Tidak Menghargai Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Tidak Menghargai. Here they are! All 37 of them:

β€œ
Orang yang tidak pernah dibakar panas mentari, mustahil menghargai rimbun berteduh - peribahasa Turki.
”
”
Hasrizal Abdul Jamil (Secangkir Teh Pengubat Letih)
β€œ
Salahkah bila kita menghargai pikiran yang merdeka-yang tidak dikejar kejar, yang tak diusut dan diancam, sebuah pikiran yang tak ditakut-takuti oleh cap "berdosa" atas nama Tuhan ataupun kewaspadaan.
”
”
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 2)
β€œ
Teman tidak harus selalu bersama. Teman juga tidak harus selalu berdamai. Mungkin kadang – kadang perlu berpisah untuk menghargai pertemanan ini.
”
”
Ahmad Fuadi (Ranah 3 Warna)
β€œ
Kita tak ingin selama-lamanya berada di bawah pemerintahan satu orang selama puluhan tahun, Laut. Hanya di negara diktatorial satu orang bisa memerintah begitu lama...seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Mungkin kita hanya nyamuk-nyamuk pengganggu bagi mereka. Kerikil dalam sepatu mereka. Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, Laut. Kinan
”
”
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
β€œ
Berbahagialah orang yang berbakat menjalin persahabatan, karena hal itu merupakan salah satu karunia Tuhan yang terbaik. Menjalin persahabatan meliputi banyak kemampuan, terutama untuk tidak mementingkan diri sendiri dan untuk menghargai keluhuran jiwa serta daya tarik orang lain.
”
”
Thomas Hughes
β€œ
Orang yang tidak pernah membaca dan tidak menghargai buku, tidak akan pernah mengetahui nilai dari dirinya sendiri. Mungkin mereka tidak menyadari, bahwa seseorang dihargai dari pengetahuan dan kebijaksanaan yang mereka miliki. Dari pemahaman mereka akan makna hidup. Dan itu sedikit banyak hanya mungkin mereka peroleh, dari buku buku apa saja yang mereka baca.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kenapa penyesalan selalu ada di belakang? Sebab dengan demikian manusia belajar dari kesalahan yang telah diperbuatnya. Belajar bahwa kehilangan akan sedemikian sakit. Manusia kadang baru bisa menghargai sesuatu setelah terlepas dari genggamanannya.
”
”
Devania Annesya (Queen: Ingin Sekali Aku Berkata Tidak)
β€œ
PERNIKAHAN ADALAH -1- Pernikahan adalah akad atau ikatan. Akad untuk beribadah, akad untuk membangun rumah tangga sakinah mawadah wa rahmah. -2- Pernikahan adalah akad untuk saling mencintai, akad untuk saling menghormati dan menghargai. -3- Pernikahan adalah akad untuk saling menguatkan keimanan, akad untuk saling meningkatkan ketakwaan, akad untuk mengokohkan ketaatan kepada Tuhan, akad untuk berjalan pada tuntunan Kenabian. -4- Pernikahan adalah akad untuk saling menerima apa adanya, akad untuk saling membantu dan meringankan beban, akad untuk saling menasihati, akad untuk setia kepada pasangannya dalam suka dan duka, dalam kesulitan dan kesuksesan, dalam sakit dan sehat, dalam tawa dan air mata. -5- Pernikahan berarti akad untuk meniti hari-hari dalam kebersamaan, akad untuk saling melindungi, akad untuk saling memberikan rasa aman, akad untuk saling mempercayai, akad untuk saling menutupi aib, akad untuk saling mencurahkan perasaan, akad untuk berlomba melaksanakan peran kerumahtanggaan. -6- Pernikahan adalah akad untuk mudah mengakui kesalahan, akad untuk saling meminta maaf, akad untuk saling memaafkan, akad untuk tidak menyimpan dendam dan kemarahan, akad untuk tidak mengungkit-ungkit kelemahan, kekurangan, dan kesalahan. -7- Pernikahan adalah akad atau ikatan. Akad untuk tidak melakukan pelanggaran, akad untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk tidak saling menyakiti hati dan perasaan, akad untuk tidak saling menorehkan luka, akad untuk tidak saling menyakiti badan pasangan. -8- Pernikahan adalah akad untuk mesra dalam perkataan, akad untuk santun dalam pergaulan, akad untuk indah dalam penampilan, akad untuk sopan dalam mengungkapkan keinginan, akad untuk