Ruang Kosong Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Ruang Kosong. Here they are! All 13 of them:

Ada ruang kosong di sela-sela sebuah kata. Ada banyak omong kosong di sela-sela bicara--tapi perlu. Adalah percakapan dengan teman yang selalu bisa menjaga kewarasan, menyelamatkanku dari jemu sempurna. Di tengah carut-marut fungsi mekanistik otomatik hampir robotik sebuah industri yang menyelubungi diri dengan judul keramah-tamahan manusia, ada teman-teman--manusia yang hidup dan dekat.
Nukila Amal (Cala Ibi)
Cinta semestinya membawa kebahagiaan dan melengkapi ruang-ruang jiwa yang kosong, atau mengisinya dengan membiarkan penghuni lamanya pergi, dan bukannya berdesak-desakan dan berebut tempat di dalamnya.
Dian Nafi (Mayasmara (Mayasmara, #1))
Seorang perempuan bertanya, apa itu cinta? Sinergi hati dan akal dalam momentum reaksi metapora yang menghasilkan ruang kosong yang terlalu sulit dan terlalu berani untuk disebut sebagai suci atau bersih. Dia hidup dan menjadi wadah yang hadir hanya dengan dirasa, tapi bisa dilihat tak bisa diraba. Karena hidup dia akan mempunyai masa dan menempati ruang untuk bertumbuh, berkembang, dan menunaikan fungsi hidup beserta peserta hidup lainnya, dalam segala dimensi dan formatnya. Deteksi hati dan akali hanya mampu sampai menghampirinya saja. Selebihnya kata tak cukup punya fasilitas untuk menyelesaikan pendeteksian itu. Segala yang memasukinya akan bereaksi menjadi energi, bila berkontraksi akan menjadi vektor yang bergerak sentrifugal ataupun dalam jumlah komposisi yang tak terbatas mapun dalam berbagai formasi lainnya.
Dian Nafi (Mayasmara (Mayasmara, #1))
Senja hari ini masih jadi spasi panjang. Ruang kosong di antara nama kita. Entah kapan akan kita isi dengan; rasa.
Rohmatikal Maskur
Pada suatu hari ketika puisi pergi, tertatih mengeja huruf di langit. Tidak ada lagi ruang yang tersisa kecuali kehampaan kata. Semua kosong seperti sepi, meski tidak ada malam hari.
Navida Suryadilaga (Cawan Aksara)
...Kita hanya manusia yang kerdil yang mendiami daerah-daerah bumi. Kita hidup di sini untuk mencari bekal satu perjalanan hidup ke alam akhirat yang kekal abadi. Orang-orang yang tidak berjuang dalam kehidupan ini akan pergi ke sana jua. Orang-orang yang berjuang memang menyedari dunia ini sementara. Ada sesuatu yang perlu ditinggalkan untuk kebaikan manusia di dunia yang fana ini. Ada juga sesuatu yang diusahakan sebagai bekalan untuk kehidupan abadi di samping Pencipta Yang Maha Agung, Allah. Jika hidup itu ialah menanti perginya pagi dan datangnya petang, menanti perginya petang dan hadirnya dinihari; apalah kemanisan yang dapat dikecap daripada kehidupan sebegitu. Hidup ini ialah perjuangan hidup segigihnya. Manusia yang mengerti tidak akan mengalah terhadap cabaran masa dan tempat. Hidup menjadi indah dengan hadirnya perjuangan. Isyraf Eilmy terasa pernah terbaca sebuah wacana kecil erti kehidupan. Saudaraku. Tegakkan mukamu dan ukir senyuman di wajahmu. Senyuman itu ialah sedekah daripada orang yang punyai harta dan jiwa. Sekuntum senyumanmu ialah wajah sebuah kehidupan yang tidak terhakis oleh kesusahan. Selagi kau menundukkan mukamu lalu merenung kedua-dua belah kakimu, selagi itu kau masih terbelenggu dalam simpulan-simpulan kekusutan yang membalut sudut hatimu. Apabila jiwamu kosong daripada cahaya hidayah, maka kehidupanmu umpama lorong duka lara yang menjerit pekik minta dikasihani, simpang-siur kesepiannya ialah kekeliruan dan kekecewaan yang menerpa sedangkan deru angin semilirnya ialah nyanyian kedukaan yang tidak didendangkan oleh jiwa yang kental. Mengapakah kau rasa tiada lagi keindahan pada mahligai tersergam juga kecintaan terhadap segala kemewahan dan solekan dunia? Mengapakah harus kau mencari suatu kepastian tentang bila akan berakhirnya kehidupan sedangkan baki usiamu tidak pernah menjanjikan rumusan kebahagiaan? Usah lagi kau mimpikan ke manakah perginya kelazatan pada sajian hebat yang terhidang di meja kehidupan. Usah lagi kau kenangkan dari manakah datangnya kepanasan di ruang cinta syahdu penuh keasyikan. Kembalilah kepada martabat diri. — ms.9-10, Sarjana Bangsa
Hasanuddin Md. Isa
tak ada lagi ruang kosong di rahim kota ini kecuali kaki gedung-gedung yang sombong kecuali lidah kita yang terjulur (sebuah warung)
T. Alias Taib (Seberkas Kunci)
Pikiran yang sedang belajar itu seperti ruang kosong yang siap diisi dengan perabot-perabot pengetahuan.
