Orange Inspirational Quotes

No woman should be made to fear that she was not enough.

Plants are more courageous than almost all human beings: an orange tree would rather die than produce lemons, whereas instead of dying the average person would rather be someone they are not.

Hanya orang-orang dengan hati damailah yang boleh menerima kejadian buruk dengan lega.

Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana

No Difference Small as a peanut, Big as a giant, We're all the same size When we turn off the light. Rich as a sultan, Poor as a mite, We're all worth the same When we turn off the light. Red, black or orange, Yellow or white, We all look the same When we turn off the light. So maybe the way, To make everything right Is for god to just reach out And turn off the light!

Hari yang indah selalu bisa membuat semua orang gembira, bukan?

Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri, adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri. (hlm. 197)

Semua orang yang ada dalam hidup kita, masing-masingnya, bahkan yang paling menyakiti kita diminta untuk ada disana agar cahaya kita dapat menerangi jalan mereka

Sama juga kalau untuk contoh lelaki. Kalau baca Al - Quran hari-hari, tapi main bola nampak kepala lutut,tak cukup balik lagi.Atau kalau solat lima waktu sehari semalam tapi pegang tangan anak dara orang bukan mahram sesuka hati, tu belum cukup baik lagi.

tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati... - Arai

aku belajar menaruh hormat kepada orang yang menegakkan martabatnya dengan cara membuktikan dirinya sendiri, bukan dengan membangun fikiran negatif tentang orang lain.

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita

Berhenti lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.

Biarkan orang lain menjalani kehidupan yang kecil, tetapi kamu jangan! Biarkan orang lain memperdebatkan soal-soal kecil, tetapi kamu jangan! Biarkan orang lain menangisik kepedihan-kepedihan kecil, tetapi kamu jangan! Biarkan orang lain menyerahkan masa depan mereka kepada orang lain, tetapi kamu jangan!

Orang yang tidak pernah dibakar panas mentari, mustahil menghargai rimbun berteduh - peribahasa Turki.

Lepaskanlah. Maka besok lusa, jika dia cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tetapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.

Tuhan kan nggak mungkin langsung sedekah ke orang-orang, ya kalianlah sedekah duit kalau punya duit, sedekah ilmu, sedekah senyum. Masa sih kalau sudah gitu Tuhan gak bales cintamu? Tapi gak mungkin dia belai-belai langsung rambutmu, sentuh bibirmu. Maka Tuhan ciptakan “wakil”nya, yaitu pacarmu. Maka doalah, “Tuhan, semoga pacarku ini betul-betul orang yang kau pilihkan untukku.

jika kalian tidak bisa ikut golongan yang meperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikut golongan yang merusak. jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan maka berdirilah di belakang. Dukung orang-orang yang mengajak kebaiakan dg sgala kterbatasan. itu lebih baik

Namun, ternyata, jika seseorang hanya memikirkan seseorang, bertahun-tahun, dan dari waktu ke waktu mengenai isi hatinya sendiri dengan cinta hanya untuk orang itu saja, maka saat orang itu pergi, kehilangan menjelma menjadi sakit yang tak tertangguhkan, menggeletar sepanjang waktu. (hlm. 238)

Tidak selalu orang lari dari sesuatu karena ketakutan atau ancaman. Kita juga bisa pergi karena kebencian, kesedihan, ataupun karena harapan.

Apples to oranges, the act of comparing your life to another’s is more like comparing an elephant to an apple, it makes no sense to compare someone’s life that you have no knowledge about to that of your own, of which in all earnest is not something that you completely understand yourself.

Orang yang baca banyak buku kayak kamu dan menguasai sejarah nggak mungkin bodoh. Kamu cuma sial karena hidup di tempat dan waktu yang salah. Tempat dan waktu ketika kamu dianggap bodoh kalau kamu nggak pintar dalam hal yang namanya sains.

Orang bilang, apa yang ada di depan manusia hanya jarak. Dan batasnya adalah ufuk. Begitu jarak ditempuh sang ufuk menjauh.

Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun

Rugi kalau stress, mending kita bekerja keras. Wali kelasku pernah memberi motivasi yang sangat mengena di hati. Katanya, kalau ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apa pun, maka lakukanlah dengan prinsip 'saajtahidu fauzq mustawa al-akhar'. Bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain.

I viddied that thinking is for the gloopy ones and that the oomny ones use like inspiration and what Bog sends. For now it was lovely music that came to my aid.

Snowflakes swirl down gently in the deep blue haze beyond the window. The outside world is a dream. Inside, the fireplace is brightly lit, and the Yule log crackles with orange and crimson sparks. There’s a steaming mug in your hands, warming your fingers. There’s a friend seated across from you in the cozy chair, warming your heart. There is mystery unfolding.

Orang nggak bisa milih siapa bapaknya, ibunya, sukunya, warna kulitnya, jenis kelaminnya, bahkan kadang-kadang agamanya. Jadi konyol, kalau aku ngejauhi orang-orang gara-gara hal yang nggak bisa mereka pilih sendiri. Kayak orang bego aja.

Thank God I have seen an orange sky with purple clouds. How easy it is to forget that we have the privilege of living in God's art gallery.

Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain.

Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar.

Saat jarum jam dinding berputar ke kiri, orang akan menganggapnya rusak dan membuangnya. Manusia pun tidak boleh menengok ke belakang, terus maju dan maju, melangkah ke depan!

We are important and our lives are important, magnificent really, and their details are worthy to be recorded. This is how writers must think, this is how we must sit down with pen in hand. We were here; we are human beings; this is how we lived. Let it be known, the earth passed before us. Our details are important. Otherwise, if they are not, we can drop a bomb and it doesn't matter. . . Recording the details of our lives is a stance against bombs with their mass ability to kill, against too much speed and efficiency. A writer must say yes to life, to all of life: the water glasses, the Kemp's half-and-half, the ketchup on the counter. It is not a writer's task to say, "It is dumb to live in a small town or to eat in a café when you can eat macrobiotic at home." Our task is to say a holy yes to the real things of our life as they exist – the real truth of who we are: several pounds overweight, the gray, cold street outside, the Christmas tinsel in the showcase, the Jewish writer in the orange booth across from her blond friend who has black children. We must become writers who accept things as they are, come to love the details, and step forward with a yes on our lips so there can be no more noes in the world, noes that invalidate life and stop these details from continuing.

Biar kau tahu,Kal,orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi,dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu

orang2 yg menang di hidup tidak selalu kuat, cepat, pintar. pada akhirnya yang menang adalah orang yang percaya pada dirinya sendiri.

Tidak mengapa kalau kau patah hati, tidak mengapa kalau kau kecewa, atau menangis tergugu karena harapan, keinginan memiliki, tapi jangan berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu pahami, cinta yang baik selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada orang yang mengaku cinta, tapi dia melakukan begitu banyak maksiat, menginjak-injak semua peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri.

A great tree develops over time and can tell stories not only those of happiness, but also those that contain pain from what it has seen over the years, and as a result is the wise ancient tree that it is today. As the seasons change, the tree naturally goes through changes as well: where the leaves turn yellow and orange in the fall, falling by the Winter, returning in the Spring, and with full set of new leafs by the Summer. Love is no different in that there will be times when we are fully naked in the Winter, and left to wonder about Spring when it seemed so easy to love, yet the wise tree knows that no winter will last forever no matter how cold it may be.

Sama juga kalau untuk contoh lelaki. Kalau baca Al-Qur'an hari-hari, tapi main bola nampak kepala lutut, tak cukup baik lagi. Atau kalau solat lima waktu sehari semalam tapi pegang tangan anak dara orang bukan mahram sesuka hati, tu belum cukup baik lagi.

Karena kamu nggak sadar kalau kamu keren itulah kamu jadi sangat keren. Orang yang menyukai dirinya sendiri apa adanya dan nggak pernah berusaha jadi orang lain adalah orang yang sangat keren.

Sebagian orang berharap dapat menikah dengan laki-laki yang mereka cintai. Doaku sedikit berbeda: Aku dengan rendah hati memohon kepada Tuhan agar aku mencintai laki-laki yang aku nikahi.