berlaku lembut kepada pasangan, akad untuk memberikan senyum termanis, akad untuk berlaku romantis dan selalu berwajah manis. -9- Pernikahan adalah akad untuk saling mengembangkan potensi diri, akad untuk adanya saling keterbukaan yang melegakan, akad untuk saling menumpahkan kasih sayang, akad untuk saling merindukan, akad untuk saling membahagiakan, akad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, akad untuk tidak saling membiarkan, akad untuk tidak saling mengkhianati, akad untuk tidak saling meninggalkan, akad untuk tidak saling mendiamkan. -10- Pernikahan adalah akad untuk menebarkan kebajikan, akad untuk mencari rejeki yang halal dan thayib, akad untuk menjaga hubungan kekeluargaan, akad untuk berbakti kepada orang tua dan mertua, akad untuk mencetak generasi berkualitas, akad untuk siap menjadi bapak dan ibu bagi anak-anak, akad untuk membangun peradaban masa depan. -11- Pernikahan, adalah akad untuk segala yang bernama kebaikan !
”
”
Cahyadi Takariawan (Di Jalan Dakwah Kugapai Sakinah)
β€œ
Bila kita diberi waktu tak terbatas, tidak ada lagi yang istimewa. Tanpa kehilangan atau pengorbanan, kita tidak bisa menghargai apa yang kita punya
”
”
Mitch Albom (The Time Keeper)
β€œ
Hargailah diri sendiri, karena tanpa menghargai diri sendiri kamu tidak akan bisa menghargai orang lain.
”
”
iestea hmpfh
β€œ
Penting bagi kamu untuk menghargai hal kecil, karena jika kamu tidak menghargai hal kecil, maka hal besar tidak akan dipercayakan padamu
”
”
Arief Subagja
β€œ
Ada luka sumbing serupa gempil bibir poci di hati semua orang. Cacat yang berusaha keras mereka sembunyikan dari dunia. Tapi tak semestinya kita mengenakan topeng hanya demi menutup secebis luka. Tak semua hal mesti kita cerna dengan tatapan mata curiga serupa itu. Maka dari itu, coba dengarkan apa kata Bundamu ini, Nak. Manusia tak perlu harus jadi sempurna agar ia dihargai. Sebagaimana keindahan bisa muncul dari hal kecil dan sederhana. Termasuk apa yang tampak pada selembar kain batik yang lusuh atau cangkir teh yang somplak ujungnya. Kita bisa belajar dari kintsugi, menjadi bijak tanpa harus bergegas menjadi tua; bagaimana menorehkan pernis emas pada sebuah cawan tembikar yang terlanjur retak. Betapa sesungguhnya, sebuah guci porselen yang jatuh, pecah dan bahkan rusak tak berarti kehilangan semua nilai yang dimilikinya. Ketidaksempurnaan tidak akan mengecilkan arti dirimu. Sebab hanya ketangguhanmu melewati bukit penderitaanlah yang akan membuatmu menemukan cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya. Bagaimana kamu bisa belajar menghargai kekurangan pada diri sendiri. Bagaimana kamu bisa menerima kesalahan dan bahkan kegagalan. Sebagaimana alam memaknai wabi sabi, ketidak sempurnaan bukan sesuatu yang harus ditolak atau disangkal. Ia mesti disambut sebagai air telaga yang jernih, kesegaran embun di pagi hari, atau aroma petrichor di musim penghujan. Setiap kali engkau jatuh dan menjadi rapuh, engkau bisa merangkaikan kembali serpihan serpihan hatimu. Tak akan pernah kehilangan tujuan yang engkau perjuangkan. Sebab setiap bekas luka seperti juga keringat dan airmata, adalah permata yang lahir dari segenap jerih payahmu. Ia terlalu berharga untuk kamu sia siakan. Manik manik gemerlap yang dapat engkau rangkai menjadi perhiasan unik nan cantik yang akan selamanya jadi milikmu. Jangan pernah takut terantuk batu. Jangan sekalinya jeri dicerca burung. Jangan merasa ngeri terempas badai. Sebab saat nanti engkau sampai ke puncak, kau akan bisa melihat dunia sebagai miniatur lanskap yang permai dan elok untuk dikenang. Karena demikianlah semestinya hidup, ia adalah keindahan yang tercipta dari kekurangan dan ketidaksempurnaan diri kita.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Mereka yang tidak bisa menghargai profesi ibu rumah tangga dan bahkan memandang sebelah mata, semestinya mengalami dan menjalani sendiri bagaimana rasa riweuh dan berat bebannya.
