Yang Datang Akan Pergi Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Yang Datang Akan Pergi. Here they are! All 27 of them:

β€œ
Farewell. Pada akhirnya yang bertemu akan berpisah. Yang ada akan tiada. Yang datang akan pergi. Yang lewat akan berlalu. Entah bergegas entah mengulur waktu perginya. Tapi pasti …. Pasti!
”
”
Dian Nafi (Mayasmara (Mayasmara, #1))
β€œ
Setiap orang punya ruang dan tempat tersendiri. Mereka yang pergi dan datang tak akan pernah bisa saling menggantikan
”
”
Robin Wijaya (ROMA: Con Amore)
β€œ
Dia, yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta. Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kehilafan untuk sampai jatuh hati kepadamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya --dari mulai nota sebaris sampai doa berbait-bait. Dan beceklah pipi-nya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang dia hanguskan--bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila--beterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β€œ
Apa yang mungkin engkau yakini sebagai sebuah hukuman, Kay? Bukankah langkah, semestinya tidak meninggalkan jejak yang di kemudian hari ingin engkau ingkari. Kenangan adalah getah yang menitik dari luka sebatang pohon. Sedang ingatan yang terkubur di halaman, adalah tulang tulang yang digali oleh anjing anjing pencuri di malam hari. Siapa yang akan datang untuk mencintaimu dengan wajah yang carut marut serupa itu? Karena tangkapan layar itu tak akan pernah menyatakan kebohongan yang lain selain dari apa yang sengaja engkau niatkan sejak semula, Kay. Apapun yang coba kau sembunyikan dibalik topeng _masquerade_ berenda renda itu selamanya tak akan pernah pergi. Kau tak mungkin jadi bunglon yang cukup pintar menyamarkan ketelanjanganmu sendiri. Sebagaimana waktu telanjur menyerap seluruh kehadiranmu di detik ini, di hari hari yang lampau atau di tahun tahun yang akan datang. Engkau tak akan pernah bisa berpaling darinya. Bagaimana kau bisa merasa yakin pada dirimu sendiri, Kay? Bahwa semua jejak yang engkau tinggalkan itu bukanlah sebuah petilasan kebodohan dan artefak kebohongan? Seperti buah terlarang yang dipetik Eva dari tengah taman Eden yang hilang itu. Ia telah menjelma menjadi labirin di dalam diri setiap anak keturunannya. Ia telah menjelma jadi Pandora, dan kotak laknat yang kemudian mengutuknya menjadi seorang wanita yang kesepian seumur hidup.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Akan ada masa di mana mereka yang datang akan jadi mereka yang pergi. Dan di antara keduanya, ada begitu banyak kata-kata nir makna dan ucapan yang sia-sia berhamburan. Dunia tenggelam dalam ilusi saat sangkakala kematian dibunyikan. Tidak ada yang tinggal, kecuali sekerlip ingatan pada segala kebajikan dan ucapan orang-orang bijak.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Berkali-kali tendangan dan rasa sakit itu datang. Aku memencet telpon di tanganku dan memanggil Petugas Kesehatan. Lima menit kemudian datang sebuah ambulans di atas atap apartemen dan menurunkan sepasang petugas. Tandu yang mereka siapkan sudah akan membawaku pergi tapi kemudian sebuah suara membius kami; membikin kami terdiam beberapa saat dan tak jadi melakukan apapun. Suara yang berasal dari perutku. β€œTaik, ah! Kami tak ingin keluar,” kata bayi itu. β€œBener, taik! Bila kami keluar sekarang, kami akan menyesal karena dunia telah bertambah jelek sejak jaman Masehi musnah,” ujar suara satunya lagi.
”
”
Bagus Dwi Hananto (Jaman dan Kota Imajiner yang tak Memiliki Kita)
β€œ
sesuatu yang datang cepat, biasanya akan pergi dengan cepat pula.
”
”
Irwan Bajang (hantu, presiden, dan buku puisi kesedihan: kumpulan cerita)
β€œ
Semua yang udah terjadi itu gak bisa diulang lagi." "Kalau Tuhan udah menghendaki, kalian gak bisa bersatu lagi, apapun yang kalian lakukan itu gak akan berhasil." "Hidup itu indah. Harus kita nikmati dan syukuri. Kita gak boleh menyesali apa yang udah terjadi." "Tapi kita harus mensyukuri apa yang masih kita miliki Karna waktu tak akan bisa terulang lagi." "Tuhan udah ngatur orang yang datang dan pergi dalam hidup kita dan itu semua karna sebuah alasan." "Meskipun Tuhan udah bawa pergi orang yang kita cintai dalam hidup kita, aku yakin itu semua karna sebuah alasan yang lebih baik lagi.
