Jejak Langkah Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Jejak Langkah. Here they are! All 21 of them:

β€œ
Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal?
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Apakah sebangsamu akan kau biarkan terbungkuk-bungkuk dalam ketidaktahuannya? Siapa bakal memulai kalau bukan kau?
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Dan doa-doa itu, apa artinya dia kalau bukan gerakan dari minus ke plus? Tahu kau apa artinya doa? Permohonan pada Tuhan, gerakan dari yang paling minus pada yang paling plus.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
..dan modern adalah juga kesunyian manusia yatim-piatu dikutuk untuk membebaskan diri dari segala ikatan yang tidak diperlukan: adat, darah, bahkan juga bumi, kalau perlu juga sesamanya.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Di balik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Di balik hidup adalah maut. Di balik persatuan adalah perpecahan. Di balik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengahβ€”jalan ke arah kelestarian.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Semua yang baik datang berduyun-duyun. Hanya karena aku sudah memulai. Yang lain-lain akan datang dengan sendirinya. Semua membutuhkan permulaan. Permulaan sudah ditempuh.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Berbahagialah mereka yang bodoh, karena mereka kurang menderita. Berbahagialah juga kanak-kanak yang belum membutuhkan pengetahuan untuk dapat mengerti.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Berbahagialah dia yang tak tahu sesuatu. Pengetahuan, perbandingan, membuat orang tahu tempatnya sendiri, dan tempat orang lain,gelisah dalam alam perbandingan.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Mereka bertengkar ramai dalam bahasa yang bagiku sama asingnya dengan bahasa nasib manusia.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Siapa yang dapat ramalkan bagaimana jadinya bayi? Jadi nabi atau bajingan, atau jadi sekedar tambahan isi dunia.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Seperti dinding kamar yang retak dan mulai berlumut, pagar besi yang merapuh oleh noda karat dan daun daun mangga yang luruh di pekarangan rumah, demikianlah kita membaca kehidupan. Begitu banyak kata yang seringkali susah untuk ditafsir seperti "nasib", "kebahagiaan" dan "kesempurnaan". Entah mengapa, Bunda masih berasa gamang saat berjalan di atas tangga batu yang menuju ke ruang tamu di rumah barumu. Serasa mendengar dering suara alarm yang bergelayut di dalam mimpi. Menyibak kabut dan pagi juga. Bukankah kadang kadang kita merasa larut dalam kesunyian, meski riuh jalan raya bersicepat melawan waktu? Meninggalkan jejak langkah dalam segala ketergesaannya. Memaksa kita memungut semua peristiwa yang berhamburan di atas trotoar. Memaksa semua orang menitikkan air mata. Mengapa dalam momen momen serupa itu, kebersamaan dengan orang yang kita cintai justru berasa semakin berarti? Mengapa justru di tengah keramaian, kita bisa merasa begitu kesepian? Begitulah, jarum jam berputar di sepanjang perjalanan berusaha keras mengabadikan semua peristiwa. Mentautkan satu angle dengan angle yang lain, memotret semua kejadian dari mata seekor jengkerik. Menatap tak berkedip gedung gedung megah yang angkuh berdiri, serupa monster monster yang siap merengkuh apa saja; Lautan manusia berjejal keluar dari bandara, kerumunan lalat di atas tumpukan sampah di pasar, kelejat pikiran yang berlari lari mengejar matahari, kebimbangan yang tergugu di pojok terminal, harapan yang terkantuk kantuk di dalam bus kota dan seringai kerinduan akan masa depan yang belum pernah mereka lihat. Apa yang mereka cari? Apa yang mereka kejar, Nak? Sementara ada ribuan etalase dan pintu pintu mall yang terbuka dan tertutup setiap kali. Serupa mulut lapar menganga yang rakus mengunyah dan menelan semua kecemasan dan kegalauan yang bersliweran di balik pendar neon papan reklame. Bagaimanakah mereka -orang orang tanpa identitas ini- bisa menafsirkan takdir, relativitas waktu, dan mungkin juga mimpi?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Kata kunci untuk pekerjaan jurnalistik adalah aktualitas.
”
”
St. Sularto (Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama)
β€œ
Bagiku sama saja di mana saja. Di mana ada sahabat, di situlah negeriku. Tanpa sahabat, semua ini takkan tertanggungkan. Di negeri sendiri pun bila tanpa sahabat...
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Menyedihkan sekiranya di antara parasiswa sebagai terpelajar puncak Pribumi, merasa tak ada sesuatu yang patut dibela pada Pribumi sebangsa sendiri.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Belajar adalah membaca, utamanya novel dan komik.
”
”
Udo Z. Karzi (Teknokra, Jejak Langkah Pers Mahasiswa)
β€œ
Tugas dokter Pribumi bukan saja menyembuhkan tubuh terluka dan menanggung sakit, juga jiwanya, juga hari depannya. Siapa akan melakukannya kalau bukan para terpelajar? Dan bukankah satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung, mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada kegelapan dan memberi mata yang buta.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Jejak Langkah (Tetralogi Buru, #3))
β€œ
Langkah Tentukan langkahmu dengan benar dan berusahalah agar pada jejak-jejakmu orang ingin mengikuti dan belajar darimu Kadang orang tidak peduli siapa kamu tetapi apa yang pernah kamu buat.
”
”
Lee Risar