Kopi Pahit Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kopi Pahit. Here they are! All 23 of them:

β€œ
Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β€œ
Mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya. Makin pahit kopinya, makin berlika-liku petualangannya. Hidup mereka penuh intaian mara bahaya. Cinta? Berantakan. Istri? Pada minggat. Kekasih? Berkhianat di atas tempat tidur mereka sendiri! Bayangkan itu. Bisnis? Mereka kena tipu. Namun, mereka tetap mencoba dan mencipta. Mereka naik panggung dan dipermalukan. Mereka menang dengan gilang-gemilang lalu kalah tersuruk-suruk. Mereka jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. Dalam dunia pergaulan zaman modern ini mereka disebut para player.
”
”
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β€œ
Sebab Tuhan selalu punya cara yang indah untuk membuat hambaNya selalu tersenyum meski dalam tangis sekalipun. Bukankah kopi itu akan terasa pahit jika tak berkolaborasi dengan gula. Gula juga tak akan terasa nikmat jika tak bercampur dengan kopi. Maka pahit dan manis itu adalah karya alam yang sangat
”
”
Dian Nafi (Lelaki: Kutunggu Lelakumu (Mayasmara, #2))
β€œ
Butiran gula larut dalam kopi hitam Taburan bintang larut dalam kelam malam Pahit manis kenangan teraduk Kuhirup semalam suntuk
”
”
Sam Haidy (Nocturnal Journal (Kumpulan Sajak yang Terserak, 2004-2014))
β€œ
Mana yang lebih pahit; Kopi tanpa cumbuan gula, atau rindu yang dibiarkan gigil tanpa nama?
”
”
Ilham Gunawan
β€œ
Pahit dan manis bercampur adalah suatu kenikmatan, seperti kopi yang disajikan ketika hangat ataupun dingin. Tambahkan gula jika terlalu pahit atau hangatkan jika terlalu dingin; Seperti itulah hidup, kita sendiri yang menentukan tingkat kenikmatannya dengan tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah
”
”
Harly Umboh
β€œ
Mereka yang menghirup kopi pahit umumnya bernasib sepahit kopinya." Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata (hlm.37)
”
”
Andrea Hirata (Cinta di Dalam Gelas)
β€œ
Kehidupan bukan seperti segelas bir, yang setiap saat terasa getir. Bukan juga seperti segelas sirup pandan, yang selalu manis di setiap tegukkan. Tapi hidup ini, seperti secangkir kopi. Pahit dan manis, hadir saling mengimbangi.
”
”
Lenang Manggala (Perempuan Dalam Hujan)
β€œ
Demi kopi yang mencintai pahit atas dirinya, aku rela membunuh malamku meski harus dikutuk kantuk; dan dipenjara insomnia.
”
”
Ilham Gunawan
β€œ
Nggak ada rasa yang cuma satu. Di balik benci pasti ada cinta, di balik cuek pasti ada sayang, masa di balik pahit aja nggak bisa ada rasa manis? Makanya, kamu harus tahu cara menikmatinya dulu. Hidup juga sama kayak kopi, kerasa pahit kalau nggak tahu cara menikmatinya.
”
”
Ifa Inziati (28 Detik)
β€œ
Getir yang disuguhkan oleh sang takdir Membuat beban semakin meruncing Menusuki punggung yang ringkih Dan getir perlahan hingga mati.
”
”
silviamnque
β€œ
Kau tahu β€œrindu” itu apa? Menurutku; Semacam rasa pahit dalam kopi, dan kesamaran makna dalam puisi.
”
”
Sobih Adnan (Lamar)
β€œ
Secangkir kopi lebih jujur darimu. Ia pahit tanpa meyembunyikan pahitnya. Ia hitam tanpa malu mengakui warnanya.
”
”
Dee - Filosofi Kopi
β€œ
SENJA DI PAGI HARI Aku merindukan senja di pagi hari, suasana sejuk yang telah lama memberikanku hangat; sembari aku menjadi bisu, melihat lembaran kering gugur dari asalnya, sampai secangkir kopi telah menjadi sisa; "sebentar", sapa angin; "bukankah dirimu tak menyukai kopi?", lanjutnya lirih; aku hanya mengangguk, tapi karena pahit aku dapat mengenal manis.
”
”
Epaphras Ericson Thomas
β€œ
Kau adalah sisa pahit yang terjahit di pangkal lidah, yang tak mampu kutelan saat cangkir kopi terakhir menyudahi malam-malamku... Kau adalah sisa hangat yang melekat di ujung selimut, yang tak rela kutarik saat pagi yang bengis menghabisi mimpi-mimpiku...
”
”
Sam Haidy (Malaikat Cacat)
β€œ
Bejo memiliki keyakinan, kopi yang pahit saja masih punya penikmat. Hidup pahit pasti terlewat. - Piring Bahagia Si dan Bi
”
”
Dian Pertiwi Josua
β€œ
Pahit kopi maniskan hidupku
”
”
Iwan Esjepe
β€œ
Sepahit-pahit kopi, tak sepahit berita di koran pagi.
”
”
Iwan Esjepe
β€œ
Sama seperti kenyataan dalam kehidupan ini, kopi yang tersedia di hadapan kita, tak bisa langsung sesuai dengan apa yang kita inginkan atau harapkan mempunyai rasa seperti yang kita inginkan, kopi (default) istilahnya adalah kopi tubruk, kopi yang diseduh air panas saja, tentu pahit. Asli pahit.