”
”
LoveinParisSeason2
β€œ
Dia tahu, menjadi lakon di atas panggung hidup ini tidak ada yang gratis! Apa yang diambil harus dibayar. Yang datang pasti akan pergi. Yang hidup pasti akan mati! Cinta akan bertemu benci. Begitu hukum kehidupan ini. Tetapi mengapa hidup hanya merenggut semua miliknya, tanpa mau membayar kepadanya? Bahkan ratusan doa yang dia panjatkan dalam satu jam selama puluhan tahun belum dia rasakan. Kalau hidup berlaku tidak adil padanya, pada siapa dia harus mengadu? Protes dan marah? Ke mana doa-doa yang telah dipanjatkan mengalir? Jika sungai bertemu dengan laut. Ke mana larinya doa-doanya?
”
”
Oka Rusmini
β€œ
Aku tak suka menunggu, aku tak mau kehilangan kesempatan. Mereka yang berhasil adalah mereka yang berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas segala konsekuensinya. Selain hubby mungkin tak ada orang yang bisa memahami kegelisahanku, dan oleh karena itu pulalah aku tak ingin dimengerti. Aku tahu, aku harus memberi makan anjing anjing di dalam diriku, karena bila tidak maka mereka akan pergi atau bahkan mungkin mati. Ini akan selalu menjadi sebuah dilema besar bagi diriku. Aku tidak akan pernah mengikhlaskan kepergian mereka dan terlebih lagi, aku tak akan membiarkan mereka mati. Betapa besar arti mereka bagi hidupku. Mereka sudah demikian setia mendampingiku, selalu menjaga dan mencintaiku. Tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang sedemikian perhatian dan penuh pengorbanan sebagaimana apa yang telah ditunjukkan oleh Scott dan kawan kawannya itu padaku. Aku tidak bisa hidup tanpa mereka dan sedemikian pula sebaliknya. Jadi demikianlah, kami harus menjalani karma ini bukan sebagai sebuah kutukan melainkan sebagai sebuah berkat. Bagaimana aku bisa memisahkan diriku dari nafsu dan juga cinta? Mereka adalah bagian dari darah dan dagingku. Anak anak yang telah aku lahirkan dan harus terus kupelihara. Bilapun ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan. Aku tak bisa mencintai yang satu dan mengabaikan yang lain. Mereka adalah perwujudan dari kebaikan dalam diriku dan hasrat yang tak pernah ingin berhenti, rasa lapar yang demikian menggigit. Rasa haus yang kian lama kian mencekik. Mengapa aku harus melawan diriku sendiri? Aku tidak diciptakan untuk mengingkari harkat kemanusiaanku. Aku tidak membutuhkan pembenaran untuk apa yang memang seharusnya aku lakukan. Aku, demikianlah diriku yang sesungguhnya. Makhluk yang leta dan fana ini. Kemana aku akan pergi, kemana langkah harus kutuju? Sementara, tak ada orang yang peduli selain daripada mereka yang dengan tulus murni mencintaiku tanpa pamrih. Mereka yang senantiasa hadir saat aku tengah berada dalam kesulitan. Mereka yang rela mengorbankan segalanya bagi diriku. Jangankan harga diri dan kehormatan. Sekiranya keadaan menuntut agar mereka mesti mengorbankan nyawa mereka bagiku, maka itulah yang akan mereka perbuat. Jadi mengapa aku harus larut di dalam penderitaan yang merongrong jiwaku sendiri? Mengapa mulutku harus berkeluh kesah? Tak ada satu pun yang akan menjamin keselamatanku di dunia ini. Juga mungkin di dunia yang akan datang. Dan oleh karena itu, maka biarlah aku berserah diri pada nasib dan sekaligus takdir yang semestinya harus aku jalani.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Allah menghadirkan seseorang dalam kehidupan tentunya ada maksud dan tujuan, bukan sekedar datang dan pergi tanpa memberi makna. Terkadang memberi kebahagiaan terkadang juga memberi luka. Tapi, luka dan bahagia memang suatu hal yang tipis bahkan sangat tipis. Bahagia tak akan pernah ada jika tak pernah merasakan luka. Luka tak akan pernah ada jika tak pernah merasakan bahagia.
