Iwan Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Iwan. Here they are! All 100 of them:

Menulis kembali kenangan masa lalu butuh sebuah keberanian.
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Impian harus menyala dengan apa pun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Decline is also a form of voluptuousness, just like growth. Autumn is just as sensual as springtime. There is as much greatness in dying as in procreation.
Yvan Goll
I used to have lovely dinners with a man named Iwan, who told me that you could find romance in a piece of chocolate and love in a lemon pie.
Ashley Poston (The Seven Year Slip)
Hidup adalah perjalanan untuk membangun rumah untuk hati. Mencari penutup lubang-lubang kekecewaan, penderitaan, ketidakpastian, dan keraguan. Akan penuh dengan perjuangan. Dan itu yang akan membuat sebuah rumah indah.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Kenangan itu, betapapun pahitnya, selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di hati kita. Dan, biarlah memori beristirahat disana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Mencintai tidak bisa menunggu.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Impian haruslah menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
What's a slut?" I ask him. "A girl who puts out too easily." "Puts out what?" I imagine Greer putting out dinner and don't understand what Iwan wouldn't like about that. "Puts out, you know..." His face, already beet red from our run, turns a darker scarlet. "Sex." I wonder where Greer puts the sex out.
Rachel Cohn (Beta (Annex, #1))
Rasa cinta itu kadang semakin jernih ketika kita harus terpisah. Rasa cinta itu bisa tumbuh subur di tempat yang asing dan jauh. Rasa cinta itu tumbuh lewat jalan yang berliku, lewat kegelapan dan air mata. Rasa cinta yang seperti itu sejatinya akan menjadikan kita kuat.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Kadang perpisahan bisa membuat mata kita menjadi segar lewat air mata, hati menjadi peka lewat gelombang besar yang menerpa, dan menumbuhkan cinta yang lebih besar lewat orang-orang yang menyentuh hidup kita. Hidup semakin luas.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Kehilangan itu bisa datang tiba-tiba. Kapan saja. Kehilangan itu, menggetarkan hidup.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Tak ada janji yang terungkap dari mulut mereka. Tapi hati mereka telah berikrar untuk mencintai satu sama lain, dengan sederhana. Mereka tidak saling memberikan harapan tapi mereka akan memperkuat satu sama lain.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Menulis pun kadang bisa menusuk ulu hati seperti sekarang ini. Membuat detik-detik waktu yang berjalan di masa lalu berdetak lebih kencang. Lonceng waktu seakan berdentang kembali, membangunkan kesadaran dengan keras.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Kebahagiaan akan terasa lebih manis, lewat sebuah perjuangan yang sepenuh hati.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Pero kung meron talagang may himala, gusto kong muling makita’t makausap si Jen. At kapag nangyari ‘yun, hindi ko na palalampasin ang pagkakataon na sabihin sa kanya ang lahat ng gusto kong sabihin. Huhubarin ko na ang kahihiyan ko. Itatapon ang pag-aastig-astigan. Hindi na baleng iwan nya sa huli kapag nalaman nyang mahal ko sya, na nababaliw na ako sa kanya, na gusto kong maging officially kami na. Kung sakaling magbago sya ng isip, na hindi nya na iiwan ang lahat ng nagmamahal o nababaliw sa kanya, kung sakaling hindi na rin sya nag-astig-astigan o nagmanhid-manhidan, isusumpa ko sa ngalan ng mga lamang lupang hindi matahimik sa pagmumura ko sa gabi at mamatay man ang lasenggero naming kapitbahay… Pukang ama… Hindi ko na sya pakakawalan.
Eros S. Atalia (Ligo Na U, Lapit Na Me)
Nah... Kamu mau gak hidup susah sama aku. Kita, hidup berdua...," lanjutnya terbata-bata.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ah, kematian memang misteri. Bisa datang di mana saja, kapan saja. Jika bisa memaknai setiap napas hidup, kematian hanyalah sebuah lonceng untuk waktu yang telah tiada.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Melahirkan itu seperti berdiri di ambang batas kehidupan dan kematian.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Bau bayi itu menyembuhkan, kata Ibuk.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
I want to make her a happy mother, a very happy mother. I want to do something for my family. I love them so much.
