Kebaikan Keburukan Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kebaikan Keburukan. Here they are! All 18 of them:

Orang memberi kasih, kita membalas kasih. Kalau diberi sampah? Balaslah dengan kasih juga. Kerana kebaikan akan menghapuskan keburukan.
Evelyn Rose (The Wedding Breaker)
Jodoh, rezeki, dan kematian telah ditentukan oleh Allah, bahkan sebelum kita lahir ke dunia. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan Allah dan jangan terlalu sibuk mencari jodoh. Lebih baik kita memantaskan diri. Perbaiki keburukan kita, tutupi kekurangan dengan kebaikan.
@Tausiyahku (Tausiyah Cinta)
Kadang, mencintai seseorang hanya perlu memastikan orang itu berada dalam kebaikan. Itu lebih berarti dibanding dia selalu ada di sisimu...dalam keburukan
Putri Turandokht
MEMBACA hanya menggerakkan pikiran dan ucapan semata. Akan tetapi, membaca yang disertai menulis, apalagi menulis buku, bisa menggerakkan dunia. Kenapa? Karena buku merupakan instrumen yang berdaya kuat dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa baik untuk kebaikan maupun keburukan, bagi kesejahteraan maupun bencana
Hernowo
Bagaimana mungkin seseorang dapat memperoleh berkat kebaikan sementara di saat yang sama ia memelihara pikiran, perkataan dan perilaku yang buruk?
Titon Rahmawan
Cinta bisa membuat kita melakukan banyak hal, termasuk di dalamnya hal hal konyol, bodoh dan bahkan memalukan. Ada sisi kebaikan dan keburukan di dalam cinta. Sebab di dalam cinta juga terkandung banyak kontradiksi. Cinta bisa memberikan energi yang menguatkan, mengubah, mendorong, memperbaharui, menginspirasi dan menciptakan. Namun cinta juga bisa mendorong seseorang untuk melukai, menyakiti dan bahkan membunuh.
Titon Rahmawan
Ya Allah, berikanlah kebaikan dari tempat ini, dan dari orang-orang yang berada di dalamnya. Dan jauhkanlah hamba dari keburukan tempat ini, dan keburukan orang-orang yang berada di dalamnya.
Asma Nadia (Jilbab Traveler)
Kebaikan dan keburukan nggak tergantung terhadap agama, kepercayaan, bukan kepercayaan, suku, bangsa dan lain sebagainya, melainkan kesadaran masing-masing orang akan kebaikan dan keburukan itu sendiri.
Nailal Fahmi (Menulis Cinta dan Keyakinan)
Sesungguhnya kebaikan (ketaatan kepada Allah) itu merupakan keceriaan di wajah, cahaya di hati, kelapangan pada rezeki, dan kecintaan di hati manusia. Adapun keburukan (kemaksiatan) merupakan kemuraman di wajah, kegelapan di hati, kelemahan di badan, dan kebencian di dalam hati manusia.
Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu
Sunguh siapa yang menanam, maka dialah yang bakal memanennya. Barangsiapa menanam kebaikan maka kebahagiaanlah panennya. Namun, barangsiapa menanam keburukan, maka celaka dan kenistaan itulah unduhannya.
Sunali Agus Eko Purnomo (Para pencari Cahaya kehidupan)
Guru yang bijak tidak akan menghukum apa yang tidak dilakukan muridnya. Bila mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah, atau tidak mengerjakan ujian dengan benar. Karena hukuman hanya diperlukan bagi pelaku kejahatan dan tidak diperlukan untuk memaksa anak murid menjadi patuh. Kesadaran tidak terlahir dari sebuah hukuman. Kesadaran terlahir dari pemahaman yang benar. Dan tugas gurulah untuk membangkitkan kesadaran itu, yaitu dengan cara memberikan pengetahuan untuk memilah kebaikan dari keburukan dan bukannya sanksi. Kepatuhan semestinya terlahir dari sikap respek, penghargaan dan penghormatan atas diri sendiri dan juga terhadap orang lain. Bukan atas dasar perintah atau intimidasi. Kepatuhan semestinya berangkat dari sebuah pemahaman dan kemampuan untuk dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Tugas gurulah untuk menyampaikan, bahwa kebaikan akan membawa konsekuensi kebaikan, keteraturan, kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan. Dan demikian pula sebaliknya.
