“
Alasan yang lebih mendasar yang melatarbelakangi al-Attas memilih istilah ta'dib adalah, adab berkaitan erat dengan ilmu, sebab ilmu tidak dapat diajarkan atau ditularkan kepada anak didik, kecuali jika orang tersebut memiliki adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Kemudian, konsep pendidikan Islam yang hanya terbatas pada makna tarbiah dan taklimat itu telah dimasuki pandangan hidup barat yang berlandaskan nilai-nilai dualisme, sekularisme, humanisme, dan sofisme, sehingga nilai-nilai adab menjadi kabur dan semakin jauh dari nilai-nilai hikmah Ilahiah. Kekaburan makna adab tersebut mengakibatkan kezaliman, kebodohan, dan kegilaan. Kezaliman yang dimaksud di sini adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, sementara kebodohan adalah melakukan cara yang salah untuk mencapai hasil tujuan tertentu, dan kegilaan adalah perjuangan yang berdasarkan tujuan dan maksud yang salah.
”
”