Kali Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Kali. Here they are! All 100 of them:

β€œ
Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu. Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil. Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari dialah satu-satunya yang paling kubutuhkan dalam hidup ini, kenyataan berteriak di telingaku dia juga satu-satunya orang yang tidak boleh kudapatkan.
”
”
Ilana Tan (Autumn in Paris)
β€œ
Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit,kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi
”
”
Ilana Tan (Autumn in Paris)
β€œ
Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.
”
”
Tere Liye (Sunset Bersama Rosie)
β€œ
Hidup ini sendiri memang fiksi. Sering kali hanya imajinasi.
”
”
Djenar Maesa Ayu
β€œ
Jangan sekali-kali meminta maaf untuk mempertahankan prinsip!
”
”
Leila S. Chudori (Pulang)
β€œ
Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (House of Glass (Buru Quartet, #4))
β€œ
Aku hanya berani bermimpi, sungguh tidak terhitung berapa kali aku bermimpi tentang kau.
”
”
Tere Liye (Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah)
β€œ
Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
”
”
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
β€œ
Acap kali sesuatu yang kita cinta menjadi sebab ujian daripada Allah..Justeru,cintailah sesuatu berpada-pada bila Allah uji kita dengannya..kita tidak terlalu menderita..
”
”
Pahrol Mohamad Juoi
β€œ
Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi ketika berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai dimana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on
”
”
Dee Lestari
β€œ
Dia ada di sisimu setiap kali kau membutuhkannya, tapi apa kau ada di sisinya saat dia paling membutuhkanmu? Apa hubungan semacam ini yang kau sebut persahabatan?
”
”
Winna Efendi (Ai)
β€œ
waktu sering kali dianiaya dengan menuduhnya 'tak ada' padahal sebenarnya ia hadir, hanya saja kita tidak mau menemuinya
”
”
M. Quraish Shihab (M. Quraish Shihib menjawab... 101 Soal Perempuan Yang Patut Anda Ketahui)
β€œ
Jangan pernah jatuh cinta saat hujan. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu.
”
”
Tere Liye (Hujan)
β€œ
Matilah engkau mati kau akan lahir berkali-kali...
”
”
Leila S. Chudori (Laut Bercerita)
β€œ
Sebenarnya penjelasan yang lebih baik adalah karena aku sering kali berubah pikiran. Semuanya menjadi absurd. Bukan ragu-ragu atau plintat-plintut, tetapi karena memang itulah tabiat burukku sekarang, berbagai paradoks itu. Bilang iya tetapi tidak. Bilang tidak, tetapi iya. Terkadang iya dan tidak sudah tidak jelas lagi perbedaannya.
”
”
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
β€œ
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive.. [5cm]
”
”
Donny Dhirgantoro
β€œ
This is a formal affair. Kali is wearing twelve skulls.” NΓ―x’s eyes went wide. β€œI should’ve vajazzled!
”
”
Kresley Cole (Dark Skye (Immortals After Dark, #14))
β€œ
Bangunlah malam, ia membantu untuk lulus ujian yang lain. Jangan sekali-kali membesarkan tidur.
”
”
Muhd Kamil Ibrahim (Bersyukur Saat Diuji)
β€œ
Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu... Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'... Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi... Kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah.
”
”
Tere Liye (Moga Bunda Disayang Allah)
β€œ
Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit kembali setelah berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on. Supernova: Partikel
”
”
Dee Lestari (Partikel)
β€œ
Jangan sekali-kali meremehkan kekuatan manusia,karena Tuhan sekalipun tidak pernah.
”
”
Donny Dhirgantoro (2)
β€œ
Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, boi. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati, boi.
”
”
Andrea Hirata (Ayah)
β€œ
Right. You're Kali. Of course you're planning a rescue mission. Stupid self-sacrifice is kind of your thing.
”
”
Jennifer Lynn Barnes (Every Other Day)
β€œ
dari hujan aku belajar bahasa air bagaimana berkali-kali jatuh tanpa sedikitpun mengeluh pada takdir
”
”
firman nofeki
β€œ
Apakah cinta sejati itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumya sudah berjuta kali bilang ke pasangan - pasangan lamanya, "Ia adalah cinta sejatiku!
”
”
Tere Liye (Berjuta Rasanya)
β€œ
History knew the truth. History was the most inhuman product of humanity. It scooped up the whole of human will and, like the goddess Kali in Calcutta, dripped blood from its mouth as it bit and crunched.
”
”
Yukio Mishima (The Decay of the Angel (The Sea of Fertility, #4))
β€œ
Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu ke bumi.
”
”
Ilana Tan (Autumn in Paris)
β€œ
Once upon a time there was a wicked witch and her name was Lilith Eve Hagar Jezebel Delilah Pandora Jahi Tamar and there was a wicked witch and she was also called goddess and her name was Kali Fatima Artemis Hera Isis Mary Ishtar and there was a wicked witch and she was also called queen and her name was Bathsheba Vashti Cleopatra Helen Salome Elizabeth Clytemnestra Medea and there was a wicked witch and she was also called witch and her name was Joan Circe Morgan le Fay Tiamat Maria Leonza Medusa and they had this in common: that they were feared, hated, desired, and worshiped.
”
”
Andrea Dworkin (Woman Hating)
β€œ
Hai dunia, menjauhlah dariku! Mengapa engkau datang padaku? Tak adakah orang lain untuk engkau dayakan? Adakah engkau sangat menginginkanku! Tipulah orang lain! Aku tak memiliki urusan denganmu! Aku telah menceraikanmu tiga kali, yang sesudahnya tak ada rujuk lagi. Kehidupanmu singkat, kegunaanmu kecil, kedudukanmu hina, dan bahayamu mudah berlaku! Ah, sayang. Sangat sedikit bekal di tangan, jalan begitu panjang, perjalanan masih jauh, dan tujuan sukar dicapai!" - Saidina Ali
”
”
Salim Akhukum Fillah (Dalam Dekapan Ukhuwah)
β€œ
aku mencintaimu. dan itu ternyata menyakitkan. kamu tidak tahu betapa setiap kali kamu berpaling, aku sangat menderita. aku seperti orang yang sedang menoreh nadi dan meneteskan darah perlahan-lahan. semakin lama aku jadi semakin lemah hingga darah habis terkuras. karena itu aku pergi… aku harus menjauh darimu.