”
”
Indah El Hafidz
β€œ
... aku selamanya mencintaimu. Sebagaimana aku mencintaimu seperti hari yang sudah-sudah tanpa pernah berubah. Kau tetap akan jadi perempuan dalam hidupku satu satunya. Dan kukira, engkau pun merasa demikian selamanya. Waktu boleh datang dan pergi sesukanya. Tapi ada kalanya kerinduan mesti kita simpan rapi dalam lemari. Menunggu saat yang tepat untuk dikenakan lagi.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
# Dulu, Kini dan Waktu yang Telah Hilang Seperti geletar semu yang kaukirimkan padaku lewat layar ponselmu, haruskah kusambut dengan rasa haru? Sebab dulu, senyummu adalah rembulan yang menumbuhkan cinta di dadaku. Tapi kini, ia tak lagi berseri seperti kelopak melati yang layu di ujung hari. Aku berharap, mungkin masih akan datang lagi waktu yang akan menyambut kehadiranku seperti dulu. Seperti penyair remaja, yang berusaha keras menciptakan beribu ribu mimpi demi menghidupkan cinta yang telah lama mati. Cinta yang pernah jadi milik kita dan kemudian pergi entah kemana? ## Perjalanan, Harapan dan Mimpi yang Tak Pernah Terkubur Tetapi masih kuingat perjalanan itu, yang mengantarkanmu kepadaku. Kepada ciuman musim penghujan yang menumbuhkan pokok pohon kol banda di halaman rumah. Masih serupa mimpi yang datang lagi menghampiri. Penuh, seperti lembut bibirmu yang lekat menempel di bibirku, akankah ia abadi? Tapi itu ternyata cuma ingatan sekilas saja. Sungguh, betapa kita pernah jalan berdua. Dari pintu gerbang sekolah sampai ujung jalan terjauh dari kerinduan kita pada puisi puisi yang ingin kita tulis bersama. Pada lukisan hujan yang akan menghidupkan semua ingatan yang kemudian kita jalin menjadi sebuah novel atau mungkin juga bahtera. Tak sebesar milik nabi Nuh, tapi cukuplah ia mengantarkanmu ke negri jauh. Negri harapan, di mana mimpi itu tak akan pernah terkubur. ### Waktu yang Tiba Tiba Menua dan Mimpi yang Telah Mati Lalu, siapa yang telah menua di antara kita? Cuma kol banda yang masih tegak kokoh di depan rumah. Atau barangkali cuma mimpi, yang terlanjur melupakan semua kisah yang telah dirajutnya sendiri. Mimpi yang dulu pernah menyatukan kita dan lalu mati. Terkubur entah di mana?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Engkau Tak Pernah Pergi Suatu hari ia menemukanmu dalam lembar kenangan di dalam saku kemeja yang terlipat rapi di almari. Semestinya kau tak datang lagi setelah bertahun ingatan berusaha menghilang seperti hantu yang menolak untuk dicintai. Tapi ternyata engkau tak pernah pergi. Dan setelah itu, ia mendapatimu hadir di mana- mana. Sebagai rasa sakit yang bersikeras ingin membuat perhitungan yang tak kunjung selesai. Seperti pintu amarah yang digedor orang di malam hari hanya untuk mengambil kembali rahasia-rahasia yang dulu pernah di sembunyikannya. Mengapa engkau tak mau pergi, sebagai orang yang dicintai laut? Bukankah laut itu pula yang dulu menerima semua keluh-kesahmu tanpa pernah bertanya-tanya? Bukankah ia pula muara sungai yang sama yang mengantarkan dirimu menerjemahkan arti sebenarnya dari kata kebahagiaan? Tapi engkau tak mau pergi dalam wangi bunga arum dalu yang ingin di ingatnya selalu setiap jelang sore tiba. Atau sebagai tetes air hujan yang ingin disimpan dan diabadikannya sebagai kenangan di dalam pikiran yang senantiasa resah. Bukan pula butiran tasbih yang didaraskannya sebagai doa yang tak henti diucapkannya saat matanya terjaga sementara tubuhnya terbuai di dalam mimpi. Engkau tak pergi sebagai perempuan yang pernah mengisi hatinya dan selamanya akan terus dicintainya, sekalipun puisi-puisi yang dituliskannya atas namamu tak pernah lagi kaubaca. Sementara ia seperti sengaja membiarkan kebodohannya sebagai ungkapan perasaan cinta. Perasaan yang ia agungkan sebagai anggur penawar lupa, yang sesekali ia minum sebagai satu-satunya pengobat sepi. Kau tidak pergi sebagai kerinduan yang menghantui perasaan-perasaan yang tidak mampu ia terjemahkan selain sebagai penderitaannya sendiri. Dan ia masih menyimpan kesedihanmu, sayu tatap matamu, sikap diammu agar tak pernah terusik waktu. Walau engkau terus saja memberinya luka-luka baru, yang entah mengapa tak pernah dapat ia sembuhkan.