”
”
Diadjeng Laraswati Hanindyani/De Laras
β€œ
Kopi pertama hari ini, begitu pahit, bercampur asam dan legit. Mengepul meninggalkan cangkir. Seperti perasaan yang berhamburan dirayapi rindu.
”
”
Ilham Gunawan
β€œ
Karena, ketika saya membuatnya saya sama sekali tidak bisa berbohong. Ketika manis, pahit dan asam menjadi secangkir coffeatte. Jika ada kurang satu atau dua rasa, itu pasti salahku.
”
”
nom de plume
β€œ
kopi pertama pagi ini. manis namun ada sedikit rasa pahit. seperti seseorang yg lg menikmati hari libur dengan cucian segunung
”
”
rainy.art
β€œ
Pahit Secangkir Kopi Aneh, betapa banyak manusia sibuk mencari musuh, seakan hidup ini adalah medan perang di mana setiap tatapan harus dicurigai, setiap senyum harus dicatat sebagai strategi, dan setiap kata adalah panah yang siap melukai. Padahal, hidup sudah cukup keras tanpa kita menambah lawan di dalamnya. Ironi ini nyata: kita sering lebih mudah membenci daripada menghargai. Orang membenci karena merasa kita terlalu tinggi atau terlalu rendah, terlalu pintar atau terlalu bodoh, terlalu kaya atau terlalu miskin. Benci, rupanya, tidak butuh alasan yang masuk akalβ€”ia hanya butuh cermin untuk menampilkan kekurangan diri pada wajah orang lain. Tapi, bukankah pertemanan jauh lebih berharga daripada permusuhan? Skill bisa dipelajari, ilmu bisa dicari, uang bisa dicetak, tapi relasiβ€”ia adalah emas cair yang mengalir di dalam nadi kehidupan. Sejenius apapun dirimu, selalu ada alasan untuk gagal jika berdiri sendirian. Sebab kepercayaan hanya tumbuh dari mereka yang mengenalmu, bukan sekadar dari kecerdasanmu. Keahlianmu menjadi sia-sia bila tidak ada yang tahu keberadaanmu. Sementara ada pintu-pintu rahasia di dunia ini yang hanya bisa dibuka oleh pemegang kunciβ€”dan mereka itu adalah relasi, pertemanan, jaringan yang kau jalin dengan tangan dan hatimu sendiri. Circle-mu adalah cermin yang memantulkan bayanganmu. Siapa yang ada di sekelilingmu menentukan bagaimana dunia menilai keberadaanmu. Kerap kali kita kalah bukan karena kurang pintar, kurang terampil atau kurang beruntung, melainkan karena terlalu kaku berjalan sendirian. Sementara mereka yang biasa saja, yang ilmunya seadanya, justru melesat jauh karena pandai bergaul, merawat jaringan pertemanan, menyulam simpul-simpul koneksi, dan menabur benih simpati. Pertemanan adalah investasi jangka panjang. Ia membentuk mata air yang suatu hari akan mengalir balik kepadamu. Teman yang tulus akan menjadi tiang penopang di saat badai datang, menjadi pilar penyangga di saat engkau jatuh, dan menjadi cermin yang memantulkan wajahmu apa adanya. Namun berhati-hatilah: tidak semua tangan yang terulur adalah tangan yang ingin menolong. Ada pertemanan yang sejatinya racun, circle beracun yang menyeretmu ke jurang lebih dalam. Bijaklah memilih siapa yang akan duduk di mejamu, siapa yang akan mendengar ceritamu, siapa yang akan bersorak ketika engkau menang, bukan hanya bersorak ketika engkau kalah. Membangun pertemanan bukan soal berapa banyak nama di daftar kontakmu, melainkan berapa banyak hati yang benar-benar bisa kau sentuh. Bukan tentang siapa yang datang saat pesta, tapi siapa yang bertahan saat petaka. Pada akhirnya, membenci itu murahβ€”cukup dengan asumsi, cukup dengan prasangka. Tapi berteman itu mahalβ€”ia butuh kepercayaan, kesetiaan, dan keberanian untuk meruntuhkan ego, untuk berkorban, untuk menahan diri. Maka pilihlah, engkau ingin dikenang sebagai pembuat tembok atau sebagai pembangun jembatan? Karena dunia ini tak pernah kekurangan musuh, tapi selalu haus akan jabat tangan sahabat. Seribu tangan yang saling menggenggam tak sebanding dengan satu tangan yang menusuk dari belakang. Seribu senyum sahabat mampu menyembuhkan, tetapi satu rasa dengki di hati bisa meracuni. Sahabat adalah jembatan, musuh adalah jurangβ€”dan pilihan kita menentukan, apakah kita akan menyeberang dengan selamat atau justru akan terperosok di dalamnya? Segelas kopi mungkin terasa pahit, tetapi ketika kita duduk bersama, tawa dan cerita menjadikannya lebih manis daripada gula. Kopi tanpa gula pun tetap bisa dinikmati, sebab persahabatanlah yang menambah rasa. Persahabatan sejati ibarat kopi hitam: sederhana, jujur, kadang pahitβ€”namun selalu membuat kita ingin kembali. Di meja yang sama, segelas kopi menyatukan perbedaan, menjembatani jarak, dan menghangatkan hati. Sebab manisnya gula tak ada artinya bila diminum sendiri; bahkan pahitnya kopi pun terasa nikmat bila diteguk bersama sahabat sejati. Semarang, September 2025
”
”
Titon Rahmawan