Dia yang harus membuat keputusan untuk dirinya, bukan Ibu, apalagi saya. Ini hidupnya. Jadi, tidak adil rasanya kalau orang lain yang memutuskan apa yang terbaik untuknya.

Tolong! Berhentilah bersikap baik sama semua orang. Beberapa orang bisa salah arti sama kebaikanmu itu… dan, berhenti deh, mengumbar kata ‘suka’ ke sembarang orang. Kamu bisa nyakiti hati seseorang tanpa kamu sadari.

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita.

Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.

Orange strengthens your emotional body, encouraging a general feeling of joy, well-being, and cheerfulness. Orange vibration foods are: oranges, tangerines, apricots, mangoes, peaches and carrots.

Kamu nggak akan bisa menyenangkan hati semua orang, Sar. Itu sebabnya kamu harus belajar bilang ‘NGGAK’.

Kerahkan semua kemampuan kalian belajar! Berikan yang terbaik! Baru setelah segala usaha disempurnakan berdoalah dan bertawakkal lah. Tugas kita hanya sampai usaha dan doa, serahkan kepada Tuhan selebihnya, ikhlaskan keputusan kepadaNya, sehingga kita tidak akan pernah stres dalam hidup ini. Stres hanya bagi orang yang berlum berusaha dan tawakal. Ma'annajah, good luck.

They made us believe that each one of us is the half of an orange, and that life only makes sense when u find that other half. They did not tell us that we were born as whole, and that no-one in our lives deserve to carry on his back such responsibility of completing what is missing on us: we grow through life by ourselves. If we have a good company it’s just more pleasant.

Resep lainnya adalah tidak pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian. Oleh siapa pun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa, dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar.

When life gives you lemons, do NOT make lemonade. Lemonade is for losers. Make orange juice instead.

And those hard slovos, brothers, were like the beginning of my freedom.

seorang pemenang adalah orang yang melakukan setengah pekerjaannya ketika yang lain terlelap

Bagaimana mungkin ada seteru jika tak ada konsep ambisi? Karena tiada jenjang yang perlu didaki kecuali tangga bambu yang seragam. Bagaimana bisa ada kompetisi jika semua orang melakukan hal serupa dengan gaji sama rata?

Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau itu. Tetapi, tidak peduli berapa kali kamu akan meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik

Jika agama kalian merupakan rahmat bagi alam semesta, kalian bisa menggunakannya sebagai senjata untuk menyejahterakan orang lain. Jika orang lain selamat, selamatlah alam semesta.

Perubahan hidup kita diikat dengan doa. Ia adalah ikhtiar kepada keinginan yang mahu dicapai..Kekayaan orang Muslim adalah doa.

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

No women should be made to fear that she was not enough

Kita diciptakan spesial, buktinya; sidik jari, DNA dan pengalaman hidup setiap orang adalah berbeda. Sesuatu yang spesial berharga mahal. Maka tinggalkanlah sikap dan perilaku yang murahan.

Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri. Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetapi kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.

Kamu harus cari banyak pengalaman, supaya sukses dan pintar. Bukan cari uang. Hanya kuli yang mencari uang. Tidak ada alasan untuk tidak bisa sukses dan pintar, kamu kan tidak tinggal di Eropa atau Amerika, yang orang pintar dan suksesnya banyak sekali, persaingan pun sangat ketat. Kamu tinggal di Indonesia yang jumlah orang bodohnya lebih banyak, jadi..sangat keterlaluan kalau kamu tidak bisa sukses.

Hikmah orang tua berada dalam semangat orang muda

Aku hanya orang biasa, tetapi aku bekerja lebih keras daripada orang biasa.

Apa yang tersimpan dalam dada, tak mampu dijangkau oleh mata. Karenanya lisan menjadi penanda, wajar orang menilai lewat kata.

Abah bicara isi kitab suci! Kamu bicara tulisan orang yang sudah gila!" "Setidaknya yang gila itu usaha sendiri. Bukan seperti Abah, bisanya cuma menadah sejarah. Cuma karena ada jutaan orang lain lagi yang punya kepercayaan sama seperti Abah, bukan berarti Abah jadi yang paling benar, kan?