”
”
Avianti Armand (Negeri Para Peri)
β€œ
Whether you worship Christ, Krishna, Kali or Allah, you actually worship the one Light that is also in you, since It pervades all things.
”
”
Anandamayi Ma
β€œ
The Song of Kali is with us. It has been with us for a very long time. Its chorus grows and grows and grows. But there are other voices to be heard. There are other songs to be sung.
”
”
Dan Simmons (Song of Kali)
β€œ
The Morrigan’s ideas of sport and mine varied widely. As a Chooser of the Slain, she tends to enjoy nothing so much as a protracted war. She hangs out with Kali and the Valkyries and they have a death goddesses’ night out on the battlefield.
”
”
Kevin Hearne (Hounded (The Iron Druid Chronicles, #1))
β€œ
Kian lama kita mati dalam setia Kali ini kita hidup dalam durhaka!
”
”
Kassim Ahmad
β€œ
Orang normal tuh pacaran sekali dua kali juga cukup, kalo berpuluh kali udah nggak normal
”
”
Retni S.B. (Dimi is Married)
β€œ
Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup mengempaskanmu begitu keras ke bumi
”
”
Ilana Tan
β€œ
Tetapi Tuan... kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.
”
”
Hamka (Di Bawah Lindungan Ka'bah)
β€œ
Kau hampir tak pernah menghubungiku via ponsel, tapi setiap saat aku selalu saja melihat ponsel itu berkali-kali. Berharap ia berbunyi dan namamu yang tertera di sana. Lalu dengan agak menggigil aku berusaha melawan keinginanku sendiri, menyusun rencana-rencana tak selesai... untuk menjawab sapamu sedingin mungkin. Tapi tak ada bunyi. Tak. Kemudian pandanganku beralih pada blackberry dan lagi-lagi berharap kau pecahkan resah dalam sekali bip, padahal kau tak ada dalam kontak-ku. Maka bersama angin aku menggiring jeri, menyekap batin sendiri, memilin-milinnya menjadi puisi yang paling setia pada sunyi.
”
”
Helvy Tiana Rosa
β€œ
Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau itu. Tetapi, tidak peduli berapa kali kamu akan meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik
”
”
Irfan Toni Herlambang
β€œ
Women have this amazing godly power. As an enemy, they can wreak havoc and behead you like Goddess Kali without even flinching or giving it a second thought. But as healers and nurturers, they can absorb all your pain like an infinite sponge, if they want to. All it took was a little touch of femininity, and I felt alive once again.
”
”
Abhaidev (The World's Most Frustrated Man)
β€œ
Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Bersemi satu langsung kau injak? Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun? Kau tak pernah memberi kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuinya walau sedang sendiri..Kau lupa, aku tumbuh menjadi dewasa seperti yang kau harapkan. Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kau tikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daun barunya semakin banyak.
”
”
Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
β€œ
Setiap kali senja menyujud menunaikan solah, hatiku resah. Aku mengingati akan dirimu. Aku rindu kepada dirimu.
”
”
AainaA-Ridtz
β€œ
Orang yang okey takkan cakap dia okey lebih daripada dua kali." Beritahu Pacai sambil ketawa. "Sama macam orang yang bersalah, they'll say there're clean most of the times.
”
”
Syud (Tentang... Dhiya)
β€œ
Pemenang sejati bukan orang yang selalu menang setiap kali pertandingan, tapi mereka yang selalu bangkit setiap mereka jatuh.
”
”
Diego Christian
β€œ
Kawan, menurut ketentuan agama, tak boleh diamkan jika orang tua bertanya lebih dari tiga kali.
”
”
Andrea Hirata
β€œ
Nggak semua cerita punya akhir yang bahagia. Begitu pula hidup. Bahkan, sering kali hidup punya kejutan tersendiri.
”
”
Winna Efendi (Happily Ever After)
β€œ
Namun pada saat itupun aku tahu bahwa setiap kali membuka sebuah buku, aku akan bisa memandang sepetak langit. Dan jika aku membaca sebuah kalimat baru, aku akan sedikit lebih banyak tahu dibandingkan sebelumnya. Dan segala yang kubaca akan membuat dunia dan diriku sendiri menjadi lebih besar dan lebih luas.
”
”
Jostein Gaarder
β€œ
What happened?" -Ethon "Obviously something was hungry and bit the bear." -Kali
”
”
Sherrilyn Kenyon (No Mercy (Dark-Hunter, #18; Were-Hunter, #5))
β€œ
Kapan kita tahu bahwa kita pribadi yg tulus? Setiap kali kita bahagia melihat, mendengar kebahagiaan dan keberhasilan orang lain.
”
”
Helvy Tiana Rosa
β€œ
Tidak, yang mati tidak harus bisu. Energi mereka tetap hidup melalui berbagai cara, jalan dan sarana, terutama melalui kenangan dan mulut para nyawa yang lolos dari saringannya di Buru ini. Pada suatu kali mungkin ada yang mampu mencatatnya tanpa tangannya gemetar dan tanpa membasahi kertasnya.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 1)
β€œ
When the power comes from within us and we claim it as our own, then we no longer have to affirm ourselves by dominating others. The irony is that we are actually afraid of our own power.
”
”
Marion Woodman (Dancing in the Flames: The Dark Goddess in the Transformation of Consciousness)
β€œ
Bahagia lahir dari rasa syukur yang tak henti padaNya dan usaha untuk senantiasa berbagi apa yang kita bisa pada sesama. Itulah sebabnya kita bisa memilih untuk berbahagia setiap hari, setiap kali.
”
”
Helvy Tiana Rosa
β€œ
Aku Berpikir terus menerus berbulan bulan dan bertahun tahun, sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah. Untuk yang keseratus aku benar.