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Tak ada foto tapi kenangan itu melekat erat.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Dari kejauhan, aku menemukan diriku. Aku menemukan sedikit makna perjuangan hidup yang pernah kutakuti. Di luar sana, aku mencoba menembus batas ketakutan.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Belahan jiwa, belahan hidup. Belahan jiwa yang saling menghidupkan. Belahan jiwa yang saling merawat.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis untuk menggali hati nurani.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Cintanya melahirkan tekad untuk kehidupan yang lebih baik, untuk anak-anaknya. Agar anak-anaknya tidak melalui jalan hidup yang sama dengan jalan hidup yang telah ia lalui dahulu.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ibuku, hatinya putih. Ia adalah puisi hidupku. Begitu indah. Ia adalah tetesan airmataku.
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Aku menyimpan beberapa rahasia besar dan hanya pada malam yang sepi dan panjang, aku bisa membebaskan mereka.
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Selesai sudah kubungkus kenangan itu. Tak semua memang karena ingatan ini kadang keruh dan tak bisa tajam membelah-belah masa lalu yang panjang.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Aku ingin menulis ini untuk Ibuk, Bapak, dan perjuangan mereka yang kokoh. Tangan kuat mereka telah membawa anak-anaknya ke tempat yang lebih indah.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Lewat tulisan ini juga, aku ingin kembali berkaca. Sudah jernihkah cintaku untuk orang-orang yang telah menguatkan perjalanan hidup ini?
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Peristiwa itu mengingatkan kembali bahwa maut itu bisa datang kapan saja, di mana saja. Bisa jadi ketika jauh dari orang-orang yang kita cintai. Tanpa berpamitan dulu.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Hidup memang menantang. Hidup kadang melempar, kadang menampar. Tapi hidup terlalu megah untuk diakhiri oleh diri sendiri. Bukankah keindahan hidup seringkali ditemukan dalam pilu?
Iwan Setyawan
Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat! Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki," hibur Ibuk.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Cintanya, terbisikkan lewat nasi goreng terasi. Lewat tatapan mata yang syahdu. Lewat daster batik usangnya. Ah, begitu perkasa. Lima buah hati di tangan satu perempuan yang penuh cinta dan ketulusan.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
The smile is civilization’s finest adornment. It signifies the willpower and duty to fashion mankind’s coexistence as quietly and agreeably as possible so that it will always appear friendly. For it is all a matter of appearance. The smile is culture’s diploma: it is the diplomat’s badge.
Yvan Goll
Dalam Genggamanmu, Ibuk Buku baru. Sepatu baru. Sekolah baru Untuk anak-anakmu Agar mereka merekah Kau bangun jembatan agar mereka tak melalui kali yang keruh Kau gendong jiwa mereka agar selalu hangat Kau nyalakan lentera hati mereka... Malam minggu kemarin. Kau tak hanya berjanji. Kau berikan napasmu Kau genggam anak-anakmu. Kau genggam erat. Di tanganmu yang halus, kau pastikan Mereka tidak terjatuh...
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Cinta membutuhkan sebuah keberanian untuk membuka pintu hati.
Iwan Setyawan
I can imagine if there's nothing in my pocket, but i can't imagine if there's no knowledge in my mind and religion in my heart. They are my other suns in my life.
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Ibuk melalui hidup sebagai perjuangan. Tidak melihatnya sebagai penderitaan.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Tak terucap terima kasih tapi wajahnya penuh syukur.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Hidup Bapak penuh dengan gelombang besar. Tidak mudah, tapi Bapak selalu memikul tanggung jawab dengan berani.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ku minum kopi karena ada yang kunanti.