Orang menyebutnya ILHAM. Tapi bisa saja itu datang dari suatu proses, setelah kita membiarkan diri mengalami yang lain

Dan kapan tepatnya waktu yang tepat? Saat kamu menemukan orang yang tepat.

Sahabat saya adalah orang yang berbahagia. Ia menikmati punggung ayam tanpa tahu ada bagian lain. Ia hanya mengetahui apa yang sanggup ia miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki.

Kamu pasti tahu dari buku-buku di perpustakaanmu bahwa orang kalau sudah beragama secara benar, menjadikan Tuhan sebagai kekasihnya, maka cintanya kepada kekasih di dunia ini hanya sekunder!!! Siang dan malam cuma ia ingin mencebur dalam Samudra Tuhan! Cintanya kepada sesama manusia cuma dalam rangka cintanya kepada Tuhan yang menciptakan manusia!

Misi yang dimaksud adalah ketika kalian melakukan sesuatu hal positif dengan kualitas sangat tinggi dan di saat yang sama menikmati prosesnya. Bila kalian merasakan sangat baik melakukan suatu hal dengan usaha yang minimum, mungkin itu adalah misi hidup yang diberikan Tuhan. Carilah misi kalian masing-masing. Mungkin misi kalian adalah belajar Al-Quran, mungkin menjadi orator, mungkin membaca puisi, mungkin menulis, mungkin apa saja. Temukan dan semoga kalian menjadi orang yang berbahagia.

Surely every one realizes, at some point along the way, that he is capable of living a far better life than the one he has chosen. What stays him, usually, is the fear of the sacrifices involved. (Even to relinquish his chains seems like a sacrifice.) yet everyone knows that nothing is accomplished without sacrifice.

Nothing like an orange and olive green-striped couch sitting on orange carpet and surrounded by dark wood paneling to get the inspiration rolling.

Be the complex elegance of a melting candle. Be a map with 10,000 roads. Be the orange at sunset that outclasses the pink of sunrise. Be the self that dares to be true.

Kenapa juga (ada) yang rajin menggembar-gemborkan dirinya sebagai orang yang open minded, justru sering ngatain goblog orang yang gak sependapat?

Mungkin kau harus berhenti memedulikan apa kata orang tentang dirimu.

As we walked along the flatblock marina, I was calm on the outside, but thinking all the time - Now it was to be Georgie the general, saying what we should do and what not to do, and Dim as his mindless greeding bulldog. But suddenly, I viddied that thinking was for the gloopy ones, and that the oomny ones use like, inspiration and what Bog sends. Now it was lovely music that came into my aid. There was a window open with the stereo on, and I viddied right at once what to do.

Ada diajarkan oleh kaum Brahmana, orang kaya terkesan pongah di mata si miskin, orang bijaksana terkesan angkuh di mata si dungu, orang gagah berani terkesan dewa di mata si pengecut. Juga sebaliknya, Kakanda. Orang miskin tak berkesan apa-apa pada si kaya, orang dungu terkesan mengibakan pada si bijaksana, orang pengecut terkesan hina pada si gagah berani. Tetapi semua kesan itu salah. Orang harus mengenal mereka lebih dahulu.

Orang yang jadi orang dia akan tahu siapa dia dan siapa tuhan dia. Orang yang jadi orang akan jaga hubungannya dengan Tuhan dia dan akan jaga juga hubungan dia dengan makhluk yang Tuhan cipta.

melupakan satu kesalahan orang lain jauh lebih baik dari pada mengingat seribu kebaikan diri sendiri

You can anticipate from life exactly what you put into it. You can't go planting apple seeds and expect them to produce oranges.

Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata, tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.

Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.

Sebagian orang berharap dapat menikah denagn laki-laki yang mereka cintai. Doaku sedikit berbeda: Aku dengan rendah hati memohon kepada Tuhan agar aku mencintai laki-laki yang aku nikahi

look at its shape, with vibrant yellows and oranges, a sunflower can brighten your day...it's as if it is smiling like a happy face painted on the sun...so if you do only one thing all day, let it be to smile, so you can brighten the day of others around you, just like the sunflower

Tak ada orang yang benar-benar jahat. Yang ada hanyalah orangorang yang kesepian. Jika mereka tak kesepian dan punya teman,punya Appa, Eomma, atau saudara yang baik, mereka tak akan jadi jahat. Mereka hanya perlu pulang... ke rumah, ke tempat di mana orang-orang mencintai mereka.

