Laju Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Laju. Here they are! All 10 of them:

Gerisik angan dan deru lembut laju harapan. Waktu itu adalah menit-menit akhir menjelang malam di Bukit Angin. Daun-daun berwarna-warni dalam berbagai wujud melayang ke langit dan berkumpul mengelilingi puncak pusaran angin. Di sana, di balik awan, beradalah studio Sang Pelukis.
Fredrik Nael (Fantasy Fiesta 2010: Antologi Cerita Fantasi Terbaik 2010)
Termasuk kumpulan yang salah tak bererti kau tak boleh keluar dari kumpulan itu. Keluarlah agar mereka tidak lagi menjadi duri ranjau. Cari kumpulan yang terdiri dari jenismu sendiri. Nescaya kau akan meluncur laju menuju kejayaan.
Tajul Zulkarnain (Dari Tanah Ke Tanah)
Gradovi što nam ne pripadaju U tuđim gradovima misli spokojno skitaju kao grobovi zaboravljenih cirkusanata, psi laju na kontejnere i na pahulje snijega što padaju na njih. tuđim gradovima neprimjetni smo kao kristalan anđeo zaključan u neprovjetrenoj vitrini, kao drugi zemljotres koji samo razmješta već učinjeno.
Nikola Madžirov (Преместен камък)
Apa yang kau lihat di layar yang berpendar ini, Kay? Serupa senja yang tumbuh dari sebatang pohon di sebuah tempat yang kau bayangkan seperti surga. Cahaya lampu itu menyapu wajahmu dengan warna lembayung dan berkilau seperti sayap kupukupu. Tapi tak ada apapun yang kutemukan pada seri wajahmu selain nafsu yang tertahan dan seulas senyum kemesuman. Persis di puncak penantian dari segala perhatian yang tertuju pada dirimu. Mata yang tak pernah menyadari, bahwa mereka tengah tersesat dalam raga belia yang entah milik siapa. Pada aura kemudaan yang berasa sia sia. Benarkah, telah kau reguk semua kebahagiaan dari wajah wajah tolol yang ditunggangi oleh nafsu alter egonya? Atau barangkali, telah habis kau hirup wangi dari kelopak mawar hitam yang tumbuh di ranjangmu setiap pagi? Sudah lama sekali rasanya waktu berlalu. Seperti ketika kau masih suka nongkrong di cafe sambil meneguk cappucino dari cangkir yang perlahan mulai retak. Sementara laju usia terus mengalir dari tenggorakanmu yang bening bagai pualam. Waktu meninggalkan jejak buta di dalam hand phonemu. Menyisakan tatap mata orang orang yang tak lagi mampu memahami atau menafsirkan apa yang tengah engkau lakukan. Bukankah, mereka tak lagi melihatmu sebagaimana adanya dirimu saat ini atau sepuluh tahun dari sekarang. Tak satu pun dari mereka yang percaya, bahwa saat itu usiamu masih belum lewat dua puluh tahun. Mereka hanya mendamba merah muda anggur kirmizi yang tumbuh di dadamu. Tetapi tak ada satu pun telinga yang sanggup melawan sihir dari gelak tawamu yang terdengar getir. Mata mata bodoh yang tak sanggup melupakan bayangan pisang yang dengan brutal kau kunyah sebagai kudapan di tengah jeda pertunjukan. Benarlah, hidup tak seperti kecipak ikan di dalam aquarium transparan yang tertanam di dinding. Atau air kolam di pekarangan yang seakan menjelma jadi bayangan jemari yang tak henti menggapai gapai. Menjadi gelembung gelembung kekhawatiran yang seakan tak sanggup memahami makna puisi yang sengaja ditulis untuk mengabadikan namamu. Ketauilah Kay, taman yang kau bayangkan itu bukanlah surga yang sesungguhnya. Di sana tak ada sungai keabadian atau pangeran tampan yang sengaja menunggu kehadiranmu. Yang ada cuma kelebat kilat dan hujan airmata hitam. Mengucur seperti lendir laknat yang mengalir dari hidungmu saat kau meradang karena influensa. Di sana tak ada satu hal pun yang menyenangkan, Kay. Hanya sedikit saja tersisa hal hal yang busuk dan menjijikkan, sebagai satu satunya bahan obrolan untuk perintang waktu.
