Cuma Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Cuma. Here they are! All 69 of them:

β€œ
Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?
”
”
Pramoedya Ananta Toer
β€œ
Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu
”
”
Dee Lestari (Partikel)
β€œ
kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. selama kita diam dan ngga berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu, ngga akan pernah jadi kenyataan.
”
”
Dee Lestari
β€œ
Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharap suatu penilaian dari orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra.
”
”
Windhy Puspitadewi
β€œ
Kamu hanya perlu menerima. Menolak, menyangkal, cuma bikin kamu lelah'.
”
”
Dee Lestari (Rectoverso)
β€œ
Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti, pada akhirnya yang bisa membuktikan cuma waktu.
”
”
Dee Lestari (Rectoverso)
β€œ
Jangan menunda. Jangan habiskan separuh hidupmu untuk menunggu waktu yang tepat. Seringnya, saat kau sadar, waktu yang tepat itu sudah lewat. Kalau sudah begitu, kau cuma bisa menyesal.
”
”
Windry Ramadhina (London: Angel)
β€œ
Emang, batas antara genius dan gila cuma setipis kertas!
”
”
Windhy Puspitadewi (Let Go)
β€œ
Semua orang tahu mereka mungkin saja bisa mati besok, tapi nggak ada yang cuma diam menunggu kematiannya.
”
”
Orizuka (The Truth about Forever: Kebencian Membuatmu Kesepian)
β€œ
Buat apa ia pelihara luka hati yang cuma bikin matanya berair?
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β€œ
Kita gak bisa memaksakan perasaan seseorang untuk menyukai kita. Yang bisa kita lakukan cuma merelakan, berharap supaya dia bahagia
”
”
Winna Efendi (Refrain)
β€œ
Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka cuma bisa mendoakan, setelah capek berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga makin lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.
”
”
Raditya Dika (Marmut Merah Jambu)
β€œ
Dulu kalau aku tak begitu, kini bagaimana aku? Dulu kalau aku tak di situ, kini di mana aku? Kini kalau aku begini, kelak bagaimana aku? Kini kalau aku di sini, kelak di mana aku? Tak tahu kelak ataupun dulu Cuma tahu kini aku begini Cuma tahu kini aku di sini Dan kini aku melihatmu
”
”
Ilana Tan
β€œ
Di sekolah, anak-anak belajar bahasa Indonesia, tetapi mereka tak pernah diajar berpidato, berdebat, menulis puisi tentang alam ataupun reportase tentang kehidupan. Mereka cuma disuruh menghafal : menghafal apa itu bunyi diftong, menghafal definisi tata bahasa, menghafal nama-nama penyair yang sajaknya tak pernah mereka baca.
”
”
Goenawan Mohamad (CATATAN PINGGIR 3)
β€œ
Kenangan itu cuma hantu di sudut pikiran. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia akan tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.
”
”
Dee Lestari (Perahu Kertas)
β€œ
Orang yang baca banyak buku kayak kamu dan menguasai sejarah nggak mungkin bodoh. Kamu cuma sial karena hidup di tempat dan waktu yang salah. Tempat dan waktu ketika kamu dianggap bodoh kalau kamu nggak pintar dalam hal yang namanya sains.
”
”
Windhy Puspitadewi
β€œ
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive.. [5cm]
”
”
Donny Dhirgantoro
β€œ
para pemeluk agama pasti marah jika tahu aku mengatakan hal itu, karena mereka hanya memeluk agama, cuma meluk jadi cenggur. beda dengan penyetubuh/pengencuk agama yang paham dengan agamanya hingga bisa klimaks dengan Tuhan. Met pacaran ma Tuhan Cuuk!!
”
”
Sujiwo Tejo (Ngawur Karena Benar)
β€œ
Tidak ada perasaan yang bertahan selamanya. Aku belajar itu dari Papa. Cepat atau lambat, sesuatu yang kita miliki akan hilang dan yang tertinggal kemudian cuma rasa benci.
