Kopi Pahit Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kopi Pahit. Here they are! All 24 of them:

β€œ
Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β€œ
Mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya, makin berlika-liku petualangannya. Hidup mereka penuh intaian mara bahaya. Cinta? Berantakan. Istri? Pada minggat. Kekasih? Berkhianat di atas tempat tidur mereka sendiri! Bayangkan itu. Bisnis? Mereka kena tipu. Namun, mereka tetap mencoba dan mencipta. Mereka naik panggung dan dipermalukan. Mereka menang dengan gilang-gemilang lalu kalah tersuruk-suruk. Mereka jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. Dalam dunia pergaulan zaman modern ini mereka disebut para player.
”
”
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β€œ
Sebab Tuhan selalu punya cara yang indah untuk membuat hambaNya selalu tersenyum meski dalam tangis sekalipun. Bukankah kopi itu akan terasa pahit jika tak berkolaborasi dengan gula. Gula juga tak akan terasa nikmat jika tak bercampur dengan kopi. Maka pahit dan manis itu adalah karya alam yang sangat
”
”
Dian Nafi (Lelaki: Kutunggu Lelakumu (Mayasmara, #2))
β€œ
Mana yang lebih pahit; Kopi tanpa cumbuan gula, atau rindu yang dibiarkan gigil tanpa nama?
”
”
Ilham Gunawan
β€œ
Butiran gula larut dalam kopi hitam Taburan bintang larut dalam kelam malam Pahit manis kenangan teraduk Kuhirup semalam suntuk
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Pahit dan manis bercampur adalah suatu kenikmatan, seperti kopi yang disajikan ketika hangat ataupun dingin. Tambahkan gula jika terlalu pahit atau hangatkan jika terlalu dingin; Seperti itulah hidup, kita sendiri yang menentukan tingkat kenikmatannya dengan tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah
”
”
Harly Umboh
β€œ
Mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya." Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata (hlm.37)
”
”
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β€œ
Kehidupan bukan seperti segelas bir, yang setiap saat terasa getir. Bukan juga seperti segelas sirup pandan, yang selalu manis di setiap tegukkan. Tapi hidup ini, seperti secangkir kopi. Pahit dan manis, hadir saling mengimbangi.
”
”
Lenang Manggala (Perempuan Dalam Hujan)
β€œ
Demi kopi yang mencintai pahit atas dirinya, aku rela membunuh malamku meski harus dikutuk kantuk; dan dipenjara insomnia.
”
”
Ilham Gunawan
β€œ
Nggak ada rasa yang cuma satu. Di balik benci pasti ada cinta, di balik cuek pasti ada sayang, masa di balik pahit aja nggak bisa ada rasa manis? Makanya, kamu harus tahu cara menikmatinya dulu. Hidup juga sama kayak kopi, kerasa pahit kalau nggak tahu cara menikmatinya.
”
”
Ifa Inziati (28 Detik)
β€œ
Getir yang disuguhkan oleh sang takdir Membuat beban semakin meruncing Menusuki punggung yang ringkih Dan getir perlahan hingga mati.
”
”
silviamnque
β€œ
Kau tahu β€œrindu” itu apa? Menurutku; Semacam rasa pahit dalam kopi, dan kesamaran makna dalam puisi.
”
”
Sobih Adnan (Lamar)
β€œ
Secangkir kopi lebih jujur darimu. Ia pahit tanpa meyembunyikan pahitnya. Ia hitam tanpa malu mengakui warnanya.
”
”
Dee - Filosofi Kopi
β€œ
SENJA DI PAGI HARI Aku merindukan senja di pagi hari, suasana sejuk yang telah lama memberikanku hangat; sembari aku menjadi bisu, melihat lembaran kering gugur dari asalnya, sampai secangkir kopi telah menjadi sisa; "sebentar", sapa angin; "bukankah dirimu tak menyukai kopi?", lanjutnya lirih; aku hanya mengangguk, tapi karena pahit aku dapat mengenal manis.
”
”
Epaphras Ericson Thomas
β€œ
Kau adalah sisa pahit yang terjahit di pangkal lidah, yang tak mampu kutelan saat cangkir kopi terakhir menyudahi malam-malamku... Kau adalah sisa hangat yang melekat di ujung selimut, yang tak rela kutarik saat pagi yang bengis menghabisi mimpi-mimpiku...
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Karena, ketika saya membuatnya saya sama sekali tidak bisa berbohong. Ketika manis, pahit dan asam menjadi secangkir coffeatte. Jika ada kurang satu atau dua rasa, itu pasti salahku.
”
”
nom de plume
β€œ
Sama seperti kenyataan dalam kehidupan ini, kopi yang tersedia di hadapan kita, tak bisa langsung sesuai dengan apa yang kita inginkan atau harapkan mempunyai rasa seperti yang kita inginkan, kopi (default) istilahnya adalah kopi tubruk, kopi yang diseduh air panas saja, tentu pahit. Asli pahit.