”
”
Dian Nafi (Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku)
β€œ
Egois bagiku yang mengharapkan kebahagiaan, sedangkan aku tidak pernah menghargai air mata seseorang.
”
”
Angga D. Acil
β€œ
Kalau mereka tidak berakar pada tradisi mereka sendiri, mereka tak akan mampu menghargai kebudayaan orang lain.
”
”
Barack Obama (Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance)
β€œ
Tak semua kebaikan menunggu kehadiranmu di balik pintu kamar yang terbuka. Semoga saja, ia hadir serupa sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya. Mungkin ia akan mengingatkanmu pada rumah kecil kita. Pada beranda yang penuh dengan tanaman aglaonema, atau ruang tamu yang penuh dengan rak buku yang memuat ribuan cerita dari masa kanak kanakmu. Tapi tak semua akan selalu berjalan seperti itu, Nak. Tak semua cerita dimulai dengan kalimat yang ceria dan lalu berakhir bahagia. Ada kisah kisah murung nan sedih. Ada banyak roman yang bahkan berakhir tragis. Ada yang serupa misteri tak terselami. Seperti kilau mata pisau dan kisah kisah seram lainnya. Ada Bunda baca sebuah kutipan, "Ketika engkau melihat masalah seperti sebatang paku, maka kau akan berpikir seperti palu." Demikian kutipan ituΒ  Bunda baca, namun lupa entah di mana. Sebab engkau tak harus melihat segalanya lewat matamu sendiri, Nak. Engkau boleh melihatnya dari kaca mata orang lain. Percayalah, itulah cara untuk belajar menjadi bijak. Tidak semua orang bisa mengerti kenapa hujan turun di tengah hari. Tak juga orang paham kenapa kemarau bisa datang sepanjang tahun. Jadi berikanlah kebaikan agar engkau beroleh kebaikan. Walau terkadang terasa pahit dan menyakitkan. Tapi jangan pula simpan sakitmu sebagai duri. Bebaskan dirimu dari prasangka supaya orang juga berbaik sangka pada dirimu. Bila sebuah senyum yang kauberi kembali kepadamu sebagai tawa, maka engkau akan menghargai apa artinya pertemanan. Apapun kesulitanmu, jadikanlah waktu sebagai sahabatmu. Sebab ia akan mengajarimu arti kata bersabar. Ia akan memberi tahumu bagaimana caranya menjadi pemenang. Sebab ia teladan bagi ketekunan dan kegigihan. Sebab ia tidak mengenal kata menyerah. Dalam situasi apapun ia senantiasa fokus mengejar apa yang ia tuju. Ia guru yang keras dan penuh disiplin. Tapi ia juga teman yang baik dan penuh perhatian. Selama kamu mau belajar, ia tak akan pernah mengecewakanmu. Ia mungkin akan membiarkanmu terjatuh, tetapi ia tak akan pernah meninggalkanmu. Dan jadilah terberkati seperti tanah yang subur. Di mana engkau menanam benih dan ia tumbuh menjadi sebuah pohon yang rindang. Tempat di mana orang dapat berteduh di tengah panas yang terik.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kami sungguh menghargai kalian karena suka atau tidak kalian sudah mau berusaha dan mencoba. Tapi tetap saja fakta berbicara, dan kini giliran kami yang suka atau tidak harus mengakui itu. Jodoh sama sekali nggak bisa dipaksakan.