Titon Rahmawan
Gradovi što nam ne pripadaju U tuđim gradovima misli spokojno skitaju kao grobovi zaboravljenih cirkusanata, psi laju na kontejnere i na pahulje snijega što padaju na njih. U tuđim gradovima neprimjetni smo kao kristalan anđeo zaključan u neprovjetrenoj vitrini, kao drugi zemljotres koji samo razmješta već učinjeno.
Nikola Madžirov
Iq, Jika hati ini bagai angin yang berdesir laju, Bagai sungai yang mengalir tanpa henti, Akan tanpa rasa jemu ia menjemput cintamu, Maka cintaku teramat kudus, Semerbak setangkai mawar memburu usia, yang takkan layu, Titis cintaku seperti embun yang tak akan kering dicabar usia. Tapi Iq, Tak pernah kuminta, Tak pernah kupohon, Tak pernah kuhajati, Calar-calar cintaku dugaan takdir, Kasihku yang kian kelabu, Setiap jasad ini ternoda dek cinta terlarang, dendam kesumat. Cuma aku reda dengan apa jua alasanmu, Sekiranya itu diminta oleh takdir, biar aku pergi dulu, Jangan tunggu aku Iq, Jangan menangis, Jangan bersedih, Ingatlah cintaku berkubur bersama jasad kudus ini, dalam mempertahankan cintamu. Cintaku senaskhah al-Quran sebagai pengganti diri, Aku cinta padamu Iq, Sesungguhnnya demi ALLAH, aku cinta padamu... Dayang...
Ilani Mysara (Seindah Memori)
Zaboravi nespokojstvo I isprepucane i naherene stanične zgrade duž puta Koje kao da su obešene o beskrajne telegrafske žice A izbečeni stubovi mlataraju rukama i dave ih Svet se rasteže izdužuje i povlači slično harmonici Koju neka sadistička ruka muči U procepima neba Dok lokomotive u ludilu Beže da se sakriju Vrtoglavi točkovi usta glasovi A psi nesreće laju za našim petama Jer zli dusi se zahuktali U gvožđuriji I sve je neskladni akord Brun - run - run točkova I sudara I odskoka Mi smo bura u lobanji jednog gluvaća
Blaise Cendrars (Ostrva i kontinenti)
Je li istina da morski psi noću laju?" upitao sam starog, koji je provirio u kupe kako bi hinio skrb o nama. Premda smo ga svi sekundu prije čuli kako tad već pijan priča jedan od viceva o plavuši i milicajcu, smijući se kao životinja. Tako je, naime, stara opisivala očev pijani smijeh, a ja sam se uvijek pitao koja se to životinja tako grohotom smije. Stari me upitno pogledao. Mislim da je stara prestala žvakati krišku rajčice koju je netom ugurala u usta. "Sandra mi je rekla da noću morski psi laju, a kad je pun mjesec, čak i zavijaju", samopouzdano sam kimao. Na trenutak je sve zastalo, a onda se stari uozbiljio. Tad sam mislio da se uozbiljio, jer sad bih znao da jedva suspreže onaj svoj životinjski smijeh. "Laju sine, laju. Na tu tvoju Sandru. Zato što je mala lažljiva kučka!” I tu je krenuo odron koji ću zauvijek pamtiti. Čak i ako stari bude zauvijek pamtio moje oči velike kao fildžani. "Svinjo pijana!" zapsikala je mama i rajčica joj je frcala kroza zube što ih je stiskala trudeći se istodobno i vikati i uvredu izgovoriti dovoljno tiho da je ne čuju u drugim kupeima, da se ne sramoti. "Svinja je korisna životinja", odmahnuo je stari rukom. "I na tebe će, Anđelka, lajati morski psi u Sukošanu kad te vide tako nadrkanu", dobacio je prije no što će povući vrata i zatvoriti ih te se grohotom nasmijao. "Budala”, promrsila je mama sebi u bradu.
