Mana Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Mana. Here they are! All 100 of them:

Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
Di mana pun dia berada. Dan kuharap dia tahu bahwa selama aku masih bernafas, aku akan selalu mencintainya. Sepenuh hatiku. Selamanya. -Alex Hirano
Ilana Tan (Sunshine Becomes You)
Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.
Seno Gumira Ajidarma (Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara)
Buku adalah sahabat paling setia rela mendampingi sepanjang waktu di mana pun aku berada tanpa pernah memikirkan dirinya.
Abdurahman Faiz (Aku Ini Puisi Cinta)
...berbuat yang terbaik pada titik di mana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis.
Andrea Hirata
Nana, apa kau tahu, di mana tempat paling baik untuk kita? Jawabannya adalah di sisi satu sama lain.
Orizuka (17 Years of Love Song)
Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa.
Soe Hok Gie (Catatan Seorang Demonstran)
Ada suatu saat kita tidak dapat memilih yang terbaik. Ada suatu saat di mana kita berbuat kesalahan, dan hidup dalam kenangan penuh penyesalan. Tapi saat ini, aku hanya ingin mengikuti kata hati - ke mana pun ia membawaku..
Winna Efendi (Remember When)
Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin. Ujung-ujungnya kita juga tahu kok, mana yang diri kita sebenernya, mana yang bukan diri kita. Dan kita juga tahu apa yang pengen kita jalani. Keenan.
Dee Lestari (Perahu Kertas)
Momentum tidak dapat dikejar. Momentum hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kenangan adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus bukan batu.
Dee Lestari
Mana ada hukum bercinta dalam dunia ni kita suka orang , orang tu kena suka kita balik.
Hlovate (Contengan Jalanan)
Lebih baik agama ibarat garam: meresap, menyebar, dan memberikan manfaat di mana-mana, tanpa kelihatan.
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 7)
Dulu kalau aku tak begitu, kini bagaimana aku? Dulu kalau aku tak di situ, kini di mana aku? Kini kalau aku begini, kelak bagaimana aku? Kini kalau aku di sini, kelak di mana aku? Tak tahu kelak ataupun dulu Cuma tahu kini aku begini Cuma tahu kini aku di sini Dan kini aku melihatmu
Ilana Tan
Saya belajar dari kisah hidup seseorang. Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.
Dee Lestari (Perahu Kertas)
Orang yang memendam perasaan sering kli terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
kami coba simpan nestapa... kami coba kuburkan duka lara... tapi perih, tak bisa sembunyi. Ia menyebar kemana-mana...
Chairil Anwar
Akan ada satu saat kamu bertanya: pergi ke mana inspirasiku? Tiba-tiba kamu merasa ditinggal pergi. Hanya bisa diam, tidak lagi berkarya. Kering. Tetapi tidak selalu itu berarti kamu harus mencari objek atau sumber inspirasi baru. Sama seperti jodoh, Nan. Kalau punya masalah,tidak berarti harus cari pacar baru kan? Tapi rasa cinta kamu yang harus diperbarui.Cinta bisa tumbuh sendiri,tetapi bukan jaminan bakal langgeng selamanya,apalagi kalau tidak dipelihara. Mengerti kamu?" -Nasihat Poyan pada Keenan suatu hari
Dee Lestari (Perahu Kertas)
the past matters. but only as a reference point untuk tengok sejauh mana kita dah berubah
Hlovate (Anthem)
Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya... kerana itulah pintu hatinya... tempat di mana cinta itu ada.
Maria A. Sardjono
Rumah adalah tempat di mana aku merasa bisa pulang. (Dimas Suryo)
Leila S. Chudori (Pulang)
Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan jujur dan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada.
Seno Gumira Ajidarma (Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara)
Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu... Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'... Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi... Kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah.
Tere Liye (Moga Bunda Disayang Allah)
Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit kembali setelah berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on. Supernova: Partikel
Dee Lestari (Partikel)
Sungai menjadi jalan pulangnya ke rumah tak berwadak, tapi ia selalu tahu di mana harus mengetuk pintu
Dee Lestari (Supernova: Akar)
Mana ada manusia yang tak ada masalah sampai boleh jadi sempurna dalam hidup?
Hlovate (5 tahun 5 bulan)
Ketika bicara menunggu, itu bukan tentang berapa jam, hari dan bulan. Kita bicara tentang titik di mana kita akhirnya memutuskan untuk percaya
Laksmi Pamuntjak (Amba)
Menghormati orang lain adalah karakter orang terhormat. Merendahkan orang lain adalah karakter orang rendah. Nah, silahkan tinggal pilih yang mana.
Tere Liye
Cinta sama seperti kupu-kupu yang bila-bila masa saja akan terbang kemana-mana. Warna warni yang indah tak lebih hanya mengasyikkan seperti pelangi bila-bila masa akan hilang
Ramlee Awang Murshid (Ungu Karmila)
Seorang novelis sebaiknya menciptakan “sebuah wilayah di mana tak seorang pun memiliki kebenaran...tapi di mana setiap orang punya hak untuk dimengerti
Goenawan Mohamad (CATATAN PINGGIR 3)
Kau tak boleh menyeret-nyeret nasib dan perasaan orang hingga hati orang itu tercecer ke mana-mana. Kau harus berani memilih dengan segala risikonya.
Leila S. Chudori (Pulang)
Dalam Doaku Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku Aku mencintaimu.. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu (1989)
Sapardi Djoko Damono
kasih sayang ada di mana-mana...untuk semua...untuk yang mencari..
hlovate's hikayat
Tuhan membiarkan kita kalah supaya kita tahu di mana letak kita salah.
Sefryana Khairil (Beautiful Mistake)
Mana Toast. This is toast. It refills your mana. That’s it. Nothing more. Fuck you.
Matt Dinniman (Dungeon Crawler Carl (Dungeon Crawler Carl, #1))
Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemui jalan masuk, yang kesepuluh tidak harus mengatakan, Ini sudah takdir TUHAN. Ia harus mencari di mana kekurangannya.
Jalal ad-Din Muhammad ar-Rumi
cintaku, ke mana lagi pencarian menemukan yang hakiki bila kata-kata cuma kopong tahi dilindas sandal imam sombong yang maha pengecut
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
Di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana.
Pramoedya Ananta Toer (Bukan Pasar Malam)
Sejarah telah memperlihatkan semua hal tentang kerakusan, kesombongan, kekejaman, keikhlasan, pengorbanan, dan daya juang di mana semua orang dapat becermin. Namun tampaknya manusia lebih bernafsu membuat sejarah ketimbang belajar dari sejarah.