”
”
Diadjeng Laraswati Hanindyani/De Laras
β€œ
Dalam secangkir kopi pahit yang kau teguk sendirian di kala senja Kau temukan dirimu perlahan tenggelam dalam cekaman senyap yang memabukkanmu; Sekiranya saja kau rentang seluruh waktu sepanjang hidupmu Adakah pernah kau rasakan cinta menyentuh kalbumu? Entah sudah berapa lama kau pendam duka nestapa Seperti pekat kabut menutup telaga Betapa sunyi berjalan sendiri saja Memutar kelam Dan segala penjuru mengingkari keberadaanmu Seberapa jauh anganmu pergi Sejauh apa pun hasratmu melangkah Sungguh percuma melawan takdir Betapa sia-sia menelan amarah dan kekecewaan
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Bejo memiliki keyakinan, kopi yang pahit saja masih punya penikmat. Hidup pahit pasti terlewat. - Piring Bahagia Si dan Bi
”
”
Dian Pertiwi Josua
β€œ
Pahit kopi maniskan hidupku
”
”
Iwan Esjepe
β€œ
Sepahit-pahit kopi, tak sepahit berita di koran pagi.
”
”
Iwan Esjepe
β€œ
Peristiwa - Peristiwa yang Aku Alami Sendiri Hari ini Tanpa Kehadiranmu Aku menyelami pagi seperti menelusuri rutinitas sehari-hari yang menyakitkan seluruh panca inderaku. Sudah beberapa saat lamanya sejak aku tak lagi dapat melihat realitas, tak bisa mendengar kebenaran dan tak mampu berbicara fakta. Segala hal berubah toksik dan menakutkan. Aku terpaksa harus mengenakan kacamata dan masker kemana-mana. Aku memaknai siang seperti menjalani momen yang sama berulang-ulang. Tak ada kutemukan kegembiraan atau keceriaan di situ. Seperti dipaksa minum jamu yang pahit rasanya dan membuat kerongkonganku terbakar. Sudah sebulan ini aku mencerna sore hari tak lebih menyenangkan dari membaca koran pagi, menyeruput segelas kopi dan lalu berdiam diri seolah tak pernah terjadi apa-apa. Aku menakrifkan malam seperti mengeja kata-kata yang berloncatan dari balik kaca jendela yang terbuka menghadap ke langit yang gelap gulita. Kata-kata berguguran menjelma nir makna, bermula dari kekosongan berjalan beriringan menuju kehampaan. Demikianlah, tak aku temukan jejakmu dari semua liputan berita di televisi, tayangan drama sinetron, panorama senja yang berlarian dari laju kendaraan yang bersicepat di jalan atau dari kabar-kabar hoax yang bertebaran di mana-mana. Namamu tak aku dapati di antara butiran partikel yang berterbangan di udara, di dalam hembusan asap rokok atau dalam lembaran pamflet yang tertempel di dinding-dinding kota. Sudah lama sekali aku tidak pernah lagi merasakan getaran hatimu sebagai kerinduan yang ditawarkan kegelapan yang terbaring mati di luar sana. Entah mengapa aku merasa, ada semacam ironi dari rintik hujan yang baru saja turun sebagai isyarat yang selalu gagal kutangkap maknanya saat aku sedang sendirian memikirkan keberadaanmu. Bukankah kita sudah tidak pernah menangis lagi seperti dulu? Sebagaimana kita tak pernah bertengkar lagi setelah masing-masing merasa kehilangan perasaan yang dulu pernah sama-sama kita percayai. Malam ini adalah malam terakhir aku memutuskan untuk menunggu kepulanganmu. Aku melihat troli-troli berjalan sendiri di pusat perbelanjaan bersama sarat beban kemarahan yang mesti ditanggungnya. Seperti ingatan yang tak mampu melupakan beberapa petikan kalimat yang dulu pernah kamu pertanyakan; 1. Menunggu kedatangan kereta adalah sebuah pekerjaan yang membosankan, tapi mengapa tetap saja engkau lakukan? 2. Waktu adalah hal yang paling artifisial di era digital ini. Apa yang mesti kita bantah dari pernyataan serupa itu? 3. Benarkah cinta sudah menjadi komoditi yang sangat murah, tak ubahnya barang kodian yang banyak dijajakan di pinggir jalan? 4. Apakah ada puisi yang sengaja ditulis melulu hanya untuk mempertanyakan eksistensinya sendiri? 5. Kebahagiaan, apa itu kebahagiaan? Entahlah! Marilah kita sama-sama rehat sejenak dan melupakan semua masalah yang hanya menghadirkan kesedihan ini.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kopi pertama hari ini, begitu pahit, bercampur asam dan legit. Mengepul meninggalkan cangkir. Seperti perasaan yang berhamburan dirayapi rindu.
”
”
Ilham Gunawan
β€œ
kopi pertama pagi ini. manis namun ada sedikit rasa pahit. seperti seseorang yg lg menikmati hari libur dengan cucian segunung
”
”
rainy.art