GAGAL ITU BIASA. Yang penting itu adalah bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. Nggak diterima, ditolak atau dianggap remeh sama orang itu biasa, jangan dibawa kesel. Perlu kita tau, orang yang menganggap remeh kita adalah guru kita, kenapa? Karena dia membuat kita kesel dan berapi-api untuk membuktikan kepada dia kali kita nggak seperti yang dia bayangkan.

Aku terkesima betapa dunia adalah sebuah tempat yang indah. Sekali lagi aku mendapatkan perasaan euphoria terhadap segala sesuatu di sekitar diriku. Siapakah kita ini, yang selalu hidup di sini? Setiap orang di pelataran itu seperti sebuah harta karun hidup yang penuh dengan pikiran dan kenangan, impian dan keinginan. Aku terkurung di dalam kehidupan kecilku sendiri di bumi ini, tapi itu pun berlaku pada setiap orang lain di pelataran ini.

Dulu sebelum saya memulai menulis buku, seorang penulis buku senior pernah berkata di sebuah acara bedah buku, 'sudah berapa banyak kalian membaca buku? Belasan, puluhan atau ratusan? Lalu apa sesuatu yang berlebihan kalau kita membuat satu buku saja, yang kemudian dibaca orang?

Saya percaya bahwa orang bukannya takut mati. Mereka takut sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih menggelisahkan dan lebih tragis daripada maut itu sendiri. Kita takut tidak pernah hidup, menjelang akhir hayat kita dengan perasaan bahwa kita tidak pernah benar-benar hidup. Bahwa kita tidak pernah memahami, untuk apa kehidupan kita itu.

Dibenci, adalah sesuatu yang harus Anda persiapkan sejak dini. Kadang-kadang, kebaikan menimbulkan kebencian. Dan begitupula, sebaliknya. Tugas Anda untuk bermanfaat bagi sesama, memang iya. Tapi, untuk menyenangkan seluruh orang di sekitar Anda, jangan bercanda!

Breakfast! My favorite meal- and you can be so creative. I think of bowls of sparkling berries and fresh cream, baskets of Popovers and freshly squeezed orange juice, thick country bacon, hot maple syrup, panckes and French toast - even the nutty flavor of Irish oatmeal with brown sugar and cream. Breaksfast is the place I splurge with calories, then I spend the rest of the day getting them off! I love to use my prettiest table settings - crocheted placemats with lace-edged napkins and old hammered silver. And whether you are inside in front of a fire, candles burning brightly on a wintery day - or outside on a patio enjoying the morning sun - whether you are having a group of friends and family, a quiet little brunch for two, or an even quieter little brunch just for yourself, breakfast can set the mood and pace of the whole day. And Sunday is my day. Sometimes I think we get caught up in the hectic happenings of the weeks and months and we forget to take time out to relax. So one Sunday morning I decided to do things differently - now it's gotten to be a sort of ritual! This is what I do: at around 8:30 am I pull myself from my warm cocoon, fluff up the pillows and blankets and put some classical music on the stereo. Then I'm off to the kitchen, where I very calmly (so as not to wake myself up too much!) prepare my breakfast, seomthing extra nice - last week I had fresh pineapple slices wrapped in bacon and broiled, a warm croissant, hot chocolate with marshmallows and orange juice. I put it all on a tray with a cloth napkin, my book-of-the-moment and the "Travel" section of the Boston Globe and take it back to bed with me. There I spend the next two hours reading, eating and dreaming while the snowflakes swirl through the treetops outside my bedroom window. The inspiring music of Back or Vivaldi adds an exquisite elegance to the otherwise unruly scene, and I am in heaven. I found time to get in touch with myself and my life and i think this just might be a necessity! Please try it for yourself, and someone you love.