”
”
Windry Ramadhina (Memori)
β€œ
Banyak hal dengan mudah terlupakan, seperti kita sama sekali lupa kenapa kita tidak bisa mengingatnya lagi. Sesuatu bisa begitu saja hilang dari ingatan, seperti arwah, seperti mimpi. Kita cuma bisa merasakan jejaknya pada diri kita tanpa bisa mengenalinya lagi. Kita tinggal benci, kita tinggal marah, tinggal takut, tinggal cinta. Kita tak tahu kenapa.
”
”
Ayu Utami (Saman)
β€œ
cuma manusia pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu
”
”
Tan Malaka (Islam dalam Tinjauan Madilog: Materialisme Dialektika Logika)
β€œ
Biar cuma perasaan, tapi ini kan perasaan.. (Kabut Sutra Ungu, 1979)
”
”
Sjuman Djaya
β€œ
Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa. -Hanya Isyarat, Rectoverso - Dee-
”
”
Dee Lestari
β€œ
cintaku, ke mana lagi pencarian menemukan yang hakiki bila kata-kata cuma kopong tahi dilindas sandal imam sombong yang maha pengecut
”
”
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
β€œ
Laut tetap kaya takkan kurang, cuma hati dan budi manusia semakin dangkal dan miskin.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Gadis Pantai)
β€œ
Kenangan itu cuma hantu disusut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. nggak akan pernah jadi kenyataan.
”
”
Dee Lestari
β€œ
Andai minta maaf itu mudah, tentu dunia ni sepi daripada segala sengketa. Andai lafaz maaf itu murah, tentu peperangan tak wujud. Maaf memang mudah. Juga tidak perlu apa-apa kos untuk diluahkan. Cuma kadang-kadang manusia sahaja yang menganggapnya begitu.
”
”
Syud (Tentang... Dhiya)
β€œ
Ramai orang berpandangan, Kita perlu bercinta untuk mengenal pasangan, Tanpa perkenalan, mustahil cinta bertandang, Tanpa percintaan, mustahil keserasian dikesan, Mereka sebenarnya terlepas pandang, Dalam Islam ada taaruf dalam tempoh RISIK dan bertunang, Yang melibatkan mahram bukan berdua-duaan, Taaruf itulah mendedahkan keserasian, Cuma takrif 'taaruf' dan 'serasi' dalam fikiran manusia berlainan, Islam mengajar manusia taaruf yang ada sempadan, Terpelihara dan terjaga dari kemaksiatan, Bukan taaruf melalui bercinta sakan, Islam mengajar serasi dengan ajaran Tuhan, Bukan serasi dengan kehendak pasangan, Cinta al-Rahman menjana kebahagiaan, Lantaran itulah, batasan-Nya tidak boleh dipermainkan. -Monolog Asiah Yusra-
”
”
Fatimah Syarha Mohd. Noordin (Tautan Hati)
β€œ
Ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jadi penonton. Semua harus mencicipi ombak.
”
”
Dee Lestari (Supernova: Petir)
β€œ
Keprihatinan, seperti halnya kebanggaan, juga kecemasan, seperti halnya optimismeβ€”semua itu adalah pertanda rasa ikut memiliki. Atau rasa terpanggil. Barangkali karena tanah air memang bukan cuma sepotong geografi dan selintas sejarah. Barangkali karena tanah air adalah juga sebuah panggilan
”
”
Goenawan Mohamad
β€œ
Suatu pengembaraan dianggap gagal kalau kita tidak mendapat apa-apa yang kita cari. Tetapi itu tanggapan yang salah. Tidak ada pengembaraan yang sia-sia. Cuma kau tidak faham, bahawa sesuatu yang kaujumpa dalam perjalananmu. Ada kalanya lebih baik daripada apa yang kaucari.