Iwan Esjepe
Kaulah kolam kopi yang membuatku tak bisa terpejam, memikirkanmu sepanjang malam
Iwan Esjepe
Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-opo. Aku mek iso masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku ae sing gak sekolah...," kata Ibuk.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ketika Ibuk menikah, ia dan Bapak hanya berbekal keberanian untuk menjalani hidup bersama. Mereka tidak memiliki perencanaan bagaimana membesarkan anak, di mana mereka akan tidur kelak, apalagi tentang gizi atau pendidikan. Sama sekali tidak terbersit di benak mereka.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ah, sampai di sini, mungkin kau akan bertanya siapa diriku. Tapi apa perlunya kau tahu? Aku hanya bagian kecil dari cerita ini. Aku hanya seseorang yang berusaha mencatat sedikit kenangan agar tak hilang begitu saja ditelan zaman. Jika suatu peristiwa telah pergi, kau tahu, ia tak akan hilang begitu saja. Jika dulu ada tawa, gaungnya masih bisa masih bisa kau dengar di sana. Jika dulu ada air mata, kau masih bisa membasuhnya dengan tanganmu di sana, sekarang. Jika aku mati, kenangan itu akan hidup.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
.... Makanya semoga ada rejeki ya. Jadi kita bisa makan empat sehat lima sempurna tiap hari," tutur Ibuk.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan yang sederhana tapi perkasa. Seorang perempuan yang mungkin melahirkan anak tanpa rencana, namun yakin bahwa setiap anak datang membawa berkah.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Aku menulis untuk orang-orang yang telah menyentuh hatiku, kehangatan keluarga yang telah menghangatkan hidupku, serta alam sekitar yang menyegarkan perjalanan ini. Tulisanku mencoba menangkap kenangan agar mereka tidak menguap begitu saja. Aku menulis sebelum kenangan jatuh dari ingatan. Aku menulis untuk menangkap kenangan yang mungkin tak akan mampu tersimpan dalam memoriku. Sebelum diriku usang dan menghilang.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Simbol, huruf dan angka adalah alat, sedangkan gagasan adalah roh sebuah tulisan.
I. Made Iwan Darmawan
Cinta sering seperti hanya sebuah mimpi, mudah dilupakan bila tak lagi bertemu muka
I. Made Iwan Darmawan
Rumah begitu sedih tanpa senyum Ibuk.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Sing sabar sik. Sing sabar," kata Ibuk menghibur Bapak.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Dunia ini akan menjadi semakin rumit tapi kebersamaan seperti itu, cinta yang hangat seperti itu, akan membuat semuanya sederhana.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ia selalu menantang dirinya. Harus terus berlari, tidak boleh berhenti! Ia memang suka menantang dirinya.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Malam makin tua, kegembiraanlah yang menjagamu tetap merasa muda.
Iwan Esjepe
May mga bagay na gusto natin pero hindi naman para sa 'tin kaya kailangan na lang nating tanggapin... tanggapin na kailangan na natin silang iwan at tanggapin kung ano'ng bagong darating.
Felipe Nas (The 100th Guy Who Passed By Her)
Mereka sudah di tangannya dan Ibuk memberikan apa pun yang ia miliki untuk mereka. Dengan hatinya. Mereka sudah ada dalam genggamannya dan Ibuk tak akan membiarkan mereka terjatuh. Begitu tekadnya.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Lying is not a sin, since there has never been a law-maker or philosopher who could determine what truth is. I lie for the fun of it. I lie for the fear of the gravity of life. I lie out of boredom. How can anyone who has more fantasy than the Catholic evening paper get by without lying?
Yvan Goll
Aku melintasi kehidupan dan kala. Aku berlayar menembus senja. Kuberanikan diri menulis untuk mengabadikan momen hidup dalam lembaran kertas. Sekali lagi, dengan segala kemampuan yang aku punya. Kau lihat, betapa sederhana tulisanku. Sekali lagi, aku hanya ingin mengabadikan sebuah momen hidup dalam lembaran kertas ini. Sebagai suatu museum kehidupan.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Aku Ingin Lebih Mengenal Dunia Lewat Kata Kata.
I. Made Iwan Darmawan
Sudah jernihkah cintaku untuk orang-orang yang telah menguatkan perjalanan hidup ini?
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Maukah Kau Hidup Susah Denganku
Iwan Setyawan
Sing sabar ae. Rejeki nggak datang hari ini tapi insya Allah akan datang besok," kata Ibuk sambil mengunci lemari makan di dapur.
