Kegelapan Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kegelapan. Here they are! All 72 of them:

β€œ
Orang cerdas berdiri dalam gelap, sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain. Mereka yang tidak dipahami oleh lingkungannya, terperangkap dalam kegelapan itu. Orang yang tidak cerdas hidup di dalam terang. Sebuah senter menyiramkan sinar tepat di atas kepala mereka dan pemikiran mereka hanya sampai batas batas lingkaran cahaya senter itu.
”
”
Andrea Hirata
β€œ
Jika sebuah tali itu sudah sangat mengencang, itu tandanya akan putus. Jika malam sudah gelap gulita, itu tandanya bahwa kegelapan akan segera lenyap. Jika sebuah masalah itu sudah sangat menghimpit, itu tandanya akan ada jalan keluar.
”
”
ΨΉΨ§Ψ¦ΨΆ Ψ§Ω„Ω‚Ψ±Ω†ΩŠ
β€œ
Langit adalah kitab yang terbentang… Bumi adalah kitab yang terhampar… Manusia adalah kitab yang berjalan… Sedangkan Al-Qur’ an adalah cahaya di dalam kegelapan…
”
”
Wahyu Sujani (Ketika Tuhan Jatuh Cinta (#KTJC1))
β€œ
Dan bukankan satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada yang kegelapan dan memberi mata pada yang buta
”
”
Pramoedya Ananta Toer
β€œ
Rasa cinta itu kadang semakin jernih ketika kita harus terpisah. Rasa cinta itu bisa tumbuh subur di tempat yang asing dan jauh. Rasa cinta itu tumbuh lewat jalan yang berliku, lewat kegelapan dan air mata. Rasa cinta yang seperti itu sejatinya akan menjadikan kita kuat.
”
”
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β€œ
Sebuah kematian seharusnya menjadi hadiah yang sangat indah bagi mereka yang hidup secara tidak bahagia dan terlalu banyak mempunyai keluhan. Hanya dengan keindahan kesunyian yang meraba secara halus kalian akan merasakan kegelapan yang tenang, menikmati sebuah keabadian.
”
”
Randy Juliansyah Nuvus
β€œ
Tidak jarang, mereka yang menghabiskan waktu untuk memberikan cahaya bagi orang lain justru tetap berada dalam kegelapan (Come Be My Light, h. 335)
”
”
Mother Teresa
β€œ
Kalau tak ada kegelapan, tak akan nampak bintang.
”
”
Syafiq Aizat (AWAN)
β€œ
Kegelapan itu tak ada hubungannya dengan misteri, melainkan dengan satu warna dan satu corak di jalan buntu: bahwa manusia seutuhnya adalah makhluk yang satu dimensi: hanya bisa menaklukan dan ditaklukan.
”
”
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 7)
β€œ
Bi al-Lughoh na’rifu al-β€˜ilma wa bi duunihaa kunna fi adh-dhalaam. Dengan bahasa kita bisa menguasai ilmu dan tanpanya kita akan berada dalam kegelapan (kebodohan)
”
”
Dian Nafi (Mesir Suatu Waktu)
β€œ
Perang, kekuasaan, kekayaan, seperti unggun api dalam kegelapan dan orang berterbangan untuk mati tumpas di dalamnya.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Arus Balik)
β€œ
Mungkin hidup bersama-sama dengan orang lain adalah cara yang tepat yang bisa memberikan napas lega di tengah dunia yang penuh dengan kegelapan dan kesesakan.
”
”
Baek Se-hee (I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki)
β€œ
Meski aku tersesat dalam kegelapan yang kelam, aku ingin percaya ada cahaya yang menemaniku terus melangkah
”
”
Ken Saitō
β€œ
Satu Cincin 'tuk menguasai mereka semua, Satu Cincin 'tuk menemukan mereka semua, Satu Cincin 'tuk membawa mereka semua dan mengikat mereka dalam Kegelapan
”
”
J.R.R. Tolkien (The Fellowship of the Ring (The Lord of the Rings, #1))
β€œ
Kesulitan tak pernah menjadi sesulit ini manakala hati ikut menjadi partner dalam menjalaninya. Tapi, jika hati tertinggal dari langkah... hanya kegelapan yang ada.
”
”
Adenita (23 Episentrum)
β€œ
Betapa kunang-kunang itu memberikan cahaya di tengah kegelapan. Ia menjadi lupa dengan kesia-siaan hidupnya.
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Sepotong Senja untuk Pacarku)
β€œ
Keburukan prasangka hanya akan mendekatkan manusia kepada fitnah. Dan tidak ada yang lebih membahayakan jiwa manusia selain daripada sebuah fitnah yang keji. Lepaskan dirimu dari beban-beban prasangka atau bayang-bayang kegelapan akan meliputi jiwamu dan kau akan kehilangan cahaya kemanusiaan
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Bukan terang yang ingin kau temukan. Kau hanya ingin memastikan bahwa yang ada hanyalah kegelapan.
”
”
Paulo Coelho (The Devil and Miss Prym)
β€œ
Aku suka gelap karena kehidupan ini dimulai dari kegelapan. Aku suka air karena air bisa menenggelamkan ke tempat yang terdalam di mana kegelapan akan cepat menjadi kawan baikmu.
”
”
Ruwi Meita (Rumah Lebah)
β€œ
Aku ingin menikmati gelombang perasaanku seolah aku sedang menari pada sebuah musik. Aku berharap aku bisa menjadi seseorang yang kebetulan menemukan secercah cahaya dan bertahan bersama cahaya itu setelah lama berjalan di dalam kegelapan yang besar. Aku percaya suatu hari nanti aku bisa menjadi seperti itu.
”
”
Baek Se-hee (I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki)
β€œ
Tapi bukankah kegelapan ini justru akan membuat cahaya itu tampak lebih terang? Maksud Tuhan terhadap kita adalah baik. Hidup ini diberikan kepada kita sebagai rahmat dan tidak sebagai beban; kita manusia sendiri umumnya membuatnya jadi kesengsaraan dan penderitaan.