”
”
Arena Wati (Panrita)
β€œ
Mencintaimu itu seperti hujan. Kadang deras, kadang cuma rintik-rintik, kadang bahkan tidak turun sama sekali. Jadi, hujan seperti apa yang kau inginkan?
”
”
Gin Teguh (Cerita Hujan)
β€œ
Harusnya kesabaran itu seperti keinginan, tak ada batasnya. Yang bertapal batas cuma kebutuhanl
”
”
Sujiwo Tejo (Ngawur Karena Benar)
β€œ
...bahasaku yang cuma rasa susah melekat pada kata...
”
”
Dee Lestari (Rectoverso)
β€œ
Kamu nggak akan pernah bisa mengukur cinta. Kamu cuma bisa merasakannya, menggerogoti dirimu dari hari ke hari. Seperti monster yang tidak pernah terpuaskan. Menyakitimu karena rindu.
”
”
Kireina Enno (Barcelona, Te Amo: Masih Ada Sketsa Rindu Untukmu)
β€œ
I saw with my own eyes the Sibyl of Cumae hanging in a jar, and when the boys said to her, Sibyl, what do you want? she replied I want to die.
”
”
Petronius (The Satyricon and The Apocolocyntosis of the Divine Claudius)
β€œ
Baru-baru ini seorang OKD (Organisasi Keamanan Desa) memukul tukang becak. Kita kasihan pada OKD yang penakut itu. Mereka, untuk menutupi kekecilan-nya (cuma OKD) berlagak seperti jendral. Sebenarnya mereka adalah seorang yang penakut. Orang yang berani karena bersenjata adalah pengecut. Sabtu, 12 Desember 1959
”
”
Soe Hok Gie (Catatan Seorang Demonstran)
β€œ
Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. "Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya. Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku ide saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa sebetulnya dia sendiri tak ada. (bab 2 filsafat - page 35)
”
”
Tan Malaka (Madilog)
β€œ
Jika Tuhan memang menciptakan kita untuk bersatu, nggak ada yang perlu lo takuti. Kita cuma butuh waktu yang tepat.
”
”
Alvi Syahrin
β€œ
Asmara. Tidak bisa dipahami, cuma bisa dirasakan akibatnya.
”
”
Dee Lestari (Aroma Karsa)
β€œ
Tapi aku nggak sempurna. Aku cuma manusia biasa. Banyak banget kekurangan-kekurangan aku yang kamu nggak tahu," ujar Mawar. Aku menatapnya sambil tersenyum. "I'll take risk, then.
”
”
Moemoe Rizal (Fly to the Sky)
β€œ
Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang tertutup
”
”
Wulan Dewatra
β€œ
Cuma orang sakti yang bisa bertahan hidup di Jakarta.
”
”
Ratih Kumala (Wesel Pos)
β€œ
Abah bicara isi kitab suci! Kamu bicara tulisan orang yang sudah gila!" "Setidaknya yang gila itu usaha sendiri. Bukan seperti Abah, bisanya cuma menadah sejarah. Cuma karena ada jutaan orang lain lagi yang punya kepercayaan sama seperti Abah, bukan berarti Abah jadi yang paling benar, kan?
”
”
Dee Lestari (Partikel)
β€œ
Kamu pasti tahu dari buku-buku di perpustakaanmu bahwa orang kalau sudah beragama secara benar, menjadikan Tuhan sebagai kekasihnya, maka cintanya kepada kekasih di dunia ini hanya sekunder!!! Siang dan malam cuma ia ingin mencebur dalam Samudra Tuhan! Cintanya kepada sesama manusia cuma dalam rangka cintanya kepada Tuhan yang menciptakan manusia!
”
”
Sujiwo Tejo
β€œ
quote Quotable Quote β€œMimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive..
