“
*Kenangan Dari Koridor Rindu*
Dulu, di bangku ingatan
Ada sepasang tangan saling menggenggam harapan.
Angan yang berlompatan
serupa putih debu kapur
di atas papan tulis.
Mimpiku, mimpimu bertemu
Di dalam lembar-lembar buku.
Langkah yang berjalan tergesa
sepanjang lorong penghubung waktu.
Dari perpustakaan
dan ruang-ruang kelas,
hingga kantin, uks dan ruang guru.
Canda dan tawa kita bergema sepanjang koridor rindu.
Ada kebahagiaan tertinggal di sana seperti hendak kembali padamu.
Ada goresan sejarah yang kita tulis,
Romansa percintaan purba menyisakan ratap tangis.
Kisah cinta yang berakhir tragis: Marie Josephine dan Raja Louis.
Kenangan yang akrab menyapa kita, lewat tutur kata pak guru tua
tegak berdiri di depan kelas
dengan penuh wibawa.
Ada juga kisah lain yang kita baca: sebuah penghargaan tanda cinta piala citra untuk pelajaran fisika.
Semua yang menempa kita
demi mengejar mimpi:
Pelajaran matematika
yang kau benci,
Atau guru biologi tampan
yang diam-diam kau kagumi.
Apa yang masih tertinggal dari senyum bapak dan ibu guru
Suara yang akrab menyapa kita
dari masa lalu.
Ingatan yang selamanya belia menolak menjadi tua.
Puisi yang tak akan lekang
oleh matahari garang di tanah lapang.
Sebuah ode pujian yang kita nyanyikan dengan khidmat:
"Terpujilah wahai engkau,
Ibu Bapak Guru...
Namamu akan selalu hidup
dalam sanubariku..."
Sekiranya saja,
masih cukup waktu kita,
untuk menyapa mereka hari ini.
Para pahlawan tanpa tanda jasa itu.
Tak terkira banyaknya hutang rasa yang tersimpan di dada.
Rasa terima kasih
dan ucapan syukur
yang tulus terulur
dari lubuk sanubari;
Untuk setiap ilmu yang mereka beri,
setiap pengetahuan yang mereka bagi,
biarlah doa jadi persembahan suci:
Semoga Tuhan selalu melindungi
dan memberkahi bapak-ibu guru
yang kita cintai.
Oktober 2025
”
”