”
”
Sulastin Sutrisno (Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya)
β€œ
Dunia ini memang semakin rumit. Semakin maju, tapi juga semakin banyak kegelapan. Semakin kotor. Semakin susah menemukan cinta yang tulus. Apalagi menjaga kebersihan hati.
”
”
Iwan Setyawan
β€œ
Itulah senja, yang seperti cinta, tiada pernah tetap tinggal abadi, selalu berubah sebelum punah, meninggalkan segalanya dalam kegelapan dunia yang merana.
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Sepotong Senja untuk Pacarku)
β€œ
Aku pun tahu Sukab, senja yang paling keemas-emasan sekalipun hanya akan berakhir dalam keremangan menyedihkan, ketika segala makhluk dan benda menjadi siluet, lantas menyatu dalam kegelapan.
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Sepotong Senja untuk Pacarku)
β€œ
Dunia kita dekat sekali dengan kegelapan. Maka saat gelap menyelimutimu, pastikan kamu tetap berusaha mencari cahaya di sekitarmu. Dirimu sendiri adalah satu-satunya yang bisa kaupercaya. Nurani. Cahaya itu selalu ada di hatimu. Gunakanlah. Terangi jalanmu, temukan pilihan hidupmu. Semoga itu bisa membawamu menuju jalan yang lebih baik.
”
”
Tere Liye (Selena)
β€œ
Untuk setiap belati yang aku torehkan tidak ada yang bisa aku gugat selain diriku sendiri. Hanya dengan menjadi abu sebatang arang bisa mengetahui mengapa ia hadir dan diciptakan. Pikiran mencideraiku, seperti luka yang membusuk dan tak kunjung sembuh. Jari jarinya meraba dalam kegelapan dan ia tidak menemukan apa apa selain kehampaan. Aku tak pernah mengerti, mengapa cinta bisa jadi serumit itu. Seperti benang kusut yang tak kutemukan ujung pangkalnya. Ia tak mampu melukiskan diriku sebagaimana diriku yang sesungguhnya. Ia hanyalah diriku yang lain di dalam pikiran orang orang lain pula. Kita tak akan pernah bisa membuat penafsiran atas perasaan perasaan orang lain. Kita hanya bisa peduli atau tidak peduli. Orang bisa jadi makhluk yang sangat mengerikan. Aku tak ingin menjadi seperti itu. Aku hanya ingin menjadikan diriku sendiri berbeda. Kita tidak ingin berjalan menuju ke satu titik hanya untuk menyatakan bahwa kita pantas untuk diterima, atau atas dasar alasan alasan lain yang dibuat buat. Apakah salah untuk menjadi berbeda, meskipun itu hanya di dalam pikiran kita sendiri? Keseragaman tidak selalu membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Sebagaimana air mata selalu punya muara kesedihannya sendiri sendiri. Ini seperti hidup di dalam mimpi yang hanya punya dua warna. Aku tidak ingin menjadi orang orang semacam itu. Aku tak ingin hidup dari mimpi mimpi orang lain.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
ketika kita memandang permasalahan dan beban itu berasal dari diri kita,justru pada saat itu sebenarnya kita lah yang bermasalah. sedangkan pepatah cina mengatakan "dari pada mengutuki kegelapan lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan
”
”
Stephen R. Covey
β€œ
Selalu kelilingi diri Anda dengan teman-teman yang memiliki banyak cahaya di dalamnya. Dengan begitu, Anda akan selalu memiliki lilin di sekitar Anda saat hari gelap.
”
”
Suzy Kassem (Rise Up and Salute the Sun: The Writings of Suzy Kassem)
β€œ
Sesungguhnya kebaikan (ketaatan kepada Allah) itu merupakan keceriaan di wajah, cahaya di hati, kelapangan pada rezeki, dan kecintaan di hati manusia. Adapun keburukan (kemaksiatan) merupakan kemuraman di wajah, kegelapan di hati, kelemahan di badan, dan kebencian di dalam hati manusia.
”
”
Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu
β€œ
seburuk apapun akhir kisah cinta, selalu seperti senja menuju malam. sebelum kegelapan datang, keindahan pernah menghampiri.
”
”
Prasetyo Kurniawan
β€œ
Dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian. Islam tanpa amalan adalah kehampaan. Amalan tanpa iman adalah kegelapan.
”
”
Hanum Salsabiela Rais (Bulan Terbelah di Langit Amerika)
β€œ
Kawan-kawan semua, dimasa yang akan datang tidak boleh lagi ada kegelapan, tidak juga desingan peluru. tidak ada lagi kebodohan yang begitu keji atau pertimpahan darah. Karena tak ada lagi setan, maka tak akan ada lagi malaikat. Di masa depan tidak boleh ada lagi manusia membantai sesamanya, bumi akan menjadi terang, umat manusia akan saling mencinta. akan tiba suatu hari ketika semuanya terasa damai, harmonis, terang benderang, menggembirakan dan begitu hidup. Hari itu akan datang dan itulah sebabnya mengapa kita akan menyongsong maut.
”
”
Victor Hugo (Les MisΓ©rables)
β€œ
Ngtweet soal kegelapan mendadak inget Edna St. Vincent, dia bilang β€œInto the darkness they go, the wise and the lovely” yang berarti tahu dadakan digoreng garing itu tidak ada di malam hari.
”
”
Vergi Crush
β€œ
Para ulama' adalah pembawa obor ilmu yang menerangi kegelapan jahiliyah, apabila seseorang itu berusaha mendampingi para ulama', bererti dia berusaha mendekati cahaya ... mukasurat 96 | bab 21
”
”
Nik Abdul Aziz Nik Mat (Insan, Ingatlah: Sebuah Panduan Menuju Hati yang Tenang)
β€œ
Musa datang untuk membenahi kerusakan akhlak ini. Dan Musa mesti berkali-kali tersungkur sebab dia coba mempersembahkan cahaya kebenaran yang serbaasing bagi kaum yang terlanjur mengakrabi kegelapan
”
”
Hendri Teja (Iblis-Iblis Capres)
β€œ
Tugas dokter Pribumi bukan saja menyembuhkan tubuh terluka dan menanggung sakit, juga jiwanya, juga hari depannya. Siapa akan melakukannya kalau bukan para terpelajar? Dan bukankah satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung, mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada kegelapan dan memberi mata yang buta.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Orang yang mengalami depresi memiliki pikiran yang sangat kompleks dan negatif. Pikiran mereka seperti benang kusut, puzzle yang tak pernah lengkap, dan labirin tanpa jalan keluar. Mereka mengalami sedih yang tak berkesudahan, lalu pikiran mereka selalu mempertanyakannya. Setiap pengalaman dianalisis, setiap memori kami ingat sebagai luka, dan setiap kenangan kami anggap sebagai duka. Kami mbungkus diri dalam kesedihan-memenjarakan pikiran kami sendiri dalam kegelapan.