”
”
Wiwien Wintarto (Kok Jadi Gini?)
β€œ
Acapkali, pria tidak melihat kita perempuan dalam kapasitas yang setara. Banyak dari perempuan yang disepelekan, tidak dianggap dan bahkan dipandang sebelah mata. Mereka tidak tahu, bahwa dalam banyak hal perempuan bisa lebih tangkas, lebih cekatan, lebih tanggap dan lebih cerdas dari mereka. Coba kasih mereka tantangan untuk memasak, mencuci, mengasuh anak, menonton sinetron dan menjawab pesan sekaligus. Dianggapnya kita cuma paham urusan domestik. Cuma ngerti urusan dapur dan kasur. Wanita cuma disejajarkan sebagai konco wingking alias pelengkap penderita. Kita dianggap buta politik dan nggak ngerti urusan ekonomi. Mereka yang masih menilai perempuan dengan sudut pandang seperti itu pastilah jenis laki laki yang tidak tahu bagaimana menghargai dan menghormati ibunya.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta.... Requiescat in pace et in amore, Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih.... Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi? Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlaluΒ  tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian. Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup? Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri. Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri. Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Guru yang bijak bahkan tidak menilai dan tidak menghukum. Karena nilai hanya bisa diperoleh dari sebuah kesadaran atas pencapaian murid itu sendiri. Apa artinya nilai, kalau tidak didapatkan dengan cara cara yang baik dan dari perjuangan yang tidak kenal lelah. Guru yang bijak mengajarkan, bahwa tidak ada hasil tanpa sebuah proses. Tidak ada kesuksesan yang sifatnya instan. Dan nilai bukanlah satu satunya tujuan. Dengan demikian, setiap murid menghargai perjuangannya sendiri dan mereka tidak merasa dikecilkan oleh pencapaian nilai yang buruk sepanjang mereka sudah menjalani prosesnya dengan sungguh sungguh. Belajar bukan untuk sekedar meraih nilai yang baik, melainkan belajar untuk mendapatkan pemahaman yang benar. Guru dihargai dari tauladan tauladan kebenaran dan kebajikan yang ia berikan untuk murid muridnya. Dan murid dihargai bukan atas dasar nilai ulangan atau ujian semata, melainkan berdasar atas kerja kerasnya. Sejauh mana, ia menjalani proses belajar untuk meraih pemahaman sejati. Dengan demikian, tidak ada lagi anak anak yang bodoh. Yang ada hanyalah, murid murid yang belum paham yang masih butuh bimbingan.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Dengan penuh kebahagiaan kau akan menerima benih si bayi, dan melalui rasa sakit kau akan melahirkan seorang bayi. Tapi inilah yang membuatmu menghargai dan menyayangi anakmu. Itu sebabnya ada pepatah mengatakan, kalaupun kau meletakkan anakmu di dalam biji matamu, matamu tidak akan terasa sakit.
”
”
Kim Dong Hwa
β€œ
Segala hal yang dikatakan Komandan mengenai Orde adalah kebenaran yang tidak dilebih-lebihkan. Orde memang bersinonim dengan kebaikan. Orde menghargai kemajuan. Orde mencintai kehidupan. Orde bahkan mengajarkan pertobatan. Semua yang dijabarkan di dalam Kitab pada dasarnya akan berakhir pada kebahagiaan, pun setelah kematian. Akan tetapi Orde dan Kitab adalah takdir. Yang tidak dapat dibantah dan harus diterima semua orang dengan pasrah. Sama seperti penglihatanku, Orde tidak memberikan pilihan.