Titon Rahmawan
Aku tak suka menunggu, aku tak mau kehilangan kesempatan. Mereka yang berhasil adalah mereka yang berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas segala konsekuensinya. Selain hubby mungkin tak ada orang yang bisa memahami kegelisahanku, dan oleh karena itu pulalah aku tak ingin dimengerti. Aku tahu, aku harus memberi makan anjing anjing di dalam diriku, karena bila tidak maka mereka akan pergi atau bahkan mungkin mati. Ini akan selalu menjadi sebuah dilema besar bagi diriku. Aku tidak akan pernah mengikhlaskan kepergian mereka dan terlebih lagi, aku tak akan membiarkan mereka mati. Betapa besar arti mereka bagi hidupku. Mereka sudah demikian setia mendampingiku, selalu menjaga dan mencintaiku. Tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang sedemikian perhatian dan penuh pengorbanan sebagaimana apa yang telah ditunjukkan oleh Scott dan kawan kawannya itu padaku. Aku tidak bisa hidup tanpa mereka dan sedemikian pula sebaliknya. Jadi demikianlah, kami harus menjalani karma ini bukan sebagai sebuah kutukan melainkan sebagai sebuah berkat. Bagaimana aku bisa memisahkan diriku dari nafsu dan juga cinta? Mereka adalah bagian dari darah dan dagingku. Anak anak yang telah aku lahirkan dan harus terus kupelihara. Bilapun ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan. Aku tak bisa mencintai yang satu dan mengabaikan yang lain. Mereka adalah perwujudan dari kebaikan dalam diriku dan hasrat yang tak pernah ingin berhenti, rasa lapar yang demikian menggigit. Rasa haus yang kian lama kian mencekik. Mengapa aku harus melawan diriku sendiri? Aku tidak diciptakan untuk mengingkari harkat kemanusiaanku. Aku tidak membutuhkan pembenaran untuk apa yang memang seharusnya aku lakukan. Aku, demikianlah diriku yang sesungguhnya. Makhluk yang leta dan fana ini. Kemana aku akan pergi, kemana langkah harus kutuju? Sementara, tak ada orang yang peduli selain daripada mereka yang dengan tulus murni mencintaiku tanpa pamrih. Mereka yang senantiasa hadir saat aku tengah berada dalam kesulitan. Mereka yang rela mengorbankan segalanya bagi diriku. Jangankan harga diri dan kehormatan. Sekiranya keadaan menuntut agar mereka mesti mengorbankan nyawa mereka bagiku, maka itulah yang akan mereka perbuat. Jadi mengapa aku harus larut di dalam penderitaan yang merongrong jiwaku sendiri? Mengapa mulutku harus berkeluh kesah? Tak ada satu pun yang akan menjamin keselamatanku di dunia ini. Juga mungkin di dunia yang akan datang. Dan oleh karena itu, maka biarlah aku berserah diri pada nasib dan sekaligus takdir yang semestinya harus aku jalani.
Titon Rahmawan
Dan pada akhirnya semua manusia akan mengerti, betapa rumitnya konstruksi batin mereka. Betapa sukarnya mereka menanggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang, antara kebaikan dan keburukan, antara cinta dan kebencian, antara ketakutan dan hanya mencoba, antara menjadi diri sendiri dan ingin dilihat manusia lainnya. suatu saat mereka akan percaya, manusia dirancang untuk terluka.
