Jejak Langkah Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Jejak Langkah. Here they are! All 26 of them:

β€œ
Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Apakah sebangsamu akan kau biarkan terbungkuk-bungkuk dalam ketidaktahuannya? Siapa bakal memulai kalau bukan kau?
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Dan doa-doa itu, apa artinya dia kalau bukan gerakan dari minus ke plus? Tahu kau apa artinya doa? Permohonan pada Tuhan, gerakan dari yang paling minus pada yang paling plus.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
..dan modern adalah juga kesunyian manusia yatim-piatu dikutuk untuk membebaskan diri dari segala ikatan yang tidak diperlukan: adat, darah, bahkan juga bumi, kalau perlu juga sesamanya.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Di balik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Di balik hidup adalah maut. Di balik persatuan adalah perpecahan. Di balik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengahβ€”jalan ke arah kelestarian.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Semua yang baik datang berduyun-duyun. Hanya karena aku sudah memulai. Yang lain-lain akan datang dengan sendirinya. Semua membutuhkan permulaan. Permulaan sudah ditempuh.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Berbahagialah mereka yang bodoh, karena mereka kurang menderita. Berbahagialah juga kanak-kanak yang belum membutuhkan pengetahuan untuk dapat mengerti.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Berbahagialah dia yang tak tahu sesuatu. Pengetahuan, perbandingan, membuat orang tahu tempatnya sendiri, dan tempat orang lain,gelisah dalam alam perbandingan.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Mereka bertengkar ramai dalam bahasa yang bagiku sama asingnya dengan bahasa nasib manusia.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Siapa yang dapat ramalkan bagaimana jadinya bayi? Jadi nabi atau bajingan, atau jadi sekedar tambahan isi dunia.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Seperti dinding kamar yang retak dan mulai berlumut, pagar besi yang merapuh oleh noda karat dan daun daun mangga yang luruh di pekarangan rumah, demikianlah kita membaca kehidupan. Begitu banyak kata yang seringkali susah untuk ditafsir seperti "nasib", "kebahagiaan" dan "kesempurnaan". Entah mengapa, Bunda masih berasa gamang saat berjalan di atas tangga batu yang menuju ke ruang tamu di rumah barumu. Serasa mendengar dering suara alarm yang bergelayut di dalam mimpi. Menyibak kabut dan pagi juga. Bukankah kadang kadang kita merasa larut dalam kesunyian, meski riuh jalan raya bersicepat melawan waktu? Meninggalkan jejak langkah dalam segala ketergesaannya. Memaksa kita memungut semua peristiwa yang berhamburan di atas trotoar. Memaksa semua orang menitikkan air mata. Mengapa dalam momen momen serupa itu, kebersamaan dengan orang yang kita cintai justru berasa semakin berarti? Mengapa justru di tengah keramaian, kita bisa merasa begitu kesepian? Begitulah, jarum jam berputar di sepanjang perjalanan berusaha keras mengabadikan semua peristiwa. Mentautkan satu angle dengan angle yang lain, memotret semua kejadian dari mata seekor jengkerik. Menatap tak berkedip gedung gedung megah yang angkuh berdiri, serupa monster monster yang siap merengkuh apa saja; Lautan manusia berjejal keluar dari bandara, kerumunan lalat di atas tumpukan sampah di pasar, kelejat pikiran yang berlari lari mengejar matahari, kebimbangan yang tergugu di pojok terminal, harapan yang terkantuk kantuk di dalam bus kota dan seringai kerinduan akan masa depan yang belum pernah mereka lihat. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka kejar, Nak? Sementara ada ribuan etalase dan pintu pintu mall yang terbuka dan tertutup setiap kali. Serupa mulut lapar menganga yang rakus mengunyah dan menelan semua kecemasan dan kegalauan yang bersliweran di balik pendar neon papan reklame. Bagaimanakah mereka -orang orang tanpa identitas ini- bisa menafsirkan takdir, relativitas waktu, dan mungkin juga mimpi?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Apa yang mungkin engkau yakini sebagai sebuah hukuman, Kay? Bukankah langkah, semestinya tidak meninggalkan jejak yang di kemudian hari ingin engkau ingkari. Kenangan adalah getah yang menitik dari luka sebatang pohon. Sedang ingatan yang terkubur di halaman, adalah tulang tulang yang digali oleh anjing anjing pencuri di malam hari. Siapa yang akan datang untuk mencintaimu dengan wajah yang carut marut serupa itu? Karena tangkapan layar itu tak akan pernah menyatakan kebohongan yang lain selain dari apa yang sengaja engkau niatkan sejak semula, Kay. Apapun yang coba kau sembunyikan dibalik topeng _masquerade_ berenda renda itu selamanya tak akan pernah pergi. Kau tak mungkin jadi bunglon yang cukup pintar menyamarkan ketelanjanganmu sendiri. Sebagaimana waktu telanjur menyerap seluruh kehadiranmu di detik ini, di hari hari yang lampau atau di tahun tahun yang akan datang. Engkau tak akan pernah bisa berpaling darinya. Bagaimana kau bisa merasa yakin pada dirimu sendiri, Kay? Bahwa semua jejak yang engkau tinggalkan itu bukanlah sebuah petilasan kebodohan dan artefak kebohongan? Seperti buah terlarang yang dipetik Eva dari tengah taman Eden yang hilang itu. Ia telah menjelma menjadi labirin di dalam diri setiap anak keturunannya. Ia telah menjelma jadi Pandora, dan kotak laknat yang kemudian mengutuknya menjadi seorang wanita yang kesepian seumur hidup.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kata kunci untuk pekerjaan jurnalistik adalah aktualitas.