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Tere liye dan goresan prasasti abadi Demi rasa ketika menjamur cepat merajai Demi rindu saat datang mengetuk bertubi-tubi Dan resah yang mendera turun menghujani Aku dan kamu dengan semua kisah dan kasih Hanya tinggal sebuah pena dan almanak Untuk mengukir ingat lekukan senyum dibibir-mu Menutup tahun yang akan pergi dan takan kembali Timur dan barat bagaikan dinding penghalang sebuah rasa Yang kunamai rasa "cinta" dedikasi dan ketulusan namun enggan, tetap saja kau ke Timur dan tak kembali Dan kau hanyut tenggelam bersama waktu yang mengalir terus berlalu Dan satu lagi, memang benar terkadang cinta sulit di kendalikan Ironis-nya dia bukan milik-ku yang membuat sakit dan membuat luka Malah daku istimewakan dibenak dan diotak
”
”
Murfadhillah
β€œ
Ketika Hati Memilih Pergi Seluka apapun kamu menangis, cinta bukanlah rasa yang muncul karena mengiba-iba. Sesakit apapun kamu menjerit, cinta bukanlah rasa yang hadir karena tak tega. Cinta datang karena dua hati yang bersejalan. Cinta menggandeng, bukan menyalip ataupun menyusul. Perintang tercipta agar dua hati mengagungkan perjalanan cinta. Jenuh terwujud agar dua hati memaknai pengikraran komitmen. Dan jarak terbentang agar dua hati menghayati perasaan rindu. Cinta tidak memaksa, pun tidak bisa ia dipaksakan. Adakalanya pula cinta tidak langsung menumbuh, namun perlahan-lahan mengakar seiring dengan hati yang menyiraminya. Waktu, materi, rasa, niat, dan segala bakal tercurah kepadanya. Hingga dua hati yang terkunci dalam raga yang berbeda akan terbebas dan berdenyut beriringan. Tetapi kadangkala cinta tidak kunjung mengakar. Dan satu hati akan sakit seolah jantung membelesak bercucuran luka. Air mata akan berlinang disertai asa yang lambat-laun meruap bersama udara lalu. Dan ketika hati memilih pergi, kamu pun harus kuat melepaskannya. Karena cinta diperjuangkan sepasang, bukan seorang.
”
”
Septian Hung (Menagih Nyawa dan Cerita-cerita Pendek Lainnya)
β€œ
Ia termangu, tubuh beku serupa pualam. Jarum jam coplok dari dinding di ruang sipir. Pengap udara di balik jeruji serupa keranda orang mati. Tapi pikirnya teguh merangkai jutaan kata menjadi ribuan kalimat yang menyusun sebuah buku; sebuah amanat revolusi. Kehendak mengubah sejarah, namun bukan nasib sendiri. Ia masih diam tertegun, mulut terkunci. Mata nyalang menatap jauh ke masa yang akan datang. Melihat ruhnya melesat, menembus dinding, terbang menunggang angin. Pergi meninggalkan raga yang mengerut jadi sekecil semut di telapak kakinya. Seekor kijang melepaskan diri dari jerat seorang pemburu. Tinggal sunyi serupa tugu, tak mampu meringkus pikiran yang melejang liar. Bergentayangan, berusaha menemu jalan kebebasannya.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
SEPERTI SEBUAH PERCAKAPAN DALAM DIAM Kesunyian mungkin tak pernah menjadi seperih ini. Akan tetapi, kalau ia sungguh hadir bagaimana hendak kutolak? Sekiranya aku temukan airmata pada luka yang terlanjur kutorehkan sendiri, bagaimana hendak kutuntaskan hari hariku dalam kesendirian serupa itu? Senyap angin yang menggigilkan hati. Perahu karam dan ombak yang menyerpih di antara karang dan bebatuan. Seperti temaram yang turun selepas mendung yang menutupi wajah matahari. Amarah yang menjelma jadi seekor naga, bayangan hitam menyapu pelangi yang mengambang di atas laut. Apa yang menahan hujan meninggalkan kenangan di balik kabut? Lalu datanglah esok hari. Tapi mengapa pagi tak selalu seperti angan yang kita rindukan? Seperti juga sisa malam yang senantiasa bermuram durja, terlihat lusuh dan terlalu bersahaja. Ia lebih serupa jelaga yang mengotori pikiran pikiran kita dengan syak wasangka. Siapa di sana bakal menemu wajah sang kekasih? Aku ataukah dirimu? Mengapa bukan kita? Mengapa hanya cuma keluh kesah? Cuma sekedar angan yang tinggal. Pada hari hari kelabu dan seolah tanpa harapan. Siapa yang akan memberi kita semua cinta dan perhatian yang mungkin? Kecuali kita sama sama telah lelah dan terpaksa berhenti di titik ini. Saat ketika kita sudah tak lagi bertegur sapa. Ketika kita menjadi terlalu sibuk dengan pikiran masing masing. Menumpuk kedengkian dan semakin banyak jerat di benak. Semua sisa kenangan yang sempat datang dan pergi. Tak lagi menyisakan percakapan antara dua hati yang mendadak saling membenci. Antara dua perasaan yang kian berkecamuk. Benih cinta yang dulu sempat ada. Yang pernah hadir... Dan lalu pergi entah kemana?