Iwan Setyawan
Aku ingin memberikan hatiku.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Buk, jangan nangis lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji akan membahagiakan Ibuk. Bayek janji, ikrar Bayek dalam hati.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Dari hutan bambu itu, hidup Bayek tak akan sama lagi. Janji untuk Ibuk. Janji untuk Bapak. Janji untuk saudara-saudaranya terpatri dalam hidupnya. Janji untuk keluarga.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Semenjak Bayek melihat air mata Ibuk, ia mulai mengenal perjuangan hidup.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Cinta tidak menunggu.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
everything stops where does all the worry go, the past remains the past and there'a no more concern for the future
Iwan Setyawan (9 Summers 10 Autumns)
Doing nothing is the hardest torture that a person can put himself through. For he is always brought face to face with his own self, which demands that he gives account for the sun which he uselessly squanders, for the springs of energy in his organism, the gold of wisdom in the mines of his brains. The masses work, slog, forget. They drink the alcohol of their sweat. Work is a flight from responsibility and God. Since the mystic beliefs have been banned from Europe, pillars of glory have been erected to rationality in order to put something in place of the cross: the French Revolution named its goddess reason, the Russians named their Moloch work. But the machine called Europe is running idle: it fills stomachs with fake bread, builds artificial houses with iron paper, the products are bad, the pay meager, and at the end of the six holy work days is the unholy Sunday which one sleeps through out of fear of the great boredom which is infecting Europe. Sunday, the day of idleness, is nowadays a punishment for Christianity, the cities collapse into soulless ruins, nature is just a backdrop for dusty sports. Doing nothing out of principle, my dear, is nowadays the most violent form of revolt.
Yvan Goll
Agar hidupmu tidak sengsara sepertiku, Nak. Aku tidak lulus SD. Tidak bisa apa-apa. Hanya bisa memasak saja. Jangan sepertiku ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk katakan di hadapan anak-anaknya.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Sampai di sini, air mataku mengalir. Tak hanya mengalir, aku bahkan menghujan. Kenangan mereka berembus kencang menghantam pagi menjelang siang di kamarku. Sendiri. Kumatikan televisi yang dari tadi memang tak kulihat. Hujan mengempas kota kecil ini. Membuat pagi semakin melankolis. Angin berembus, menyibak korden putih yang tipis. Aku tak kuasa lagi meneruskan tulisanku.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Sajak Musim Gugur Malam-malam berguguran... Kenangan berguguran... Hanya sajak ini yang tumbuh Kau selalu berdiri, ketika matahari mengoyak langit Ketika panas, mengoyak-ngoyak hidup! Kau pernah ajak aku berjalan Melalui pagi dan senja, berbasah hujan Melalui kali. Luka dan suka mengalir di sana Tanpa jeda Bertahan! Kau harus bertahan... Jangan gugur sebelum musim dingin tiba Ini kuberikan napasku!
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Menulis Dahulu Membaca Kemudian.
I. Made Iwan Darmawan (Ayu Manda)
Perjuangan hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya.
Iwan Setyawan
Dunia ini akan menjadi rumit tapi kebersamaan seperti itu, cinta yang hangat seperti itu, akan membuat semuanya sederhana.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ah, Ibuk! Kau adalah hijau pepohonan yang menutupi kegersangan. Napas buat kehidupan.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Dunia ini memang semakin rumit. Semakin maju, tapi juga semakin banyak kegelapan. Semakin kotor. Semakin susah menemukan cinta yang tulus. Apalagi menjaga kebersihan hati.
Iwan Setyawan
Itulah hidup, Yek, memang mesti dijalani dengan kuat, tabah. Dengan perjuangan. Rasa enak itu baru terasa setelah kita melalui perjuangan itu," kata Ibuk sebelum kembali ke dapur.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Belahan jiwa yang semakin bening dalam mencintai satu sama lain. Belahan jiwa yang saling melindungi. Belahan jiwa yang hidup untuk hidup belahan jiwa yang lain.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Nah, temani aku ya? Temani aku, meskipun aku tinggal tulang dan kulit saja," bisik Bapak.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Membaca tulisan Butet saya merasa menjadi Orang Rimba. Sungguh, saya merasa tercerahkan. Selamat atas tulisan ini. Semoga Orang Rimba dan lingkungannya menjadi lebih baik lagi. Amin.