Andrea Hirata (Sebelas Patriot)
Ibu mana pun, yang baik atau buruk, tetap terluka ketika anaknya dicela. Meski celaan itu tidak salah, dan juga bukan fitnah. Tetapi tali pusar anak dari ibunya hanya diputus oleh sebilah gunting dunia. Di antara mereka berdua ada pertalian abadi, yang bahkan oleh seorang ayah pun tak bisa dipahami
Leila S. Chudori (Pulang)
Tapi satu pelajaran yang gue dapet. Kita bisa mencari iman di mana saja, termasuk di negara yang sering ‘dibilang kafir’ sekalipun.
Valiant Budi (Kedai 1001 Mimpi: Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI)
Hidup telah menunjukkan dengan caranya sendiri bahwa aku senantiasa dipandu. Tak perlu tahu ke mana ini semua berakhir. ...
Dee Lestari (Madre: Kumpulan Cerita)
Tak tahu engkau di mana Tapi, kulihat dirimu, antara bayang pohon willow Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow Dan kucium dirimu, dalam angin yang berhembus dari utara
Andrea Hirata
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya, hati mana saja yang sudah kau lewati untuk sampai di sini.
Rahne Putri (Sadgenic)
Saya dalam gelap. Dan salah siapa kalau saya tak nampak? Kenapa orang keliling hanya pandai bising. Tapi tak pandai menghulur tangan? Jangan pernah 'judge' masa lampau orang lain. Mana mungkin kita tahu jika masa lampaunya tu adalah masa depan kita. Jangan pernah merasa kita mulia jika baju kita putih dan tak pernah bercemar noda, kalau tak pernah kita hulur tangan kepada mereka yang bergelumang lumpur dan kotor. Jangan rasa bagus dengan hanya menggeleng kepala dan bising pada yang salah dan pincang, jika tak pernah kita sinsing lengan untuk membetulkan dan membantu. Jangan menyalahkan mereka yang larut hanyut, jika tak pernah nak cuba tarik mereka yang lemas dan tenggelam. Apatah lagi nak mengajarkan mereka berenang atau meminjamkan pelampung. Moga hari ini, esok dan akan datang adalah yang baik-baik 'je' sampai ke penghujung nyawa. Moga walau hari ini adalah hitam, kelabu dan kelam tapi esok masih punya harapan untuk jadi pelangi seribu warna. Minta dengan doa.
Hlovate (Anthem)
Toys? When a man—a dom—said toys, he didn’t mean stuffed animals or baseballs.
Cherise Sinclair (To Command and Collar (Masters of the Shadowlands, #6))
Perasaan bisa memudar seiring waktu, tapi ada beberapa hal yang tak pernah hilang, perasaan yang pantas untuk diperjuangkan. Pertanyaannya adalah, perasaanmu untuknya jatuh pada kategori yang mana?" - Tabitha
Winna Efendi (Tomodachi (SCHOOL, #2))
Aku diajar berpuasa bukan karena agama, bukan karena keinginan naik surga. Kakek mengajarku buat menahan keinginan, untuk mengetahui sampai di mana aku dapat mengatur kekuatan.
Nh. Dini (Sebuah Lorong di Kotaku)
Time flies, knells call, life passes, so hear my prayer. Birth is nothing but death begun, so hear my prayer. Death is speechless, so hear my speech. This is Jake, who served his ka and his tet. Say true. May the forgiving glance of S’mana heal his heart. Say please. May the arms of Gan raise him from the darkness of this earth. Say please. Surround him, Gan , with light. Fill him, Chloe, with strength. If he is thirsty, give him water in the clearing. If he is hungry, give him food in the clearing. May his life on this earth and the pain of his passing become as a dream to his waking soul, and let his eyes fall upon every lovely sight; let him find the friends that were lost to him, and let every one whose name he calls call his in return. This is Jake, who lived well, loved his own, and died as ka would have it. Each man owes a death. This is Jake. Give him peace.
Stephen King (The Dark Tower (The Dark Tower, #7))
Realita? Aku meragukan realitaku sendiri. Yang mana realitas itu sebenarnya? Mungkin bagiku mimpi dan fiksi itulah realita sejati, sedang hidup yang kata mereka kujalani hanyalah mimpi, cerpen bahkan novel yang belum selesai.
Helvy Tiana Rosa (Mata Ketiga Cinta)
Kata Lintjens, "Meis, jangan memarahi Tuhan dalam kesusahanmu. Kau toh tidak bertanya di mana Tuhan ketika kau merasa senang".
Remy Sylado
if I had fallen in love with a lie, I would’ve been devastated. I just wish he wasn’t such a bad guy. But then he’d be a different man—a man you might not be able to love.
H.D. Carlton (Haunting Adeline (Cat and Mouse, #1))
«Sobre toda cosa guardada, guarda tu corazón; porque de él mana la vida.» Proverbios 4:23
Anissa B. Damom (Revelación (Éxodo, #2))
It came to Mr. Blood, as he trudged forward under the laden apple-trees on that fragrant, delicious July morning, that man—as he had long suspected—was the vilest work of God, and that only a fool would set himself up as a healer of a species that was best exterminated.
Rafael Sabatini (Captain Blood)
To become—in Jung’s terms—individuated, to live as a released individual, one has to know how and when to put on and to put off the masks of one’s various life roles. ‘When in Rome, do as the Romans do,’ and when at home, do not keep on the mask of the role you play in the Senate chamber. But this, finally, is not easy, since some of the masks cut deep. They include judgment and moral values. They include one’s pride, ambition, and achievement. They include one’s infatuations. It is a common thing to be overly impressed by and attached to masks, either some mask of one’s own or the mana-masks of others. The work of individuation, however, demands that one should not be compulsively affected in this way. The aim of individuation requires that one should find and then learn to live out of one’s own center, in control of one’s for and against. And this cannot be achieved by enacting and responding to any general masquerade of fixed roles.
Joseph Campbell (Myths to Live By)
Rumahku dari unggun-timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senjakala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun-timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu.
Chairil Anwar (Aku Ini Binatang Jalang)
Kalau cinta sudah memilih, kita hanya perlu mengikuti ke arah mana ia membawa kita.