”
”
St. Sularto (Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama)
β€œ
Bagiku sama saja di mana saja. Di mana ada sahabat, di situlah negeriku. Tanpa sahabat, semua ini takkan tertanggungkan. Di negeri sendiri pun bila tanpa sahabat...
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Menyedihkan sekiranya di antara parasiswa sebagai terpelajar puncak Pribumi, merasa tak ada sesuatu yang patut dibela pada Pribumi sebangsa sendiri.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Belajar adalah membaca, utamanya novel dan komik.
”
”
Udo Z. Karzi (Teknokra, Jejak Langkah Pers Mahasiswa)
β€œ
Tugas dokter Pribumi bukan saja menyembuhkan tubuh terluka dan menanggung sakit, juga jiwanya, juga hari depannya. Siapa akan melakukannya kalau bukan para terpelajar? Dan bukankah satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung, mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada kegelapan dan memberi mata yang buta.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Seperti kau tahu Nak, langit akan menjatuhkan banyak sekali kejadian dan peristiwa, sebagian untuk diingat dan sebagian lagi untuk dilupakan. Ada yang baik dan ada pula yang tak baik. Ada yang menyenangkan ada pula yang tidak menyenangkan. Bisa jadi, mereka akan menyapamu dengan tawa dan kegembiraan. Persis seperti setumpukan lego yang engkau mainkan waktu engkau masih kecil dulu. Setiap sentuhanmu akan mengubah potongan kardus dan balok balok kecil itu menjadi istana, menjadi benteng, menjadi menara, menjadi masjid dan juga gereja. Bukankah tidak ada kegembiraan yang melebihi kegembiraan serupa itu, Nak? Tapi tak setiap sentuhan akan menghasilkan keajaiban keajaiban kecil serupa itu. Ada berapa banyak jejak yang sudah lama kau tinggalkan di halaman rumah? Berbulan bulan Bunda mesti menunggu langkah pertamamu. Ada kecemasan dan kekhawatiran saat mengusap dahimu yang berkeringat. Seperti doa yang belum didengar Tuhan meski Bunda tahu, Ia hanya ingin Bunda belajar bersabar. Mirip dengan sebuah kisah dari Rusia tentang seorang pria yang terpenjara, seorang penunggang nasib celaka yang menunggu waktu kapan ia hendak dibebaskan. Mungkin kesabaran memang harus diuji dengan cara serupa itu, meski sebenarnya ia tidak bersalah. Keajaiban tidak selalu terjadi dalam waktu satu atau dua hari, tapi mungkin butuh waktu bertahun tahun lamanya. Jadi demikianlah Nak, Ia sungguh Maha Tahu tapi Ia sengaja menunggu waktu yang tepat. Banyak orang akan berlalu lalang di hadapanmu, membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesibukan. Lupa, bahwa ada yang lebih berharga dari kesibukan itu sendiri. Kamu mungkin akan demikian juga. Bergegas setiap pagi menjemput waktu. Berkeras memaknai kata kerja. Tak punya waktu lagi untuk kesibukan lain seperti mencuci, memasakΒ  mie instan atau sekedar minum teh. Tak terbayangkan betapa sibuknya Tuhan saat ini, Ia mesti melihat, mendengar dan melakukan apa saja. Namun bukankah Ia masih menyempatkan diri untuk mencintai dan melakukan hal hal yang sederhana. Seperti bermain dengan burung burung di taman, atau menemani rumput rumput yang tidur rebahan di pinggir sungai. Ia masih suka mendengar orang menyanyikan lagu pujian di gereja atau menyimak santri santri yang sedang mengaji di musala. Ia tetap membiarkan dirinya sibuk, tapi tak pernah melupakan kegembiraan. Ia selalu menambahkan makna baru pada kata sifat dan juga kata kerja. Rutinitas mungkin hanya sebuah kebiasaan, ia menjebak kita dengan sebuah pola yang sama. Jadilah seperti apa yang engkau mau, tapi jangan pernah lupa untuk membuat dirimu sendiri bahagia.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah)
β€œ