Iwan Fals (Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
Evan stares at me. I try to hug him. He takes a step back. I pause, my heart in my throat. I’ve got to reach out to him, let myself be vulnerable. I find the courage, but he backs up again. “You can’t go to Iraq anymore.” “I know.” He looks up at Deanna, then back to me. “Did you fight bad guys? You told me you weren’t.” His voice is suspicious, full of accusation. He doesn’t trust me, and I don’t blame him for that. “No, Evan. I didn’t fight bad guys.” I can’t bring myself to tell him the complete truth. I want so desperately to go back into this fight. I miss it every day. I always felt I could change the world with a rifle in my hands and our flag on my shoulder. “Did you get shot?” he looks me over, apparently searching for bullet wounds. I grin a little. “No, Bud, I didn’t get shot.” “People get shot in Iraq.” “Yes, they do.” It strikes me then that Evan for the first time has a grasp on the dangers that are faced over there. He’s six now, and the world is coming into focus for him. “People get shot, Daddy. They die. Bad guys kill them.” I think of Edward Iwan and Sean Sims. “Yeah, I know they do, Evan.
David Bellavia (House to House: An Epic Memoir of War)
Ibuk dan Bapak hampir tak pernah membeli baju Lebaran untuk mereka sendiri. Yang penting anak-anak bisa tersenyum dan mendatangi kerabat dengan bangga. Agar mereka sama dengan anak-anak lain. Ibuk dan Bapak baru membeli baju baru ketika ada rezeki lebih. Kadang hanya tiga tahun sekali.
Iwan Setyawan
A tiny company, ‘the aware’, we have taken up civilization’s fiercest weapons to fight against the dark army of the masses whose leaders are hunger and stupidity. These weapons are the smile and the lie.
Yvan Goll
Sing tabah Le. Kamu kuliah yang pinter. Nggak apa-apa jauh dari keluarga sebentar. Biar kamu nanti dapat kerja bagus. Yang penting, jangan pernah telat makan. Jangan takut, Le. Coba dulu," nasihat Ibuk lewat telepon.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Selama ini kulihat hidup semakin rumit. Banyak orang tega membunuh hati nurani dengan tangan mereka sendiri. Kusaksikan tangan-tangan politik semakin kotor, meraih kemenangan demi kepentingan sendiri. Pemimpin saling berebut nasi. Pemimpin yang bahkan tak bisa memimpin hidup mereka sendiri. Lumpur menggenangi ratusan rumah, mesjid, sekolah, warung nasi, juga kenangan. Lumpur panas yang tumpah karena uang dan ketidakpedulian. Bahkan ada juga yang membunuh dengan mengatasnamakan agama. Beberapa orang dilarang beribadah di tempat ibadah mereka sendiri. Di mana ada proyek sosial, di sana cenderung ada penipuan. Banyak orang kehilangan hati mereka sendiri. Keluarga merindukan kehangatan.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Berapa pun uang yang kamu miliki, jangan pernah berlebihan. Nabung! Kamu bisa jatuh sakit. Harus ke dokter dan itu tidak murah. Hidupmu tidak hanya untuk sekarang saja. Hidupmu masih panjang," pesan Ibuk yang tidak mempunyai rekening di bank.
Iwan Setyawan
Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga. Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Dapur ini penuh dengan jelaga. Hidup ini mungkin akan penuh jelaga juga. Tapi anak-anakkulah yang akan memberi warna terang dalam hidupku. Ini hartaku. Dan kini saatnya, semua yang telah keluar dari rahimku bisa hidup bahagia. Tanpa jelaga, lanjutnya.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Everything is boring, boredom is the other epidemic which is making Europe ripe for decline. Boredom is the end product of each and every civilization. It is the arteriosclerosis of the great thinking peoples. The moment always arrives where even God, whether he’s called Zeus, Zebaoth or Zoroaster, has finished creating the universe and asks: “What’s the point of it, actually?” He yawns and chucks it aside. Mankind does the same with civilization. Boredom is the condition of a people which no longer believes but all the same is doing just fine. Boredom is when every clock in the country is predestined to be correct. When the same naive flowers blossom again in the month of March. When every day the deaths of good family fathers are announced in the papers. When a war breaks out in the Balkans. When poems go on about the stars. Boredom is a symptom of aging. Boredom is the diagnosis that talent and virtue are slowly being spent. Boredom is the life-long determination to a form of being which has worn itself out.
Yvan Goll
Tulisan membuatku semakin berani. Dan bukankah hidup ini terasa bermakna ketika ada keberanian untuk melalui badai kehidupan. Keberanian untuk menembus batas ketakutan. Keberanian untuk melalui malam yang panjang. Keberanian untuk bertanya, untuk apa kita di sini? Untuk apa?
