Maut Sad Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Maut Sad. Here they are! All 2 of them:

SAD SHAYARI taras aata hai mujhe masoon si palkho par jab bheeg kar kahti hai ke ab aur roya nahi jata aye hawa unse kahde kabhar meri maut ki aur son kahena ki kafan ki khuwaish mein meri laash unke aanchal ka intezaar kar rahi hai SAD SHAYRI Yeh Tuɱ Se keh Diya kis Ne, ke Baazi Haar Baithay Huɱ! Abhi Tuɱ Pay Lutanay ko Humari Jaan Baqi Hai. SAD SHAYARI Usse yeh weham hai ke ɱai usse chor na paaungi Huɱe ye khauf hai ke r๏yega azɱa ke mujhe !! Jise Tum Sacche Dil Se Pyar Karo Use Kabhi Mat Aazmana…! Kyo Ki Agar Woh Gunehgar Bhi Hua Toh Dil Tumhara Hi Tutega
Hinsmeer.blogspot.com
Helianthus “The sadness will last forever.”  ― Vincent van Gogh Sebuah ingatan tak mampu menangkap geletar sebatang kuas. Jari-jemari gagal menangkap rona mata kepedihan membayang kabur di atas kanvas. Pucat tube cat menelan harga diri ekspresi beku palet kosong.     Seekor singa diam-diam mengeram, mencabik daging sepotong demi sepotong. Langit penuh bintang tertawa menggigilkan telinga. Tawa gila perempuan sundal di perempatan jalan. Telinga mengucur darah oleh tajam sembilu tak lagi goreskan biru ke atas gaun malam. Hutan terbakar. memberang oleh kalut pikiran. Kelopak matahari luruh memenuhi liang lembab dan dingin. Sernak hujan memutar masa lalu, melaknat pias rembulan. Tapi ia belum mati, belum lagi. Ada sisa asap dari pistol teracung ke atas jidat mencabar benak. Serpihan ngeri mengiris telinga terbungkus sehelai sapu tangan berenda— sebuah tanda mata. Langit yang tak kunjung mati. Langit yang melaknat diri sendiri. Sebuah pusara, dalam keranjang     penuh kentang. Malam penuh bintang dan sansai sepasang sepatu bot usang— kamar sunyi lengang. Tertumpah gentong anggur dalam perkelahian tak terkendali bersama Theo dalam café penuh pelacur. Almanak yang menyimpan ingatan semua nama: Gachet dan Gauguin menambal luka meliang di sekujur tubuh; maut yang menolak mencium busuk bau napasnya. Rembulan mabuk di sepanjang jalan dari Borinage, Antwerpen hingga ke Paris. Jiwa yang menolak mati, sampai Arles memangilnya kembali Muram wajah rumah kuning itu, taman bunga Irish layu pohon Cypres menari-nari. Dan Saint Remy menunda kepulangannya sekali lagi. Jemari gemetar mengulang sketsa pada cemerlang warna bunga mataharinya dalam sebuah pot oranye tetap seperti dulu juga. Lelaki malang yang mencintai kepedihan begitu rupa sebagaimana ia mencintai cahaya lebih dari jiwanya sendiri.  April 2014
Titon Rahmawan