”
”
Albert Einstein
β€œ
Wow,” I said. β€œThat story is disturbing on so many different levels. One thing that’s mystifying about Indian mythology is how often the names change. The skin color changes – she’s golden, she’s black, she’s pink. Her name changes – she’s Durga, Kali, Parvati. Her personality changes – she’s a loving mother, she’s a fierce warrior, she’s terrible in her wrath, she’s a lover, she’s vengeful, she’s weak and mortal, then she’s powerful and can’t be defeated. Then there’s her marital status – she’s sometimes single, sometimes married. It’s hard to keep all the stories straight.” Ren snickered. β€œSounds like a normal woman to me.
”
”
Colleen Houck
β€œ
You are a fool to speak of last great battles, Sam, for the last great battle is always the next one.
”
”
Roger Zelazny (Lord of Light)
β€œ
Takut akan kena cinta, itulah dua sifat dari cinta, cinta itulah yang telah merupakan dirinya menjadi suatu ketakutan, cinta itu kerap kali berupa putus harapan, takut cemburu, hiba hati dan kadang-kadang berani.
”
”
Hamka (Di Bawah Lindungan Ka'bah)
β€œ
What we are against will unite us, while what we are for divides us. Therefore, we should emphasise what we oppose. The common enemy unites us, while the positive values each of us are defending actually divides us. Therefore, we must create strategic alliances to overthrow the present order of things, of which the core could be described as human rights, anti-hierarchy, and political correctness – everything that is the face of the Beast, the anti-Christ or, in other terms, Kali-Yuga.
”
”
Alexander Dugin
β€œ
quote Quotable Quote β€œMimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive..
”
”
Donny Dhirgantoro (5 cm)
β€œ
Mungkin beginilah seharusnya ujian disambut, sebuah perayaan terhadap ilmu. Dengan gempita. Selain itu, aku kira, pesta ujian yang meriah ini juga dibuat agar kami sekali-kali tidak boleh pernah takut apalagi trauma dengan ujian. Bahkan diharapkan kami kebal terhadap tekanan ujian dan bahkan bisa menikmati ujian itu. Apalagi ujian akan terus datang dalam berbagai rupa sampai akhir hayat kami.
”
”
Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara)
β€œ
Ada sesuatu yang hilang setiap kali kau bertemu dengan teman lamamu. Kata lama dalam istilah tersebut seolah menjadi pengekang yang membekukan lidah. Kau akan kehabisan kata-kata, bahkan meski kau menyimpang kenangan manis bersamanya. Kau tahu kau tak akan bisa kembali ke masa-masa itu, dan itulah yang membuatmu membujur kakuβ€”mengutuk kelalaianmu sendiri untuk mengklaim balik posisi yang seharusnya sudah menjadi milikmu: seorang teman. Tapi kau tahu kau tidak bisa melakukannya. Kau bukanlah temannya lagi.
”
”
Alicia Lidwina
β€œ
Kami berdua suami istri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara, semacam telepati. Tanpa diberi tahu sebelumnya, sering kali karena tidak sempat, kami masing-masing dengan sendirinya melakukan tepat sesuatu yang diinginkan yang lainnya. Saya membuat masakan yang persis suami saya butuhkan tetapi saya lupa untuk menitipkan padanya sewaktu berangkat pagi. Hidup berat, tetapi manis. (Ainun Habibie, Tahun-tahun Pertama)
”
”
A. Makmur Makka, dkk. (Ainun Habibie: Kenangan Tak Terlupakan Di Mata Orang-Orang Terdekat)
β€œ
Untuk pertama kalinya saya mengikhlaskan apa yang saya alami. Untuk pertama kali saya memahami dan menerima dengan hati bahwa apa yang saya inginkan tak selalu menjadi kenyataan. Ada kekuatan yang Maha, yang menentukan ujung semua jalan. Ada pelajaran-pelajaran yang ingin Ia sampaikan dengan cara-Nya sendiri. (Intan Arifin)
”
”
Asma Nadia (La Tahzan for Broken Hearted Muslimah)
β€œ
bukankah tidak ada yang lebih suci bagi seorang pemuda daripada membela kepentingan bangsanya?
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Ditepi Kali Bekasi)
β€œ
Sometimes a person's unhappiness can make them forget they are a part of something bigger, something like a family, a people, even a tribe.
”
”
Kali Fajardo-Anstine (Sabrina & Corina)
β€œ
When I'm not with Kalis the things I missed about her are all physical. I know that now. I miss her smile, her eyes, her hair, her touch. She's tall and lithe and has a body that turns all the men's heads in Velesi. With Lily, even with her small stature, she towers over the rest of us, because of her heart and her love for Lucas and Julia.
”
”
L. Filloon (The Binding (The Velesi Trilogy, #1))
β€œ
Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi setelah berkali-kali jatuh. jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on
”
”
Dee Lestari (Partikel)
β€œ
Dalam Genggamanmu, Ibuk Buku baru. Sepatu baru. Sekolah baru Untuk anak-anakmu Agar mereka merekah Kau bangun jembatan agar mereka tak melalui kali yang keruh Kau gendong jiwa mereka agar selalu hangat Kau nyalakan lentera hati mereka... Malam minggu kemarin. Kau tak hanya berjanji. Kau berikan napasmu Kau genggam anak-anakmu. Kau genggam erat. Di tanganmu yang halus, kau pastikan Mereka tidak terjatuh...
”
”
Iwan Setyawan (Ibuk,)
β€œ
Ia bermimpi melewati rumput-rumput besar dan di sekitarnya cuma ada koloni semut. Ketika sampai di tubir cekungan air, baginya adalah sungai, ia mampu mengenali diri: seekor semut yang mengaca dan terkejut untuk kali pertama. Ia menengok untuk mencari seseorang yang bisa menjawab pertanyaannya: mengapa dirinya berubah jadi semut. Dan saat itulah dia terbangun dari tidur; seekor semut hitam.
”
”
Bagus Dwi Hananto (Metamorfosis)
β€œ
Jika engkau besar, jangan sekali-kali kau jadi pegawai negeri. Jadi pamong praja! Mengerti? Sebab sebagai pegawai negeri orang harus banyak menjalankan pekerjaan yang sama sekali tak disetujuinya. Bahkan yang bertentangan dengan jiwanya. Untuk kepentingan orang yang berkuasa, maka sering pula yang haram menjadi halal, dan sebaliknya.