”
”
Regis Machdy
β€œ
Saat itu adalah waktu terbaik, sekaligus waktu terburuk. Masa kebijaksanaan, sekaligus masa kebodohan. Zaman iman, sekaligus zaman keraguan. Musim Terang, sekaligus musim Kegelapan. Musim semi pengharapan, sekaligus musim dingin keputusasaan. Kita memiliki semuanya di hadapan kita, sekaligus tidak memiliki semuanya. Kita semua langsung pergi ke Surga, sekaligus langsung pergi ke jalan lainnya. Pendeknya, zaman itu begitu persis dengan zaman sekarang.” β€œSetiap waktu punya bentuk cintanya sendiri-sendiri
”
”
Kiki Thorpe
β€œ
Kadang-kadang kita tak boleh percaya kepada yang kita lihat, kita harus percaya kepada yang kita rasakan. Dan jika ingin orang lain percaya kepada kita, kita harus merasa bahwa kita dapat mempercayai mereka juga--bahkan meskipun kita sedang dalam kegelapan. Bahkan ketika kita sedang terjatuh.
”
”
Mitch Albom (Tuesdays with Morrie)
β€œ
terhempas, takluk, digerus dingin angin, suara truk, debu menyelip di mataku betapa dancuk hidup ini! betapa dancuk lonte yang setengah mati kukasihi dan menusukku dari belakang! betapa dancuk Tuhan! bergetar, mabuk bayang-bayang, tuak kegelapan, mabuk keramaian yang kubenci, mengambang, tersesat, terhisap angin, luka menganga, nanah tembaga meleleh dari lutut Apolo emas yang dipenggal sebelum perang meledak; sulap kata-kata Homer dengan mata piceknya. terkutuklah bayangan, pohon-pohon meronta karena tak ada satu pun cuaca baik menawarkan minuman dari langit. aku biarkan itu semua menyalipku, dalam metafora, mata binatang, bibir lebar mirip kemaluan wanita sombong yang merasa imannya takkan tumbang meski dijejali kata-kata jorok nan mesum. bergerak, tenggelam, sinar patah di lingkar air dalam gelas mineral yang kokoh dan kau bilang air abadi dan kau bilang api bisa mati sendiri terkutuklah engkau yang menelan masa laluku dan menghibahkan kehancuran ini lobang nganga di dadaku. oh, kau yang memuntahkan abu tulangku, yang akan tetap kuingat meski Tuhan atau apapun itu menyeretku ke neraka omong kosong di alam kubur dan bertanya bagaimana imanku sebenarnya. oh, terkutuklah engkau!
”
”
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
β€œ
Dua tanda mata di pipi kanannya menyiratkan air mata yang tak pernah dititikkannya. Sebab luka itu seperti candu yang membuat niatnya hijrah tak kesampaian. Sesungguhnya, ia tak ingin pergi kemana mana selain ke surga. Oleh sebab itulah, mengapa ia membuat sebuah tangga menuju ke langit. Yang tak ia ketahui adalah, bahwa sebenarnya tak ada surga di sana. Lalu, kenapa ia melepas hijab itu hanya untuk memunggungi dunia? Ataukah demi mengingkari masa lalu yang terlanjur gagal memberinya kebahagiaan? Aku tak pernah tahu siapa nama gadis itu yang sesungguhnya. Ia mungkin saja bernama Lisa, Manda atau pun Maia. Aku hanya mengenalnya sebagai perempuan bermata abu abu muda seperti bulan badar yang berpendar di kegelapan malam. Tetapi orang orang menyebut dirinya sebagai Arunika, yang dalam bahasa Hindi berarti jingga seperti cahaya terbitnya matahari. Yang tak aku mengerti, mengapa ia mendudukkan dirinya sendiri dengan cara seperti itu? Membuat pikiran orang lain silau dan mabuk oleh candu yang ia tuangkan ke dalam gelas gelas kosong yang kesepian. Mereka tak lagi mampu melihat kepolosan wajahnya sebagai pantulan cermin yang menyejukkan. Sebab ia bukanlah Godiva, yang berkuda telanjang keliling kota untuk menemukan kebenaran yang ia cari. Wanita mulia yang menyingkap kebejatan dunia lewat tatapan mata semua orang. Sebaliknya, ia adalah perwujudan pikiran yang absurd dan carut marut. Ia telah menjadi kontradiksi yang tidak bisa dimengerti. Akan tetapi, ia tidak mewakili siapa pun selain dirinya sendiri. Karena kukira, ia telah mencemooh dunia ini dengan cara yang membuat orang takjub. Dunia yang sepertinya akrab, tapi tak sungguh sungguh kita pahami. Ia dikenal sebagai Arunika, tetapi di lain kesempatan ia bisa saja menjelma sebagai Lisa, Manda ataupun Maia. Dan sekalipun ia bercadar, kita akan selalu bisa mengenalinya lewat abu abu muda matanya yang berpendar seperti bulan badar di kegelapan malam.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Percaya sama Saya, Allah itu dzat yang paling awal yang berharap hamba-Nya melek literasi. Al Amin ο·Ί adalah generasi 'ummi dari kota tua di lembah Bakkah, namun Jibril ΨΉΩ„ΩŠΩ‡ Ψ§Ω„Ψ³Ω„Ψ§Ω… justru membawa kata pertama Iqra'. Coba kita liarkan sedikit imaji kita di dalam kegelapan gua, yang Nabi ο·Ί gemetar oleh suara Jibril. Jangankan membaca buku, buku-buku jari saja tak nampak, pekat. Lalu Allah berfirman, "Iqra'!" Saya yakin pembaca pasti kritis, "kan, ada Jibril yang bercahaya." Oke, tapi biarkan semua pertanyaan yang terlintas tentang kata pertama untuk tafakur nanti. Karena ada kata yang lebih mengena lagi yang dibacakan oleh Penghulu Malaikat saat