”
”
Fredrik Nael (Fantasy Fiesta 2010: Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2010)
β€œ
Namun demikian, fakta ironisnya adalah tidak ada satu pun budaya dan tradisi di dunia ini yang mengajarkan orang untuk menghargai keberadaan seorang pelacur atau seorang sundal. Dalam strata kehidupan masyarakat sejak era primordial hingga saat ini, orang orang semacam mereka cuma layak menempati tempat yang paling rendah dan kasta yang paling hina. Kita tidak pernah diajarkan orang tua kita untuk menghargai sampah masyarakat serupa itu, walau pun keberadaan mereka tetap saja dibutuhkan. Kita tak bisa menyangkal keberadaan mereka, namun di sisi lain kita sekaligus ingin menafikannya. Sebuah pandangan stereotype bahwa eksistensi mereka itu semata mata hadir karena dalam kehidupan manusia dibutuhkan sebuah peran antagonis. Hidup yang keras ini membutuhkan kehadiran seekor kambing hitam. Bahwa hakekat kehidupan selalu diwarnai oleh dikotomi hitam dan putih. Bila ada kebaikan harus ada kebusukan sebagai kontra indikasinya. Dan para pelacur serta sundal itu dibutuhkan untuk mengukuhkan eksistensi dan keberadaan moral di dalam masyarakat. Moral tidak mungkin eksis tanpa keberadaan para pelacur. Sebagaimana tubuh tidak eksis tanpa kehadiran ruh. Tapi apakah keberadaan tubuh hanya untuk mengukuhkan keberadaan ruh sebagai sumber kehidupan? Sebagaimana anggapan bahwa mereka para pelacur dan sundal itu adalah sebuah antitesis dari kesucian dan moral kebaikan para santa? Bukankah penebusan Kristus tidak akan pernah terjadi tanpa pengkhianatan Judas? Namun pertanyaan yang sering menggelayuti benakku adalah, siapa yang semestinya layak kita sebut sebagai pahlawan dan siapa pula yang harus jadi pecundang. Bagaimana nasib Judas Iscariot dibandingkan dengan Titus, seorang perampok yang beruntung karena disalibkan bersama Kristus? Apakah Judas adalah seorang yang terkutuk dan harus menjalani siksa api neraka karena pengkhianatannya? Sementara itu, Titus adalah orang yang beruntung dan terberkati karena setelah kematiannya ia akan langsung diterima di dalam surga? Aku tak hendak mempermasalahkan kemalangan dan keberuntungan orang lain. Ataupun pilihan pilihan hidup mereka, seandainya saja mereka memang masih punya pilihan. Alangkah baiknya bila kita bisa menanyakan hal itu kepada setiap dari mereka itu. Apakah sedari kecil mereka memang berkeinginan dan bercita cita jadi pelacur, pembegal, pencoleng, perampok atau bahkan pengkhianat? Apakah setelah dewasa mereka sengaja menyundalkan diri dan menyesatkan diri sendiri? Sekiranya orang diselamatkan atas dasar apa yang mereka imani, lalu apakah mereka juga akan menerima hukuman atas apa yang mereka perbuat kemudian? Semoga terberkatilah mereka yang malang dan terkutuk, karena mereka harus mengambil peran sebagai orang orang yang tidak beruntung dan terpaksa harus menjalani apa yang sesungguhnya tidak ingin mereka jalani. Sebagaimana aku pernah membaca sebuah kutipan yang hingga hari ini aku merasa betapa aku sungguh beruntung karena pernah membacanya. Bahwa dialektika itu bukanlah hitam atau putih, dan bukan pula terang atau gelap. Karena surga dan neraka bukanlah milik kita. Saat segalanya berakhir, cuma suara Sang Pencinta yang masih bergema dalam keheningan rimba raya, beriak di atas permukaan danau, "Duhai Kekasih, bagaimana aku hendak memberikan jantungku hanya untukmu?" Suara itulah yang sedari dulu bergema di tengah padang gurun. Suara yang mengetuk pintu di malam buta. Dialah desau suara angin. Dialah tangisan burung bul bul. Mengapa hujan turun tergesa? Mengapa matahari lari bergegas? Mengapa manusia masih juga bertengkar, memperebutkan kebenaran yang sesungguhnyalah bukan miliknya?