“
dari kelangkang ini, lumut-lumut hijauku
menyeruak melilit ikan-ikan kecil burungburung
kecil yang tamasya mendekati sihir
kata-kataku. inilah kitab suciku! meledak
dalam kesintingan! ditelikung cahaya bulan,
sendirian di penjara, dingin yang akrab dan
suara-suara jauh dan tikus, dan bayangan
kematian, tapi lumut-lumut ini menjangkau ke
mana-mana, ke bermuda warna-warni di balik
celana para lonte yang bersikukuh menahan
imannya dibelit cadar kemunafikan! hurah!
taik anjing masuk lobang jadah miliknya: oh,
cinta yang menipu! bau tahi asu dari desa
terjauh di utara sana, telah menghisapku dan
perek-perek terus saja dilahirkan tiap detik.
”
”