itu. Yaitu "Yang mengajarkan (manusia) dengan Pena." Nah, jadi mana yang pertama? Baca dulu atau tulis dulu?! Bagi kita para pembelajar @nulisyuk, tentu yang pertama adalah tulis saja dulu. Ya, kan?! Lalu baca lagi, karena Allah akan mengajar manusia apa yang tidak dia ketahui. Kemudian tulis kembali, dengan pemahaman yang kita dapatkan. Baca ulang, agar Allah menurunkan petunjuk. Tulis ulang, baca-tulis-baca-tulis, sampai kita menjumpai hal yang paling meyakinkan. Yaitu kematian. Hingga saat tiba waktunya kita membaca karya kita nanti, Malaikat mengulurkannya lewat tangan kanan. Bukan di telapak tangan kiri yang terpaksa atau bahkan kita membelakanginya. Sembari berkata, β€œBetapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya.” Begitulah seharusnya kita menulis, jujur oleh gerakan hati. Saya adalah contoh dari jutaan manusia yang pernah bercita-cita untuk hidup dari tulisan. Beroleh bayaran dari coretan pena. Bahkan sempat ikut lomba menulis cerita anak, dengan hadiah kursus kepenulisan. Alhamdulillah, di dalam kemenangan pertama itu Saya tidak menerima uang. Meskipun Saya baru menyadarinya akhir-akhir ini. Janganlah, menulis untuk cari duit dan ketenaran. Seolah-olah Allah telah berbisik seperti itu ketika merobohkan niat Saya untuk menulis waktu yang dulu. Semoga, ketika sekarang kembali menulis bersama #nulisyukbatch6 sudah punya niat kuat yang berbeda. Hanya sebagai wujud rasa syukur atas pembelajaran Tuhan di dunia. Yuk Nulis, karena kita sudah banyak membaca ayat-ayat Allah di keseluruhan hidup kita. Aamiin.
”
”
Maykl Bogach
β€œ
Song for Glenda Nak, bolehkah aku duduk di sini menemanimu, di antara meja dan kursi yang dingin dan senyap ini? Aku tak hendak memulai percakapan tentang hujan, melainkan akan aku ceritakan padamu sebuah mimpi; Adalah seekor tukik yang terpuruk di dalam pasir di sebuah pantai yang tersembunyi. Dia tengah merindukan sebuah rumah nan indah, serupa bayangan laut yang dulu pernah ia tinggali bersama ayah dan ibunya. Tetapi ia lupa di mana. Rumah itu berasa jauh dan tak tergapai dari dalam ingatannya. Jadi, pergilah ia masuk ke dalam sebuah mimpi. Saat ia menggigil kedinginan karena demam dan ayahnya datang mengunjunginya, membawa selembar selimut dari lumut dan terbang bersama angin puting beliung yang berhembus entah dari mana. Ia tahu, ia merindukan semua peristiwa yang mengekalkan ingatannya pada arti kebahagiaan. Ia tidak ingin lagi merasa sedih atau sendirian. Tapi ia tak menemukan apapun di masa lalunya, selain sebuah ceruk berupa lobang menganga yang tidak menawarkan apa apa selain kegelapan. Ia tidak bisa melihat wajahnya sendiri. Bukan seulas senyum atau bahkan mata yang bening menerawang yang tergambar dalam mimpinya. Cuma bayangan muram dari hati yang pedih, rasa sakit dan mungkin juga amarah. Entah mengapa, ia tak ingin lagi menoleh ke belakang, tapi ia tak sanggup melakukannya. Tiap kali ia memalingkan muka, yang ia lihat adalah sebuah bandul jam yang bergerak dari kanan ke kiri dan penunjuk waktu yang berjalan mundur selangkah demi selangkah. Ia jadi ingin menyakiti dirinya sendiri, dengan hunjaman pecahan batu karang dan jarum jarum tajam serupa duri duri bulu babi. Ia kehilangan semua kosa kata cinta yang pernah diajarkan oleh ibunya dulu. Semua kalimat doa yang seakan terpaksa ia panjatkan hanya untuk memahami apa arti keberadaan dirinya sendiri. Mengapa semua makhluk harus hidup, hanya untuk menyelami makna penderitaan? Ia hanya seekor tukik yang tak tahu bagaimana mesti menyikapi alam liar di luar sana. Tak tahu menafsir rasa khawatir di balik ancaman teriakan burung camar, atau barangkali juga resah gersik pasir yang tak mengisyaratkan apa apa selain sunyi. O dunia yang centang perenang ini, mengapa kini jadi begitu menakutkan dan tidak bersahabat. Namun demikianlah, mimpi itu mesti berakhir. Saat ditemuinya senyap mencumbu tepian laut dan ombak yang bergelora tak henti hentinya bernyanyi. Tiba tiba saja, ia tak lagi merasa sendirian. Tiba tiba saja, ia merasa belaian tangan Tuhan menyentuh tempurung rentan di punggungnya. Dan kemudian ia melihat, matahari angslup perlahan, saat Tuhan membelah lautan hanya dengan sebuah senyum.