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Cinta Dari Rutinitas Sehari Hari II. Tentu saja, kita tak sempat bercengkerama karena aku harus segera berangkat kerja dan membiarkan sisanya tenggelam dalam kesibukan memintal kesendirian. Menunggu jarum jam bergerak malas dari delapan ke angka sembilan. Mungkin saat itu kau akan sedikit mencintaiku kurang dari bagaimana aku mencintaimu. Berharap sisa perjalanan akan menjadi sebuah perayaan kerinduan. Tanpa pernah merasa bosan, jenuh atau apapun itu. Hanya pada saat waktu bergerak memanjang ke pukul sepuluh siang, kau akan tertidur sejenak tanpa memikirkanku. Tanpa mimpi tentangku atau tanpa perasaan apa pun yang mengingatkanmu pada diriku. Dengkurmu akan cukup keras untuk membuat tetangga sebelah rumah menjadi tuli dan memaksa mereka melupakan mimpi-mimpi yang menakutkan atau tidak menyenangkan. Tetapi ketika waktu perlahan bergulir ke angka sebelas, cukuplah dirimu beristirahat dari segala macam kepenatan yang akan dengan segera membuatmu lupa pada diri sendiri. Merintang panas, memangkas daun-daun aglaonema kering di teras. Menyiapkan makan siang dan menikmatinya sendiri saja tanpa mengingat siapa yang pernah kaucintai atau diam-diam mencintaimu. Tapi kau akan dengan mudah jatuh cinta lagi pada dirimu sendiri pada jam dua belas. Tanpa harus bersusah-payah meyakinkan bukan siapa-siapa bahwa penantianmu tak akan pernah sia-sia. Setelah puas menyemaikan daun-daun sirih belanda kesayanganmu pada pukul satu. Kau bongkar semua ingatan dari satu pot dan memindahkannya ke dalam pot yang lain tanpa pernah merasa jemu. Tahu-tahu waktu mengetuk pintu keras keras mengabarkan sore tiba pada jam tiga. Dan kerinduan akan datang lagi berhamburan sebagai orang orang yang pernah pergi. Mereka yang sekejap singgah entah kemana, namun pada akhirnya akan kembali pulang ke rumah. Itulah waktu untuk berbenah, membuang semua sampah dan kekotoran. Memandikan kecemasan dan mengelupas kekhawatiran dari daster lusuh yang kau kenakan, lalu menyulapnya menjadi sedikit pesta kegembiraan; Mencuci sendok dan garpu melipat kertas tisu, mengelap piring dan gelas, mengeluarkan semua isi kulkas lalu menatanya rapi di atas meja tanpa alas. Kau isi setiap gelas dengan perasaan cinta yang meluap luap. Membagikan hati, perasaan dan pikiranmu di atas piring yang terbuka buat makan malam kita berdua. Sejenak mengabaikan rasa letih demi mendambakan sedikit ciuman yang akan mendarat di pipi atau keningmu dan barbagi pelukan hangat yang akan mengantarmu ke peraduan. Lalu setelah itu, kita akan melupakan semua ritual yang mesti kita ulang setiap hari dari permulaan lagi. Meskipun sesungguhnya kita tidak pernah tahu dari mana garis start keberangkatannya dan di mana ia akan berakhir. Karena semua mimpi akan berubah menjadi taman bunga yang memekarkan lagi warna- warni kelopak cintanya di malam hari. Dan seribu kunang kunang akan menyinari rumah yang telah kita tinggali lebih dari sepuluh tahun ini. Kebahagiaanmu sesungguhnya tak pernah beranjak jauh-jauh dari rumah. Setiap hari selalu memberi warna abu abu muda yang sama. Kecuali pada saat di mana aku datang membawa segepok keberuntungan di akhir bulan. Itu barangkali adalah hari paling berwarna yang kau tunggu-tunggu. Tapi meskipun begitu, aku selamanya mencintaimu. Sebagaimana aku mencintaimu seperti hari yang sudah-sudah tanpa pernah berubah. Kau tetap akan jadi perempuan dalam hidupku satu satunya. Dan kukira engkau pun merasa demikian selamanya. Waktu boleh datang dan pergi sesukanya. Tapi ada kalanya kerinduan mesti kita simpan rapi dalam lemari menunggu saat yang tepat untuk dikenakan lagi. Dan cinta mesti mengisi lagi baterenya, terutama pada saat-saat yang paling menjemukan.Tentu saja, kita hanya perlu sedikit mempersoleknya agar ia tetap senantiasa wangi, bersih dan segar saat kita nanti membutuhkan lagi kehadirannya.