Robin Wijaya (Before Us)
Bagiku, El, omong kosong jika para petinggi agama mengatakan bahwa agama tidak ada urusannya dengan akal. Buat apa manusia dianugerahi otak jika untuk mengenali Pencipta Otak itu, dia tidak boleh menggunakan otaknya? Menurutku, agama selalu memberi kesempatan kepada para pemeluknya untuk memilah mana yang harus dia pastikan dengan akalnya, mana yang cukup dipercaya begitu saja. (Kashva to Elyas, MLPH: 126)
Tasaro G.K.
Be a good person but don’t waste time to prove it...
Manas Disoriya
Sebenarnya, kita tidak kemana-mana. Hanya berdiri di tempat yang sama. Kita berhenti berusaha. Kita sama-sama tidak percaya pada apa yang kita punya.
Sefryana Khairil (Coba Tunjuk Satu Bintang)
Ah, kematian memang misteri. Bisa datang di mana saja, kapan saja. Jika bisa memaknai setiap napas hidup, kematian hanyalah sebuah lonceng untuk waktu yang telah tiada.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Setiap strategi yang sehat dan benar harus selalu berusaha mereduksi pihak lawan seminimum mungkin dan merangkul kawan sebanyak mungkin, sambil membujuk sebanyak mungkin lawan menjadi kawan, terserah apa latar belakangnya. Gerakan yang berkebiasaan membuat musuh di mana-mana amatlah bodoh.
Y.B. Mangunwijaya (Mengenang Romo Mangun : Surat Bagimu Negeri Berjuang untuk yang Terpinggirkan, Menyapa Hingga yang di Singgasana, Y.B. Mangunwijaya, 1929-1999)
Ono sto je najljepše na iskrenoj i dubokoj ljubavi, to je da u odnosu prema onome koga volimo ni jedna naša mana ne dolazi do izraza. Mnogo šta što je zlo u nama isčezava, a ono što je dobro ustostruči se.
Ivo Andrić
Dan wanita manapun di dunia ini dengan hanya sedikit kepekaan tahu pria mana yang sedang jatuh cinta dengannya
Paulo Coelho
Wanita cerdas bisa menghadapi cecunguk mana pun dengan anggun.
Francisca Todi
- De ce razi? - Fiindca sunt proasta si fiindca innebunesc dupa fiecare cuvant al tau! Boala pe care o dai tu nu se vindeca niciodata. Si febra ta tine tot timpul. Vrei sa mai stii si altceva? M-ai aruncat in drum si te-ai intors dupa doi ani, si sunt innebunita dupa tine. Si daca ai sa ma arunci si ai sa te intorci dupa o suta de ani, tot am sa te urmez. Mor dupa tine si te urasc, si astept sa-mi faci ceva rau. (Parca era beata. Isi duse mana la frunte, razand.) O, nu! Sa nu te iei dupa mine. Nu vreau sa sufar din nou! Lasa-ma sa ma intremez!
Radu Tudoran (Fiul risipitor)
Ketika manusia sudah bingung menentukan mana haq mana batil, itulah tanda sudah tecerainya manusia dari kesejatian iman, tecerai dari Tuhan dan kitab suci-Nya, meskipun masih beragama.
Adam Troy Effendy (Ilmu Sedikit untuk Segala²nya: Dasar-Dasar Tauhid Hakiki)
Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu, dan kau tak tahu jalan mana yang harus kau ambil, janganlah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah napas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini. Jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkanlah hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan pergilah ke mana hati membawamu.
Susanna Tamaro (Follow Your Heart)
Apabila kau rasa sedih dan kau tak boleh nak luahkan... benda tu akan jadi satu perkara yang kau akan ingat sampai bila-bila. Apabila perkara tu terkumpul dengan perkara-perkara sedih yang lain... kau tahu tak, sakit? Dan masa tu, kau menangis mcm mana pun, rasa sakit tu takkan kurang.
Syud (Tentang... Dhiya)
Ibu bapak tani—ibu bapak tanah air—akan meratapi putera-puterinya yang terkubur dalam udara terbuka di atas rumput hijau, di bawah naungan langit biru di mana awan putih berarak dan angin bersuling di rumpun bambu. Kemudian tinggallah tulang belulang putih yang bercerita pada musafir lalu, “ Di sini pernah terjadi pertempuran. Dan aku mati di sini.
Pramoedya Ananta Toer (Percikan Revolusi Subuh)
A selfish man would never visit a comatose woman every day for two months. He wouldn’t have done what was best for everyone involved, or given an employee a proper burial. These are the acts of a loving man––a man who cared too much.” “What are you saying?” “Sara’s my biological mother.
Diane L. Kowalyshyn (Crossover (Cross your Heart and Die, #1))
Pengkhianat ada di mana-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa. Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
"that moment... that moment out there?" Blake pointed at the bed of army jacket, grass, and mint. "I've pictured it in my head for months. Months! I knew it would never really happen, but it kept me going. The beautiful, smiling girl would look at me like a man-a man worthy of her body, worthy of her kisses. Do you realize what a fool I am for hoping?"
Debra Anastasia (Poughkeepsie (Poughkeepsie Brotherhood, #1))
Dan dengan tidak terasa umur manusia pun lenyap sedetik demi sedetik ditelan siang dan malam. Tapi masalah-masalah manusia tetap muda seperti waktu, Di mana pun juga dia menyerbu ke dalam kepala dan dada manusia, kadang-kadang ia pergi lagi dan di tinggalkannya kepala dan dada itu kosong seperti langit. (Bukan Pasar Malam, 68)
Pramoedya Ananta Toer
[Responding to the Bishop of Oxford, Samuel Wilberforce's question whether he traced his descent from an ape on his mother's or his father's side] A man has no reason to be ashamed of having an ape for his grandfather. If there were an ancestor whom I should feel shame in recalling it would rather be a man—a man of restless and versatile intellect—who … plunges into scientific questions with which he has no real acquaintance, only to obscure them by an aimless rhetoric, and distract the attention of his hearers from the real point at issue by eloquent digressions and skilled appeals to religious prejudice.