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Mama, Mama pernah berbahagia?" "Biar pun pendek dan sedikit setiap orang pernah, Ann." "Berbahagia juga Mama sekarang?" "Yang sekarang ini aku tak tahu. Yang ada hanya kekuatiran, hanya ada satu keinginan. Tak ada sangkut-paut dengan kebahagiaan yang kau tanyakan. Apa peduli diri ini berbahagia atau tidak? Kau yang kukuatirkan. Aku ingin lihat kau berbahagia." Aku menjadi begitu terharu mendengar itu. Aku peluk Mama dan aku cium dalam kegelapan itu. Ia selalu begitu baik padaku. Rasa-rasanya takkan ada orang lebih baik. "Kau sayang pada Mama, Ann?" Pertanyaan, untuk pertama kali itu diucapkan, membikin aku berkaca-kaca, Mas. Nampaknya saja ia terlalu keras. "Ya, Mama ingin melihat kau berbahagia untuk selama-lamanya. Tidak mengalami kesakitan seperti aku dulu. Tak mengalami kesunyian seperti sekarang ini: tak punya teman, tak punya kawan, apalagi sahabat. Mengapa tiba-tiba datang membawa kebahagiaan?" "Jangan tanyai aku, Ma, ceritalah." "Ann, Annelies, mungkin kau tak merasa, tapi memang aku didik kau secara keras untuk bisa bekerja, biar kelak tidak harus tergantung kepada suami, kalau ya, moga-moga tidak, kalau-kalau suamimu semacam ayahmu itu." Aku tahu Mama telah kehilangan penghargaannya terhadap Papa. Aku dapat memahami sikapnya, maka tak perlu bertanya tentangnya. Yang kuharap memang bukan omongan tentang itu. Aku ingin mengetahui adakah ia pernah merasai apa yang kurasai sekarang. "Kapan Mama merasa sangat, sangat berbahagia?" "Ada banyak tahun setelah aku ikut Tuan Mallema, ayahmu." "Lantas, Ma?" "Kau masih ingat waktu kau kukeluarkan dari sekolah. Itulah akhir kebahagiaan itu. Kau sudah besar sekarang, sudah harus tahu memang. Harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sudah beberapa minggu ini aku bermaksud menceritakan. Kesempatan tak kunjung tiba juga. Kau mengantuk?" "Mendengarkan, Ma." "Pernah Papamu bilang dulu, waktu kau masih sangat, sangat kecil, seorang ibu harus menyampaikan kepada anak perempuannya semua yang harus dia ketahui." "Pada waktu itu..." "Pada waktu itu segala dari Papamu aku hormati, aku ingat-ingat, aku jadikan pegangan. Kemudian ia berubah, jadi berlawanan dengan segala yang pernah diajarkannya. Ya, waktu itu mulai hilang kepercayaan dan hormatku padanya." "Ma, pandai dulu Papa, Ma?" "Bukan saja pandai, tapi juga baik hati. Dia yang mengajari aku segala tentang pertanian, perusahaan, pemeliharaan hewan, pekerjaan kantor. Mula-mula diajari aku bahasa Melayu, kemudian membaca dan menulis, setelah itu juga bahasa Belanda. Papamu bukan hanya mengajar, dengan sabar juga menguji semua yang telah diajarkannya. Ia haruskan aku berbahasa Belanda dengannya. Kemudian diajarinya aku berurusan dengan bank, ahli-ahli hukum, aturan dagang, semua yang sekarang mulai kuajarkan juga kepadamu." "Mengapa Papa bisa berubah begitu Ma?" "Ada, Ann, ada sebabnya. Sesuatu telah terjadi. Hanya sekali, kemudian ia kehilangan seluruh kebaikan, kepandaian, kecerdasan, keterampilannya. Rusak, Ann, binasa karena kejadian yang satu itu. Ia berubah jadi orang lain, jadi hewan yang tak kenal anak dan istri lagi." "Kasihan Papa." "Ya. Tak tahu diurus, lebih suka menggembara tak menentu.
”
”
Pramoedya Ananta Toer
β€œ
Kegelapan itu tidak ada, yang ada hanya berkurangnya intensitas cahaya.
”
”
Jenni Anggita (Jendela-jendela Aba: Antologi Cerpen RetakanKata 2013)
β€œ
Jika dunia media tak mau melakukan kritik diri, bila otokritik dianggap "pagar makan tanaman", selamat datang kegelapan!
”
”
Goenawan Mohamad (Percikan: Kumpulan Twitter @gm_gm Goenawan Mohamad)
β€œ
Aku ingin mengalami kegagalan kemudian mengarahkan kembali pandanganku ke jalan yang lebih baik. Aku ingin menari pada sebuah musik. Aku berharap aku bisa menjadi seseorang yang kebetulan menemukan secercah cahaya dan bertahan bersama cahaya itu setelah lama berjalan di dalam kegelapan yang besar.
”
”
Baek Se-hee (I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki)
β€œ
Aku ingin mengalami kegagalan kemudian mengarahkan kembali pandanganku ke jalan yang lebih baik. Aku ingin menikmati gelombang perasaanku seolah aku sedang menari pada sebuah musik. Aku berharap aku bisa menjadi seseorang yang kebetulan menemukan secercah cahaya dan bertahan bersama cahaya itu setelah lama berjalan di dalam kegelapan yang besar.
”
”
Baek Se-hee (I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki)
β€œ
para ahli psikologi evolusioner mungkin benar. Sebagai manusia, kita mungkin sudah berevolusi terlalu jauh. Karena kita cukup cerdas untuk menjadi spesies pertama yang sepenuhnya menyadari kosmos ini, kita jadi memiliki kapasitas untuk menyelami kegelapan yang seluas semesta.
”
”
Matt Haig (Reasons to Stay Alive)
β€œ
Mudah-mudahan di balik langit yang berkerdipan dengan bintang-bintang itu, tidak ada lagi kegelapan yang menghantui.
”
”
Norhisham Mustaffa (Persinggahan)
β€œ
Kurasa kemana pun kau pergi , bahaya akan selalu ada. Kau bisa mengabaikannya, melindungi diri supaya bahaya itu tidak melukaimu, atau kau bisa berjalan ke arahnya, dan menantangnya untuk melakukan yang terburuk padamu. kalau kau melakukan hal yang pertama, maka bahaya akan mengejutkanmu. Kalau kau melakukan yang ke dua, maka kau akanmenghabiskan seluruh waktumu terkungkung dalam kegelapan, membiarkan dunia melewatimu. Satu-satunya tindakan yang masuk akal adalah menyambut bahaya. Semakin kau terbiasa, semakin baik juga kau bisa menghadapinya.