nom de plume
Saudariku.. pernahkah ada seorang yang melukaimu, menuduhmu atas suatu hal yang tidak anda lakukan ? memanggilmu dengan sebutan yang tidak layak dilontarkan, mengatakan hal – hal yang sangat tidak pantas diucapkan kepada sesama muslimah… mungkin dia adalah keluarga dekatmu, mungkin dia adalah temanmu, atau bahkan..... keluarga dari calon pendampingmu… :) Jangan bersedih ! tidak hanya anda yang mengalaminya… saya pun pernah mengalaminya.. duhai saudariku… Tidak semua orang mampu memahami kesalahan yang telah dilakukannya, Tidak semua orang mampu menerima kesalahan,dan tidak semua orang mampu meminta maaf kepada anda, meskipun dia sudah menyadari kesalahannya… Duhai saudariku…Lepaskan keegoisanmu agar cahaya iman masuk kedalam nuranimu, maafkanlah mereka dengan tulus…. jangan menunggu permintaan maaf mereka kepadamu!... Saudariku… apakah masih ingat dengan kisah Rasululloh SAW berikut ini : ” Suat saat ketika Rasulullah SAW sedang duduk – duduk bersama sahabatnya, Rasulullah SAW bersabda, “Sebentar lagi,salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya. Hari berikutnya, Rasulullah SAW mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah SAW mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembaliterulang. Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah SAW lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.” Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”. Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.” Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya,itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.” Subhanallah ! Begitu dahsyatnya efek memaafkan,saudariku… semoga Allah menjadikan kita para pemaaf, yang mampu membalas keburukan dengan kebaikan… Semoga Bermanfaat.. :)
Nuci Priatni
Jika saintis telah mengajar kita mengenai cakrawala, jirim dan jisim yang dapat kita saksikan dengan pancaindera kita sendiri, para rasul mendidik kita mengenai perkara-perkara yang ghaib. Kalau ahli teknologi telah memudahkan urusan-urusan kehidupan kita, para rasul mendidik kita mengenai matlamatnya. Jikalau para pedagang telah memberikan kita untung dan laba, para rasul mendidik kita mengenai “perniagaan yang akan menyelamatkan kamu daripada azab yang maha pedih...” (al-Saff, 61: 10). Jika para petani telah menanam makanan keperluan kita, para rasul mendidik kita bahawa dunia ini ladang akhirat; manusia hanya menyemai dan memupuk kebaikan atau keburukan di dunia, kebahagiaan sarmadi atau kesengsaraan tragis akan dituai di akhirat. Kalau arkitek telah mereka-bentuk dan jurutera mereka-bina bangunan, para rasul mendidik kita mengenai pembentukan dan pembinaan serta penyempurnaan sakhsiah insan. Jikalau seniman telah mencipta karya seni yang halus dan indah, para rasul telah mendidik kita mengenai pemerindahan jiwa itu sendiri. Jika tentera telah mempertahankan keselamatan negara kita, para rasul mendidik kita untuk menjadi laskar yang mempertahankan kubu kalbu dan benteng jiwa dari rasukan serangan gerombolan musuh nyata manusia, iaitulah Iblis, shaitan dan bala tentera mereka, la‘natullahu ‘alayhim.