”
”
Mochtar Lubis (Kuli Kontrak)
β€œ
Banyak sekali orang yang doyan kopi tiwus ini. Bapak sendiri ndak ngerti kenapa. Ada yang bilang bikin seger, bikin tentrem, bikin sabar, bikin tenang, bikin kangen... hahaha! Macem-macem! Padahal kata Bapak sih biasa-biasa saja rasanya, Mas. Barangkali, memang kopinya yang ajaib. Bapak ndak pernah ngutak-ngutik, tapi berbuah terus. Dari kali pertama tinggal di sini, kopi itu sudah ada. Kalau 'tiwus' itu asalnya dari almarhumah anak gadis Bapak. waktu kecil dulu, tiap dia lihat bunga kopi di sini, dia suka ngomong 'tiwus-tiwus' gitu," dengan asyik Pak Seno mendongeng. Filosofi Kopi
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β€œ
Kyai Jahro mengucapkan doa-doa yang tak dimengerti Margio, sebab pelajaran mengajinya tak tuntas betul, pernah khataman namun tak pernah memahami makna, membuatnya sekedar mengangkat tangan dengan telapak tangan terbuka sementara keranjang berisi kelopak bunga tersisa dijejakkan di gundukan tanah, ia amin berkali-kali mengikuti orang lain.
”
”
Eka Kurniawan (Lelaki Harimau)
β€œ
Jadi izinkan aku mengenalmu, untuk kesekian kalinya. Aku ingin merasakan kembali bagaimana rasanya ketika pertaa kali jatuh cinta kepadamu. Aj\ku ingin mengenang dan mengingat-ingat momen itu, sampai aku lupa bahwa pada kenyataannya, kita tengah menjalani sebuah cerita tentang dua manusia lugu yang saling menunggu.
”
”
Azhar Nurun Ala (Ja(t)uh)
β€œ
Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yg kamu mau kejar… Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening. Biarkan… dia… menggantung… mengambang… 5 centimeter… di depan kening kamu… Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri… Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu… Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja… Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya… Serta mulut yang akan selalu berdoa
”
”
Donny Dhirgantoro
β€œ
Tell me,' asked Stas, 'what is a wicked deed?' 'If anyone takes away Kali's cow,' he answered after a brief reflection, 'that then is a wicked deed.' 'Excellent!' exclaimed Stas, 'and what is a good one?' This time the answer came without any reflection: 'If Kali takes away the cow of somebody else, that is a good deed.' Stas was too young to perceive that similar views of evil and good deeds were enunciated in Europe not only by politicians but by whole nations.
”
”
Henryk Sienkiewicz (In Desert and Wilderness)
β€œ
GAGAL ITU BIASA. Yang penting itu adalah bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. Nggak diterima, ditolak atau dianggap remeh sama orang itu biasa, jangan dibawa kesel. Perlu kita tau, orang yang menganggap remeh kita adalah guru kita, kenapa? Karena dia membuat kita kesel dan berapi-api untuk membuktikan kepada dia kali kita nggak seperti yang dia bayangkan.
”
”
Benazio Putra (Benabook)
β€œ
Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenali cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan sering kali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.
”
”
Ayu Utami (Saman)
β€œ
It is the nature of the Kali Yuga that most human beings are now held back from spiritual liberation due to the gravity of inertia, apathy and laziness, (known in Sankrit as the quality of tapas) that overwhelms this age. Despite this seemingly gloomy prognosis, there is a way out of this predicament for those with the will and stamina to awaken from the rampant lethargy, within and outside of themselves, to take action.
”
”
Zeena Schreck
β€œ
It was too lonely to be heaven, and there wouldn't be stars in hell.
”
”
Kali Wallace (Shallow Graves)
β€œ
tetapi berbahagialah orang yang kuat menderita segala kesengsaraan untuk keperluan nusa dan bangsa
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Ditepi Kali Bekasi)
β€œ
She said people will find the loveliest part of you and try to make it ugly. And they will do anything to own that piece of you.
”
”
Kali Fajardo-Anstine (Sabrina & Corina)
β€œ
Sometimes there is no hope," whispered Das. "There's always some hope, Mr. Das." "No, Mr. Luczak, there is not. Sometimes there is only pain. And acquiescence to pain. And, perhaps, defiance at the world which demands such pain." "Defiance is a form of hope, is it not, sir?
”
”
Dan Simmons (Song of Kali)
β€œ
A crippled child Said, "How shall I dance?" Let your heart dance We said. Then the invalid said: "How shall I sing?" Let your heart sing We said Then spoke the poor dead thistle, "But I, how shall I dance?" Let your heart fly to the wind We said. Then God spoke from above "How shall I descend from the blue?" Come dance for us here in the light We said. All the valley is dancing Together under the sun, And the heart of him who joins us not Is turned to dust, to dust.
”
”
Gabriela Mistral
β€œ
Moriarty smiled his adder’s smile. And I relaxed. I knew. My destiny and his wound together. It was a sensation I’d never got before upon meeting a man. When I’d had it from women, the upshot ranged from disappointment to attempted murder. Understand me, Professor James Moriarty was a hateful man, the most hateful, hateable, creature I have ever known, not excluding Sir Augustus and Kali’s Kitten and the Abominable Bloody Snow-Bastard and the Reverend Henry James Prince. He was something man-shaped that had crawled out from under a rock and moved into the manor house. But, at that moment, I was his, and I remain his forever. If I am remembered, it will be because I knew him. From that day on, he was my father, my commanding officer, my heathen idol, my fortune and terror and rapture.
”
”
Kim Newman (Professor Moriarty: The Hound of the D'Urbervilles)
β€œ
tahiya hote pavan nahin pani, tahiya srishti kown utpati; tahiya hote kali nahin phula, tahiya hote garbh nahi mula; tahiya hote vidya nahin Veda, tahiya hote shabd nahin swada; tahiya hote pind nahin basu, nahin dhar dharni na pavan akasu; tahiya hote guru nahin chela, gamya agamya na panth duhela. Sakhi: avigati ki gati ka kahown, jake gawn na thawn gun bihuna pekhana, ka kahi lijai nawn In that state there is no air or water, and no creation or creator; There is no bud or flower, and no fetus or semen; There is no education or Vedas, and no word or taste; There is no body or settlement, and no earth, air or space; There is no guru or disciple, and no easy or difficult path. Sakhi: That state is very strange. I cannot explain it. It has no village or resting place. That state is without gunas (qualities). What name can on give it?
