Diuji Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Diuji. Here they are! All 17 of them:

β€œ
Bangunlah malam, ia membantu untuk lulus ujian yang lain. Jangan sekali-kali membesarkan tidur.
”
”
Muhd Kamil Ibrahim (Bersyukur Saat Diuji)
β€œ
Cinta kalau bahasanya hati... itulah cinta hakiki. Kasih jika dasarnya Rabbi...itulah kasih sejati. Cinta ini pasti diuji kerana itu sudah tradisi janji...-Jendela Hati 1993
”
”
Pahrol Mohamad Juoi (Tentang Cinta)
β€œ
Tak ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan hati yang terkoyak, hati yang berdarah-darah karena luka, kecuali berdamai dengan kenyataan yang kita alami dan memaafkan diri dan orang yang telah melukai kita.
”
”
Ayu Arman (Kala Perempuan Diuji)
β€œ
Betapa kehidupan ini beraneka warna. Semua orang diuji. Berbeda–beda ujiannya.
”
”
Dian Nafi (Miss Backpacker Naik Haji)
β€œ
Ketahuilah, cinta tidak cuma melihat pada apa yang indah. Mengalami apa yang baik dan menyenangkan. Cinta tidak selalu seperti itu. Justru ia diuji ketika segala sesuatu tidak lagi terlihat indah, tidak lagi terasa baik dan menyenangkan. Pada saat serupa itulah, kita akan menangkap dan memahami hakekat cinta yang sesungguhnya.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Setiap ketegangan dan ketidaksenangan adalah momen yang sengaja diciptakan Tuhan untuk proses penciptaan baru dalam kehidupan. Dan setiap ketegangan selalu mengandung perintah untuk berubah menjadi sadar. Untuk menggapai proses itu, pasti dibutuhkan pengorbanan dan daya kreativitas yang segar dan baru
”
”
Ayu Arman (Kala Perempuan Diuji)
β€œ
Menyikapi tragedi hidup ini memang tidak selalu butuh romantisme, tapi juga perlu ketegasan dan keteguhan meski awalnya penuh isak tangis dan luka yang merintih. Dan di sanalah terselip pembelajaran bagi kita untuk menjadi lebih baik. Karena itu, berterima kasihlah dengan masalah yang pernah menghampiri dalam kehidupan kita dan jangan pernah menyesali apa yang telah kita lewati.
”
”
Ayu Arman (Kala Perempuan Diuji)
β€œ
nikmat atau ujian bukan untuk dihitung tetapi untk disyukuri. ~ bersyukur saat diuji
”
”
mohd kamil ibrahim
β€œ
pada akhirnya kita akan berada pada titik jenuh... dan saat itulah kamu diuji , mampu bertahan atau berpaling dengan yang lain .
”
”
Reni prasiska
β€œ
Negara ini selalu melahirkan orang-orang hebat, sayangnya memang keberanian itu selalu diuji dengan materi.
”
”
Zaynur Ridwan (The Book of Codes)
β€œ
nikmat atau ujian bukan untuk dihitung tetapi untk disyukuri. ~ bersyukur saat diuji
”
”
Mohamed H. Heikal
β€œ
Semua orang diuji. Lain orang, lain tahap imannya, lain tahap sabarnya, jadi lainlah tahap ujian yang ditempuhinya. Semua itu menuntut kita bersabar. Semua itu menuntut kita bersabar. Ertinya Allah masih sayang pada kita,
”
”
Badrul Hisham Shari (Hai Darling!)
β€œ
Seperti kau tahu Nak, langit akan menjatuhkan banyak sekali kejadian dan peristiwa, sebagian untuk diingat dan sebagian lagi untuk dilupakan. Ada yang baik dan ada pula yang tak baik. Ada yang menyenangkan ada pula yang tidak menyenangkan. Bisa jadi, mereka akan menyapamu dengan tawa dan kegembiraan. Persis seperti setumpukan lego yang engkau mainkan waktu engkau masih kecil dulu. Setiap sentuhanmu akan mengubah potongan kardus dan balok balok kecil itu menjadi istana, menjadi benteng, menjadi menara, menjadi masjid dan juga gereja. Bukankah tidak ada kegembiraan yang melebihi kegembiraan serupa itu, Nak? Tapi tak setiap sentuhan akan menghasilkan keajaiban keajaiban kecil serupa itu. Ada berapa banyak jejak yang sudah lama kau tinggalkan di halaman rumah? Berbulan bulan Bunda mesti menunggu langkah pertamamu. Ada kecemasan dan kekhawatiran saat mengusap dahimu yang berkeringat. Seperti doa yang belum didengar Tuhan meski Bunda tahu, Ia hanya ingin Bunda belajar bersabar. Mirip dengan sebuah kisah dari Rusia tentang seorang pria yang terpenjara, seorang penunggang nasib celaka yang menunggu waktu kapan ia hendak dibebaskan. Mungkin kesabaran memang harus diuji dengan cara serupa itu, meski sebenarnya ia tidak bersalah. Keajaiban tidak selalu terjadi dalam waktu satu atau dua hari, tapi mungkin butuh waktu bertahun tahun lamanya. Jadi demikianlah Nak, Ia sungguh Maha Tahu tapi Ia sengaja menunggu waktu yang tepat. Banyak orang akan berlalu lalang di hadapanmu, membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesibukan. Lupa, bahwa ada yang lebih berharga dari kesibukan itu sendiri. Kamu mungkin akan demikian juga. Bergegas setiap pagi menjemput waktu. Berkeras memaknai kata kerja. Tak punya waktu lagi untuk kesibukan lain