Ali bin Abi Thalib
Bagian paling halus dari alam nyata ini adalah awang-awang atau ruang kosong
Tolep Coy
Seberapapun banyaknya kamu memotong Apel hingga menjadi bagian terkecil, ia tidak akan pernah hilang melainkan tak terlihat dan kembali seperti ruang kosong. Bukankah lebih cepat jika kamu membakarnya? Lalu, apakah kamu menyangka asap itu hilang?
Tolep Coy
Pada Sebuah Malam Minggu Engkau seperti sengaja tidak mengikat kaki sang waktu saat aku bertandang ke rumahmu. Dengan santainya ia leluasa mondar-mandir ke mana saja. Berjalan berlenggang dari teras ke ruang tamu. Berjingkat dari dapur ke ruang makan, lalu berbaring seenaknya di tempat tidurmu. Padahal aku tak datang dengan tangan kosong malam itu. Jauh-jauh hari aku sudah mempersiapkan diri. Sengaja kubawa oleh-oleh sebungkus martabak kesukaanmu, serta banyak buku bacaan tentang hujan demi menyenangkan hatimu. Walau sudah beberapa jenak lamanya kita tidak bercakap-cakap sebagai sepasang kekasih yang saling merindukan. Dalam hati aku ingin sekali memelukmu, menghirup wangi rambutmu. Seperti angin memeluk mesra seekor burung prenjak yang bertengger di atas pohon jambu di luar sana. Sayangnya, ada bidak-bidak catur yang membatasi jarak di antara kita. Secangkir kopi dingin di atas meja, dan pemikiran-pemikiran sepi yang teramat sulit dimengerti. Aku berusaha menafsirkan sikap diammu sebagaimana engkau menerjemahkan awan kelabu yang tercipta dari asap rokok yang dihembuskan bapakmu di balik layar televisi. Kita memang tak sedang menciptakan ingatan lewat lagu-lagu Broery Marantika. Juga tidak melalui sisa-sisa puntung yang memenuhi asbak dan percakapan yang sekadar berbasa-basi. Sebab sudah lama sekali aku mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku tak menunggumu semalaman hanya untuk menyambut pelukan atau setidaknya uluran tangan. Aku juga tak mengharap untuk mendapatkan sebuah ciuman. Sudah terlalu lama aku mencurigai kebebalan pikiranku sendiri. Seperti menanti sesuatu yang sesungguhnya aku sendiri tak mampu pahami. Apa yang mungkin ditawarkan langit kosong sepi yang tak mengisyaratkan hujan? Barangkali cuma desah nafas tertahan, atau mimik wajah dan gerak tangan yang memancarkan bosan. Tak kutangkap isyarat rindu dalam matamu. Lalu, mengapa aku mesti sibuk mencarinya pada tumpukan majalah remeh-temeh perintang waktu? Bukankah masih ada sketsa goresan tangan yang sengaja tak engkau tuntaskan di atas meja kaca yang nyata-nyata kesepian? Tatapan mata dingin tanpa ekspresi pada potret keluarga di atas meja credenza dan foto almarhumah ibumu yang terpajang di dinding. Hanya sedikit sisa ampas kopi yang nekat berani menerka-nerka perasaanmu saat itu. Apakah waktu akan terus bersahabat dengan diriku? Apakah waktu, akan mempertemukan hati kita lagi, satu saat nanti?
Titon Rahmawan
Cinta adalah berjalan dengan kaki masing-masing sambil tetap menyisakan ruang kosong yang hangat untuknya, yang setiap pergi pasti kembali.
Stebby Julionatan (Biru Magenta)
Cintaku kepadanya dan cintaku kepadamu adalah dua cinta yang berbeda, Sayang. Masing-masing kalian menempati ruang kosong yang berbeda dalam hatiku.
Stebby Julionatan (Biru Magenta)