”
”
Donny Dhirgantoro (5 cm)
β€œ
We are defined by what we believe in. Identity is shaped by what we believe is right. Culture is cultured, pun intended; by what we believe is right.' Kita diertikan dengan apa yang kita percaya sebagai benda betul. Dan budaya serta nilai itu sendiri, memang dibentuk dengan benda yang sama juga, apa yang kita percaya sebagai benda yang betul baik. Cuma yang membezakan antara manusia tu ialah apa yang difahami sebagai benda yang betul dan benda yang baik. Contoh, 'Westerners' percaya minum wain merah baik untuk kesihatan jantung. Tapi kalau untuk orang Islam, sah la benda tu haram. Contoh lain, 'Englishmen are all about tea, and Americans are all about coffee.
”
”
Hlovate (Anthem)
β€œ
Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Dia cinta kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.
”
”
Dee Lestari (Rectoverso)
β€œ
Aku cuma pengin kami terus seperti ini, hidup bahagia, bareng-bareng, selamanya
”
”
Orizuka (The Chronicles of Audy: 4/4)
β€œ
Patriotisme itu taik. Perang itu goblok. Media massa apalagi. Mereka cuma butuh uang. Nggak cuma di sini, tapi di seluruh dunia. Semua ini barang dagangan, man.
”
”
Dee Lestari (Supernova: Akar)
β€œ
Kenangan itu adalah hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu.
”
”
Dee Lestari
β€œ
Aku sudah diperalat oleh seseorang yang merasa punya segala-galanya, menjebakku dalam tantangan bodoh yang cuma jadi pemuas egonya saja, dan aku sendiri terperangkap dalam kesempurnaan palsu, artifisial! serunya gemas, "Aku malu kepada diriku sendiri, kepada semua orang yang sudah kujejali dengan kegomalan Ben's Perfecto." Gombal? Aku positif tidak mengerti. "Dan kamu tahu apa kehebatan kopi tiwus itu?" katanya dengan tatapan kosong, "Pak Seno bilang, kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku ini barista terburuk. Bukan cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi dari kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia. Bodoh! Bodoooh!" Filosofi Kopi
”
”
Dee Lestari (Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade)
β€œ
Lalu bapakmu akan berkata, bintang tak pernah secantik tampakannya, tak sedekat yang kita duga. Ia cuma penghias panas malam para pemimpi. Tapi aku mau terbang. Aku mau menyentuh bintang. Jika ujung jariku melepuh, akan kubelah lima. Dan pulang dengan sepasang tangan berjari lima puluh.
”
”
Nukila Amal (Cala Ibi)
β€œ
Rindu itu sunyi, cuma kamu yang bisa meramaikannya. Rindu itu api, cuma kamu yang mampu memadamkannya. Rindu itu semena-mena, begitu terantuk di matamu, tak mau lari kemana-mana.
”
”
Moammar Emka
β€œ
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan, Tapi cinta cuma nomor dua. Nomor satu carilah keselamatan.
”
”
W.S. Rendra (Blues untuk Bonnie)
β€œ
Kalau anda dalam keadaan terjepit dan semua serasa memusuhi anda, sampai anda merasa tidak mampu lagi bertahan walau pun cuma semenit, jangan menyerah, sebab di tempat itu dan pada saat itu air pasang akan surut.
”
”
Harriet Beecher Stowe
β€œ
Hadapilah hari ini! Inilah saatnya untuk menuntut hidup yang nyata, Dalam rentang waktu yang pendek ini, kita mendapat kesempatan untuk: Berkembang dengan gembira, bertindak dengan mulia. Menciptakan keindahan yang mempesona, Karena hari kemarin cuma mimpi dan hari esok cuma bayang-bayang. Tapi bila hari ini kita jalani dengan baik, setiap hari kemarin akan menjadi mimpi yang indah. Dan setiap hari esok menjadi bayang-bayang harapan. Jadi manfaatkanlah hari ini sebaik-baiknya.