”
”
Sherlock Holmes (Series#1) (A Study in Scarlet: annotated (Sherlock Holmes Book 1))
β€œ
Semakin saya berkawan dengan kegelapan, hidup akan semakin bercahaya, dunia semakin sunyi, dan perlawanan bawah sadar terhadap apa pun terasa semakin mereda.
”
”
Mark Manson (The Subtle Art of Not Giving a F*ck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life)
β€œ
Dalam kehidupan, terbagi menjadi tiga jalan. Ada jalan penuh kegelapan, yang hanya membawa penderitaan dan kesedihan. Ada pula jalan redup, kadang bahagia namun sering juga sengsara. Ada juga jalan terang, yang membawa kebahagiaan dan dipenuhi keberuntungan serta keberkahan.
”
”
Sunali Agus Eko Purnomo (Para pencari Cahaya kehidupan)
β€œ
Hati laksan cahaya, yang mampu memancarkan kebaikan dan kebahagiaan. Namun, hati juga laksana seperti kegelapan, yang mampu menyengsarakan dan membawa pada ujung penyesalan.
”
”
Sunali Agus Eko Purnomo (Para pencari Cahaya kehidupan)
β€œ
Jika mencintaimu berarti juga harus siap dan rela kehilanganmu suatu saat nanti, aku akan mempertahankanmu dengan segala cara agar kau selalu ada di sisiku. Jika mencintaimu berarti juga harus menyetujui semua sikap, tindakan, dan ucapanmu, malam ini juga aku akan pergi tanpa kamu.
”
”
Sidik Nugroho (Melati dalam Kegelapan)
β€œ
Jauh sebelum ini, aku sudah dulu bertemu. Ia menawarkan belaian cahaya atau kegelapan yang hangat disisi sebaliknya. Tapi, aku tak pernah memilih keduanya. Aku hanya ingin terus berjalan tepat diantara batas tipis antara cahaya dan gelap hingga pada akhirnya mati sebagai "manusia".
”
”
nom de plume
β€œ
Cahaya dan kegelapan berada di dalam satu tubuh. Hidup kita akan terus berjalan dan rasa bahagia dan sedih akan terus hadir berdampingan. Jika aku tidak menyerah, aku pun bisa terus menjalankan hidupku sambil tertawa maupun menangis.
”
”
Baek See Hee
β€œ
Kegelapan paling sempurna bersembunyi di balik cahaya. Kejahatan paling sempurna bersembunyi di balik agama.
”
”
Sam Haidy
β€œ
Di mana ada siang, pasti akan ada malam yang terjadi, begitu pun dengan jiwa, di mana ada spiritual awakening, pasti ada dark night of the soul yang terjadi. Tanpa kegelapan paling pekat, tidak akan pernah ada cahaya paling terang di semesta.
”
”
Ananda Ramartha (Way of Ray: Souls In A Higher Learning Road)
β€œ
... kegelapan ada untuk membantu menemukan cahaya, bukan melenyapkannya sama sekali. Kenalilah dan bertemanlah dengan kegelapan diri.
”
”
Ananda Ramartha (Way of Ray: Souls In A Higher Learning Road)
β€œ
Masalahnya, ada saja manusia yang menginginkan agar kita semua tetap bodoh dan buas, supaya kita semua tenggelam dalam kegelapan, sehingga dengan menjadi penguasa tunggal atas pengetahuan, bisa berkuasa dalam segala bidang. Padahal pengetahuan itu hak semua orang.
”
”
Seno Gumira Ajidarma (Kitab Omong Kosong)
β€œ
Saya mengharapkan gerimis mempercepat kelam, supaya saya tenggelam dalam kegelapan.
”
”
Budi Darma (Olenka)
β€œ
Perasaan-Perasaan yang Tak Kau Sadari Sudah lama engkau bersembunyi dari rasa sakitmu sendiri. Bentang langit luas yang susah-payah kau simpan ke dalam gelas. Engkau tidak sedang menyusun riwayat dari perasaan-perasaan yang tak engkau sadari. Sebuah manifestasi; perwujudan kebencian kepada matahari dan ketidakpedulian kepada dunia. Bagaimana sikap diammu bisa menjawab semua pertanyaan itu? Coba katakan padaku, berapa lama sudah engkau menutup diri dari sekelilingmu? Dari orang-orang yang selama ini peduli dan mengindahkan dirimu. Sebaliknya, engkau melihat mereka hanya melulu lewat tajam pisau curiga yang bisa sewaktu-waktu menikam punggungmu. Seperti paku yang tak menghiraukan palu yang mengetuknya ke dinding. Mereka yang datang hendak mengobati rasa sakitmu, menghalau gundahmu, atau sekadar untuk menanyakan kabar. Bukankah burung gereja itu sengaja mengetuk jendela dengan paruhnya hanya untuk mengucap salam? Dan kucing-kucing liar itu menyentuh kakimu dengan bulunya sebagai pernyataan kasih sayang. Mereka tak datang untuk mempertanyakan amarah dan rasa kecewa yang terlanjur engkau sembunyikan. Tak pernah ada halangan buat semesta untuk menerima hadirmu kembali. Semudah mereka memberikan perhatian dan menyatakan rasa cintanya kepadamu lewat hal-hal yang bersahaja; desau angin, gemercik air, hangat mentari, gersik pasir atau guyuran hujan yang kepagian. Akan tetapi, jawaban apa yang engkau beri? Apakah engkau selalu menyambut pagi dengan sepenuh hati? Dan menerima uluran tangan rembulan dengan sebuah senyuman? Mungkin saja, bagimu hidup memang tak sesederhana itu. Kau tak menganggap hari-hari yang kau jalani sebagai rangkaian pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Hidup tak menghadirkan sesuatu yang wajib kau pahami. Sudah terlalu lama engkau berhenti untuk merasa peduli. Sudah lama engkau bahkan tak memikirkan hal lain selain dirimu sendiri. Seperti dendam yang terlanjur membutakan matamu. Aku tak tahu lagi, bagaimana mesti menerangi kegelapan yang mengungkung jiwamu? Membiarkan dirimu dirundung perasaan yang tak kunjung bisa aku mengerti. Menyia-nyiakan waktu dan semua perhatian yang membuat duniamu mengabur dalam khayalan. Dunia yang tercipta dari ilusi rasa takutmu sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Jika" Jika hanya ini jalan yang tersisa untuk aku tempuh Maka aku akan menapakinya walau tapak beralas darah Jika mata dibalas mata hanya membuat dunia buta Maka kuterima semua kegelapan itu walau harus merindu setitik cahaya Jika kau jegal langkahku Maka kujegal langkahmu Jika kau henti nafasku Maka kuhenti nafasmu Jika kau gurat nadi leherku Maka kugurat nadi lehermu Jika hanya itu cara yang tersisa Untuk membuatmu memahami luka (Untuk Fadila Nazian)