”
”
Kabir (The Bijak of Kabir)
β€œ
Sesaat ia terhenyak oleh teks wasiat Habib Hasan Al Bahr. Menghadaplah kepada Allah dengan hati luluh. Hindarkan dirimu dari sikap ujub dan angkuh. Pergaulilah manusia yang jahat dengan baik, karena pada hakikatnya kamu sedang bermuamalah dengan Allah yang Maha Besar. Ulurkan tanganmu kepada orang-orang fakir dengan sesuatu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Lalu bayangkanlah, bahwa Allah-lah yang pertama kali menerima pemberianmu itu, sebagaimana dituturkan dalam berbagai ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi. Kelak hatimu akan merasa sangat senang dan bahagia dengan Allah.
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Ayat-Ayat Cinta 2)
β€œ
We know the original relation of the theater and the cult of the Dead: the first actors separated themselves from the community by playing the role of the Dead: to make oneself up was to designate oneself as a body simultaneously living and dead: the whitened bust of the totemic theater, the man with the painted face in the Chinese theater, the rice-paste makeup of the Indian Katha-Kali, the Japanese No mask ... Now it is this same relation which I find in the Photograph; however 'lifelike' we strive to make it (and this frenzy to be lifelike can only be our mythic denial of an apprehension of death), Photography is a kind of primitive theater, a kind of Tableau Vivant, a figuration of the motionless and made-up face beneath which we see the dead.
”
”
Roland Barthes (Camera Lucida: Reflections on Photography)
β€œ
Melihatnya duduk, terpekur sendirian di atas kursi besi tempa di pinggiran jalan yang nyaris lengang itu telah jadi momen yang tak akan pernah aku lupakan. Sebab saat itulah, hatiku tersentuh oleh pesona kecantikan yang alami. Bukan oleh karena seri wajahnya atau anggun gerak gerik tubuhnya, melainkan oleh apa yang tak tertangkap oleh mata namun mampu menggetarkan hati. Pada saat itulah, entah untuk keberapa kali, aku merasakan lagi perasaan yang dulu pernah aku rasakan. Bagaimana aku jatuh cinta kepadanya untuk pertama kali.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Membaca Kitab Suci buat saya adalah memasuki labirin. Ada ilusi dari sebuah jalan yang lempang dan lurus dengan sebuah 'pusat' - 'akhir yang tertebak, sementara dalam kenyataannya, labirin adalah lorong-lorong sempit. Kita hanya bisa maju atau mundur. Dinding-dinding masif di kanan kiri. Selalu berbelok dan menikung tak terduga. ... Dalam labirin itu, fakta dan fiksi berkait, dunia berkelindan dengan kata-kata. Dan kata-kata tersebut menyajikan semesta yang gumpil - tak utuh, tak sepenuhnya benar, dan menyembunyikan sesuatu yang kita belum tahu. Kitab suci, seperti juga labirin, bukanlah sebuah peta - proyeksi dua dimensi dari garis dan kurva yang saling bertaut. Peta, hanya sebuah abstraksi, sekumpulan tanda dan legenda yang tak sanggup menggantikan pengalaman. Sementara itu dalam kitab suci, seperti juga labirin, selalu ada misteri yang tidak menuntut untuk dipecahkan, melainkan dialami. Berkali-kali.
”
”
Avianti Armand (Perempuan Yang Dihapus Namanya)
β€œ
Tahukah kau, tubuhmu memiliki sensor penerima sinyal gemosi dari luar? Sensor yang sama yang menghubungkan emosi sepasang anak kembar yang terpisah ratusan kilometer! Hei, benar-benar sensor yang hebat, bukan?! Ketika pertama kali sepasang insan terpikat satu sama lain, masing-masing sensornya menangkap sinyal gemosi cinta. Kontak mata, sentuhan punggung tangan, ucapan-ucapan cinta dan rayuan-rayuan yang membuat hatimu cenat-cenut akan mempercepat penyamanan frekuensi cinta dengan dentingan seindah harpa yang paling merdu sejagat raya. Selanjutnya, semakin selaras frekuensi itu, perasaan nyaman akan tumbuh beriringan. Kemudian rasa rindu hebat akan menyertainya saat dua gemosi berinterferensi saling menguatkan.
”
”
Yohanes Surya (Tofi: Perburuan Bintang Sirius)
β€œ
There's a class of things to be afraid of: it's "those things that you should be afraid of". Those are the things that go bump in the night, right? You're always exposed to them when you go to horror movies, especially if they're not the gore type of horror movie. They're always hinting at something that's going on outside of your perceptual sphere, and they frighten you because you don't know what's out there. For that the Blair Witch Project was a really good example, because nothing ever happens in that movie but it's frightenting and not gory. It plays on the fact tht you do have a category of Those Things Of Which You Should Be Afraid. So it's a category, frightening things. And only things capable of abstraction can come up with something like the caregory of frightenting things. And so Kali is like an embodied representation of the category of frightening things. And then you might ask yourself, well once you come up with the concept of the category of frightening things, maybe you can come up with the concept of what to do in the face of frightening things. Which is not the same as "what do you do when you encounter a lion", or "what do you do when you encounter someone angry". It's a meta question, right? But then you could say, at a philosophical level: "You will encounter elements of the category of all those things which can frighten and undermine you during your life. Is there something that you can do *as a category* that would help you deal with that." And the answer is yeah, there is in fact. And that's what a lot of religious stories and symbolic stories are trying to propose to you, is the solution to that. One is, approach it voluntarily. Carefully, but voluntarily. Don't freeze and run away. Explore, instead. You expose yourself to risk but you gain knowledge. And you wouldn't have a cortex which, you know, is ridiculously disproportionate, if as a species we hadn't decided that exploration trumps escape or freezing. We explore. That can make you the master of a situation, so you can be the master of something like fire without being terrified of it. One of the things that the Hindus do in relationship to Kali, is offer sacrifices. So you can say, well why would you offer sacrifices to something you're afraid of. And it's because that is what you do, that's always what you do. You offer up sacrifices to the unknown in the hope that good things will happen to you. One example is that you're worried about your future. Maybe you're worried about your job, or who you're going to marry, or your family, there's a whole category of things to be worried about, so you're worried about your future. SO what're you doing in university? And the answer is you're sacrificing your free time in the present, to the cosmos so to speak, in the hope that if you offer up that sacrifice properly, the future will smile upon you. And that's one of the fundamental discoveries of the human race. And it's a big deal, that discovery: by changing what you cling to in the present, you can alter the future.