”
”
Kālidāsa
β€œ
kamu yang menjauh cuma mendekatkan aku pada kesepian. aku, selalu disini. di persimpangan jalan ini dan ketika kamu dengannya menemui akhir, kembalilah. aku masih melambaikan tangan dingin ini kepada kamu, yang telah lama pergi.
”
”
Oka @landakgaul
β€œ
Aku mencintaimu seperti televisi tua di gudang nenekmu yang terbakar. Cuma satu kanal dan tidak pakai remote kontrol
”
”
Aan Mansyur (@hurufkecil)
β€œ
Ia bermimpi melewati rumput-rumput besar dan di sekitarnya cuma ada koloni semut. Ketika sampai di tubir cekungan air, baginya adalah sungai, ia mampu mengenali diri: seekor semut yang mengaca dan terkejut untuk kali pertama. Ia menengok untuk mencari seseorang yang bisa menjawab pertanyaannya: mengapa dirinya berubah jadi semut. Dan saat itulah dia terbangun dari tidur; seekor semut hitam.
”
”
Bagus Dwi Hananto (Metamorfosis)
β€œ
Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yg kamu mau kejar… Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening. Biarkan… dia… menggantung… mengambang… 5 centimeter… di depan kening kamu… Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri… Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu… Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja… Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya… Serta mulut yang akan selalu berdoa
”
”
Donny Dhirgantoro
β€œ
Revolusi Indonesia, bukanlah Revolusi Nasional SEMATA-MATA, seperti diciptakan beberapa gelitir orang Indonesia, yang maksudnya cuma membela atau merebut kursi buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada SEMUANYA bangsa Asing, baik MUSUH atau sahabat. Revolusi Indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus DI-ISI dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.
”
”
Tan Malaka (Gerpolek: Gerilya-Politik-Ekonomi)
β€œ
Ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah. Bacalah adalah serupa bisikan, serupa gerimis hujan, desir angin, desir lokan, atau gemerisik dedaunan. Bacakanlah bagai teriakan, berpengeras suara bergema kemana-mana. Sebab bisikan lebih menggoda lebih menjamah lebih menggugah daripada teriakan. Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak. Hanya membaca. Sebuah laku pribadi, hening sendiri, hanya dalam hati, sunyi tanpa bunyi. Ketika hanya ada satu benak yang menari dengan benak lain (malaikat jatuh, malaikat patuh, betapa tipisnya, keduanya hanya membuat manusia teramat manusia). Aku tak peduli, benak mana yang akan berbisik. Aku tak peduli, ada atau tiada makna, terserah saja.
”
”
Nukila Amal (Cala Ibi)
β€œ
Bicara soal kekuatan Tarjdo, tidak gampang kalau rakyatmu miskin. Rakyatmu harus punya makan yang cukup dulu, punya pakaian, dan yang paling penting bebas buta huruf. Ini yang membedakan manusia dengan binatang. Sebab, kalau cuma makan, binatang juga bisa makan. Lantas, kalau cuma pakaian, binatang juga punya bulu. Buku, bisa membaca, itulah yang membuktikan manusia punya kebanggaan, punya kebudayaan, punya peradaban.
”
”
Remy Sylado (Ca-bau-kan: Hanya sebuah dosa)
β€œ
Kau ialah betina, kalau kau cuma tahu soal makan, tidur, bersolek dan kawin. Banyaklah belajar, berpikirlah besar, rancanglah masa depan dan pandai-pandailah menempatkan diri, maka kau boleh disebut wanita. Tapi, untuk menjadi perempuan, kau juga harus memiliki kesadaran, ketulusan dan bisa menjadi tempat untuk berpulang, serta kuat tuk dijadikan pijakan.