Thomas Henry Huxley
Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi setelah berkali-kali jatuh. jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on
Dee Lestari (Partikel)
Nu toti barbatii vor iubi asa. Nu toti barbatii stiu sa alinieze cuvinte care sa devina versuri spre a vorbi despre femeia pe care o iubesc - dar le simti privirea si un fel anume de a se purta cu ea care-ti spune tot. Ii ador pe barbatii care vad la femeilor lor amanunte sublime, care observa mici si rafinate detalii pe care le iubesc ca pe intreg. In afara de sani, fund, picioare si buze, femeile norocoase au privilegiul, din partea barbatilor lor, de a fi admirate pentru felul in care-si trec mana prin par...pentru cat sunt de frumoase cand gatesc si fredoneaza balade rock...pentru pielea si aroma lor...sau pentru zambetul fierbinte cu care-i intampina mereu...pentru felul ciudat in care se ung cu creme si mirodenii de femeie...sau pentru glezna impecabila..pentru modul adorabil in care stau bosumflate superficial, asteptand sarutul de impacare...pentru linistea din glas...sau pentru tinuta lor cand merg pe strada...pentru felul in care converseaza cu prietenii si pentru bunatatea lor...pentru cat de sexy sunt cu samponul in ochi...pentru cat de fragile sunt cand plang...pentru cat de frumos isi iubesc barbatii si cum stiu sa aiba grija de ei...
Mihaela Rădulescu (Niste raspunsuri)
Organisasi-organisasi raksasa dengan momok birokrasi yang rumit terus berbicara tentang konsep-konsep dan solusi dalam "bahasa langit", sementara kaki mereka tak menjejak pada kehidupan akar rumput rakyat Afghan yang sebenarnya. Anak-anak jalanan masih saja bertebaran di mana-mana. Perempuan masih bersembunyi. Jalan masih berdebu. Rumah-rumah belum tersentuh listrik dan air.
Agustinus Wibowo (Selimut Debu)
Definisi epistemologis yang paling tepat untuk ilmu, dengan Allah Subhanallahu wa Ta'ala sebagai sumbernya, ialah tibanya (husul) makna (ma'na) sesuatu benda atau objek ilmu ke dalam jiwa. Dengan memandang jiwa sebagai penafsir maka ilmu adalah tibanya (wusul) diri (jiwa) kepada makna sesuatu hal atau suatu objek ilmu.
Syed Muhammad Naquib al-Attas (Islam and Secularism)
Bagi saya, berdosa bukanlah inti rasa tragis. Intinya adalah kesadaran tentang 'tepi'. Tepi bukanlah batas. Tepi mengandung sesuatu yang sepi, juga menunjukkan keadaan yang genting sebab siapapun akan sendirian ketika ada pelbagai sisi yang dihadapi, ketika seorang tak berada di satu pusat yang mantap. Bukan saja karena terang dan gelap ada dimana mana, tapi juga karena kedua duanya mengandung bahaya
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 7)
Ternyata kamu masih selalu kalah oleh keadaan. Lihat, bahkan memaksa kodok berdiri tegap masih lebih mudah daripada mengakuiku. Karena setiap mereka tanya siapa aku, kamu akan terdiam, paling tidak menarik nafas. Jadi mana mungkin kamu mengundangku datang ke rumahmu yang besar, yang hanya berisikan banyak pertanyaan?
Zarry Hendrik (Dear Zarry's)
Industrial man—a sentient reciprocating engine having a fluctuating output, coupled to an iron wheel revolving with uniform velocity. And then we wonder why this should be the golden age of revolution and mental derangement.
Aldous Huxley (Time Must Have a Stop)
Ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah. Bacalah adalah serupa bisikan, serupa gerimis hujan, desir angin, desir lokan, atau gemerisik dedaunan. Bacakanlah bagai teriakan, berpengeras suara bergema kemana-mana. Sebab bisikan lebih menggoda lebih menjamah lebih menggugah daripada teriakan. Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak. Hanya membaca. Sebuah laku pribadi, hening sendiri, hanya dalam hati, sunyi tanpa bunyi. Ketika hanya ada satu benak yang menari dengan benak lain (malaikat jatuh, malaikat patuh, betapa tipisnya, keduanya hanya membuat manusia teramat manusia). Aku tak peduli, benak mana yang akan berbisik. Aku tak peduli, ada atau tiada makna, terserah saja.
Nukila Amal (Cala Ibi)
I've never had a coconut chilli Martini before,' I tell him. 'That's the thing with getting older. You run out of new things to try.' 'Oh, I don't know,' he says, still the optimist. 'I have lived beside one ocean or another most of my life and I have yet to see the same wave twice. It's the mana, you see. It's everywhere. It's never still. It keeps the world new. The whole planet is a coconut chilli Martini.
Matt Haig (How to Stop Time)
-Iti spun un lucru. Ce este mai apropiat decat fratele de frate, mama de copil?Ce este mai apropiat decat mana de gura, gandul de minte? E viziunea, Roger. Nu ma astept ca tu sa intelegi asta... -Dar pricep,mai incape vorba! Jocelin isi inalta chipul si deodata zambi: -Chiar intelegi? -Dar vine clipa in care viziunea nu mai e decat jocul copilului de-a-sa-zicem. -Aha! Clatina din cap, incet, atent; si luminile plutira. -Atunci nu intelegi deloc. Deloc.
William Golding (The spire, William Golding : notes)
Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin orang menilai dan memandangku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat. Memahami manusia sebagai manusia.
Ahmad Wahib (Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib)
Something that had been a single cell, a cluster of cells, a little sac of tissue, a kind of worm, a potential fish with gills, stirred in her womb and would one day become a man--a grown man, suffering and enjoying, loving and hating, thinking, remembering, imagining. And what had been a blob of jelly within her body would invent a god and worship; what had been a kind of fish would create, and, having created, would become the battleground of disputing good and evil; what had blindly lived in her as a parasitic worm would look at the stars, would listen to music, would read poetry.
Aldous Huxley (Point Counter Point)
She left someone she loved so that her daughters would never think that kind of relationship was okay. She wasn’t rescued by another man—a knight in shining armor. She took the initiative to leave my father on her own, knowing she was about to embark on a completely different kind of struggle with added stress as a single mother.
Colleen Hoover (It Ends With Us)
Aku tidak memilih waktu tertentu untuk membaca. Setiap aku punya waktu luang, aku membaca. Kapan saja, di mana saja. Pulang ke rumah, sebelum tidur, aku membaca. Bangun pagi, aku membaca dulu. Pokoknya, ketika tidak melakukan apa-apa, aku membaca buku. Atau, ketika aku sedang tidak ingin bermalas-malasan, aku membaca. Aku kadang-kadang memang hanya ingin bermalas-malasan. Di luar itu, setiap punya kesempatan, aku membaca. Lima atau enam halaman. Justru aku biasanya tidak membaca buku ketika sedang dengan sengaja ingin jalan-jalan. Aku ingin jalan-jalan saja. Karena, aku merasa buku justru jadi gangguan. Membaca membuatku tidak bisa melihat apa-apa yang lain.