”
”
BAKENEKO
β€œ
Peristiwa - Peristiwa yang Aku Alami Sendiri Hari ini Tanpa Kehadiranmu Aku menyelami pagi seperti menelusuri rutinitas sehari-hari yang menyakitkan seluruh panca inderaku. Sudah beberapa saat lamanya sejak aku tak lagi dapat melihat realitas, tak bisa mendengar kebenaran dan tak mampu berbicara fakta. Segala hal berubah toksik dan menakutkan. Aku terpaksa harus mengenakan kacamata dan masker kemana-mana. Aku memaknai siang seperti menjalani momen yang sama berulang-ulang. Tak ada kutemukan kegembiraan atau keceriaan di situ. Seperti dipaksa minum jamu yang pahit rasanya dan membuat kerongkonganku terbakar. Sudah sebulan ini aku mencerna sore hari tak lebih menyenangkan dari membaca koran pagi, menyeruput segelas kopi dan lalu berdiam diri seolah tak pernah terjadi apa-apa. Aku menakrifkan malam seperti mengeja kata-kata yang berloncatan dari balik kaca jendela yang terbuka menghadap ke langit yang gelap gulita. Kata-kata berguguran menjelma nir makna, bermula dari kekosongan berjalan beriringan menuju kehampaan. Demikianlah, tak aku temukan jejakmu dari semua liputan berita di televisi, tayangan drama sinetron, panorama senja yang berlarian dari laju kendaraan yang bersicepat di jalan atau dari kabar-kabar hoax yang bertebaran di mana-mana. Namamu tak aku dapati di antara butiran partikel yang berterbangan di udara, di dalam hembusan asap rokok atau dalam lembaran pamflet yang tertempel di dinding-dinding kota. Sudah lama sekali aku tidak pernah lagi merasakan getaran hatimu sebagai kerinduan yang ditawarkan kegelapan yang terbaring mati di luar sana. Entah mengapa aku merasa, ada semacam ironi dari rintik hujan yang baru saja turun sebagai isyarat yang selalu gagal kutangkap maknanya saat aku sedang sendirian memikirkan keberadaanmu. Bukankah kita sudah tidak pernah menangis lagi seperti dulu? Sebagaimana kita tak pernah bertengkar lagi setelah masing-masing merasa kehilangan perasaan yang dulu pernah sama-sama kita percayai. Malam ini adalah malam terakhir aku memutuskan untuk menunggu kepulanganmu. Aku melihat troli-troli berjalan sendiri di pusat perbelanjaan bersama sarat beban kemarahan yang mesti ditanggungnya. Seperti ingatan yang tak mampu melupakan beberapa petikan kalimat yang dulu pernah kamu pertanyakan; 1. Menunggu kedatangan kereta adalah sebuah pekerjaan yang membosankan, tapi mengapa tetap saja engkau lakukan? 2. Waktu adalah hal yang paling artifisial di era digital ini. Apa yang mesti kita bantah dari pernyataan serupa itu? 3. Benarkah cinta sudah menjadi komoditi yang sangat murah, tak ubahnya barang kodian yang banyak dijajakan di pinggir jalan? 4. Apakah ada puisi yang sengaja ditulis melulu hanya untuk mempertanyakan eksistensinya sendiri? 5. Kebahagiaan, apa itu kebahagiaan? Entahlah! Marilah kita sama-sama rehat sejenak dan melupakan semua masalah yang hanya menghadirkan kesedihan ini.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ada perasaan yang kadang tak sanggup diungkapkan melebihi perasaan perasaanku. Apa yang bahkan tak mampu aku utarakan kepada seorang ibu. Bagaimana aku menyimpan semuanya sendiri, juga tentang mimpi mimpi yang tak pernah aku ceritakan kepada siapapun termasuk kepada ayahku. Demikian aku belajar untuk mengenali diriku sendiri. Ibuku memiliki sebuah taman kecil yang tersembunyi di samping rumah. Taman yang ia sebut sebagai sanctuary. Tempat di mana ia menanam segala macam perasaan yang ia sebut sebagai kebahagiaan. Kebahagiaan yang tumbuh dari hal hal fana yang tidak aku kenal dan mungkin juga tidak sepenuhnya aku mengerti. Seperti tangan yang mengusik lelap tidurku dan berusaha menciptakan sebuah karya seni yang indah. Ibu adalah sebuah lukisan yangΒ  memenuhi seluruh pikiranku. Ia lebih menakjubkan dari lukisan lukisan karya Rembrandt, Gustav Klimt, Claude Monet, Auguste Renoir atau bahkan Van Gogh sekalipun. Jeli matanya adalah kegairahan musim semi yang menumbuhkan rupa rupa tanaman di dalam taman itu. Ulas senyumnya dan lembut bibirnya adalah kehangatan ciuman matahari yang membuat bunga bunga bermekaran. Dan sentuhan tangannya adalah sihir, belaian sejuk angin yang membuat setiap pohon berbuah. Dan setiap kali aku dapati ia menari. Ia menari dengan seluruh tawa riangnya. Sekujur tubuhnya menari bersama celoteh burung dan goyangan daun daun. Tangannya bergerak gemulai serupa awan berarak setiap kali ia menyebar benih, mencabut rumput, mematahkan ranting kering, atau memangkas daun daun yang menguning. Ada lompatan perasaan yang tak terlukiskan setiap kali ia melakukan hal itu, seperti seolah ia sedang jatuh cinta lagi. Bukan kepada ayahku melainkan