Syukur Selalu Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Syukur Selalu. Here they are! All 6 of them:

Saya tak tahu, berapa waktu yang tersisa untuk saya. Satu jam, satu hari, satu tahun, sepuluh, lima puluh tahun lagi? Bisakah waktu yang semakin sedikit itu saya manfaatkan untuk memberi arti keberadaan saya sebagai hamba Allah di muka bumi ini? Bisakah cinta, kebajikan, maaf dan syukur selalu tumbuh dari dalam diri, saat saya menghirup udara dari Yang Maha?
Helvy Tiana Rosa (Risalah Cinta)
Pagi mengajarkan kita bahwa segala sesuatu selalu diawali dengan rasa syukur dan embun adalah tanda keiklasannya
Harly Umboh
Seberapa beratpun beban hidupmu, selalu ada sesuatu yang tersisa untuk disyukuri setiap kali kita memulai hari. Misalnya buang airmu lancar atau sarapanmu tak terasa tawar.
Sam Haidy
Baiklah anakku, marilah coba kita berpikir. Bagaimana mungkin kamu menolak dan menyangkal dirimu sendiri? Rasa lapar itu, hasrat dan keinginan itu. Bagaimana kamu hendak menafikannya, atau berpura pura menganggapnya tak ada? Bagaimana kamu bisa menolak kesenangan dan kepuasan serta menganggapnya sebagai bagian yang terpisah dari nilai nilai kemanusiaan itu sendiri? Tak bisa kita pungkiri, bahwa bersenang senang adalah kodrat naluriah manusia. Di mana segala sesuatu yang hadir di dunia ini diciptakan dengan sebuah tujuan. Sebab, bila kesenangan itu hadir bukan sebagai buah dari kebaikan Hati Tuhan, lalu bagaimana kita tahu, bahwa  penderitaan seorang petarak, kesengsaraan para pelaku asketis, perjuangan mengatasi rasa lapar bagi orang orang yang berpuasa adalah juga buah dari kebaikan hati Tuhan? Bagaimana para praktisi asketisme dalam berbagai keyakinan ini bisa dengan sengaja menampik kenikmatan duniawi? Membiarkan hidupnya dikuasai penderitaan lahiriah dengan menjalani gaya hidup berpantang, berpuasa tanpa kenal waktu, bahkan ada yang menyiksa dirinya sendiri demi mengejar penebusan dosa, keselamatan akhirat dan sekaligus pencapaian rohani. Kalaupun para pelaku asketisme ini meyakini, bahwa tindakan mereka itu didasari oleh sebuah pandangan; penderitaan adalah wujud perjalanan menuju transformasi rohani. Di mana rasa lapar itulah kenyang yang sesungguhnya, kesederhanaan adalah tanda berkecukupan, kebahagiaan sejati ada dan tinggal di dalam diri, dan berkekurangan adalah bentuk nyata dari berkelimpahan yang sebenarnya. Lalu, bagaimana kesenangan dan kenikmatan bisa dijadikan batu uji untuk menilai keimanan seseorang? Apakah kesenangan surgawi harus dibayar dengan penderitaan atas dunia? Dan sebaliknya, apakah kesenangan dunia akan menjadi antitesis bagi kesenangan surgawi? Bila kesenangan surgawi itu setara dengan lautan susu dan madu, serta kehadiran para bidadari nan cantik sebagai sumber kesenangan dan kebahagiaan kita. Lalu apa bedanya kesenangan duniawi dan kesenangan surgawi? Bukankah surga itu tempat yang konon penuh dengan kenikmatan dan kesenangan? Jadi, bagaimana laku tirakat bisa dijadikan cerminan bentuk ketaatan kita kepada Tuhan, sementara hati manusia masih terikat pada dunia? Sementara di dalam hatinya, manusia masih saja menyimpan benih benih kecacatan di dalam dirinya sendiri. Mengapa orang harus berpura pura saleh dan seolah wajib menjaga tindak-tanduknya di muka umum demi nilai nilai kebenaran dan kemuliaan yang ia yakini? Namun di sisi lain, ia tidak dapat menepiskan hasrat kecemaran di dalam pikirannya?  Bagaimana manusia dapat membuang yang satu untuk mendapatkan yang lain? Bagaimana yang palsu adalah juga yang asli, dan kepura-puraan jadi kebenaran yang hakiki? Bukankah itu sebuah hal yang kontradiktif dan saling bertolak belakang? Bagiku, ini bukan semata-mata soal kesenangan. Bagaimana kita bisa menolak anugerah yang seindah ini? Salah satu puncak dari kepuasan ragawi yang pantas kita syukuri adalah karena Tuhan memberikan kita anugerah untuk bisa merasakan semua itu. Mengapa Tuhan bersusah payah memberi manusia kesenangan hanya untuk menjadikan itu sebagai batu ujian atas keimanannya? Bukankah rencana Tuhan selalu baik dan indah? Bukankah rencana Tuhan selalu menyenangkan? Dan hanya kitalah yang tidak tahu apa artinya bersyukur. Tuhan ingin manusia menyenangkan diri. Sebab percayalah, tak ada satu hal pun yang tercipta tanpa melekat suatu maksud di dalamnya. Dan semestinyalah kita manusia menerima hal itu dengan penuh rasa  syukur, terlebih atas semua nikmat yang teramat sangat luar biasa ini. Karena keindahan semestinya mendatangkan kegembiraan, dan kegembiraan mendatangkan rasa syukur. Jadi bagaimana kita bisa mendustakan kenikmatan serupa itu?