Eka Kurniawan
Apakah aku masih mengharapkan sesuatu dari ibuku selain apa yang sudah ia berikan kini? Tak juga senyum samar, airmata atau kesedihan yang ia sembunyikan dari diriku. Itu seperti kerinduan yang tidak terlukiskan. Kerinduan yang tak bisa terungkap lewat kata, lagu atau bahkan puisi. Ia selalu seperti itu. Seperti mendung yang tak membawa hujan. Angin sepoi sepoi yang kadang meninabobokkan diriku. Masih ia mengirim cintanya tatakala tahu bila aku terlambat pulang. Atau saat ia termangu di depan pintu ketika aku terlanjur tenggelam dalam lamunan kamar buta. Ia tetap saja rajin mengoleskan mentega ke atas roti yang aku santap buat sarapan pagi. Dan air panas yang ia jerang di atas kompor tak lebih hangat dari bisikannya menjelang waktu waktu di mana aku tengah sibuk memikirkan diriku sendiri. Ia tetap saja ibu, lebih dari semua ibu ibu lain yang aku kenal. Hanya kepadanya aku sanggup menangis. Seperti hujan yang tak lagi mengenal musim.
Titon Rahmawan
kalau suatu hari kamu bersedih dan hatimu merasa bagai terluka, mungkin aku belum bisa menjadi penghibur sempurna bagimu. kesedihan pasti akan tetap berada di hati dan bergerak mempengaruhi otakmu. dan kalau kamu mengungkapkan bahwa diriku penyebab kesedihanmu, entah bagaimana aku akan meminta maaf padamu. barangkali aku akan memarahi diriku sendiri hingga separuh diriku ikut membenciku. dengan begitu aku berharap kamu bisa melihat betapa penyesalanku telah melukaimu harus kubayar dengan membenci diri sendiri. seandainya hatimu belum menerima penawar itu, aku tahu harus melakukan apa untuk berusaha menyembuhkan hatimu dan mengembalikannya seutuh selayaknya hati bahagia. mintalah apa yang tak bisa aku lakukan, itu akan aku lakukan dengan segala nurani. malam akan aku tantang untuk berhenti mengutari bumi dan matahari aku tahan dari edarannya. kalau kamu sedang sendiri, katakan di mana kamu ingin aku menjemputmu supaya kita bisa berjalan berdua dan menggiring jarum jam melaju lebih kencang. tunjuklah titik kecil di langit malam, aku akan mendekati malaikat dan merayunya agar rela mengantarku mengambilnya dan memberikannya padamu agar menemanimu dan kesepian menjauhimu. kalau kamu sedang sendirian di dekat jendela kamarmu sambil menungguku, lihatlah ke arah utara, angin gunung mengantarkan rinduku buatmu. kalau hari ini kamu adalah diriku, cintailah dengan hatimu
wasiman waz
There are certain things which are human nature," he asserted with an owl-like look, "which always have been and always will be, which can't be changed." Amory looked from the small man to the big man helplessly. "Listen to that! That's what makes me discouraged with progress. Listen to that! I can name offhand over one hundred natural phenomena that have been changed by the will of man--a hundred instincts in man that have been wiped out or are now held in check by civilization. What this man here just said has been for thousands of years the last refuge of the associated mutton-heads of the world. It negates the efforts of every scientist, statesman, moralist, reformer, doctor, and philosopher that ever gave his life to humanity's service. It's a flat impeachment of all that's worth while in human nature. Every person over twenty-five years old who makes that statement in cold blood ought to be deprived of the franchise.
F. Scott Fitzgerald (This Side of Paradise)
Jangan beri aku apapun Meski itu perhatianmu Meski itu kasih sayangmu Meski itu air matamu Jangan beri aku kesedihanmu Jangan beri aku amarahmu Jangan beri aku dahagamu Jangan kau beri aku apapun Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda." Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu? Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih? Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu? Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu. Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit. Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja. Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu. Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.
Titon Rahmawan
50 sene evvelki Türk, kendine has dili, etiketi, kendine has kimliği, şahsiyeti olan, kendine göre tarih, edebiyat bilgisi olan biriydi. kendine göre tarih, edebiyat bilgisi olan biriydi. Bugünkü Türk'ün edebiyat bilgisi yok, hevesi yok, tarih hiç bilmiyor, kendine has etiketi yok, çok kötü bir dil konuşuyor ve kaba. Müzik zevki ilerlemedi. Bunlar çok önemli. Ben neticede herşeyi sayarken, insan malzemesine bakıyorum. Öte yandan çok da büyük bir değişme görüyorum açıkçası. O zaman düşünmem lazım: niye bu kültür meselesi bugüne kadar halledilmedi? Bunda geçmişi reddetmenin de etkisi oldu mu? Geçmişi reddetmenin Cumhuriyetin hedefi olduğunu zannetmiyorum. Böyle şeyler yok. Birkaç tane söylev, demeçten parçalar alıyorlar Atatürk'ten ve bunların bütünle ilişkisini kurmadan ileri sürüyorlar. Halbuki o bambaşka bir kontekstin (bağlamın) içindedir, ona bakmak lazım. Bunu maalesef bazı Cumhuriyetçi geçinen muallimler yapıyor. Atatürk'ün bir cümlesini alıyor, tamamen çarpıtarak kendince bir mana veriyor. Halbuki o söz bir yere oturuyordur. Mesela Atatürk büyük bir mareşaldir, kimse bundan şüphe etmiyor. şimdi büyük bir mareşal, Kanunilerin, Yavuzların, Fatihlerin yaptığı seferlere ve o seferlerin yarattığı tarihe "serseri bir macera" demez. Bu lafı bir TV programında Cemal Kutay ileri sürdü. Atatürk bu lafı niçin söylemitir, ne zaman söylemiştir? Baktığınız zaman anlıyorsunuz ki, bu 1. Cihan Harbi ve Enver'in macerasıdır. Daha güzel tarif edilemez o olay, ama kalkıp da bütün Osmanlılara teşmil edersen olmaz. Bir kere Atatürk afedersiniz, yıkıcı bir adam hiç değildir. Milletin kimliğini oluşturan bir tarihi böyle karalamaz. Īkincisi askerdir adam herşeyden evvel, hem de iyi bir askerdir. Yani iyi bir sporcu, iyi bir sporcuya zirzop diyemez. Sevse de sevmese de iyi bir mareşal öbür mareşallere böyle laflar etmez. Onun için bugünkü literatürde son derece büyük çarpıtmalar vardır gördüğünüz gibi. Bunları halletmek lazım. Tarih çok önemli bir olay tabii, kimlik çok önemli, hele böyle bir ülkede.