”
”
Jordan B. Peterson
β€œ
Orang kerap kali tak bernalar, tak logis, dan egois. Biar begitu maafkanlah mereka. Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif yang egois. Biar begitu, tetaplah bersikap baik. Bila engkau mendapat sukses, engkau mungkin bakal pula mendapat teman-teman palsu dan musuh. Biar begitu, tetaplah meraih sukses. Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu. Biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang. Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam. Biar begitu, tetaplah membangun. Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri. Biar begitu, tetaplah berbahagia. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini sering bakal dilupakan orang keesokan harinya. Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan. Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup. Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.
”
”
Mother Teresa
β€œ
Aku tahu, setiap kali aku berniat ingin memperbaiki diri, maka setiap kali juga hambatan dan rintangan menjadi milikku. Tapi,aku putuskan keinginanku untuk tetap berubah menjadi lebih baik. Aku ingin menjadi pribadi yang menawan. Terus memperbaiki diri. Aku ingin terus merasakan nikmat-Mu bersamaku. Oh ya, apa aku pernah mengucapkan terima kasih secara khusus kepada-Mu? Duhai Engkau, Sang Pemilik Cinta. Malam ini aku ingin menyampaikan rasa terima kasihku atas cinta yang telah Engkau titipkan pada orang - orang di sekitarku. Terima kasih atas kelapangan rezeki-Mu kepadaku. Semoga semua kebaikan, cinta, dan kemudahan berpulang dan Engkau kirimkan kembali kepada orang - orang yang mencintaiku dan mencintai-Mu.
”
”
Adenita
β€œ
Grandma Estella used to bathe me there when I was younger, working my knees and elbow with a washcloth and Ivory soap. Once, I asked her why she needed to scrub so hard it hurt. "Because we are not dirty people," she had said. Later, when I asked Mama about it, she told me when Grandma Estella was a little girl, her own teachers called her a dirty Mexican and it never left her, the shame of dirt.
”
”
Kali Fajardo-Anstine (Sabrina & Corina)
β€œ
Aku tak bisa mengingkari apa yang aku rasa dan apa yang aku pikirkan. Persis seperti yang Scott bilang padaku, "Pada saat kamu menampilkan sisi dirimu yang paling rentan, saat itulah kelemahanmu muncul. Sudah aku bilang berkali kali, jangan bawa bawa perasaan. Saat kau menjadi Ajeng yang sensitif, naif dan bodoh kau kehilangan semua simpati dan pesonamu. Saat ada amarah, rasa kecewa, sedih, sakit hati yang datang menghampirimu, kamu bisa segera rasakan, bagaimana jiwamu terombang ambing oleh kelemahan. Orang akan melihatmu sebagai pribadi yang kontradiktif, yang tidak ramah dan tidak menyenangkan. Sehingga mudah sekali buat mereka melupakan Dee yang penuh energi vitalitas, keceriaan, kegembiraan, positif, kreatif, cantik, memesona, sensual, menggoda, ramah dan baik hati....
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ada sekuntum mawar di dadanya dan dusta di mulutnya. Sesungguhnya, Ia tak menggonggong serupa anjing yang tolol. Ia hanya tak mengindahkan hal lain, selain rasa laparku. Digigitnya tulang dari kedalamanku yang perih. Mata yang tak peduli dan hasrat untuk membunuh. Gelegak darah ini sama kejinya dengan celoteh amarah. Api yang ia simpan di balik pisau yang beringas itu. Pada dadanya yang terbelah, dan jantungnya yang memerah. Yang ia tunjukkan berulang ulang kali tanpa setitik pun rasa malu atau mungkin penyesalan. Lagunya tak semerah gincu yang ia kenakan malam itu. Dan apakah itu, secarik kain sewarna darah yang tak mampu menutupi semua kejalangannya dari dunia? Dari dulu sekali, ia sudah bukan milikku lagi. Ia sudah jadi milik semua orang. Seperti semua kata kata cinta yang diobralnya dengan murah. Seperti haram jadah yang pernah terlahir dari mimpi di siang bolong. Mimpi tempat kami menghabiskan waktu. Waktu dan seluruh kesia siaan. Waktu yang tak bernilai, selain onggokan sampah, sumpah serapah dan omong kosong. Waktu yang membusuk dalam pikiran semua orang. Mereka yang tak lebih anjing dari diriku sendiri. Mereka yang menanti jam jam pertunjukan dengan air liur menetes. Mereka, yang sejak dari hari pertama telah menjeratkan benang laba laba itu ke dalam pikiranmu, Baby. Benang yang tak lebih tipis dari semua harga diri dan kehormatan. Sesuatu yang mungkin, tak pernah engkau miliki. Dan bodohnya lagi - seperti yang sudah sudah - aku masih saja duduk di sana merasa lebih, memiliki dirimu... lebih dari siapa pun, Kay.