seperti mencuci, memasakΒ  mie instan atau sekedar minum teh. Tak terbayangkan betapa sibuknya Tuhan saat ini, Ia mesti melihat, mendengar dan melakukan apa saja. Namun bukankah Ia masih menyempatkan diri untuk mencintai dan melakukan hal hal yang sederhana. Seperti bermain dengan burung burung di taman, atau menemani rumput rumput yang tidur rebahan di pinggir sungai. Ia masih suka mendengar orang menyanyikan lagu pujian di gereja atau menyimak santri santri yang sedang mengaji di musala. Ia tetap membiarkan dirinya sibuk, tapi tak pernah melupakan kegembiraan. Ia selalu menambahkan makna baru pada kata sifat dan juga kata kerja. Rutinitas mungkin hanya sebuah kebiasaan, ia menjebak kita dengan sebuah pola yang sama. Jadilah seperti apa yang engkau mau, tapi jangan pernah lupa untuk membuat dirimu sendiri bahagia.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Apakah sesungguhnya kita benar benar punya pilihan? Apakah pintu takdir akan menuntun kita menemukan jalan hidup kita sendiri? Ataukah jalan itu sudah digariskan bagi kita sebagai sebuah kepastian yang mutlak dan absolut? Seberapa besar kebebasan yang kita punya untuk menentukan arah dan tujuan hidup kita sendiri? Seberapa banyak kita diuji dalam perjalanan menuju hakekat sesungguhnya dari kebenaran kehidupan itu? Berapa banyak kita mesti terbentur dan berapa kali pula kita harus jatuh? Apakah aku akan tetap terkapar dan tak mampu untuk bangkit kembali? Apakah aku harus menyangkal keberadaanku sendiri? Jalan mana yang harus ditempuh oleh orang orang sesat macam diriku ini? Bagaimana aku dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang bahkan aku sendiri tidak mengerti di manakah letak ujung dan pangkalnya? Bagiku ini akan selalu jadi sebuah dialog yang tidak berkesudahan. Seberapa pun banyak buku yang aku baca. Seberapa pun banyak ilmu yang aku gali. Aku masih saja merasa tersesat. Pencarianku selalu berujung pada ketidak pahamanku atas realitas diriku sendiri. Antara tesis dan anti tesis. Antara kebebasan berpikir dan kehendak yang selalu terbentur pada realitas di luar diriku. Pada aturan, norma, agama, tatanan sosial, hukum, dogma dan moralitas. Aku tidak melihat Centhini atau Pariyem sebagai sosok yang berbeda dengan diriku. Tidak juga dalam kisah Paprika, Miranda atau Monella dalam film film besutan sineas Italia Tinto Brass. Mereka tidak terbebani oleh moralitas. Mereka tidak butuh pasemon, mereka bisa jadi diri sendiri. Dalam hal ini aku merasa beruntung, karena aku bisa membaca dan belajar dari kisah mereka. Dari sudut pandang yang lebih kekinian, aku bisa belajar dari kisah kisah Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Bagaimana orang bisa menafikan butir butir mutiara pemikiran yang cemerlang dari kisah semacam Fanny Hill karya John Cleland, Lolita milik Vladimir Nabokov atau bahkan mungkin pula dari kisah Tiongkok kuno semacam Jin Ping Mei? Sebagaimana aku menemukan sebuah perenungan yang mendalam justru dalam dialog mesum antara Suster Agnes dan Suster Angelica dalam "Venus in the Cloister" karya penulis Perancis AbbΓ© du Prat, yang dianggap orang sebagai sebuah dialog antar para pelacur. Dalam karya karya itu aku mendapati sebuah realitas, betapa sebuah tindakan yang represif dari sebuah institusi yang dengan ketat menerapkan sebuah aturan justru akan memancing reaksi yang sebaliknya dan menciptakan ekses yang bisa mengumbar dan mengeksplorasi kebebasan itu sebagai sebuah wujud pemberontakan. Batu permata akan tetaplah sebuah batu permata walau keluar dari mulut seekor anjing, kira kira begitulah analoginya.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Dalam uji hipotesa semua parameter adalah sama sampai kita menemukan bukti bahwa parameter tersebut tidak sama, bahkan asumsi yang digunakanpun mesti diuji.
”
”
Ahmad Zubair Sultan
β€œ
Apa yang pertama tama patut diuji dari seorang calon birokrat atau politisi? Bukan pada kemampuannya beretorika atau beradu argumentasi atau pada wawasannya tentang hidup bernegara, melainkan apa prinsip prinsip yang dianutnya terkait etika dan juga moral?
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Yang berat dalam suatu hubungan itu bukan menerima pribadi satu sama lain, Dan. Tapi menerima seluruh beban dan masalah yang ikut terbawa ke dalamnya. Hari ini kamu bisa bahagia. Tapi bagaimana dengan nanti? Ketika semua masalah sudah menumpuk dan tidak ada yang bisa disalahkan selain diri sendiri, di situlah kebahagiaanmu akan diuji. Kalau nggak kamu imani, bahagia itu nggak akan abadi, Dan. Ayah.
”
”
Adiwerti Sarah (Transit)