İlber Ortaylı (Tarihin Sınırlarına Yolculuk)
Adalah garis panjang di mana kita terbiasa menghitung hari. Bagaimana sebatang buluh bertambah panjang dari waktu ke waktu dan ia jadi semakin bertambah tinggi. Saat hari berganti, umurnya kian bertambah. Tanpa ia sadari ia pun semakin menua. Demikianlah, kita menemukan betapa berharganya hidup sebagai sebuah paradoks. Ia seperti sebatang lilin yang kita nyalakan di atas sepiring kue, kian memendek sebelum akhirnya padam. Sebab hidup bukan cuma sebatas cerita sukacita atau kisah roman yang membahagiakan. Ia kadang tak punya makna apa apa. Seperti rutinitas yang kita jalani sehari hari dan tak menjadikannya istimewa. Lalu Nak, apa yang bisa kau pelajari dari hidupmu? Dari hari hari yang telah engkau lalui? Tak selamanya akan kau temukan pohon rindang yang teduh, atau tempat singgah yang menyenangkan. Tak akan kau temukan teman teman yang baik dan ramah atau rengkuh tangan Bunda yang akan selalu menghangatkan tubuhmu. Jadi janganlah engkau sia siakan waktu, hanya untuk membuang buang waktumu dengan percuma. Sibuk menghitung hari  hanya demi untuk  mengulang ragu dan juga kejemuan. Sebab kebahagiaan tidak datang dari tempat yang jauh, ia tidak bersembunyi di tempat yang engkau cari. Ia ada di dalam lipatan sakumu. Ia ada di dalam genggaman tanganmu. Ia ada di dalam dirimu sendiri. Tepatnya di dalam hatimu. Karena itu, jadikanlah dirimu bahagia karena kau tahu bagaimana memberi arti pada hari hari yang engkau lewati. Buatlah hidupmu bermakna, karena kau meniatkannya demikian. Sebab kita tidak dilahirkan untuk melihat waktu berlalu. Masa hidup kita terlalu singkat kalau cuma untuk disesali. Sekiranya kau diberi kesempatan untuk mendapat sebuah penilaian, mungkin kau akan cukup beruntung mendapat nilai 70. Tapi bila kau tahu arti kata bersyukur, maka mungkin saja kau akan dapat 80 atau bahkan 90. Tapi kebanggaan apa yang engkau peroleh setelah lewat semua penderitaan dan kesulitan? Bukankah pada ujungnya semuanya akan berakhir, dan pada waktunya nanti, kita semua akan berpulang?
Titon Rahmawan
Tak semua kebaikan menunggu kehadiranmu di balik pintu kamar yang terbuka. Semoga saja, ia hadir serupa sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya. Mungkin ia akan mengingatkanmu pada rumah kecil kita. Pada beranda yang penuh dengan tanaman aglaonema, atau ruang tamu yang penuh dengan rak buku yang memuat ribuan cerita dari masa kanak kanakmu. Tapi tak semua akan selalu berjalan seperti itu, Nak. Tak semua cerita dimulai dengan kalimat yang ceria dan lalu berakhir bahagia. Ada kisah kisah murung nan sedih. Ada banyak roman yang bahkan berakhir tragis. Ada yang serupa misteri tak terselami. Seperti kilau mata pisau dan kisah kisah seram lainnya. Ada Bunda baca sebuah kutipan, "Ketika engkau melihat masalah seperti sebatang paku, maka kau akan berpikir seperti palu." Demikian kutipan itu  Bunda baca, namun lupa entah di mana. Sebab engkau tak harus melihat segalanya lewat matamu sendiri, Nak. Engkau boleh melihatnya dari kaca mata orang lain. Percayalah, itulah cara untuk belajar menjadi bijak. Tidak semua orang bisa mengerti kenapa hujan turun di tengah hari. Tak juga orang paham kenapa kemarau bisa datang sepanjang tahun. Jadi berikanlah kebaikan agar engkau beroleh kebaikan. Walau terkadang terasa pahit dan menyakitkan. Tapi jangan pula simpan sakitmu sebagai duri. Bebaskan dirimu dari prasangka supaya orang juga berbaik sangka pada dirimu. Bila sebuah senyum yang kauberi kembali kepadamu sebagai tawa, maka engkau akan menghargai apa artinya pertemanan. Apapun kesulitanmu, jadikanlah waktu sebagai sahabatmu. Sebab ia akan mengajarimu arti kata bersabar. Ia akan memberi tahumu bagaimana caranya menjadi pemenang. Sebab ia teladan bagi ketekunan dan kegigihan. Sebab ia tidak mengenal kata menyerah. Dalam situasi apapun ia senantiasa fokus mengejar apa yang ia tuju. Ia guru yang keras dan penuh disiplin. Tapi ia juga teman yang baik dan penuh perhatian. Selama kamu mau belajar, ia tak akan pernah mengecewakanmu. Ia mungkin akan membiarkanmu terjatuh, tetapi ia tak akan pernah meninggalkanmu. Dan jadilah terberkati seperti tanah yang subur. Di mana engkau menanam benih dan ia tumbuh menjadi sebuah pohon yang rindang. Tempat di mana orang dapat berteduh di tengah panas yang terik.