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Ada luka sumbing serupa gempil bibir poci di hati semua orang. Cacat yang berusaha keras mereka sembunyikan dari dunia. Tapi tak semestinya kita mengenakan topeng hanya demi menutup secebis luka. Tak semua hal mesti kita cerna dengan tatapan mata curiga serupa itu. Maka dari itu, coba dengarkan apa kata Bundamu ini, Nak. Manusia tak perlu harus jadi sempurna agar ia dihargai. Sebagaimana keindahan bisa muncul dari hal kecil dan sederhana. Termasuk apa yang tampak pada selembar kain batik yang lusuh atau cangkir teh yang somplak ujungnya. Kita bisa belajar dari kintsugi, menjadi bijak tanpa harus bergegas menjadi tua; bagaimana menorehkan pernis emas pada sebuah cawan tembikar yang terlanjur retak. Betapa sesungguhnya, sebuah guci porselen yang jatuh, pecah dan bahkan rusak tak berarti kehilangan semua nilai yang dimilikinya. Ketidaksempurnaan tidak akan mengecilkan arti dirimu. Sebab hanya ketangguhanmu melewati bukit penderitaanlah yang akan membuatmu menemukan cahaya kebahagiaan yang sesungguhnya. Bagaimana kamu bisa belajar menghargai kekurangan pada diri sendiri. Bagaimana kamu bisa menerima kesalahan dan bahkan kegagalan. Sebagaimana alam memaknai wabi sabi, ketidak sempurnaan bukan sesuatu yang harus ditolak atau disangkal. Ia mesti disambut sebagai air telaga yang jernih, kesegaran embun di pagi hari, atau aroma petrichor di musim penghujan. Setiap kali engkau jatuh dan menjadi rapuh, engkau bisa merangkaikan kembali serpihan serpihan hatimu. Tak akan pernah kehilangan tujuan yang engkau perjuangkan. Sebab setiap bekas luka seperti juga keringat dan airmata, adalah permata yang lahir dari segenap jerih payahmu. Ia terlalu berharga untuk kamu sia siakan. Manik manik gemerlap yang dapat engkau rangkai menjadi perhiasan unik nan cantik yang akan selamanya jadi milikmu. Jangan pernah takut terantuk batu. Jangan sekalinya jeri dicerca burung. Jangan merasa ngeri terempas badai. Sebab saat nanti engkau sampai ke puncak, kau akan bisa melihat dunia sebagai miniatur lanskap yang permai dan elok untuk dikenang. Karena demikianlah semestinya hidup, ia adalah keindahan yang tercipta dari kekurangan dan ketidaksempurnaan diri kita.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Seperti dinding kamar yang retak dan mulai berlumut, pagar besi yang merapuh oleh noda karat dan daun daun mangga yang luruh di pekarangan rumah, demikianlah kita membaca kehidupan. Begitu banyak kata yang seringkali susah untuk ditafsir seperti "nasib", "kebahagiaan" dan "kesempurnaan". Entah mengapa, Bunda masih berasa gamang saat berjalan di atas tangga batu yang menuju ke ruang tamu di rumah barumu. Serasa mendengar dering suara alarm yang bergelayut di dalam mimpi. Menyibak kabut dan pagi juga. Bukankah kadang kadang kita merasa larut dalam kesunyian, meski riuh jalan raya bersicepat melawan waktu? Meninggalkan jejak langkah dalam segala ketergesaannya. Memaksa kita memungut semua peristiwa yang berhamburan di atas trotoar. Memaksa semua orang menitikkan air mata. Mengapa dalam momen momen serupa itu, kebersamaan dengan orang yang kita cintai justru berasa semakin berarti? Mengapa justru di tengah keramaian, kita bisa merasa begitu kesepian? Begitulah, jarum jam berputar di sepanjang perjalanan berusaha keras mengabadikan semua peristiwa. Mentautkan satu angle dengan angle yang lain, memotret semua kejadian dari mata seekor jengkerik. Menatap tak berkedip gedung gedung megah yang angkuh berdiri, serupa monster monster yang siap merengkuh apa saja; Lautan manusia berjejal keluar dari bandara, kerumunan lalat di atas tumpukan sampah di pasar, kelejat pikiran yang berlari lari mengejar matahari, kebimbangan yang tergugu di pojok terminal, harapan yang terkantuk kantuk di dalam bus kota dan seringai kerinduan akan masa depan yang belum pernah mereka lihat. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka kejar, Nak? Sementara ada ribuan etalase dan pintu pintu mall yang terbuka dan tertutup setiap kali. Serupa mulut lapar menganga yang rakus mengunyah dan menelan semua kecemasan dan kegalauan yang bersliweran di balik pendar neon papan reklame. Bagaimanakah mereka -orang orang tanpa identitas ini- bisa menafsirkan takdir, relativitas waktu, dan mungkin juga mimpi?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Hidup ini adalah perjalanan panjang. Kumpulan dari hari-hari. Di salah satu hari itu, di hari yang sangat spesial, kita dilahirkan. Kita menangis kencang saat menghirup udara pertama kali. Di salah satu hari lainnya, kita belajar tengkurap, belajar merangkak, untuk kemudian berjalan. Di salah satu hari berikutnya kita bisa mengendarai sepeda, masuk sekolah pertama kali, semua serba pertama kali. Dan kini kita penuh dengan kenangan masa kecil yang indah, seperti matahari terbit. Lantas hari-hari melesat cepat. Siang beranjak datang dan kita tumbuh menjadi dewasa, besar. Mulai menemui pahit kehidupan. Maka, di salah satu hari itu, kita tiba-tiba tergugu sedih karena kegagalan atau kehilangan. Di salah satu hari berikutnya, kita tertikam sesak, tersungkur terluka, berharap hari segera berlalu. Hari-hari buruk mulai datang. Dan kita tidak pernah tahu kapan dia akan tiba mengetuk pintu. Kemarin kita masih tertawa, untuk besok lusa tergugu menangis. Kemarin kita masih berbahagia dengan banyak hal, untuk besok lusa terjatuh, dipukul telak oleh kehidupan. Hari-hari menyakitkan. Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah. Peluklah semuanya. Peluk erat-erat. Dekap seluruh kebencian itu. Hanya itu cara agar hatimu damai. Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan masa lalu, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun?