Iwan Setyawan (Ibuk,)
-Tak, tak – powiedział doktor, odwrócił się do Iwana i dodał: - Dzień dobry! -Serwus, draniu! - głośno, z nienawiścią odpowiedział Iwan. Riuchin zmieszał się do tego stopnia, że nie ośmielił się nawet podnieść oczu na uprzejmego lekarza. Ale tamten ani trochę się nie obraził, tylko wprawnym ruchem zdjął okulary, rozchylił fartuch, włożył je do tylnej kieszeni spodni, a następnie zapytał Iwana: -Ile pan ma lat? -Idźcie wy wreszcie do wszystkich diabłów! - ordynarnie wrzasnął Iwan i odwrócił się. -Czemu pan się złości? Czy powiedziałem coś niegrzecznego? -Mam dwadzieścia trzy lata – powiedział ze wzburzeniem Iwan – i złożę na was wszystkich zażalenie. A już zwłaszcza na ciebie, ty gnido! - Riuchinem zajął się oddzielnie. -A z jakiego powodu chce pan składać zażalenie? -A z takiego, że mnie, zdrowego i normalnego człowieka, związana i przemocą przywieziono do domu wariatów! - gniewnie odpowiedział Iwan.
Mikhail Bulgakov (The Master and Margarita)
Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku. Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis untuk menggali hati nurani. Menulis adalah meditasi.
Iwan Setyawan (Ibuk,)
Ibuk dan Bapak tak pernah menentukan aturan kapan dan berapa lama anak-anak harus belajar. Isa dan adik-adiknya telah membuka hati mereka sendiri. Membuka buku mereka sendiri. Ibuk dan Bapak telah bekerja sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka. Mungkin, anak-anak ini melihat kesungguhan hati orangtua mereka yang telah berjuang tak kenal lelah untuk lima anaknya. Mungkin, anak-anak ini telah merasakan keringat bapaknya menetes di kulit mereka. Mungkin, cinta Ibuk telah memasuki darah mereka, lewat bubur beras merah dan sinar matanya yang syahdu. Mungkin, anak-anak ini tersentuh oleh hidup Bapak dan Ibuk yang sederhana dan penuh keprihatinan. Isa dan adik-adiknya ingin berjuang seperti mereka. Ingin memberikan cinta yang penuh kepada orangtuanya.
Iwan Setyawan
Regent nader zręcznie wprasował się do autobusu, który na pełnym gazie pędził w kierunku placu Arbackiego, i umknął. Iwan, zgubiwszy jednego ze ściganych, całą swoją uwagę skoncentrował na kocurze i zobaczył, że dziwny ów kot podszedł do drzwi wagonu motorowego linii A, który stał na przystanku, bezczelnie odepchnął wrzeszczącą kobietę, chwycił za poręcz i nawet wykonał próbę wręczenia konduktorce dziesiątaka przez otwarte z powodu upału okno. Zachowanie się kota wstrząsnęło Iwanem do tego stopnia, że zastygł nieruchomo obok sklepu kolonialnego na rogu, i wtedy zdumiał się po raz drugi, i to znacznie silniej, tym razem za przyczyną konduktorki. Ta, skoro tylko zobaczyła włażącego do tramwaju kota, wrzasnęła, dygocąc z wściekłości: -Kotom nie wolno! Z kotami nie wolno! Psik! Wyłaź, bo zawołam milicjanta! Ani konduktorki, ani pasażerów nie zdziwiło to, co było najdziwniejsze – nie to więc, że kot pakuje się do tramwaju, to byłoby jeszcze pół biedy, ale to, że zamierza zapłacić za bilet! Kot okazał się zwierzakiem nie tylko wypłacalnym, ale także zdyscyplinowanym. Na pierwszy okrzyk konduktorki przerwał natarcie, opuścił stopień i pocierając monetą o wąsy, usiadł na przystanku. Ale gdy tylko konduktorka szarpnęła dzwonek i tramwaj ruszył, kocur postąpił tak, jak postąpiłby każdy, kogo wyrzucają z tramwaju, a kto mimo to jechać musi. Przeczekał, aż miną go wszystkie trzy wagony, po czym wskoczył na tylny zderzak ostatniego, łapą objął sterczącą nad zderzakiem gumową rurę i pojechał, zaoszczędziwszy w ten sposób dziesięć kopiejek.
Mikhail Bulgakov (The Master and Margarita)