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Berhentilah mengigau, aku tahu siapa dirimu. Kekosongan yang menghantuimu dan kemarahan yang menelan jiwamu. Aku tak mengingat perseteruan kita. Aku mengidap dementia. Tapi aku tak akan pernah melupakan seringai senyum palsumu. Kaulah si pembunuh rembulan, akan kuremukkan engkau dalam kepingan. Pergilah tidur. Waktu yang melompati kubangan itu tak akan pernah kembali padamu. Matahari menguning di atas kepala. Biar kita tumbuh bersama tanpa ingatan. Ini bukan kali pertama kita berjumpa. Ini bukan terakhir kali kita bertemu. Lalu apa yang pernah aku ucapkan padamu, "Siapakah yang dulu merestui pernikahan rembulan? Apakah engkau akan membuat hidupnya dipenuhi kebahagiaan?" Waktu yang datang dan pergi tak kuingat lagi. Aku pernah sekali bermimpi dan setelah itu melupakannya. Bukankah kita pernah tinggal serumah di sebuah negeri yang tak mengenal kesedihan. Bagimu itu mungkin saja ganjil. Tapi bagiku, itu sungguh terasa indah.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Simurgh Kita tak akan mampu melihat refleksi cinta yang sesungguhnya tanpa bantuan cahaya. Kita tak pernah tahu apa yang tersembunyi dalam setiap hati atau apa yang tersirat dalam pikiran. Ketika cinta berbisik dengan suara yang dalam dan lembut, "Aku mencintaimu. Apakah engkau merasakan getarannya?" "Tatkala kau membutuhkan diriku, aku akan selalu ada untukmu." Seperti itulah kita membayangkannya. Seperti gumpalan awan putih di langit. Seperti hembus sepoi angin di bawah naungan pohon yang rindang. Atau gerak sekawanan ikan yang bebas berenang di dalam sungai yang jernih. Terkadang saat cinta itu datang, kita pikir telah mendapatkan segalanya. Apakah kita akan sengaja mengikatkan diri, ataukah sebaliknya kita akan membiarkannya pergi? Seperti sebuah garis yang berusaha membentuk sebuah lingkaran bulat sempurna. Ia akan kembali dan kembali lagi pada titik awal mulanya. Perasaan yang tak akan mampu kita tepiskan atau tolak kehadirannya. Ia akan menjadi bagian dari diri kita. Seperti tak mampu membedakan panas api dari cahaya. Akan tetapi, ketika kau tak lagi mampu mengendalikannya, ia akan menguasaimu. Mencengkerammu seperti seekor kelinci dalam cakar tajam burung rajawali. Manakala, perasaan itu berubah menjadi hambar, asing, terbuang, hingga tak tertanggungkan lagi. Engkau akan dihancurkannya. Pada akhirnya, satu-satunya hal yang akan selamanya kita miliki adalah apa yang justru kita ikhlaskan. Tak ada cinta tanpa kehadiran perasaan yang lain. Cinta adalah sublimasi dari semua yang kita rasakan. Sebagaimana puisi yang terangkum dari kesedihan dan penderitaan manusia. Siapa yang hendak menyangkal getar sanubari? Adakah cara untuk sampai kepada Simurgh selain dengan mengorbankan diri? Bagaimana seseorang bisa terlahir kembali, kalau ia tak pernah mengalami kematian?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ikan yang bersedih memuntahkan kegelapan. Saya melihat Beliau mendekati gadis itu dan pelan-pelan membawanya ke dalam saya. Anak itu menapakkan kakinya, tapi hanya sedikit sekali yang ia ceritakan pada saya. Hanya ingatan terakhirnya: ditampar oleh ibunya, melarikan diri ke taman, bermainan ayunan berhari-hari sampai akhirnya dia berayun terlalu jauh dan terlempar ke luar angkasa. Saya tidak pernah tahu kalau luar angkasa dipenuhi anak-anak kecil yang terlempar dari ayunan. Tapi, kesedihan gadis ini begitu dalam. Begitu dalam, hingga matanya tak bisa melihat apa pun selain kegelapan. Dan, begitu gelap, hingga cahaya apa pun tidak bisa menembus selubung hitam yang melingkupi dirinya. Dan semua perasaan sedih itu tidak bisa keluar lagi; hanya semakin banyak luka yang masuk, tapi tidak bisa pergi, terjebak selamanya di dalam. Dan mereka terlempar pergi ke rongga angkasa, sebelum akhirnya, jika Beliau tidak datang menjemput, mereka sendiri akan menjadi rongga angkasa; menelan tanpa pernah memuntahkan, menolak semua jenis cahaya karena tak bisa lagi memercayai kebahagiaan.