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Buku ini merupakan catatan dari seorang petualang dan pengabdi lingkungan yang disajikan secara ’apa adanya’, nyata, hidup, penuh dengan pengalaman langsung tangan pertama. Lewat proses pengalaman langsung ini, Butet tidak saja berhasil mendidik Orang Rimba, tapi juga belajar dari dan diajari oleh Orang Rimba tentang cara pandang, budaya, perilaku dan kehidupan Orang Rimba dengan segala kekayaannya. Sungguh merupakan pengalaman luar biasa, yang tidak akan didapat kalau Butet tetap berada di luar komunitas Orang Rimba. Sesungguhnya pendidikan harus dilakukan melalui dan berdasarkan budaya mereka agar mereka tidak tercabut dari alam dan budayanya. Pendidikan bukanlah proses alienasi seseorang dari lingkungannya, atau dari potensi alamiah dan bakat bawaannya, melainkan proses pemberdayaan potensi dasar yang alamiah bawaan untuk menjadi benar-benar aktual secara positif bagi dirinya dan sesamanya. Saya sangat menghargai dengan tulus kegigihan dan kerja ’gila’ si Butet yang telah menjadi ’Orang Rimba’ tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai orang Batak, yang melalui itu berhasil mendampingi Orang Rimba menjadi terdidik tanpa kehilangan identitasnya sebagai Orang Rimba.
”
”
Sony Keraf (Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
β€œ
Tentu ia merasa nelangsa saat khalayak tidak lagi menghargai atas apa yang ada di kepalanya. Padahal inilah yang juga selalu diperjuangkannya agar seseorang dihormati bukan dari bagaimana ia tampil atau darimana ia dilahirkan, namun dari apa yang ada di kepalanya dan apa yang diperbuatnya dalam hidup - Teddy W. Kusuma
”
”
The Dusty Sneakers (Catatan Perjalanan Tur Kartini)
β€œ
sesaat aku hampir lupa cara menghargai sesuatu, bukan karena rasa tidak tahu terima kasih ini, tetapi rasa kesakitan yang dulu hampir membuat ku lupa cara mencintai dengan benar, dan sekarang sepertinya aku seperti orang yang paling pintar untuk mencintaimu, terima kasih sudah datang dihidupku dengan pelajaran penuh cinta yang kau bawa dan terima kasih sudah mengajari arti kebahagian dengan mencintai dengan tulus
”
”
Ayuni zalvalliams
β€œ
Setiap kali seorang direktur mengajak berbuat cabul saya akan mengatakan kepadanya, "Bukan karena saya lebih menghargai kehormatan dan reputasi saya dari gadis-gadis yang lainnya, tetapi harga saya jauh lebih tinggi dari mereka." Saya menyadari bahwa seorang karyawati lebih takut kehilangan pekerjaannya daripada seorang pelacur akan kehilangan nyawanya. Seorang karyawati takut kehilangan pekerjaannya dan menjadi seorang pelacur karena dia tidak mengerti bahwa kehidupan seorang pelacur menurut kenyataannya lebih baik dari kehidupan mereka. Dan karena itulah dia membayar harga dari ketakutan yang dibuat-buat itu dengan jiwanya, kesehatannya, dengan badan, dan dengan pikirannya. Dia membayar harga tertinggi bagi benda-benda yang paling bernilai rendah. Saya tahu sekarang bahwa kita semua adalah pelacur yang menjual diri dengan macam-macam harga, dan bahwa seorang pelacur yang mahal jauh lebih baik daripada seorang pelacur yang murahan. Saya pun tahu, bahwa apabila saya kehilangan pekerjaan, apa yang hilang itu hanyalah gaji saya yang kecil, hukuman yang sanksinya saya dapat baca tiap hari di dalam mata para pejabat eksekutif yang tinggi apabila mereka memandang kepada karyawati yang pangkatnya lebih rendah, tekanan yang menghinakan dari tubuh laki-laki terhadap tubuh saya apabila saya mengendarai bis, dan sedang berbaris dalam barisan pagi hari di muka kamar kecil yang terus-menerus penuh pengunjungnya.
