Kesendirian Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kesendirian. Here they are! All 9 of them:

β€œ
Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.
”
”
Tere Liye (Kisah Sang Penandai)
β€œ
Mungkin air mata itu sedang memperoloknya, enggan untuk menemaninya, mengingat ia dan kesendirian adalah dua sahabat yang amat sulit untuk dipisahkan.
”
”
Prisca Primasari (Γ‰clair: Pagi Terakhir di Rusia)
β€œ
Seperti manusia, kelak berakhir sendiri dalam maut yang sangat pribadi. Kesendirian tak pernah menakutkanmu, kau lebih takut pada ketiadaan kata berpisah.
”
”
Nukila Amal (Cala Ibi)
β€œ
Adakalanya kesendirian menjadi hadiah ulang tahun yang terbaik. Keheningan menghadirkan pemikiran yang bergerak ke dalam, menembus rahasia terciptanya waktu
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Sebuah Kolaborasi)
β€œ
Mungkin ia memang penikmat kesendirian. Bahkan mungkin persepsi sepi hanya ada dalam kamusku, sementara ia merasa ramai ditemani oleh novel-novel tebalnya.
”
”
Nessa Theo (Affectum)
β€œ
Apakah gue memang selalu meromantisasi kesendirian gue? Apa jangan-jangan gue yang selalu memelihara kesedihan gue?
”
”
Ruth Priscilia Angelina (Tokyo & Perayaan Kesedihan)
β€œ
Aku merasa nyaman dengan kesendirian, aku tak terlalu memusingkan diriku jika aku berbeda dari orang lain.
”
”
Calvin Michel Sidjaja (Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati)
β€œ
Jangan pernah Menyia-nyia kan hidup Karena kita hidup cuma sekali dan lebih baik hidup kita dipenuhi kenangan dengan banyak orang daripada hidup dalam kesendirian karena suatu alasan kita gak mau berusaha
”
”
Monica
β€œ
Seperti dinding kamar yang retak dan mulai berlumut, pagar besi yang merapuh oleh noda karat dan daun daun mangga yang luruh di pekarangan rumah, demikianlah kita membaca kehidupan. Begitu banyak kata yang seringkali susah untuk ditafsir seperti "nasib", "kebahagiaan" dan "kesempurnaan". Entah mengapa, Bunda masih berasa gamang saat berjalan di atas tangga batu yang menuju ke ruang tamu di rumah barumu. Serasa mendengar dering suara alarm yang bergelayut di dalam mimpi. Menyibak kabut dan pagi juga. Bukankah kadang kadang kita merasa larut dalam kesunyian, meski riuh jalan raya bersicepat melawan waktu? Meninggalkan jejak langkah dalam segala ketergesaannya. Memaksa kita memungut semua peristiwa yang berhamburan di atas trotoar. Memaksa semua orang menitikkan air mata. Mengapa dalam momen momen serupa itu, kebersamaan dengan orang yang kita cintai justru berasa semakin berarti? Mengapa justru di tengah keramaian, kita bisa merasa begitu kesepian? Begitulah, jarum jam berputar di sepanjang perjalanan berusaha keras mengabadikan semua peristiwa. Mentautkan satu angle dengan angle yang lain, memotret semua kejadian dari mata seekor jengkerik. Menatap tak berkedip gedung gedung megah yang angkuh berdiri, serupa monster monster yang siap merengkuh apa saja; Lautan manusia berjejal keluar dari bandara, kerumunan lalat di atas tumpukan sampah di pasar, kelejat pikiran yang berlari lari mengejar matahari, kebimbangan yang tergugu di pojok terminal, harapan yang terkantuk kantuk di dalam bus kota dan seringai kerinduan akan masa depan yang belum pernah mereka lihat. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka kejar, Nak? Sementara ada ribuan etalase dan pintu pintu mall yang terbuka dan tertutup setiap kali. Serupa mulut lapar menganga yang rakus mengunyah dan menelan semua kecemasan dan kegalauan yang bersliweran di balik pendar neon papan reklame. Bagaimanakah mereka -orang orang tanpa identitas ini- bisa menafsirkan takdir, relativitas waktu, dan mungkin juga mimpi?
”
”
Titon Rahmawan