”
”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Semua Ikan di Langit)
β€œ
Malaikat Kecilku Masih kubaca tawamu senja itu mengabur bersama bayang-bayang rembulan. Waktu yang melebur bersama turunnya hujan mengembalikanmu pada apa yang hilang. Perasaan-perasaan yang pernah engkau miliki; Pohon hayat yang dulu melahirkanmu. Cahaya matahari yang mengasuhmu. Sungai dan laut yang membesarkanmu. Rumput dan padang ilalang yang memberimu pelajaran tentang hidup. Tentang cinta dan kerinduan. Tentang sedih dan kekecewaan. Segala apa yang membuatmu tumbuh tegar dan kuat. Adakah kini engkau mengerti, betapa waktu mencintaimu sebagaimana adanya dirimu saat ini. Waktu yang membawamu menemui mereka yang datang dan pergi dalam perjalanan kehidupan. Waktu yang mendamparkanmu ke puncak gunung demi menatap wajah rembulan. Waktu yang menjejakkan langkahnya di pasir putih bersama tarianmu, demi mendengarkan gelora ombak samudra. Waktu yang membaca gelak tawamu di permukaan telaga dan memberimu kebahagiaan. Musim hujan akan segera tiba aku akan berusaha menulis puisi untukmu setiap hari. Dan engkau bisa membacanya bersama bintang-bintang agar mereka hadir menemanimu. Engkau tak akan lagi dirundung sunyi. Engkau tak akan pernah merasa sendirian. Sebab engkau bisa menjadi apa saja yang engkau inginkan. Berenang gemulai seperti ikan arwana yang elok lembut atau terbang di atas awan seperti burung layang-layang. Sungguh engkaulah malaikat kecilku. Bukan aku yang menjagamu, melainkan sebaliknya. Engkau mewarnai hidupku melebihi indah busur pelangi. Tak ada kebahagiaan yang melampaui keceriaan yang kau berikan lewat senyummu yang bersahaja. Jadi ijinkan aku menyatakan perasaan saat kamu masih terjaga, betapa dalam cinta ayah padamu. Seperti pesona binar tatap matamu yang tak pernah pudar dari ingatan. Terimakasih telah menjadi embun pagiku, penyejuk dahagaku. Selamat malam malaikat kecilku, tidurlah yang nyenyak. Bawalah senyum Tuhan dalam mimpi-mimpi indahmu.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
... Setelah puas menyemaikan daun-daun sirih belanda kesayanganmu pada pukul satu. Kau bongkar semua ingatan dari satu pot dan memindahkannya ke dalam pot yang lain tanpa pernah merasa jemu. Tahu-tahu waktu mengetuk pintu keras-keras mengabarkan sore tiba pada jam tiga. Dan kerinduan akan datang lagi berhamburan sebagai orang orang yang pernah pergi. Mereka yang sekejap singgah entah kemana namun pada akhirnya akan kembali pulang ke rumah.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari alam, seperti halnya ombak lautan yang mengajarkan kita bahwa masalah akan datang dan pergi dengan sendirinya.