”
”
Nawal El Saadawi (Woman at Point Zero)
β€œ
Tidak ada orangtua yang sempurna, bahkan orangtua adalah profesi yang paling tidak tersiapkan. Tidak ada sekolah menjadi orangtua, sehingga orangtua yang baik adalah orangtua yang terus belajar. Belajar untuk lebih mencintai dan menghargai anak-anaknya.
”
”
Nailal Fahmi (Pendidikan Keluarga Kami)
β€œ
Orang bijak tidak membutuhkan pengakuan siapa pun, tidak akan pernah menjatuhkan, menyerang, melukai atau mempermalukan siapa pun termasuk terhadap dirinya sendiri. Orang bijak tahu menahan diri, tahu kapan saatnya harus bicara dan kapan saatnya diam. Ia tahu cara menghargai dan respek kepada pencapaian orang lain.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Inilah kenyataan ironisnya, dalam beberapa peristiwa kebebasan telah berjalan menjauh dari kemanusiaan dan bahkan melampaui batas. Atas nama kebebasan ada orang yang tidak lagi menghargai privasi dan tidak menunjukkan rasa hormat. Betapapun, itu adalah nilai nilai yang tidak bisa kita lepaskan dari sisi kemanusiaan kita.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Aku juga tak percaya aku melakukannya, tapi aku tak bisa menyesalinya seumur hidup. Semuanya terjadi karena aku tak bisa menghargai apa yang kupunya, dan aku mengakuinya, aku tidak mau menyalahkan siapa pun. Sejak aku membiarkan hubunganku dan Henry rusak, itu sudah pilihanku, kusadari atau tidak. Dan sekarang...apa yang kudapat setelahnya juga pilihanku, aku yang menentukan akan mengambil pelajaran, atau hanya berkubang dalam perasaan bersalah seumur hidup. Ayesha
”
”
Kincirmainan (Empat Bulan yang Lalu)
β€œ
Sebenarnya orang Melayu bukanlah tidak menghargai kepimpinan yang terdiri daripada pelbagai warna pelangi dari segi wawasan dan pemikiran politik mereka. Hanya orang Melayu lebih menghormati kuasa daripada pemikiran dan wawasan.
”
”
Rustam A Sani
β€œ
Rasa iri sering datang begitu saja, tapi anak muda yang berpikir positif akan turut berbahagia, menghargai dan mendoakan. Maka berupayalah untuk memberikan yang terbaik agar tidak salah menghakimi orang lain.
”
”
Lisa Isabella (The Elang)
β€œ
Tingkah lakumu sampai sekarang ini tidak lebih dari keberanian binatang, jenis keberanian yang tidak menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan. Itu bukan jenis keberanian yang menciptakan soerang samurai.
”
”
Eiji Yoshikawa (Musashi - Buku Pertama : Tanah)
β€œ
Selalu itu alasannya. Kodrat, kodrat, kodrat yang membuat para laki-laki merasa punya hak untuk menyakiti istrinya. Apa dalam kodrat para lelaki tidak diwajibkan untuk mencintai dan menyayangi, juga menghargai wanita yang sudah dinikahinya dengan mengucap janji di hadapan Tuhan?
”
”
Netty Virgiantini (Jodoh Terakhir)
β€œ
Perang dunia dimulai saat peradaban tidak lagi menghargai perdamaian.
”
”
Toba Beta
β€œ
Dalam hidup, kita tidak hanya membutuhkan cinta, tetapi juga rasa saling menghargai.
”
”
Unknown