Titon Rahmawan
Kesedihan seperti telaga yang hening di dinding ibu. Dinding yang terisak dan mengukir lagi masa kecilku. Seberapa sepinya aku saat itu? Sungguh. Aku tak mengerti, mengapa kubuat dinding itu menangis? Ia sudah seperti rumah bagiku. Tempat aku tidur dan terlelap di malam hari. Tempat aku bermain dengan kesendirianku. Lalu, mengapa aku buat ia menangis? Ada hal hal yang ingin kulupa dari waktu kecilku sendiri. Detik detik yang tidak berarti. Kemarahan yang perlahan hangus dan lalu mengabu dalam hatiku. Walau kini, ia sudah bukan lagi api. Ia sudah menjadi dingin. Tapi, mengapa luka itu masih saja ada di sana? Bukankah aku laki laki yang dibesarkan oleh dinding ibuku? Lalu, mengapa aku berpaling daripadanya? Mengapa aku kenakan topeng itu, hanya untuk melihat ia tersenyum? Aku sudah menjadi lelaki yang lain. Lelaki yang bukan kanak kanak yang ia besarkan dulu. Ada banyak topeng yang kini aku kenakan. Salah satunya adalah kesendirian, yang lain adalah amarah. Aku tahu, aku telah membuatnya bersedih. Dinding itu telah lama menjelma jadi sebatang pohon dengan kulit yang renta, mengelupas di banyak tempat. Rantingnya mulai merapuh dan daun daunnya yang gugur, berserakan di mana mana. Ia bukan lagi pohon yang dulu biasa aku panjat. Bukan, ia tidak sedang menjadi pohon yang lain. Melainkan diriku. Akulah yang kini berubah. Seperti langit biru yang mendadak kelam. Seperti mendung yang menaungi hati yang tak hentinya menangis. Apakah untuk menjadi seorang lelaki, aku harus mengorbankan perasaan perasaanku sendiri? Apakah untuk menjadi seorang lelaki aku harus meninggalkan masa kecilku hanya untuk mendengarkan suara suara orang lain; hardikan, umpatan, cemoohan dan teguran teguran yang seringkali menyakitkan hati. Aku sudah lama sekali tenggelam, mungkin sejak terakhir kali aku terlelap di bawah pohon ibu. Pohon di mana dulu jadi tempatku bernaung. Pohon itu masih ada di sana, sunyi dan sendiri. Berasa jauh tapi pun dekat. Aku terkadang ingin menyentuhnya, seperti aku menyentuh dinding ibu untuk pertama kali. Tapi aku tahu, aku sudah bukan yang dulu lagi. Dan ibu seperti rumah yang merindukan kehadiranku. Ia ingin aku pulang padanya. Tapi entahlah, apakah besok masih cukup ada waktu untukku untuk menjadi diriku sendiri?
Titon Rahmawan
Daca ma gandesc bine, reprosul esential pe care il am de facut tarii si vremurilor este ca ma impiedica sa ma bucur de frumusetea vietii. Din cand in cand, imi dau seama ca traiesc intr-o lume fara cer, fara copaci si gradini, fara extaze bucolice, fara ape, pajisti si nori. Am uitat misterul adanc al noptii, radicalitatea amiezii, racorile cosmice ale amurgului. Nu mai vad pasarile, nu mai adulmec mirosul prafos si umed al furtunii, nu mai percep, asfixiat de emotie, miracolul ploii si al stelelor. Nu mai privesc in sus, nu mai am organ pentru parfumuri si adieri. Fosnetul frunzelor uscate, transluciditatea nocturna a lacurilor, sunetul indescifrabil al serii, iarba, padurea, vitele, orizontul tulbure al campiei, colina cordiala si muntele ascetic nu mai fac de mult parte din peisajul meu cotidian, din echilibrul igienic al vietii mele launtrice. Nu mai am timp pentru prietenie, pentru taclaua voioasa, pentru cheful asezat. Sunt ocupat. Sunt grabit. Sunt iritat, hartuit, coplesit de lehamite. Am o existenta de ghiseu: mi se cer servicii, mi se fac comenzi, mi se solicita interventii, sfaturi si complicitati. Am devenit mizantrop. Doua treimi din metabolismul meu mental se epuizeaza in nervi de conjunctura, agenda mea zilnica e un inventar de urgente minore. Gandesc pe sponci, stimulat de provocari meschine. Imi incep ziua apoplectic, injurand "situatiunea": gropile din drum, moravurile soferilor autohtoni, caldura (sau frigul), praful (sau noroiul), morala politicienilor, gramatica gazetarilor, modele ideologice, cacofoniile noii arhitecturi, demagogia, coruptia, bezmeticia tranzitiei. Abia daca mai inregistrez desenul ametitor al cate unei siluete feminine, inocenta vreunui suras, farmecul tacut al cate unui colt de strada. Colectionez antipatii si prilejuri de insatisfactie. Scriu despre mizerii si maruntisuri. Bomban toata ziua, mi-am pierdut increderea in virtutile natiei, in soarta tarii, in rostul lumii. Am un portret tot mai greu digerabil. Patriotii de parada m-au trecut la tradatori, neoliberalii la conservatori, postmodernistii la elitisti. Batranilor le apar frivol, tinerilor reactionar. Una peste alta, mi-am pierdut buna dispozitie, elanul, jubilatia. Nu mai am ragazuri fertile, reverii, autenticitati. Ma misc, de dimineata pana seara, intr-un univers artificial, agitat, infectat de trivialitate. Apetitul vital a devenit anemic, placerea de a fi si-a pierdut amplitudinea si suculenta. Respir crispat si pripit, ca intr-o etuva. Cand cineva trece printr-o asemenea criza de vina e, in primul rand, umoarea proprie. Te poti acuza ca ai consimtit in prea mare masura imediatului, ca nu stii sa-ti dozezi timpul si afectele, ca nu mai deosebesti intre esential si accesoriu, ca, in sfarsit, ai scos din calculul zilnic valorile zenitale. Dar nu se poate trece cu vederea nici ambianta toxica a momentului si a veacului. Suntem napaditi de probleme secunde. Avem preocupari de mana a doua, avem conducatori de mana a doua, traim sub presiunea multipla a necesitatii. Ni se ofera texte mediocre, show-uri de prost-gust, conditii de viata umilitoare. Am ajuns sa nu mai avem simturi, idei, imaginatie. Ne-am uratit, ne-am instrainat cu totul de simplitatea polifonica a lumii, de pasiunea vietii depline. Nu! mai avem puterea de a admira si de a lauda, cu o genuina evlavie, splendoarea Creatiei, vazduhul, marile, pamantul si oamenii. Suntem turmentati si sumbri. Abia daca ne mai putem suporta. Exista, pentru acest derapaj primejdios, o terapie plauzibila? Da, cu conditia sa ne dam seama de gravitatea primejdiei. Cu conditia sa impunem atentiei noastre zilnice alte prioritati si alte orizonturi.
