“
Apa yang tidak dapat dinyatakan dengan mulut maupun dengan pena, bagi kami matalah yang terapung dalam selubung air mata mengengadah ke langit. Seolah-olah mencari, akhirnya di sana, di tengah-tengah malaekat-malaekat Tuhan yang lain, kami menemukan malaekat yang seorang. Oleh karena hati kami mennagis pedih melihat kemurungan yang banyak di dunia ini, malaekat tersebut turun dengan kepakan sayap yang halus. Dia menghibur dan memenuhi kesedihan hati kami dengan kegembiraan ilahi. Syukur! Syukur! Syukur! Seru tiap denyut jantung, tiap denyut nadi. Dan tiap helaan nafas adalah doa syukur.
”
”