”
”
Tere Liye (Pulang)
β€œ
Kesedihan seperti telaga yang hening di dinding ibu. Dinding yang terisak dan mengukir lagi masa kecilku. Seberapa sepinya aku saat itu? Sungguh. Aku tak mengerti, mengapa kubuat dinding itu menangis? Ia sudah seperti rumah bagiku. Tempat aku tidur dan terlelap di malam hari. Tempat aku bermain dengan kesendirianku. Lalu, mengapa aku buat ia menangis? Ada hal hal yang ingin kulupa dari waktu kecilku sendiri. Detik detik yang tidak berarti. Kemarahan yang perlahan hangus dan lalu mengabu dalam hatiku. Walau kini, ia sudah bukan lagi api. Ia sudah menjadi dingin. Tapi, mengapa luka itu masih saja ada di sana? Bukankah aku laki laki yang dibesarkan oleh dinding ibuku? Lalu, mengapa aku berpaling daripadanya? Mengapa aku kenakan topeng itu, hanya untuk melihat ia tersenyum? Aku sudah menjadi lelaki yang lain. Lelaki yang bukan kanak kanak yang ia besarkan dulu. Ada banyak topeng yang kini aku kenakan. Salah satunya adalah kesendirian, yang lain adalah amarah. Aku tahu, aku telah membuatnya bersedih. Dinding itu telah lama menjelma jadi sebatang pohon dengan kulit yang renta, mengelupas di banyak tempat. Rantingnya mulai merapuh dan daun daunnya yang gugur, berserakan di mana mana. Ia bukan lagi pohon yang dulu biasa aku panjat. Bukan, ia tidak sedang menjadi pohon yang lain. Melainkan diriku. Akulah yang kini berubah. Seperti langit biru yang mendadak kelam. Seperti mendung yang menaungi hati yang tak hentinya menangis. Apakah untuk menjadi seorang lelaki, aku harus mengorbankan perasaan perasaanku sendiri? Apakah untuk menjadi seorang lelaki aku harus meninggalkan masa kecilku hanya untuk mendengarkan suara suara orang lain; hardikan, umpatan, cemoohan dan teguran teguran yang seringkali menyakitkan hati. Aku sudah lama sekali tenggelam, mungkin sejak terakhir kali aku terlelap di bawah pohon ibu. Pohon di mana dulu jadi tempatku bernaung. Pohon itu masih ada di sana, sunyi dan sendiri. Berasa jauh tapi pun dekat. Aku terkadang ingin menyentuhnya, seperti aku menyentuh dinding ibu untuk pertama kali. Tapi aku tahu, aku sudah bukan yang dulu lagi. Dan ibu seperti rumah yang merindukan kehadiranku. Ia ingin aku pulang padanya. Tapi entahlah, apakah besok masih cukup ada waktu untukku untuk menjadi diriku sendiri?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
POHON HAYAT Demikianlah, ia melekapkan bunga pada malainya, putik pada tangkainya, daun pada rantingnya dan buah-buah berwarna kuning cerah pada setiap cabang dari dahan pohon pengetahuan itu. Sebagaimana ia melekatkan putih yang semenjana pada paras wajah perempuan yang ia ciptakan dari tulang rusukku. Sedemikian rupa, ia pulaskan secebis rona apel merah pada keluk bibirnya untuk menyenangkan hatiku. Lalu ia gabungkan kilau cahaya Sirius, Canopus dan Arcturus pada bening biji matanya agar aku dapat berkaca di kedalamannya yang hijau lumut. Dan kemudian, dibuatnya sepasang lengkung alis mata dari iring-iringan semut gajah agar menjadi taman tempat aku bermain-main. Sementara pada gerai rambutnya dibalutkannya hitam yang berombak seperti laut yang di dalamnya aku bisa bersembunyi. Tapi melampaui semua itu, dibuhulnya rimbun semerbak semak lantana tepat pada pangkal pahanya, yang padanya aku akan jatuh berahi. Dan lalu dipahatnyalah sepasang tempurung pembangkit nafsi yang kenyal mengkal, serupa tatahan sempurna ranum buah mangga pada busung dadanya. Tak lupa ditambahkannya puting anggur kirmizi pada puncak susu perempuan itu, agar nanti ia bisa menjelma sempurna menjadi ibu dari anak-anakku. Namun aku sengaja tak memberinya nama, sampai semua yang lain selesai aku beri sebutan. Pada yang hijau aku beri nama hujan. Pada yang biru aku beri nama langit. Pada yang kelam aku beri nama malam. Pada yang terang aku beri nama siang. Demikian pun pada mereka yang mengeriap. Pada mereka yang berjalan dengan empat kaki. Pada mereka yang melata dengan perutnya. Pada mereka yang terbang di langit. Pada mereka yang berenang di dalam air serta pada segala yang berkilauan di angkasa raya. Bahkan pada semua jenis kerikil dan batu-batu, aku menyematkan nama mereka satu persatu. Begitulah, segala sesuatu memperoleh nama dan sebutannya masing-masing. Supaya kepada setiap nama itu aku dapat memanggil dan di dalam nama itu mereka dapat dikenal. Akan tetapi, khusus bagi perempuan itu (sebab ia adalah satu-satunya yang tercipta dari tulang rusukku) maka aku hendak memberinya nama yang teristimewa. Sebuah nama yang paling indah dari semua nama yang telah aku berikan. Akan tetapi, aku tak kunjung menemukan nama yang sesuai bagi dirinya. Sampai kemudian, tepat di mana bertemu empat buah sungai, kulihat ia sedang memintal air matanya hanya sepuluh langkah dari pohon pengetahuan itu. Aku mendapati perempuan itu tengah duduk bersimpuh mengaduk-aduk tanah dan membuat adonan lempung dengan air matanya. "Apa yang sedang engkau perbuat, wahai Perempuan?" Tanyaku pada dirinya. "Aku sedang membuat ramuan cinta, untuk membuhul ikatan abadi di antara kita berdua..." demikian ia menjawab pertanyaanku. Dan pada saat itulah aku mendapatkan sebuah nama yang tepat untuk dirinya. Eva, itulah nama yang kemudian aku berikan padanya. Sebab ia adalah ibu dari semua kehendak alam dalam diriku. Aku persembahkan baginya nama yang paling indah, tepat di muara pertemuan empat buah sungai; Gihon, Pison, Eufrat dan Tigris. Jadilah ia lelai akar untuk menyempurnakan suratan tangan kami. Ia adalah telur kesunyian di mana aku akan menyemai seribu benih. Semenjak pertama kali aku menatap wajahnya saat aku terjaga dari tidur yang panjang dan mendapati dirinya berbaring telanjang di sebelahku. Aku tahu, ia telah ditakdirkan untuk menjadi pohon kehidupan. Ibu dari semua ibu yang akan melahirkan anak cucu keturunanku.
”
”
Titon Rahmawan