Andrei Pleșu (Despre frumusețea uitată a vieții)
Menulis berarti menciptakan duniamu sendiri.” Stephen King “Menulis itu pekerjaan orang kesepian. Punya seseorang yang memercayaimu dapat membuat perbedaan besar. Hanya percaya saja biasanya sudah cukup.” Stephen King “Menulis fiksi seperti memasak.” Donatus A. Nugroho "Menulis itu gampang." Arswendo Atmowiloto “Tulislah apa yang kau ketahui seluas dan sedalam mungkin.” Stephen King “Sedapat mungkin aku tidak melakukan keduanya, yaitu membuat alur cerita dan berbohong. Cerita itu terjadi dengan sendirinya, tugas penulis adalah membiarkan cerita itu berkembang.” Stephen King “Engkau harus berkata jujur, jika ingin dialogmu punya gema dan realistis.” Stephen King “Semua novel pada dasarnya adalah surat-surat yang ditujukan kepada seseorang.” Anonim/Stephen King “Aku menulis setiap hari, termasuk hari libur. Aku termasuk pecandu kerja.” Stephen King “Membaca adalah pusat kreatif kehidupan seorang penulis. Aku membawa buku ke mana pun aku pergi dan menemukan peluang untuk menenggelamkan diri dalam bacaan.” Stephen King “Kalau engkau ingin menjadi penulis, ada dua hal yang harus kau lakukan, banyak membaca dan menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini. Dan tidak ada jalan pintas.” Stephen King "Menulis fiksi seperti permainan Roller Coaster." RL Stine “Aku akan menulis (terus) sekalipun belum tahu akan diterbitkan atau tidak.” JK Rowling “Aku ingin menulis, bukan harus menulis.” Anonim “Seseorang yang menuliskan suatu kisah, terlalu tertarik pada kisah itu sendiri sehingga tidak bisa duduk tenang dan memerhatikan (cara teknik) bagaimana ia menuliskannya.” CS Lewis “Aku menulis untuk diri sendiri, aku rasa tak seorang pun akan menikmati buku ini lebih dari yang kurasakan saat membacanya.” JK Rowling “Menulis novel harus berbekal sesuatu yang Anda yakini agar Anda tetap bertahan.” JK Rowling “Selalu ada ruang untuk sebuah cerita yang dapat memindahkan pembaca ke tempat lain.” JK Rowling “Aku takut kalau tak dapat menemukan alasan untuk melanjutkan menulis.” JK Rowling “Bila aku tidak menulis, aku merasa hidupku tidak normal.” JK Rowling “Beberapa hal memang lebih baik tinggal menjadi imajinasi belaka.” JK Rowling “Harry tak pernah menyerah terus berjuang menggunakan kombinasi antara intuisi, ketegangan syaraf dan sedikit keberuntungan.” JK Rowling “Kamu mungkin tidak akan bisa membuat karyamu diterbitkan di penerbit manapun.” Marion D. Bauer “Kebanyakan para penulis, bahkan karya penulis dewasa, tidak akan diterbitkan. Selamanya. Namun, mereka tetap saja menulis karena ini menyenangkan.” Marion D. Bauer “Bagi semua penulis, profesional maupun amatir imbalan yang terbesar terletak dalam proses penulisan, bukan dalam sesuatu yang terjadi sesudahnya. Mengumpulkan ide dan melihatnya menjadi hidup dalam kertas sudah cukup menggembirakan.” Marion D. Bauer “Kabar buruk: Sangat sulit untuk membuat bukumu diterbitkan. Jika tulisanmu berhasil diterbitkan, kamu mungkin tidak akan menjadi terkenal, kamu tidak akan menjadi kaya. Seorang penulis harus belajar sendiri dan bekerja sendiri. Kabar baik: Membuat tulisanmu diterbitkan akan menjadi lebih mudah setelah kamu berhasil menapakkan kaki di pintu penerbitan. Kamu bahkan mungkin bisa menjadi terkenal, atau mungkin saja kamu lebih memilih kehidupan yang sederhana. Beberapa penulis menjadi kaya. Bekerja sendirian mungkin bukan masalah bagimu. Kamu bisa menjadi penguasa bagi kehidupan kerjamu sendiri. Yang terpenting dari segalanya kamu bisa melakukan pekerjaan yang kamu cintai.” Marion D. Bauer “Aku akan terus menulis meski tulisanku tidak menghasilkan uang sesen pun, bahkan jika tidak ada orang yang mau membacanya. Aku merasa sangat beruntung bisa merintis karir di bidang penulisan.” Marion D. Bauer "Menulis dapat membuat orang bisa menjadi lebih baik karena dia melihat pantulan dirinya." Asma Nadia
Ahmad Sufiatur Rahman
All ancient philosophers, poets, and moralists agree that love is a striving, an aspiration of the “lower” toward the “higher,” the “unformed” toward the “formed,” ... “appearance” towards “essence,” “ignorance” towards “knowledge,” a “mean between fullness and privation,” as Plato says in the Symposium. ... The universe is a great chain of dynamic spiritual entities, of forms of being ranging from the “prima materia” up to man—a chain in which the lower always strives for and is attracted by the higher, which never turns back but aspires upward in its turn. This process continues up to the deity, which itself does not love, but represents the eternally unmoving and unifying goal of all these aspirations of love. Too little attention has been given to the peculiar relation between this idea of love and the principle of the “agon,” the ambitious contest for the goal, which dominated Greek life in all its aspects—from the Gymnasium and the games to dialectics and the political life of the Greek city states. Even the objects try to surpass each other in a race for victory, in a cosmic “agon” for the deity. Here the prize that will crown the victor is extreme: it is a participation in the essence, knowledge, and abundance of “being.” Love is only the dynamic principle, immanent in the universe, which sets in motion this great “agon” of all things for the deity. Let us compare this with the Christian conception. In that conception there takes place what might be called a reversal in the movement of love. The Christian view boldly denies the Greek axiom that love is an aspiration of the lower towards the higher. On the contrary, now the criterion of love is that the nobler stoops to the vulgar, the healthy to the sick, the rich to the poor, the handsome to the ugly, the good and saintly to the bad and common, the Messiah to the sinners and publicans. The Christian is not afraid, like the ancient, that he might lose something by doing so, that he might impair his own nobility. He acts in the peculiarly pious conviction that through this “condescension,” through this self-abasement and “self-renunciation” he gains the highest good and becomes equal to God. ... There is no longer any “highest good” independent of and beyond the act and movement of love! Love itself is the highest of all goods! The summum bonum is no longer the value of a thing, but of an act, the value of love itself as love—not for its results and achievements. ... Thus the picture has shifted immensely. This is no longer a band of men and things that surpass each other in striving up to the deity. It is a band in which every member looks back toward those who are further removed from God and comes to resemble the deity by helping and serving them.
Max Scheler