Ivana Šojat (Štajga ili put u maglu)
... rasialisme telah mengaburkan kesamaan itu dan menumpulkan contohnya, sehingga bukan hanya mengalihkan perhatian dari struktur dasar ekonomi Afrika Selatan, melainkan juga menyembunyikan intensitas eksploitasi dan laju akumulasi kekayaan secara berlebihan yang memedulikan kesejahteraan manusia
Ruth First (Selected Writings)
Peristiwa - Peristiwa yang Aku Alami Sendiri Hari ini Tanpa Kehadiranmu Aku menyelami pagi seperti menelusuri rutinitas sehari-hari yang menyakitkan seluruh panca inderaku. Sudah beberapa saat lamanya sejak aku tak lagi dapat melihat realitas, tak bisa mendengar kebenaran dan tak mampu berbicara fakta. Segala hal berubah toksik dan menakutkan. Aku terpaksa harus mengenakan kacamata dan masker kemana-mana. Aku memaknai siang seperti menjalani momen yang sama berulang-ulang. Tak ada kutemukan kegembiraan atau keceriaan di situ. Seperti dipaksa minum jamu yang pahit rasanya dan membuat kerongkonganku terbakar. Sudah sebulan ini aku mencerna sore hari tak lebih menyenangkan dari membaca koran pagi, menyeruput segelas kopi dan lalu berdiam diri seolah tak pernah terjadi apa-apa. Aku menakrifkan malam seperti mengeja kata-kata yang berloncatan dari balik kaca jendela yang terbuka menghadap ke langit yang gelap gulita. Kata-kata berguguran menjelma nir makna, bermula dari kekosongan berjalan beriringan menuju kehampaan. Demikianlah, tak aku temukan jejakmu dari semua liputan berita di televisi, tayangan drama sinetron, panorama senja yang berlarian dari laju kendaraan yang bersicepat di jalan atau dari kabar-kabar hoax yang bertebaran di mana-mana. Namamu tak aku dapati di antara butiran partikel yang berterbangan di udara, di dalam hembusan asap rokok atau dalam lembaran pamflet yang tertempel di dinding-dinding kota. Sudah lama sekali aku tidak pernah lagi merasakan getaran hatimu sebagai kerinduan yang ditawarkan kegelapan yang terbaring mati di luar sana. Entah mengapa aku merasa, ada semacam ironi dari rintik hujan yang baru saja turun sebagai isyarat yang selalu gagal kutangkap maknanya saat aku sedang sendirian memikirkan keberadaanmu. Bukankah kita sudah tidak pernah menangis lagi seperti dulu? Sebagaimana kita tak pernah bertengkar lagi setelah masing-masing merasa kehilangan perasaan yang dulu pernah sama-sama kita percayai. Malam ini adalah malam terakhir aku memutuskan untuk menunggu kepulanganmu. Aku melihat troli-troli berjalan sendiri di pusat perbelanjaan bersama sarat beban kemarahan yang mesti ditanggungnya. Seperti ingatan yang tak mampu melupakan beberapa petikan kalimat yang dulu pernah kamu pertanyakan; 1. Menunggu kedatangan kereta adalah sebuah pekerjaan yang membosankan, tapi mengapa tetap saja engkau lakukan? 2. Waktu adalah hal yang paling artifisial di era digital ini. Apa yang mesti kita bantah dari pernyataan serupa itu? 3. Benarkah cinta sudah menjadi komoditi yang sangat murah, tak ubahnya barang kodian yang banyak dijajakan di pinggir jalan? 4. Apakah ada puisi yang sengaja ditulis melulu hanya untuk mempertanyakan eksistensinya sendiri? 5. Kebahagiaan, apa itu kebahagiaan? Entahlah! Marilah kita sama-sama rehat sejenak dan melupakan semua masalah yang hanya menghadirkan kesedihan ini.
Titon Rahmawan