”
”
Lenang Manggala (Perempuan Dalam Hujan)
β€œ
Kalau ada orang yang datang kepadamu dan bilang dia akan membuatmu jadi lebih kaya, bantingkan saja pintu di depan hidungnya. Tapi kalau orang itu bilang ia akan membuatmu lebih pintar dan maju, suruh dia masuk. Kita boleh menolak uang karena bisa saja ada setan yang bersembunyi di situ. Namun hanya orang bodoh yang menolak diberi ilmu cuma-cuma. Ilmu itu jauh lebih berharga daripada uang, Nak. Ingat itu
”
”
Anindita S. Thayf
β€œ
Auntie Phyl's last months in the care home were extra pieces. Age is unnecessary. Some of us, like my mother, are fortunate enough to die swiftly and suddenly, in full possession of our faculties and our fate, but more and more of us will be condemned to linger, at the mercy of anxious or indifferent relatives, careless strangers, unwanted medical interventions, increasing debility, incontinence, memory loss. We live too long, but, like the sibyl hanging in her basket in the cave at Cumae, we find it hard to die.
”
”
Margaret Drabble (The Pattern in the Carpet: A Personal History with Jigsaws)
β€œ
HIKAYAT ADAM Sebab bagiku kau masih serupa ibu yang melahirkanku yang menuntunku berjalan dan mengajariku berlari. Namun mengapa tak juga lepas dahagaku daripadamu? Meski telah kureguk engkau hingga tumpas tandas. Hingga kempis payudaramu hingga perlahan surut laut dan air matamu. Hingga padam langit dan seluruh jagat raya. Hingga kalam sang malaikat diam-diam merenggut segenap kejahatan dan dosa-dosaku. Meski kutahu belaka, betapa sia-sia seluruh perjalanan ini. Bukankah engkau sendiri yang waktu itu menghalangi diriku memakan buah yang ranum dari perbendaharaanmu yang sengaja tak kausembunyikan? Buah syajarah yang kautanam di taman purbawi. Kebun yang telah berabad jadi rumahku tapi tak pernah sungguh-sungguh aku miliki. Mengapa kaularang aku memetik khuldi yang kausediakan bagiku di taman itu? Apakah demi menguji kesetiaanku pada dirimu? Sementara kauijinkan sabasani itu tumbuh menjulang tinggi dan berbuah lebat. Sekalipun engkau masih menerimaku sebagai buah kandung yang engkau lahirkan sendiri dengan kedua tanganmu. Dan tidaklah aku engkau turunkan dari patuk taring si ular beludak. Ia yang telah membuatku terusir dari rumah. Sepetak tanah yang memang kauperuntukkan bagi diriku sejak mula pertama kauhadirkan aku ke dunia ini. Sungguhpun harus kuarungi samudra duri ini sekali lagi, sebagai si alif dari golongan yang paling daif. Sebagaimana perempuan penerbit nafsi itu kaucuri dari tulang rusukku saat aku lelap tertidur. Sepanjang pasrah kasrah telah mengubah rambut di kepalaku menjadi setumpukan uban. Sepanjang kematian demi kematian sengaja kau timpakan di atas kepala anak cucuku. Adakah sempat kaudengar aku berkeluh-kesah? Meski aku mahfum belaka, ya bila karena semua itu aku tak akan pernah kau perkenankan singgah ke rumahmu lagi. Kecuali kau biarkan aku datang sebagai perempuan lecah, jaharu yang paling hina atau fakir papa yang kelaparan. Sekalipun telah letih jiwaku meretas sepi, hingga percik lelatu itu menitik sekali lagi dari ujung jarimu. Bukan sebagai yang garib, yang gaib atau yang hatif. Melainkan karena semata-mata semesta cinta. Cinta yang sekalipun tak akan pernah mengubah diriku menjadi zaim, zahid atau zakiah. Namun sungguh, cuma itu satu-satunya cinta yang berani menentang tajam mata pisau sang mair.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta.... Requiescat in pace et in amore, Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih.... Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi? Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlaluΒ  tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian. Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup? Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri. Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri. Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
”
”
Titon Rahmawan