Neil was moving before the ceiling lights turned on, crossing the inner court to the court walls. He pressed his hands to the thick, cold plastic and looked up, where the scoreboards and replay TVs hung over the court's ceiling, then down to the glossy wood. Orange lines marked first, half, and far court. It was perfect, utterly perfect, and Neil felt at once inspired and horrified by the sight of it.

The whole island was exactly what a kid growing up in some trailer park--say some dump like Tecumseh Lake, Georgia--would dream about. This kid would turn out all the lights in the trailer while her mom was at work. She'd lie down flat on her back, on the matted-down orange shag carpet in the living room. The carpet smelling like somebody stepped in a dog pile. The orange melted black in spots from cigarette burns. The ceiling was water-stained. she'd fold her arms across her chest, and she could picture life in this kind of place. It would be that time--late at night--when your ears reach out for any sound. When you can see more with your eyes closed than open. The fish skeleton. From the first time she held a crayon, that's what she'd draw.

Apa pun pekerjaanmu..apa pun kastamu..kau tetap bisa mencapai pencerahan, tapi kau harus mempertimbangkan yang berikut ini.. Apa yang sudah pernah kaulakukan? Apakah itu berguna bagimu? Apakah itu berguna bagi orang lain? Atau apakah itu berguna bagi orang banyak? Apakah itu berguna bagi negerimu? Apakah itu juga berguna bagi dunia? Apa itu sangat penting bagi semua makhluk hidup dan seluruh alam? Jika tidak, kau harus berhenti.

Oh, Anyone can make a quilt,' she said modestly. 'It's just scraps, from the clothes you've sewn.' 'Yes, but the talent is in joining the pieces, the way you have.' 'Look,' Om pointed, 'look at that - the poplin from our very first job.' 'You remember,' said Dina, pleased. 'And how fast you finished those first dresses. I thought I had two geniuses.' 'Hungry stomachs were driving our fingers,' chuckled Ishvar. 'Then came that yellow calico with orange strips. And what a hard time this young fellow gave me. Fighting and arguing about everything.' 'Me?Argue?Never.' ......... He steeped back, pleased with himself, as though he had elucidated an intricate theorem. 'So that's the rule to remember, the whole quilt is much more important than the square'.

I think true love transcends tiem. The thunderbolt does not. Not if it strkes men the way you described." I start a sprint toward a glade where my favorite orange flowers grow. He catches up with me easily. "Most girls prefer flowers over trees." I brush my fingers on the petals."These flowers blossom quickly. They speak of passion, of beauty." I take a witheting flower that had dropped to the ground and fondle it between my fingers. "But flowers don't last. They wither easily and have limited growth. A tree might not speak of passion but sturdiness. Yet, it grows higher and lasts longer. Some of these trees were here before I was born and they'll be here once I'm gone." My heads falls back as I look at the highest tree. "Real love ought to be more like a tree and less like a flower. That's the kind of love my parents had. It wasn't as consuming as it was everlasting. And you see that tree over there? Now it's showing only green leaves, but in spring it's covered in flowers. Because as reliable as trees are, they can also speak of beauty and passion.

Devereaux is going with our pitch.” “Hey, that’s just great,” I said superperkily. “Wendell’s or mine?” “Yours.” “But you want to fire me. So fire me.” “We can’t fire you. They loved you. The head guy, Leonard Daly, thought you were, I quote, ‘a great kid, very courageous’ and a natural to do a whispering campaign. He said you had believability.” “That’s too bad.” “Why? You’re not quitting!” I thought about it. “Not if you don’t want me to. Do you?” Go on, say it. 298 ♥elavanilla♥ “No.” “No what?” “No, we don’t want you to quit.” “Ten grand more, two assistants, and charcoal suits. Take it or leave it.” Ariella swallowed. “Okay to the money, okay to the assistants, but I can’t green-light charcoal suits. Formula Twelve is Brazilian, we need carnival colors.” “Charcoal suits or I’m gone.” “Orange.” “Charcoal.” “Orange.” “Charcoal.” “Okay, charcoal.” It was an interesting lesson in power. The only time you truly have it is when you genuinely don’t care whether you have it or not. “Right,” I said. “I’m giving myself the rest of the day off.