Karena aku tak pernah punya keberanian untuk menyapa dirimu. Gugup menakar diri, cuma bisa menatap sosokmu dari kejauhan. Atau menguntit setiap langkah yang membuat bayang-bayangmu justru kian menjauh. Daun daun berguguran dari tubuhmu, meninggalkan jejak wewangian yang tak mau pergi. Sementara aku cuma bisa mengumpulkan serpihan pikiran dan perasaan yang hancur berantakan. Lalu dengan susah payah menjadikannya sketsa wajah Grafiti yang aku terakan di bak belakang mobil truk, di kolong-kolong jembatan, di dinding-dinding pencakar langit, di antara kerlip bintang-bintang di tengah deras guyuran hujan atau di mana saja, hanya untuk menebalkan kerinduanku padamu. Sudah bertahun lamanya aku mencoba bertahan pada perasaan keterasingan ini. Tak pernah tahu; apakah kau juga merasakan hal yang sama? Diam-diam merasa rindu. Diam-diam memendam harapan. Bersikeras mencari jawaban pada diri sendiri; Apakah rindu ini hanyalah hasrat kepalsuan belaka? Apakah harapan ini adalah asa kekosongan belaka? Susah sungguh ternyata, hanya untuk menyatakan perasaan kepada seseorang yang diam-diam kita cintai. Namun entah mengapa, tetap saja tak mampu kita lupakan.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Seperti halaman pembuka buku yang berulang kali kita baca, apakah bagimu hidup sungguh-sungguh berasa hampa? Seperti langkah yang tak memiliki jejak kaki, seberapa centang-perenang dunia yang kita tinggali? Meskipun ada banyak hal yang jauh lebih penting dari tragedi Yunani. Sudah beberapa waktu orang tak lagi mengenal Dionisos. Kita tak selalu larut dalam pesta anggur kegilaan, ritual pemujaan jiwa atau tenggelam dalam percakapan filosofis antara hidup dan mati. Persahabatan kita adalah timbunan lumpur sepanjang pematang sawah, yuyu gembur yang merayap di selokan, merah hitam biji saga, permainan bola di tengah derasnya hujan atau aliran sungai keruh tempat di mana kita berenang sambil bersenang-senang. Namun setelah persimpangan jalan itu, kita tak lagi melihat dunia dari mata Hamlet atau Macbeth. Nyatanya, itu adalah suratan nasib yang menyatukan dan sekaligus memisahkan jarak di antara kita berdua. Kita telah mengarungi perjalanan waktu dalam sebuah rangkaian cerita dan sekumpulan nama-nama; Dari Agatha Cristhie hingga O. Henry, dari Shakespeare hingga Hemingway, dari Tolstoy hingga Dostoevsky, dari Kawabata hingga Murakami, dari Sartre hingga Derrida. Waktu meluber dalam kemabukan kata-kata. Engkau yang tak henti membuatku merenung, sementara aku cuma bisa memaksamu tertawa. Begitulah kita lewatkan hari-hari demi membunuh sepi. Sampai kemudian, seperti sepasang kekasih - ajal memisahkan. Kalaupun sungguh, hidup adalah sebuah tragedi. Aku tak tahu mengapa engkau mesti mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini? Kelabu asap knalpot itu berasa menyesakkan dada. Cekikan tangan kematian yang akan terus menghantui pikiranku bertahun-tahun lamanya. Kepastian takdir yang mempertemukan. Takdir pula yang menceraikan. Adakah engkau lebih mencintai maut daripada kehidupan? Adakah engkau telah menemukan kebahagiaan yang engkau cari?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Cinta di Pagi Hari Pagi tiba dan kita melipat selimut sebagai kenangan pada malam yang telah menaungi kita dengan hening dan kelembutan kasih sayang. Basah embun bergulir di atas dedaunan mengajak kita kembali memulai hari dengan sepiring ubi dan secangkir kopi. Terpikirkah olehmu bila embun adalah bukti cinta pertama malam kepada pagi? Saat matahari merekah kita menemu lagi jejak-jejak langkah yang baru dari pikiran dan perasaan. Bukan untuk menyimpan sisa gundah atau perih yang tertahan semalaman, melainkan kebahagiaan yang hanya mungkin kita mulai dengan lebih mencintai diri sendiri.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Langkah Tentukan langkahmu dengan benar dan berusahalah agar pada jejak-jejakmu orang ingin mengikuti dan belajar darimu Kadang orang tidak peduli siapa kamu tetapi apa yang pernah kamu buat.
”
”
Lee Risar