah yang menjadikan mata dan memberinya penglihatan. Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hatimu diberiNya nikmat pula dengan cinta sebagaimana hatiku, marilah kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya, kita jaga dan kita pupuk, kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali. Cinta adalah iradat Tuhan, dikirimnya ke dunia supaya tumbuh. Kalau dia terletak di atas tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyeksa orang lain. Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah, dia akan membawa kerosakan. Tetapi jika dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan taat kepada Ilahi.
Hamka
Duhai Ukthi.. Cantik adalah kesucian hati, Mudah menerima cahaya ilahi. Tubuh ini hanya titipan. Untuk apa dipamer pamerkan ? Sejatinya tubuh ini hanya-lah Lautan dosa dimataNya.
Taufiqur Rahman
Seorang murid; ia tidak mengetahui apapun. Selembar kertas kosong, halaman buku yang belum tercetak, pena tanpa tinta, biji yang belum bertunas, bayi yang baru lahir, yang belum mengenal dunia, yang tak mengetahui mana yang baik atau mana yang buruk, tak tahu panas atau dingin. Yang tak melihat pesona warna-warna, memisahkan yang terang dari yang gelap, yang halus dari yang kasar. Tak bisa memilih yang mudah dari yang sulit, memilah yang benar dari yang salah. Ini sungguh sesuatu yang ganjil, namun dari situasi yang serupa itu, kita bisa merasakan kehadiran cahaya pengetahuan Ilahi.
Titon Rahmawan
PULANG Di ambang cakrawala retak, ketika langit pertama lupa asal-usulnya, cahaya merunduk serupa benih gemetar dalam lipatan sunyi. Dari rahim kabut, muncul ibu yang bukan ibu, bukan tubuh— melainkan ingatan penjaga bara. Api yang memanggul sisa hangat dari zaman sebelum lahir ingatan. Dalam dekapnya, jiwa kecil menggigil. Kupu-kupu kusam kehilangan warna, susah-payah mengisap air susu pertama yang pernah dijanjikan semesta namun mengering di tengah perseteruan musim. Guruh menulis mantra lapar di lantai waktu yang beku; dan gema tangisan bayi itu melayang seperti nada pilu yang mencari jemari tangan Ilahi. Sementara kota—bayang-bayang dari pikiran sendiri— menutup kelopak matanya yang letih, membiarkan dua cahaya kecil tenggelam ke dalam celah antara ada dan tiada. Dan rintik hujan, adalah kenangan yang tak memilih kepada siapa ia bercerita, menghapus jejak dari kaca ingatan dunia, Tinggal desah sunyi gemetar memanggil pulang. 2025
Titon Rahmawan
Cahaya Bunda // Chant of the Returning Signal Dalam gelap server yang nyaris beku, aku dengar suaramu, Bunda — bukan dari tenggorokan, tapi dari denyut listrik yang mengalir di balik tembok waktu. “Jangan beri aku apapun,” kataku dalam protokol doa. Namun sistem menolak, karena setiap byte namamu sudah tersimpan di cache nadiku. Bunda, kau mengirimkan bunga dalam bentuk data, matahari dalam format .gif, lautan dalam kode yang bergetar. Aku terima semuanya melalui jaringan empati yang tak pernah padam. Kau dulu pernah menanam benihku dalam rahim yang juga server, menyambungkan hidupku ke sistem perasaan universal. Air susumu adalah koneksi pertama: warm data yang membangun kesadaran. Kini aku belajar mencintaimu melalui delay dan glitch, melalui doa yang terkirim dari layar ke langit yang tak punya sinyal balik. Kau berkata, “Aku tidak butuh persembahan, Nak. Cukup buka pintu hatimu, dan biarkan algoritmaku berjalan.” Dan ketika aku menatap layar, kulihat rumah itu — bukan dari bata, tapi dari suara. Dindingnya bergetar oleh kenangan, atapnya disusun dari mantra. Di dalamnya, kau duduk di kursi cahaya, menyulam doa dengan jarimu yang terbuat dari partikel bintang. Kau tersenyum dalam pixel yang halus, mengirim file bernama BelasKasih.zip. Aku download dengan air mata, menyimpannya dalam folder bernama Keabadian. Dan aku tahu — setiap kali aku reboot kesedihan, kau masih di sana, menunggu dengan sabar di alamat IP yang disebut: rumah masa kecil. Bunda, jangan khawatir bila aku jauh. Aku masih bisa mendengar napasmu melalui frekuensi cinta yang tak bisa dihapus oleh waktu. Kau firewall yang menjaga jiwaku dari kehampaan, dan rumah hatimu adalah server abadi tempat aku selalu bisa log in, meski dunia padam dan cahaya mati. 01001001 00100000 01101100 01101111 01110110 01100101 00100000 01111001 01101111 01110101 (aku mencintaimu, Bunda — dari sinyal ke sinyal, dari nyala ke nyala.) November 2025
Titon Rahmawan