Gate C22 At gate C22 in the Portland airport a man in a broad-band leather hat kissed a woman arriving from Orange County. They kissed and kissed and kissed. Long after the other passengers clicked the handles of their carry-ons and wheeled briskly toward short-term parking, the couple stood there, arms wrapped around each other like he’d just staggered off the boat at Ellis Island, like she’d been released at last from ICU, snapped out of a coma, survived bone cancer, made it down from Annapurna in only the clothes she was wearing. Neither of them was young. His beard was gray. She carried a few extra pounds you could imagine her saying she had to lose. But they kissed lavish kisses like the ocean in the early morning, the way it gathers and swells, sucking each rock under, swallowing it again and again. We were all watching– passengers waiting for the delayed flight to San Jose, the stewardesses, the pilots, the aproned woman icing Cinnabons, the man selling sunglasses. We couldn’t look away. We could taste the kisses crushed in our mouths. But the best part was his face. When he drew back and looked at her, his smile soft with wonder, almost as though he were a mother still open from giving birth, as your mother must have looked at you, no matter what happened after–if she beat you or left you or you’re lonely now–you once lay there, the vernix not yet wiped off, and someone gazed at you as if you were the first sunrise seen from the Earth. The whole wing of the airport hushed, all of us trying to slip into that woman’s middle-aged body, her plaid Bermuda shorts, sleeveless blouse, glasses, little gold hoop earrings, tilting our heads up.

Oranges and unicorns say the bells of St. . . .” She looked to Harriet for inspiration. “Clunicorns?” “Somehow I don’t think so.” “Moonicorns.” Sarah cocked her head to the side. “Better,” she judged. “Spoonicorns? Zoomicorns.” And . . . that was enough. Sarah turned back to her book. “We’re done now, Harriet.” “Parunicorns.” Sarah couldn’t even imagine where that one had come from. But still, she found herself humming as she read. Oranges and lemons say the bells of St. Clements. Meanwhile, Harriet was muttering to herself at the desk. “Pontoonicorns xyloonicorns . . .” You owe me five farthings say the bells of St. Martins. “Oh, oh, oh, I have it! Hughnicorns!” Sarah froze. This she could not ignore. With great deliberation, she placed her index finger in her book to mark her place and looked up. “What did you just say?” “Hughnicorns,” Harriet replied, as if nothing could have been more ordinary. She gave Sarah a sly look. “Named for Lord Hugh, of course. He does seem to be a frequent topic of conversation.

Making these choices [to attend school instead of skipping], as it turned out, wasn't about willpower. I always admired people who “willed” themselves to do something, because I have never felt I was one of them. If sheer will were enough by itself, it would have been enough a long time ago, back on University Avenue, I figured. It wasn't, not for me anyway. Instead, I needed something to motivate me. I needed a few things that I could think about in my moments of weakness that would cause me to throw off the blanket and walk through the front door. More than will, I needed something to inspire me. One thing that helped was a picture I kept in mind, this image that I used over and over whenever I was faced with these daily choices. I pictured a runner running on a racetrack. The image was set in the summertime and the racetrack was a reddish orange, divided in white racing stripes to flag the runners’ columns. Only, the runner in my mental image did not run alongside others; she ran solo, with no one watching her. And she did not run a free and clear track, she ran one that required her to jump numerous hurdles, which made her break into a heavy sweat under the sun. I used this image every time I thought of things that frustrated me: the heavy books, my crazy sleep schedule, the question of where I would sleep and what I would eat. To overcome these issues I pictured my runner bolting down the track, jumping hurdles toward the finish line. Hunger, hurdle. Finding sleep, hurdle, schoolwork, hurdle. If I closed my eyes I could see the runner’s back, the movement of her sinewy muscles, glistening with sweat, bounding over the hurdles, one by one. On mornings when I did not want to get out of bed, I saw another hurdle to leap over. This way, obstacles became a natural part of the course, an indication that I was right where I needed to be, running the track, which was entirely different from letting obstacles make me believe I was off it. On a racing track, why wouldn't there be hurdles? With this picture in mind—using the hurdles to leap forward toward my diploma—I shrugged the blanket off, went through the door, and got myself to school.