kepada dirinya sendiri. Sebab, di dalam diri ayahku aku temukan bayang bayang lain yang seakan tak mau pergi. Bayang bayang yang tak mampu meninggalkan dirinya bahkan di tengah kegelapan malam. Ayah adalah sebuah patung kayu yang usang dan berdebu. Ia menyembunyikan segala sesuatu dan menjadikannya rahasia yang ia simpan sendiri. Seperti sebuah pintu yang terkunci dan anak kuncinya hilang entah kemana. Tapi ia tak pernah bertengkar dengan ibu. Mereka juga tak pernah beradu mulut atau menunjukkan amarah antara satu dengan yang lain. Sepanjang yang mampu aku ingat, mereka adalah pasangan yang harmonis. Walau tak pernah sungguh berdekatan dalam artian yang sebenarnya. Setelah bertahun tahun lamanya, mereka masing masing tenggelam dalam dunia yang mereka ciptakan sendiri. Sejak kanak kanak, aku tak berani masuk ke dalam sanctuary ibuku. Aku hanya berani mengintip dari balik keranjang cucian dan tumpukan pakaian yang hendak dijemur. Dari balik ranting dan juga rimbun dedaunan yang tumbuh di dalam pot pot besar berwarna hitam yang menyembunyikan tubuh telanjang ibuku yang berkilauan ditempa matahari. Pernah sebelumnya aku menangkap sebuah isyarat dari tarian hujan yang ia ciptakan, ketika merdu tawanya berderai di antara dengung suara pompa dan guyuran air yang turun tiba tiba dari langit. Suara hujan itu keras berdentang di atas genteng galvalum dan menimbulkan suara berisik. Dan ragaΒ  ibu yang berpendar kehijauan seolah terbang ke langit menyambut suara guntur dan halilintar. Kadang kadang aku menangkap bayangan tubuh ibuku berjalan hilir mudik di dalam sanctuary itu entah dengan siapa. Acap aku dengar ia tertawa tergelak gelak. Suaranya bergema seperti di dalam gua. Aku selalu mengira ia tak pernah sendirian, selalu ada orang orang yang datang menemaninya entah darimana. Sering kulihat ia menjelma menjadi burung dengan warna bulu yang memesona atau menjadi bidadari yang cantik dengan sepasang sayap berwarna jingga keemasan. Dan dari balik perdu yang merayap di dinding, aku dapat melihat senyumnya yang sangat menawan, seperti menyentil kesadaranku dan membuatku terbangun dari mimpi.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Guru berasal dari kata gu berarti 'kegelapan' dan ru berarti 'menghilangkan
”
”
J. Sumardianta
β€œ
Malam itu, Pilar Ternera mengompres bengkak di di wajah JosΓ© Arcadio dengan ramuan, meraba-raba botol dan kain di kegelapan, serta melakukan apa saja yang diinginkan berdua sepanjang hal itu tidak mengganggu JosΓ© Arcadio; ia mencoba untuk mencintainya tanpa melukainya. Akhirnya, mereka berdua berada dalam suasana akrab, tanpa menyadari mereka berbisik satu sama lain.
”
”
Gabriel GarcΓ­a MΓ‘rquez (One Hundred Years of Solitude)
β€œ
Jika kau tidak lagi percaya pada akal budi, ke mana kau akan pergi selain ke dalam kegelapan?
”
”
Ayu Utami (Lalita)
β€œ
Masih ada rumah lain di tengah hutan yang bukan milikmu. Ia masih serupa misteri yang sengaja engkau sembunyikan. Mata buta, telinga tuli. Demikianlah hidup, ia tetaplah teka-teki yang tak terselami hingga lembar terakhir menjelang kematian. Kudapati engkau duduk berdua di beranda. Sedang bercakap dengan diri sendiri atau entah dengan siapa. Memperdebatkan hal-hal asing yang tak perlu. Mengupas kulit filsafat atau inti agama yang tak pernah engkau yakini kesahihannya. Kebenaran tak ada di dalam pikiran-pikiran kosong yang tak menyadari kedunguannya sendiri. Bagimu ia tak lebih dari fatamorgana. Ia bisa jadi jasad yang terkubur di tanah tak bertuan, atau di tengah hutan tak berpenghuni. Kegelapan menyelinap dari balik rasa penasaran kita. Menikam dengan pisau yang tak sepenuhnya kita sadari. Mencekik tanpa iba sampai mati. Di mana kisah ini sampai ke penghujung jalan. Kematian demi kematian datang menjemput, tak ada lagi waktu untuk berpaling.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Seperti ada yang terhubung di antara kita. Kegelapan yang hanya milikmu sendiri dan rasa sedih yang tak aku mengerti. Apakah engkau anak yang aku lahirkan dahulu? Atau potret masa kecil yang ingin aku tangisi? Mengapa aku duduk sendirian saja di sini? Seperti mendung kelabu, malam mengelam dan kunang-kunang yang tak memancarkan cahaya. Sudah kucari engkau kemana-mana, tapi tak kutemukan dirimu lagi untuk kusapa. Langit perlahan melupakan wajahmu. Bulan tak lagi mengenali namamu. Ada kengerian yang lebih menakutkan dari sekedar kesendirian. Apa yang tak bisa kita dengar, lihat atau mengerti. Kosong yang dalam. Sunyi mencekik.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Di dalam teater itu seekor anjing melolong. Aku menanyakan keberadaanmu dan kau matikan ponselmu. Engkau pergi entah dengan siapa, aku hanya bisa menduga. Sepertinya memang, kita tak bisa menggantungkan harapan pada perasaan orang lain. Mungkin aku sudah lama mati dalam pikiranmu. Mungkin engkau sudah menghapus bayanganku dari mimpimu. Aku mengendarai angin mengejar angan-anganku sendiri. Terkadang hidup lebih menakutkan manakala kita tak lagi punya tujuan. Ketika kegelapan adalah realitas kehidupan kita sehari-hari. Ketika kesepian adalah satu-satunya sahabat yang kita miliki.
”
”
Titon Rahmawan