Mohd Sani Badron
Selalu ada cara lain untuk menafsirkan kebahagiaan," begitu katamu. Seperti mengisi kanvas yang kosong dengan kepenuhan imajinasi, dan membiarkan khayalan bergerak serupa gambar yang hidup di dalam pikiran. Seperti menemukan sebuah kata yang tepat untuk mengawali sebuah puisi. Selalu ada euforia serupa itu yang ingin kau ciptakan dari gairah dan riuh rendah suara bising yang terdengar di dalam benak semua orang. Sudah lama aku curiga, kau bisa menebak apa yang orang lain inginkan hanya dengan membaca gelagat dan ekspresi wajah mereka. Mencoba membuktikan, bahwa waktu tidak cuma menciptakan kekacauan dan kegaduhan. Ia bisa juga menghadirkan semacam kegembiraan walau mungkin semu. Seperti kisah tentang bunga mawar yang tumbuh di tepi jalan yang pernah aku ceritakan kepadamu. Tapi tak semua orang mau menerima realitas seperti itu. Mereka selalu menemukan cara untuk menilai orang lain dengan caranya sendiri. Kebanyakan orang terlalu sibuk dengan kerumitan pikiran yang hilir mudik setiap hari. Mereka tak menghiraukan hal lain selain kepuasan diri. Mereka tak pernah mau mengerti, bahwa kegembiraan kecil tidak selalu harus dimulai dari diri sendiri. Ini seperti melihat dunia dengan sebuah kaca pembesar. Dunia yang retak dan jauh dari kata sempurna. Dunia yang sering absurd dan kadang membingungkan. Tapi kita tidak punya hak untuk mencemooh orang lain dengan cara konyol seperti itu. Dunia yang kita kenal sudah terlampau sering membiarkan orang membuat penilaian lewat satu satunya pandangan dari apa yang ingin mereka percayai. Tak bisa membedakan api dari asap, panas, nyala dan cahaya yang dihasilkannya. Bukankah satu satunya hal yang bisa kita yakini di dunia yang centang perenang ini adalah sebuah kemustahilan? Akan tetapi, bagaimana kita bisa melihat dunia dengan kacamata ambiguitas? Ketika kita menyadari, bahwa realitas tak lebih dari sebuah fatamorgana. Dan ilusi, adalah kenyataan hidup kita sehari hari. Bagaimana kita bisa menyandarkan diri pada sebuah asumsi untuk mampu mencerna apa yang sesungguhnya tidak kita ketahui? Bagaimana kita bisa memastikan, apa yang tidak pernah kita pahami sebagai buah dari pohon pengetahuan? Bahwa kebaikan dan keburukan adalah hasrat yang terlahir dari rasa ingin tahu manusia. Hanya saja, pikiran kita ingin menelan semuanya sendirian. Kerakusan yang membuat manusia kerasukan oleh ego dan ambisi yang membutakan dirinya sendiri. Kerasukan yang pada akhirnya . menciptakan kerusakan. Apa yang bisa memenuhi diri kita dengan pengetahuan yang serba sedikit tentang makna kebenaran yang kita cari selama ini? Bagaimana kita mampu mengidentifikasi kebenaran yang tidak pernah kita kenal? Bukankah tuhan tak mungkin hadir dalam setitik keraguanmu? Apa yang tidak engkau pahami sebagai sebuah paradoks, tidak punya nilai apa pun dibanding dengan kegamangan dan kebodohan dirimu sendiri. Sementara kita masih saja jumawa, dengan kepala dipenuhi oleh hasrat dan juga kesombongan. Dan terus menerus melahirkan ilusi ilusi semu dari pikiran pikiran hampa yang hanya akan mengelabui manusia dengan kepalsuan sejarah. Sejarah yang diam diam kita rekayasa sendiri. Sejarah yang tidak pernah mengenal makna kesejatian. Sejarah yang mengubur peradaban manusia dengan semacam orgasme palsu, yang anehnya terlanjur kita dewa dewakan sebagai satu satunya kebenaran.
Titon Rahmawan
Dengarlah anak muda, orang sebenarnya diberi kekuatan oleh Gusti Allah untuk menepis semua hasrat atau dorongan yang sudah diketahui akibat buruknya. Orang juga sudah diberi ati wening, kebeningan hati yang selalu mengajak eling. Ketika kamu melanggar suara kebeningan hatimu sendiri, kamu dibilang orang ora eling, lupa akan kesejatian yang selalu menganjurkan kebaikan bagi dirimu sendiri. Karena lupa akan kebaikan, kamu mendapat kebalikannya, keburukan.
Ahmad Tohari (Bekisar Merah)
Salah dan benar diakui memiliki jurang pemisah, yakni benar selalu mengantarkan pada kebaikan, sedangkan salah berhubungan erat dengan keburukan. Dikotomi benar dan salah itu pun dijadikan pokok perbincangan tema pendidikan karakter di tiap jenjang institusi sekolah.
Rony K. Pratama (Manusia Tanpa Sekolah: Pemikiran Toto Rahardjo Seputar Desa, Pendidikan, dan Gerakan Sosial)