Titon Rahmawan
Apa yang Bisa Dilakukan Puisi (Sebuah Surat untuk Hati yang Bersedih) Sungguh sangat disayangkan bila tak ada seorang pun yang menunjukkan kepadamu, bahwa kehadiranmu di sini jauh lebih berharga dari apa yang sanggup kamu pikirkan. Barangkali, masalah yang engkau hadapi terlalu berat untuk kau tanggung sendiri. Dan tak ada seorang pun yang datang untuk mendengarkanmu. Sekiranya saja saat itu engkau mengijinkan diriku hadir. Aku akan mengajakmu duduk sejenak. Akan kuminta engkau mengambil selembar kertas dan lalu aku ajari kamu menulis sebuah puisi. Kau bisa memulai dengan memikirkan atau membayangkan sesuatu, bahwa aku adalah temanmu. Aku akan jadi pendengarmu yang setia, pelipur duka laramu. Aku ada untuk membantumu, untuk meringankan bebanmu. Aku adalah sahabatmu yang terbaik, karena aku tidak akan pernah menyalahkanmu atau menghakimi dirimu. Kau tak akan pernah lagi merasa sendirian, sebab aku selalu ada saat engkau membutuhkan. Saat kau letih aku akan jadi penghiburanmu. Saat kau suntuk aku akan menemanimu melepas penat. Alangkah baiknya bila kita bisa jalan-jalan sejenak ke pantai. Di sana kau bisa puas berteriak melawan keras suara ombak. Atau akan kutemani dirimu mendaki perbukitan. Menghitung langkah demi langkah sampai kau merasa lelah. Tapi saat kau tiba di puncak, kau bisa melepas semua beban. Kau bisa melihat dunia dalam perspektif yang sepenuhnya berbeda. Segalanya mengecil di bawah telapak kakimu dan matahari ada di dalam genggaman tanganmu. Adakah kau bisa merasakan sayap-sayap angin tumbuh di punggungmu dan kau terbang bebas menyentuh awan-awan? Tidak lagi dalam balut aura kesedihan, melainkan dengan rasa syukur bahwa semuanya masih bisa engkau nikmati. Namun bila lukamu masih berasa perih sekarang dan hatimu ingin menjerit, maka menjeritlah biar semesta mendengar. Kalau kau ingin menangis maka menangislah biar dunia mengerti. Tak ada yang salah untuk menumpahkan rasa sedih dan kekecewaan. Kadang kita memang tak harus menahan semua lara sendirian. Bila saja kau merasa bahwa dunia bersikap tak adil pada dirimu, coba ingatlah mereka yang tak lebih beruntung daripadamu. Mereka, para pengungsi di Palestina dan Ukraina yang kehilangan semua yang mereka miliki. Yang saudara- saudaranya mati tertembak di jalan. Yang rumahnya di bom hancur berantakan. Jangan berpikir bahwa engkau tak bernasib baik atau bahwa celaka adalah takdirmu. Jangan pernah pedulikan apa kata orang yang buruk tentang dirimu, toh mereka juga tak hendak peduli padamu. Jangan acuhkan dunia kalau mereka juga bersikap tak acuh pada dirimu. Untuk menjadi kuat yang engkau butuhkan hanyalah keyakinan, bahwa kau jauh lebih besar dari masalah yang kau hadapi. Hidup terlalu berharga untuk engkau sia-siakan. Kau bisa memulai darimana terserah pada apa yang kau inginkan. Kalau matamu bengkak habis menangis semalaman, setelah itu semestinya kini kau merasa lega. Bangunlah di pagi hari dan katakan pada dunia, bahwa hari ini adalah milikmu. Tak akan ada lagi yang bisa melukaimu. Tak ada lagi yang bisa membuatmu menderita. Tak ada lagi yang bisa membuatmu bersedih. Karena semua berpulang pada dirimu sendiri. Sebab mulai hari ini kau telah jadi orang yang sepenuhnya berbeda. Karena Tuhan ada bersamamu sekarang. Ada lebih banyak cinta di sekelilingmu. Ada lebih banyak kebahagiaan untuk kau miliki.
Titon Rahmawan
Si selalu saja merayakan hal kecil yang ia dapat dengan syukur dan sederhana. Si, selalu punya cara untuk menunjukkan bahwa piring-piring yang ia nikmati, berisi kebahagiaan yang penuh. Tanpa harus sibuk melihat piring orang lain. - Piring Bahagia Si dan Bi
Dian Pertiwi Josua