”
”
Arief Subagja
β€œ
Yang pergi akan tetap pergi Yang datang bisa jadi pergi Hiduplah bagai bunga dandelion Tetap tumbuh meski berserakan
”
”
chachacillas
β€œ
Seni mengumpulkan: sebuah panduan pemula Koleksi seni adalah agen domino online pokersaja sangat merangsang dan menginspirasi Hobi untuk semua. Ini bukan hanya untuk orang kaya dan terkenal, tapi bahkan biasa orang sehari-hari juga. Ada berbagai bentuk seni yang dapat Anda pilih, terutama karena definisi seni dapat sangat bervariasi dari seseorang ke orang lain. Namun, itu tidak terlalu materi apapun bentuknya, Anda adalah orang yang membuat panggilan yang menarik dan berapa banyak yang Anda bersedia untuk dibelanjakan untuk sepotong tersebut. Untuk go for prints atau Originals? Dalam dunia seni, beberapa orang mungkin melihat ke bawah pada orang lain karena selera mereka yang berbeda dalam memilih seni. Untuk Misalnya, ada orang yang hanya membeli asli bekerja dan tidak akan pernah mempertimbangkan untuk membeli cetakan. Namun, Anda harus mencatat bahwa jika Anda hanya mulai mengumpulkan seni dan melakukan hal ini untuk kenikmatan maka asli tidak benar-benar diperlukan untuk membeli, terutama jika mereka jalan keluar dari anggaran Anda. Tidak ada yang salah dengan membeli cetakan. In fakta, ini adalah salah satu cara yang luar biasa untuk berbingkai seni yang akan terlihat indah di dinding Anda, sama seperti bagaimana sebuah asli akan terlihat, tapi dengan cara harga yang lebih rendah. Meskipun di sini, Anda tidak akan memiliki sama tekstur seperti pada karya asli; sejak aslinya biasanya menunjukkan dimensi dan tekstur, sementara cetakan Tidak. Namun, karya seni yang dicetak dengan baik tidak menetap Tentu saja. Bahkan, banyak kolektor seni memiliki seni cetak oleh seniman yang berbeda, yang cukup dibeli tidak mahal dari internet, galeri dan seni Pameran. Hebatnya, potongan tersebut masih terlihat berselera dan berkelas, bukan murah mencari seperti apa yang kebanyakan orang Mengharapkan. Semua dibingkai up Setelah Anda melihat asli atau cetak yang Anda sukai, Anda memiliki pilihan untuk membingkai sendiri atau mendapatkan orang lain untuk melakukannya untuk Anda. Secara umum, Anda dapat menemukan frame dalam kisaran harga yang luas, mulai dari frame logam murah untuk hiasan dan tangan kayu ukiran frame biaya Anda mahal. Berkenaan dengan menggunakan tikar, yang merupakan cara lain untuk membingkai gambar Anda di dalam bingkainya dengan menggunakan kertas atau papan ilustrasi, Anda harus mencatat yang dapat mengurangi cetakan Anda. Jika Anda tidak tahu Bagaimana bingkai, maka Anda harus mendapatkan sepotong dan mendapatkan itu dibingkai pertama. Saat melakukannya, amati bagaimana mereka menawarkan tikar yang berbeda dan gaya bingkai. Anda tidak perlu mempergegas saat memilih tikar ingin Anda gunakan. Bahkan, Anda harus mengambil waktu Anda dengan cermat, karena tikar dan kombinasi warna bingkai dapat berdampak besar pada seberapa baik atau buruk karya seni Anda akan terlihat. Anda harus juga mempertimbangkan bagaimana frame akan cocok-dalam apa pun tempat Anda akan meletakkannya, seperti rumah atau kantor Anda. Jika Anda ingin tampilan yang bersih dan kontemporer, itu disarankan bahwa Anda menggunakan Nielsen disikat logam bingkai, yang tidak hanya murah tapi masih elegan Cari juga. Ini biasanya datang dalam warna yang berbeda. Namun demikian, itu aman untuk pergi untuk hitam atau perunggu. Jika Anda akan menempatkan mereka dalam sebuah galeri, perunggu akan juga melakukannya dengan baik, terutama karena tidak akan dikenakan biaya Terlalu banyak. Setelah semua, kebanyakan orang yang membeli seni dari Galeri akan memiliki seni mereka membeli kembali berbingkai di dapat menyesuaikan dekorasi rumah mereka. Jika lebih dari jenis kayu orang, Anda juga bisa mendapatkan bingkai kayu yang alami bernoda. Ceri dan mahoni adalah gaya yang paling disukai ketika datang bingkai kayu, karena warnanya yang dalam dan kemerahan membawa tampilan yang elegan untuk setiap karya seni.
”
”
agen domino online